Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Nama Daerah (Papua)


Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau
Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya
merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua
Bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur
tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat.
Papua memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia
dan terbesar pertama di Indonesia.
B. Lingkungan Geografis
1. Letak
a. Secara Geografis :
Letak suatu wilayah/tempat/negara berdasarkan kenyataan di permukaan bumi.
Indonesia terletak diantara 2 benua, benua Asia (di utara katulistiwa) dan benua
Australia (di selatan khatulistiwa) dan terletak di antara 2 samudra, yaitu samudra
Hindia dan samudra Pasifik.
b. Secara Astronomis :
Letak suatu daerah/wilayah berdasarkan posisi garis lintang dan garis bujur.
Indonesia terletak diantara 60 LU dan 110 LS.
2. Geologi
Letak suatu wilayah berdasarkan lapisan pembentukan kulit bumi. Indonesia
merupakan pertemuan 3 lempeng litosfer, yaitu lempeng Asia yang cukup stabil,
lempeng Indo Australia yang bergerak ke arah utara dan lempeng dasar samudra
pasifik yang bergerak ke arah barat daya. Wilayah Indonesia berada di daerah
pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yaitu sirkum Pasifik dan sirkum
Mediterania.
3. Tanah
Tanah Papua di Indonesia terbagi menjadi dua provinsi, yakni Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat. Secara umum kedua provinsi yang berada di paling timur
Indonesia ini memiliki topografi yang sangat bervariasi; dataran rendah berawa, lautan
yang sangat bersih, dataran tinggi masih dipadati dengan hutan hujan tropis, padang

1|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


rumput, dan lembah dengan alang-alangnya. Di bagian tengah tanah Papua tegak
berdiri dari berjejer rangkaian pegunungan tinggi sepanjang 650 km. Salah satu Puncak
Jayawijaya, masih berselimut salju abadi.
4. Iklim
Keadaan iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah. Pada saat
musim panas di dataran Asia (bulan Maret dan Oktober) Australia mengalami musim
dingin, sehingga terjadi tekanan udara dari daerah yang tinggi (Australia) ke daerah
yang rendah (Asia) melintasi pulau Papua sehingga terjadi musim kering terutama
Papua bagian selatan (Merauke). Keadaan iklim Papua termasuk iklim tropis, dengan
keadaan curah hujan sangat bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya.
Curah hujan bervariasi secara lokal, mulai dari 1.500 mm sampai dengan 7.500 mm
setahun.
5. Penduduk
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk
Provinsi Papua sementara adalah 2.851.999 orang, terdiri atas 1.510.283 laki-laki dan
1.341.714 perempuan.
6. Sumber Daya Alam
Provinsi ini sangat kaya dengan berbagai potensi sumber daya alam. Sektor
pertambangannya mampu memberikan kontribusi lebih 50% perekonomian Papua,
dengan tembaga, emas, minyak dan gas menempati posisi dapat memberikan
kontribusi ekonomi itu. Di bidang pertambangan, provinsi ini memiliki potensi 2,5
miliar ton, batuan biji emas dan tembaga, semuanya terdapat di wilayah
konsesi Freeport.

Tambang Grasberg adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang


tembaga ketiga terbesar di dunia. Tambang ini terletak di provinsi Papua di Indonesia
dekat latitude -4,053 dan longitude 137,116, dan dimiliki oleh Freeport yang berbasis
di AS. Biaya membangun tambang di atas gunung sebesar 3 milyar dolar AS. Pada
2004, tambang ini diperkirakan memiliki cadangan 46 juta ons emas.
7. Budaya
Provinsi Papua merupakan provinsi yang terbanyak suku bangsanya di
Indonesia. Lebih dari 200 suku bangsa menetap di Papua, karena terdapat banyak
budaya, adat istiadat, dan bahasa yang berbeda-beda satu sama lain.

2|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


8. Flora
Dari seluruh daerah Papua ± 75% tanah daratannya ditumbuhi oleh hutan-hutan
tropis yang tebal serta mengandung ragam jenis kayu yang
terbesar secaraheterogen. Sebagian besar dari hutan tersebut sesuai topografi daerah
belum pernah di jamah oleh manusia. Jenis flora di Papua ada persamaan dengan
jenis flora di benua Australia. Adapun jenis flora yang terdapat di Papua adalah
Auranlaris, librocolnus, grevillea, ebnydium dan lain-lain.
9. Fauna
Seperti halnya dengan flora, keadaan di Papua pun bermacam-macam dalam
dunia hewan misalnya, jenis yang terdapat di Papua tidak sama dengan jenis hewan di
daerah-daerah di Indonesia lainnya sepertiKangguru, kasuari, Mambruk dan lain-lain.
Demikian pula sebaliknya jenis hewan tertentu yang terdapat di Indonesia lainnya
tidak terdapat di Papua seperti Gajah, Harimau, Orang Utan dan lain-lain.
C. Agama/ Religi

Misalnya pada orang Biak Numfor, menyebut dewa tertinggi mereka, Manseren
Nanggi. Tak heran kalau jaman dulu orang Biak melakukan upacara bagi Manseren
Nanggi agar panen dan hasil tangkapan ikan terus melimpah.

Begitupula dengan orang Moi di Kepala Burung, Papua Barat menyebut Fun Nah,
orang Seget memanggil dan menyebut Naninggi. Orang-orang Wandamen di Kabupaten
Teluk Wondama, Papua Barat menyebut Tuhan mereka dengan nama Syen Allah. Orang
Malind Anim di Selatan Papua memanggil Dema sedangkan orang Asmat menyebut
Alawi.

Semua suku di Tanah Papua memiliki sebutan masing-masing tentang dewa di atas
dewa-dewa termasuk masyarakat Suku Mee di Pegunungan Tengah Papua memanggil
nama Ugatame.

Semua dewa atau Tuhan diakui dan dihormati karena dianggap dewa pencipta yang
mempunyai kekuasaan mutlak atas nasib kehidupan manusia. Sebagai makhluk yang tidak
kelihatan, juga dalam unsur alam seperti, angin, hujan, petir, pohon besar, sungai, pusaran
air, dasar laut, tanjung tertentu termasuk gunung dan lembah.

3|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


Kekuatan-kekuatan alam itu diajak dan dibujuk untuk melindungi manusia dengan
pemberian sesaji dan upacara-upacara sesaji. Misalnya orang Biak jaman dulu
memberikan makan pada Nanggi atau Wor Befan faro Nanggi. Upacara ini dilakukan saat
panen dan hasil tangkapan yang melimpah termasuk meminta agar warga mendapat
perlindungan dari keganasan alam seperti gempa atau angin rebut.

Upacara-upacara adat dalam suku-suku dan system kepercayaan tradisi sudah tidak lagi
berlangsung secara rutin sejak orang Papua mulai memeluk agama Islam dan Kristen,
Katolik. Walau demikian dalam menghadapi persoalan maupun tantangan yang menimpa
manusia di Papua seperti kecelakaan, sakit dan mati ternyata masih ada orang Papua yang
mencari jawabannya melalui kepercayaan tradisi mereka masing-masing.

Antropolog Dr JR Mansoben yang mengambil doctor dari Universitas Leiden, Negeri


Belanda menyebut agama besar seperti Islam dan Kristen masuk ke tanah Papua dengan
periode yang berbeda-beda. Agama besar pertama yang masuk di Papua yaitu agama Islam
di daerah Raja Ampat dan Fakfak, Papua Barat. Agama Islam berasal dari kepulauan
Maluku dan disebarkan melalui hubungan perdagangan yang terjadi di kedua daerah
tersebut.

Menurut peneliti dan antropolog Belanda Van der Leeden(1980-22), agama Islam
masuk di daerah Raja Ampat ketika daerah itu mendapat pengaruh dari Kesultanan Tidore
pada abad ke 13. Agama Islam tidak menyebar secara nyata dan meluas, hanya dianut oleh
golongan-golongan penguasa tertentu di kalangan raja-raja. Penyebaran agama Islam baru
berlangsung bagi orang-orang Dani di daerah Walesi, Lembah Baliem sejak 1990 an.

Agama besar lainnya yang datang dari luar adalah agama Kristen pada pertengahan
abad ke 19, jadi sekitar enam abad sesudah masuknya agama Islam di Raja Ampat dan
Fakfak. Pada 5 Februari 1855 tepatnya di Pulau Mansinam pada zending menginjak
kakinya Ottow dan Geissler dari Jerman datang ke Tanah Papua. Geisler selama 14 tahun
di Mansinam Kabupaten Manokwari, Papua Barat sejak 1855 sampai dengan 1870.
Kemudian dilanjutkan oleh Utrechtshe Zendings Vereninging(UZV) yang tiba di
Mansinam pada 1862. Selanjutnya aliran Pantekosta Betel di Sorong (1950), 1930
Christian and Missionarry Alliance(CMA) di Enarotali Paniai, Ajamaru 1952 dan Gereja
Protestan Maluku di Fakfak.

4|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


Sedangkan agama Katolik pertama kali agama Roma Katolik melakukan missi
pekabarannya di Selatan Papua. Missi ini ditandai dengan datangnya pastor Le Cocq d
Armandville SJ dari ordo Yesuit yang tiba di Kapaur, Fak-fak pada 1894. Ia tidak bekerja
lama dan kemudian tenggelam dalam perjalanan ke Mimika akibatnya terhenti sementara
waktu.

Selanjutnya kegiatan missi Katolik pada 1902 dari ordo Misi Hati Kudus(Missionarisen
van het Hlige Hart) dari Negeri Belanda dari perwakilan yang berkedudukan di Langgur
Kepulauan Kei, mendapat mandate untuk penyebaran agama Katolik di Selatan Papua.
Setelah mengalami perkembangan pesat di Selatan Papua, pada 1950 dibangung vikariat
Merauke dan Hollandia pada 1954.

Masuknya agama-agama di Papua menunjukan bahwa aspek ini menambah


kemajemukan orang Papua yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Studi Summer
International Linguage(SIL) menyebutkan terdapat sekitar 250 suku bangsa di Tanah
Papua. Di sisi lain masuknya agama-agamadi tanah Papua membuat kekerabatan dan
golongan suku semakin majemuk dalam umat kepercayaan yang semakin
beragam.(Dominggus Mampioper).

D. Sistem Kekeluargaan

Umumnya masyarakat papua hidup dalam system kekerabatan dengan menurut garis
keturunan ayah ( Partrilinea ).Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat
berpendudukan asli papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat
dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.
Beberapa contoh sistem kekerabatan yang berlaku di Papua :
Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batin, dimana bapak, ibu dan
anak tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah
dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi
para penghuninya. Dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili.Pada
dasarnya silimo / sili merupakan komplek tempat kediaman yang terdiri dari beberapa
unit bangunan beserta perangkat lainnya. Perkampungan tradisional di Wamena dengan
rumah-rumah yang dibuat berbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya dibaut dari
kayu tanpa jendela. Rumah seperti ini disebut Honai. Komplek bangunan biasanya
terdiri dari unsur-unsur unit bangunan yang dinamakan : rumah laki-laki ( Honai /

5|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


pilamo ), rumah perempuan ( ebe-ae / ebei ), dapur ( hunila ) dan kandang babi (
wamdabu / wamai ).

E. Sistem Masyarakat

Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang berbeda satu
dengan lainnya, seperti, Suku Asmat, Suku Ka moro, Suku Dani dan Suku Sentani.
Mengacu pada perbedaan tofografi dan adat istiadat. Penduduk Papua dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok besar, masing-masing:

• Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang
(rumah panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan;

• Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah
serta kaki gunung. Umunya mata pencaharian mereka yaitu menangkap ikan, berburu
dan mengumpulkan hasil hutan;

• Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan beternak
secara sederhana.

Tiap kelompok suku mengenal sistem strata dalam masyarakat. Penduduk


diklasifikasikan berdasarkan faktor tertentu seperti keturunan dan kekayaan. Banyaknya
macam suku di Papua juga mengakibatkan munculnya beberapa falsafah masyarakat yang
unik dalam perilaku sosial mereka masing-masing.

• Suku Komoro di Kabupaten Mimika, yang membuat gendering dengan menggunakan


darah.

• Suku Dani di Kabupaten Jayawijaya yang gemar melakukan perang-perangan, yang


dalam bahasa Dani disebut Win. Budaya ini merupakan warisan turun-temurun dan
dijadikan festival budaya Lembah Baliem. Ada juga rumah tradisional Honai, yang di
dalamnya terdapat mummy yang diawetkan dengan ramuan tradisional. Terdapat tiga
mummy di Wamena; Mummy Aikima berusia 350 tahun, Mummy Jiwika 300 tahun,
dan Mummy Pumo berusia 250 tahun.

• Suku Imeko di Kabupaten Sorong Selatan menampilkan tarian adat Imeko dengan
budaya suku Maybrat dengan tarian adat memperingati hari tertentu seperti panen tebu,
memasuki rumah baru dan lainnya.

6|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


• Suku Marin di Kabupaten Merauke, terdapat upacara Tanam Sasi, sejenis kayu yang
dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari
setelah hari kematian seseorang dan akan dicabut kembali setelah 1.000 hari.

F. Sistem Ekonomi

Potensi Unggulan Daerah Komoditas unggulan yang diperjual belikan adalah hasil
Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.

Darat antara lain : Jeruk, Pisang, Alpukat,Ubi-ubian, Pepaya, Buah Merah , Sagu, Ikan,
Babi, Ayam, Buaya dan Kura-Kura Hutan

Komuditas Non Lokal lainnya didatangkan para pedagang dari Kota Wamena dan dari
Jayapura lewat Sungai Mamberamo dan Pesawat Perintis (Cesna).

Sumber Daya Alam Kabupaten Mamberamo Tengah memiliki SDA yang sangat besar
namun belum di Eksplorasi secara maksimal untuk Sumber Ekonomi dan Keuangan
Daerah.

7|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


BAB II

LINGKUNGAN PERMUKIMAN

A. Pola Tata Ruang Perkampungan

Kondisi geografis akan berpengaruh terhadap pola permukiman yang terbentuk dari
masing-masing suku di Papua. Masyarakat di daerah pegunungan dan lembah cenderung
memiliki pola menyebar mengikuti batasan-batasan alamiah, seperti sungai, lereng
gunung, hutan dan sebagainya. Sedangkan masyarakat di daerah pesisir pantai memiliki
pola permukiman yang linier, berderet mengikuti garis pantai.

Rumah adat Kawari memiliki tinggi sekitar 20 sampai 30 meter. Sedangkan untuk
diamater lingkaran bangunan mencapai 8 sampai 12 meter. Pada bangunan dibagi
menjadi 3 ruang, paling bawah untuk belajar kaum laki-laki.

Lantai tengah dijadikan tempat tidur dan tempat pertemuan para ketua suku. Untuk
yang paling atas dijadikan sebagai tempat meditasi agar menambah semangat daya juang,
emosi, dan berdoa.

B. Konsep Tipologi Rumah Kariwari

8|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


BAB III
KARYA ARSITEKTUR

A. Gambar Rumah Kariwari

Rumah Kariwari Otentik Makeover Rumah Kariwari

Museum Asmat, Cipayung, DKI Jakarta

B. Tipe Konstruksi
Kondisi letak geografis dan iklim setempat berpengaruh terhadap konstruksi bangunan
masyarakat Papua. Bangunan yang terletak di daerah pegunungan dan lembah akan
memiliki konstruksi dinding yang terdiri dari dua lapis, untuk menahan udara dingin dan
angin kencang. Sedangkan pada daerah pesisir pantai biasanya dinding hanya terdiri dari
satu lapis.

9|LAPORAN ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH


C. Ornamen Detail
Pada segi penggunaan ornamen ini sering di gunakan untuk melengkapi suatu acara
atau pemberian cendramata seperti batik, taring babi hutan, pisau belati, seni pahat, patung
aswat. Kelebihan pada ornamen ini sebagai aksesoris pelengkap.

D. Fasilitas Pendukung

10 | L A P O R A N A R S I T E K T U R N U S A N T A R A D A N A C E H
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Papua
http://3npgsd.blogspot.com/2014/01/nama-ninda-arindika-kelas-3n-pgsd-nim.html

http://tabloidjubi.com/16/2015/10/30/kepercayaan-agama-suku-suku-di-tanah-papua/

11 | L A P O R A N A R S I T E K T U R N U S A N T A R A D A N A C E H

Anda mungkin juga menyukai