Geografi[sunting | sunting sumber]
Provinsi Papua memiliki luas sekitar 81.049,30 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari
wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis, dan
telah mendorong bangsa-bangsa asing untuk menguasai pulau Papua.[8]
Selata
Provinsi Papua Pegunungan, Papua Tengah
n
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan
sejarah interaksi antara bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan
bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua.
Asal nama Papua berasal dari Papo Ua yang dalam bahasa Tidore artinya "tidak bergabung",
"tidak bersatu", atau "tidak bergandengan". Maksudnya wilayah Papua itu jauh sehingga tidak
masuk dalam daerah induk Kesultanan Tidore. Akan tetapi wilayah-wilayah tersebut tetap tunduk
dan berada dibawah persekutuan dagang Tidore bernama Uli Siwa. Dalam pembagiannya
wilayah di Papua dibagi menjadi Korano Ngaruha atau Kepulauan Raja Ampat, Papo Ua
Gamsio (Papua sembilan negeri), dan Mafor Soa Raha (Mafor Empat Soa).[10] Teori lain nama
Papua berasal dari Bahasa Melayu papuwah, artinya "rambut keriting". Akan tetapi kata ini
masuk pada kamus bahasa melayu tahun 1812 ciptaan William Marsden yang tidak ditemukan
dalam kamus yang lebih awal.[11] Pada catatan abad ke-16 Portugis dan Spanyol, kata Papua
merujuk kepada penduduk Kepulauan Raja Ampat dan pesisir Kepala Burung.[12] Berdasarkan
teori lain ini menurut F.C. Kamma nama ini bisa saja berasal dari Bahasa Biak 'Sup i Babwa'
yang digunakan untuk menyebut Kepulauan Raja Ampat berarti tanah di-bawah (matahari
terbenam), yang kemudian menjadi 'Papwa' lalu 'Papua'.[11]
Selain itu nama Irian Jaya, berasal dari pertemuan di Tobati, Jayapura yang diinisiasi
Atmoprasojo, kepala sekolah bestuur (pegawai negeri) tahun 1940-an. Frans Kaisiepo,
pemimpin komite mencetuskan nama dari legenda Mansren Koreri, Iri-an dari Bahasa Biak yang
berarti "tanah panas" karena cuaca lokal yang panas, dan juga dari Iryan yang berarti "proses
memanas" sebagai metafora bagi wilayah yang memasuki zaman baru. Kemudian ditemukan
dalam Bahasa Serui, Iri artinya "tanah" dan An artinya "bangsa", sehingga arti keseluruhannya
"tiang bangsa". Sedangkan dalam Bahasa Merauke, Iri artinya "ditempatkan" atau "diangkat
tinggi", dan an artinya "bangsa". Sehingga artinya "bangsa yang diangkat tinggi".[10][13]
Provinsi Papua, sebelumnya mencakup seluruh wilayah Indonesia di Pulau Papua. Pada masa
pemerintahan kolonial Hindia Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands
Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1963 hingga
1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan
tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi sampai
terbitnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan
nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua.
Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua
Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap
memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (kemudian
menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua
Merdeka (OPM), suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan
membentuk negara sendiri.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Papua berada di wilayah paling timur negara Indonesia. Ia merupakan pulau terbesar kedua
setelah Pulau Greenland di Denmark. Luasnya mencapai 890.000 km2 (ini jika digabung dengan
Papua New Guinea).
Pada tahun 1511 M, Antonio d’Arbau pelaut asal Portugis menyebut wilayah Papua dengan
nama “Os Papuas” atau llha de Papo. Don Jorge de Menetes, pelaut asal Spanyol juga sempat
mampir di Papua beberapa tahun kemudian (1526 – 1527), ia tetap menggunakan nama Papua.
Ia sendiri mengetahui nama Papua dalam catatan harian Antonio Figafetta, juru tulis
pelayaran Magelhaens yang mengelilingi dunia menyebut dengan nama Papua. Nama Papua ini
diketahui Figafetta saat ia singgah di pulau Tidore.
Berikutnya, pada tahun 1528 M, Alvaro de Savedra, seorang pimpinan armada laut Spanyol beri
nama pulau Papua Isla de Oro atau Island of Gold yang artinya Pulau Emas. Ia juga merupakan
satu-satunya pelaut yang berhasil menancapkan jangkar kapalnya di pantai utara kepulauan
Papua. Dengan penyebutan Isla Del Oro membuat tidak sedikit pula para pelaut Eropa yang
datang berbondong-bondong untuk mencari emas yang terdapat di pulau emas tersebut.[17]
Pada tahun 1545 M, pelaut asal Spanyol Inigo Ortiz de Retes memberi nama Nueva
Guinea atau Gova Guinea (Pulau Guinea Baru). Ia awalnya menyusuri pantai utara pulau ini dan
karena melihat ciri-ciri manusianya yang berkulit hitam dan berambut keriting sama seperti
manusia yang ia lihat di belahan bumi Afrika bernama Guinea, maka diberi nama pulau ini Nueva
Guinee/Pulau Guinea Baru, dan dimulailah era kolonialisme Belanda di Papua[17]
Pada tahun 1606 M, sebuah ekspedisi Duyfken dipimpin oleh komandan Wiliam Jansen
dari Belanda mendarat di Papua. Ekspedisi ini terdiri atas 3 kapal, di mana mereka berlayar dari
pantai Utara Jawa dan singgah di Kepulauan Kei, Aru pantai Barat Daya Papua, dan
mengenalnya sebagai Papua dari Jorge de Menetes. Seiring dengan meluasnya
kekuasaan Belanda, maka tahun 1663, Spanyol meninggalkan Papua.[17]
Sebagai usaha untuk memperkuat kedudukannya di Papua, pada tahun
1770, Belanda mengubah nama Papua menjadi Nieuw Guinea yang merupakan terjemahan ke
dalam bahasa Belanda atas Gova Guinea atau Nova Guinea dan diterbitkan dalam peta
internasional yang diterbitkan oleh Isaac Tiron, seorang pembuat peta
berkebangsaan Belanda pada abad ke 18. Dengan dimuatnya ke dalam peta tersebut, maka
daerah ini kian terkenal di negara-negara Eropa.[21]
Benteng Fort Du Bus di teluk Trinton oleh A.J. van Delden
Pada tahun 1774, kekuasaan Belanda atas Papua jatuh ke tangan Inggris. Di mana pada tahun
1775, nakhoda kapal La Tartare, Kapten Forrest dari Inggris berlabuh di Manokwari, Teluk
Doreri, dan pada tahun 1793, Papua menjadi daerah koloninya yang baru. Berdasarkan perintah
Gubernur Inggris berkedudukan di Maluku, mereka mulai membagi garis pulau dan mendirikan
Benteng Coronation di Teluk Doreri. Namun Kamaludin Syah, Sultan Tidore yang berkuasa atas
seluruh Kesultanan Tidore (di mana pulau Papua bagian Barat klaim masuk dalam wilayah
kekuasaannya milik Belanda) menentang pendiriannya, sehingga pada tahun
1814, Inggris meninggalkan Papua.[18][21]
Pada 24 Agustus 1828 berdirilah benteng Fort Du Bus di Teluk Trinton oleh A.J. van Delden atas
nama Raja Willem I, sebagai penanda mulainya kolonialisme Belanda di Papua dengan
diwujudkannya kerjasama dalam bentuk penandatanganan surat perjanjian dengan tiga raja
yaitu Raja Namatota, Kasa (Raja Lahakia) dan Lutu (orang kaya di Lobo, Mewara dan
Sendawan). Mereka mendapatkan pengakuan sebagai kepala daerah dibawah Sultan Tidore
dan tongkat kekuasaannya yang berkepala perak dari Belanda, di mana secara bersamaan juga
diangkat 28 kepala daerah bawahannya.[22] Belanda mengangkat Sultan Tidore sebagai
penguasa atas wilayah Papua karena menanggap potensi ekonomi yang kecil, hingga pada
tahun 1849, batas wilayah kekuasaan Tidore sudah sampai ke perbatasan modern Indonesia
dan Papua Nugini.[19]
Tahun 1884, Papua New Guinea dikuasai oleh Inggris, dan pada tahun yang sama, Timur Laut
Papua dikuasai oleh Jerman. Perebutan kekuasaan ini baru berakhir pada 16 Mei 1895 di Den
Haag diadakan pertemuan antara Belanda dan Inggris mengenai penetapan batas wilayahnya,
dan dikenal sebagai Perjanjian Den Haag (1895), serta termaktub dalam Staatsblaad van
Nederlandsch Indie 1895 No. 220 dan 221 tertanggal 16 Mei 1895, di mana garis batasnya
adalah Sungai Bensbach. Sungai ini membagi 2 wilayah yaitu, Papua bagian Barat sebagai
wilayah Belanda dan Papua bagian Timur atau dikenal sebagai Papua Nugini sebagai
wilayah Inggris. Wilayah kekuasaan Kerajaan Belanda. selanjutnya dikenal sebagai Nederlands
Nieuw Guinea.[22]