Anda di halaman 1dari 5

ETNOGRAFI PAPUA

“ Permasalahan Kesehatan di Papua berdasarkan pembagian zona ekologi”


Dosen Pengajar : Dr. Agus Dumatubun

Disusun Oleh : Hans C.I Lubis (20170711014054)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018
Ada 4 ( empat ) zona ekologis utama, yaitu:

1. Zona rawa, pantai dan sepangjang aliran sungai, meliputi daerah Asmat, Jagai, Awyu,
Yagai Citak, Marind Anim, Mimika/Kamoro dan Waropen.
Suku Asmat mendiami daerah dataran rendah yang berawa-rawa dan berlumpur, serta
ditutupi dengan hutan tropis. Sungai-sungai yang mengalir di daerah ini tidak terhitung
banyaknya, dan rata-rata berwarna gelap karena tertutup dengan lumpur. Daerah tersebut
landai yang dimana dialiri oleh tidak kurang dari 10 sungai besar dan ratusan anak sungai.
Sungai-sungai besar itu dapat dilayari kapal dengan bobot 1.000-2.000 ton samapi sejauh 50
kilometer ke hulu. Sejauh 20 kilometer ke hulu, air sungai-sungai itu masih terasa payau.
Lingkungan alam di sekitarnya masih terpencil dan penuh dengan rawa-rawa berlumpur
yang ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu, dan tumbuhan rawa lainnya. Perbedaan pasang
dan surut mencapai 4-5 meter sehingga dapat dimanfaatkan untuk berlayar dari satu tempat
ke tempat lain. Pada pasang surut, orang berperahu ke arah hilir atau pantai dan kembali ke
hulu ketika pasang sedang naik.
Keadaan alam seperti itu disebabkan antara lain adalah karena curah hujan yang turun
sebanyak 200 hari setiap tahunnya. Selain itu, perembesan air laut ke pedalaman
menyebabkan tanahnya tidak dapat ditanami dengan jenis-jenis tanaman seperti pohon
kelapa, bambu, pohon buah-buahan, dan jenis tanaman kebun seperti sayur-mayur, tomat,
mentimun, dan sebagainya. Walaupun tanaman seperti itu ada, namun jumlahnya pun
sedikit/ terbatas.
Namun demikian, daerah rawa-rawa berair payau dengan suhu udara minimal 21 derajat
Celcius dan maksimal 32 derajat Celcius ini sangat kaya akan aneka jenis tanaman palem,
hutan-hutan bakau, pohon-pohon sejenis kayu balsal, umbi-umbian, tanaman rambat, dan
rotan.
Batu sangat langka di daerah-daerah lumpur berawa-rawa ini. Alat-alat batu yang ditemukan
hanya berupa kapak, dan ini pun bukan buatan penduduk setempat melainkan didapatkan
melalui perdagangan barter dengan penduduk yang tinggal di daerah dataran tinggi. Orang-
orang Asmat juga tidak mengenal besi. Selain itu, tidak juga ditemukan tanah liat pada
daerah ini sehingga tidak mengenal barang-barang keramik. Oleh karena itu, orang-orang
Asmat biasa memasak makanannya di atas api terbuka.

• Permasalahan Kesehatan
Terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) terdapat adanya penyakit campak yang terjadi di 1
kecamatan, yaitu Agats, ASMAT, PAPUA. Berdasarkan laporan dari dinas kesehatan
Kabupaten Asmat, tercatat 60 orang termasuk anak-anak meninggal sepanjang desember
2017 akibat gizi buruk dan campak. Hingga 28 Januari 2018 tercatat 71 orang yang
meninggal. Kasus kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk yang terjadi di
Kabupaten Asmat, Papua merupakan akibat dari beragam masalah yang tak tertangani. Ini
mulai dari sisi perilaku kesehatan, ketahanan pangan, infrastruktur. aktor lingkungan di
Asmat sangat mudah menularkan penyakit. Penduduk yang tinggal di atas rawa-rawa dan
merupakan sebuah muara. Jika air laut pasang maka air rawa akan naik dan memasuki
rumah dengan membawa berbagai kuman. Selain itu, persoalan ketersediaan pangan juga
menjadi masalah di mana penduduk lokal hanya mengonsumsi umbi-umbian yang ditanam
secukupnya. Permasalahan juga terjadi pada fasilitas kesehatan seperti pembangunan rumah
sakit yang dibangun tidak sistematis dengan mendahulukan ruang rawat inap tanpa
menyediakan air dan listrik. Serta masalah geografis dan belum adanya infrastruktur
memadai juga menjadi kendala. Kurangnya akses sanitasi dan air bersih juga sangat
memengaruhi kesehatan di sana. Karena penduduk asmat hanya menggantungkan air yang
berasal dari hujan dan sumur bor yang memiliki kedalaman 300 meter saja.

2. Zona dataran tinggi, meliputi orang Dani, Yali, Ngalum, Amungme, Nduga, Damal,

Moni dan orang Ekari/Mee.


Suku Dani menyebar di tengah dataran tinggi jantung pulau Cenderawasih – Papua Barat,
pada ketinggian sekitar 1600 meter di atas permukaan laut. Di tengah-tengah pegunungan
Jayawijaya terbentang luas Lembah Dani yang sering dijuluki lembah agung.
 Permasalahan Kesehatan
Keadaan letak geografis kabupaten Jayawijaya menyebabkan susahnya mengakses segala
sesuatu, salah satunya pelayanan kesehatan dan juga kebiasaan masyarakat untuk buang
air secara sembarangan yang menyebabkan penyakit seperti diare dapat berkembang
dengan subur.

3. Zona Kaki gunung dan lembah – lembah kecil, daerah sentani, Nimboran,
ayamaru, dan Orang Muyu, Kendate
Suku Muyu adalah suku asli Papua yang hidup dan berkembang di Kabupaten
Boven Digoel, Papua. Nenek moyang suku Muyu jaman dulu, tinggal di daerah
sekitar sungai Muyu yang terletak di sebelah Timur laut Merauke. Tersebar di
beberapa desa.

 Permasalahan Kesehatan
Masalah kesehatan yang banyak terjadi di suku muyu ialah gizi buruk yang
dikarenakan masih banyak ibu-ibu dari suku muyu yang tidak mau memberika
makanan dan miniman (gizi) yang cukup bagi anaknya.

4. Zona Dataran Rendah dan Pesisir, meliputi : Sorong sampai Nabire, Merauke, Biak
dan Yapen. Mata Pencaharian
Secara Geografis dan fisiografis keberadaan Kepulauan Yapen berada di utara Teluk
Cenderawasih dan dikelilingi laut yang membentuk selat di utara yaitu Selat Sorenarwa
maupun dibagian selatan yaitu Saireri, yang mana dipagari oleh lukisan panorama dan
gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang bervariasi dengan teluk dan pantai berpasir
panjang, landai, berbatu dan berkarang. Terlihat juga pada perairan sampai bibir pantai
terhampar coral reef yang jauh terbentang luas, bahkan diikuti oleh hamparan
bakau/mangrove yang hijau di pandangan mata menuju ekosistem rawa-payau dengan
hutan primer dan sekunder yang mengiasi daratan pulau Yapen menuju bukit dan
gunung sub alpin dengan topografi bertebing, curam dan berlereng yang ketinggian
dengan altitude kurang lebih dari 0 – 1.500 m dpl.
Pada bagian Barat dan Timur bahkan Utara serta selatan Pulau Yapen dibentengi oleh
beberapa pulau besar seperti Kurudu-Kaipuri, Mionsnum, Pulau – Pulau Padaido (Kab.
Biak-Numfor) dan Pulau Nau (Kab. Waropen). Gugusan Pulau-pulau kecil dan besar dan
daratan yang tersebar membentuk Kepulauan Yapen sangat mempengaruhi terhadap
ekostem dan Sumber Daya Alam (natural resource) yang beragam. Sebaliknya dengan
potensi yang tinggi dan keendemikan yang unik pada wilayah Kepulauan Yapen dapat
mempengaruhi pigmenitas karakter dan pola hidup dan pola kerja dalam kehidupan sosial
masyarakat sebagai penduduk di Kabupaten Kepulauan ini. Dalam kehidupan
bermasyarakat di Kampung, dusun, bahkan di kota masyarakat Yapen-Serui selalu hidup
berkelompok-kelompok membentuk kesatuan hidup dari strata terendah sampai tertinggi
dalam suku dan marga dengan masyarakat Papua lainya yang berdomensili di Serui
bahkan masyarakat nusantara diluar yapen yang hidup bersama-sama dengan mereka.

 Permasalahan Kesehatan
Contohnya ialah :
Kasus frambusia, Penyakit ini terjadi karena kebersihan lingkungan yang tidak baik.
Gejalanya, ditandai dengan munculnya kutil pada muka, serta pada anggota gerak seperti
kaki, tangan, dan yang lainnya. Gejala awal pada penyakit ini akan bertahan berminggu-
minggu bahkan hitungan bulan. Selain itu,penyakit ini bersifat kronik, jika tidak segera
diobati akan merusak jaringan kulit, dan dapat menimbulkan cacat pada penderitanya.
Biasanya pada kasus yang terjadi, penyakit ini sering diderita anak berusia di bawah 15
tahun, atau antara usia 6-12 tahun. Namun potensi pada orang dewasa juga sangat tinggi
jika tidak menjaga kebersihan lingkungan terutama di sekitar rumah.

Anda mungkin juga menyukai