Selain pulau besar pulau Papua, pada bagian utara memiliki banyak pulau-pulau kecil
yang antara lain : Pulau Yapen, Pulau Numfor, Supiori, Padaido dan Pulau Roon yang
semuanya berada di teluk cenderawasih, sedangkan pada bagian selatan terdapat pulau Adi,
pulau Aiduma, Naurio, Yos Sudarso (Kimam) dan pulau Komoran. Pulau terluar sekaligus
perbatasan tersebut memiliki tantangan tersendiri untuk pemerataan pembangunan dan
sekaligus menjaga dari penguasaan dari negara-negara asing. Demikian juga Tanah Papua
diwarnai keanekaragaman bentuk teluk dan sungai-sungai besar yang mempunyai potensi
sumberdaya alam yang sangat besar. Teluk-teluk tersebut diantaranya : Teluk Yos Sudarso,
Teluk Cenderawasih, Teluk Wandamen, Teluk Berau/Bintuni yang berada di bagian utara.
Sedangkan Teluk Arguni dan Triton berada di bagian selatan Papua. Beberapa sungai yang
lebar dan panjang adalah sungai Mamberamo, Grime, Tami, dan sungai Digul.
Di tengah tanah besar Papua juga terdapat daerah pegunungan yang membujur dari barat ke
timur seperti pegunungan Tamrau, Arfak, Sudirman, Nasauw, Jayawijaya dengan puncak-
puncaknya yang tinggi seperti Puncak Jaya/Carstensz Pyramide setinggi 4.884m, Puncak
Trikora memiliki tinggi 4.751, dan Puncak Yamin yang selalu diincar oleh pendaki gunung
dunia. Seperti Puncak Jaya atau sering disebut Carstensz Pyramide memiliki keunikan dan
keajaibannya sendiri di dunia dengan adanya salju abadi di tengah iklim tropis yang
ekstrim.
Pulau Papua berada di dekat khatulistiwa dan beriklim tropis. Suhu udara pada
ketinggian permukaan laut hampir seragam bagi seluruh daerah yaitu sekitar 26°C. Variasi
suhu terjadi karena ketinggian daerah yang berbeda-beda. Setiap ketinggian 100 meter
diatas permukaan laut terjadi penurunan suku sebanyak kurang lebih 0.5°C. Karena itu
tanah pegunungan yang mencapai ketinggian lebih dari 4.400 meter diatas permukaan laut
senantiasa tertutup salju abadi. Curah hujan bagi sebagian besar daerah cukup tinggi, rata-
rata 2.000-3.000 milimeter tiap tahun, di beberapa tempat di daerah pegunungan tengah
curah hujan kadang melebihi 4.000 mm/tahun.
Wilayah Budaya
Diketahui dua antropolog barat membagi Tanah Papua dan Papua New Guinea
berdasarkan gaya seni gerak tari dan karya ukir. J.G.Held dalam penelitian Culture
Provincies dan A.A. Gerbrands tentang Art Style Areas (1979) sehingga memilah Papua
menjadi lima wilayah budaya: (1) Wilayah Budaya Saeireri yakni budaya Biak Numfor,
Yapen-Waropen, Kurudu-Kaypuri, dan budaya Wandamen-Wamesa. (2) Wilayah Kepala
Burung-Bomberay diantaranya budaya Arfak-Manikion, Raja Ampat, Toror, Ogit-
Inansawatar, Onimfatagafar, dan budaya Etna-Arguni. (3) Wilayah Budaya Pantai Selatan,
yaitu budaya Asmat-Mimika, Muyu-Mandobo, dan budaya Malin-Kimam. (4) Wilayah
Budaya Dofonsoro yang termasuk di dalamnya budaya Senetage-Vanimo, Sentani-Tanah
Merah, Arso-Nimboran, dan budaya Sarmi-Mambermo. (5) Wilayah Budaya Pegunungan
Tengah (Central Higland), terdapat budaya Paniai-Balim, Goroka-Chimbu dan, budaya
Anga.
Selanjutnya pembagian dilakukan berdasarkan gejala-gejala kebudayaan atau adat
istiadat yang menonjol pada zone ekologi dataran rendah sampai dengan pegunungan tinggi
di Papua yaitu teridentifikasi 13 suku besar yaitu: (1) Karon dan (2) Arfak dengan tradisi
pertukaran kain timur, suku (3) Biak dengan ritus inisiasi, seni ukir patung suku (4) Asmat,
teknik bercocok tanam suku (5) Kimaam, dan deskripsi kebudayaan suku lainnya yang
memiliki karakteristik masing-masing seperti (6) Maybrat, (7) Waropen, (8) Bauzi, (9)
Bgu, (10) Mek, (11) Dani, (12) Senggi, dan (13) Ngalun.
Sistem Politik/Kepemimpinan
Pola kepemimpinan atau politik di Papua cenderung mengikuti model analisis Sahlins
dalam bukunya Poor Man, Rich Man, Big Man, Chief Political Types in Malenesia and
Polynesia (1963) mengemukakan model analisis politik tradisional di daerah kepulauan
Ocenia yang berbentuk suatu garis kontinum. Pada salah satu ujung kutub garis kontinum
tersebut dijumpai sistem politik ascription (pewarisan), sistem kepemimpinan yang disebut
chief (kepala suku). Sistem chief dapat dibedakan ke dalam dua tipe yaitu sistem kerajaan
dan ondoafi. Perbedaan keduanya yaitu pada luas jangkauan kekuasaan dan orientasi
politiknya. Sedangkan pada ujung kutub yang lain terdapat sistem politik achievement
(pencapaian), sistem kepemimpinana yang disebut big man. Untuk Papua ditemukan empat
sistem kepemimpinan atau tipe politik:
(1) Sistem Big man (pria berwibawa, orang besar, orang kuat). Sumber
kekuatannya dilihat pada kemampuan individual yang diwujudkan dalam bentuk-
bentuk nyata, seperti: keberhasilan mengalokasikan dan mendistribusikan kekayaan,
pandai berdiplomasi dan berpidato, keberanian memimpin perang, memiliki fisik tubuh
yang berukuran besar dan tegap, sifat bermurah hati. Contoh masyarakat ini adalah
orang Dani, Asmat, Mee, Meybrat dan Muyu.
(2) Sistem Kerajaan. Berciri pewarisan kedudukan kepemimpinan (ascribed status),
pewarisan bersifat senioritas. Peranannya adalah sebagai mesin politik yaitu alat untuk
menjalankan perintah2 dari penguasa. Masyarakat pendukung sistem ini terdapat di
barat daya Papua seperti Kepulauan Raja Ampat, Semenanjung Onin, Teluk Mae Cluer
(Teluk Berau), dan daerah Kaimana.
(3) Sistem Ondoafi. Cirinya adalah pewarisan kedudukan dan birokrasi tradisional sama
dengan sistem politik kerajaan, berbeda pada faktor teritorial dan orientasi politik.
Hanya terbatas pada satu yo atau kampung saja dan kesatuan sosial hanya terdiri dari
satu golongan atau sub golongan etnik saja. Sistem ondoafi terdapat di bagian timur
Papua seperti Sentani, Genyem, Teluk Humbold, Tabla, Yaona, Yakari-Skou dan
Arso-Waris.
(4) Sistem Campuran. Kedudukan pemimpin diperoleh melalui pewarisan atau
pencapaian. Seorang dapat menjadi pemimpin masyarakat berdasarkan kemampuan
diri dan prestasi dengan tidak meninggalkan aspek keturunan. Pemimpin seperti ini
muncul apabila masyarakat tidak mengalami berbagai macam gangguan baik yang
bersifat bencana alam atau bukan seperti peperangan. Terdapat pada masyarakat Teluk
Cenderawasih seperti Biak, Wandamen, Waropen, Yawa dan orang Maya.
Sisitem kepemimpinan di Papua mengikuti model kepemimpinan berdasarkan
pada garis kontinum oleh Sahlin (1963) yaitu pada salah satu ujung kutub garis
kontinum tersebut dijumpai sistem politik ascription (pewarisan), sistem
kepemimpinan yang disebut chief (kepala suku). Sistem chief dapat dibedakan ke
dalam dua tipe yaitu, sistem kerajaan dan ondoafi. Perbedaan keduanya yaitu pada luas
jangkauan kekuasaan dan orientasi politiknya. Sedangkan pada ujung kutub yang lain
terdapat sistem politik achievement (pencapaian), sistem kepemimpinana yang disebut
big man.