Anda di halaman 1dari 36

Pepeling

Ke di akhir sakabeh jalma bakal baralik ka jalan Gusti Allah, rabul jiga siraru pada neangan jalan tapi
lolobana anu sasar ambruk kana jurang, mana kudu gancang-gancang geura neangan jalan pikeun
balik ka jalan Gusti Allah, teu aya hartina lamun urang balikna ka jalan Gusti Allah wujud buruk tanpa
daya.

Istilah Sunda
Penggunaan istilah Sunda saat ini diidentifikan dengan isti lah Jawa Barat, padahal secara
histori memiliki sejarah yang berbeda. Kedua istilah tersebut mengalami perubahan pe
ngertian dan penafsiran, sehingga sering terjadi kekeliruan dan keragu-raguan dalam
penggunaannya, terutama ketika istilah Sunda hanya dikonotasikan politis, dianggap sukuis
me, sehingga terpaksa istilah Sunda dalam pergaulan sosial dan budaya harus diganti dengan
sebutan Jawa Barat.

Istilah Sunda dalam catatan masa lalu diterapkan untuk me nyebutkan suatu kawasan, atau
gugusan kepulauan yang ter letak diwilayah lautan Hindia Sebelah Barat (Sunda besar dan
Sunda kecil), bahkan istilah Sunda digunakan untuk me nunjukan gugusan kepulauan tersebut
didalam peta dunia, kecuali di Indonesia. Istilah Sunda ditemukan pula di dalam prasasti dan
naskah sejarah, digunakan untuk menyebutkan batas budaya dan kerajaan, bahkan bukan
hanya terbatas di dalam yuridiksi penerintahan Jawa Barat saat ini, melainkan jauh kewilayah
Jawa Tengah, didalam Catatan Bujangga Ma nik (abad ke-16) disebut Tungtung Sunda.

Menurut Edi S. Ekadjati dalam pidato pengukuhan jabatan gu ru besarnya yang berjudul
SUNDA, NUSANTARA, DAN INDONE SIA SUATU TINJAUAN SEJARAH (1995:3–4)
memaparkan bahwa: Secara historis, Ptolemaeus, ahli ilmu bumi bangsa Yunani, merupakan
orang pertama yang menyebut Sunda sebagai na ma tempat. Dalam buku karangannya yang
ditulis sekitar tahun 150 Masehi ia menyebutkan bahwa ada tiga pulau yang dinamai Sunda
yang terletak di sebelah timur India (At mamihardja, 1958: 8). Kiranya berdasarkan informasi
dari Ptolemaeus inilah, ahli-ahli ilmu bumi Eropa kemudian meng gunakan kata Sunda untuk
menamai wilayah dan beberapa pulau yang terletak di sebelah timur India. Hal yang sama di
ungkapkan oleh seorang ahli geologi Belanda R.W. van Bem melen menjelaskan bahwa
Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai suatu daratan bagian barat laut
India Timur, sedangkan dataran bagian tenggaranya di na mai Sahul.

BEBERAPA PENGERTIAN SUNDA


Rouffaer (1905: 16) menyebutkan, bahwa kata Sunda berasal dari pinjaman kata asing
berkebudayaan Hindu, kemungkin an dari akar kata SUND atau kata SUDDHA dalam bahasa
Sanse kerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, putih (Williams, 1872: 1128,
Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Ja wa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat kata
sunda, de ngan pengertian: bersih, suci, murbi, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat,
waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219).

Menurut Gonda (1973: 345-346), pada mulanya kata SUD-DHA dalam bahasa Sansekerta
digunakan untuk menyebut kan sebuah gunung yang menjulang tinggi di bagian barat Pu lau
Jawa, dari jauh tampak putih bercahaya karena tertutup oleh abu yang berasal dari letusan
gunung tersebut. Gunung Sunda itu terletak di sebelah barat Gunung Tangkuban Para hu.
Kemudian nama tersebut diterapkan pula pada wilayah tempat gunung itu berada dan
penduduknya. Mungkin sekali pemberian nama Sunda bagi wilayah bagian barat Pulau Ja wa
terinspirasi oleh nama sebuah kota dan atau kerajaan di India yang terletak di pesisir barat
India antara kota pelabu han Goa dan Karwar (ENI, IV, 1921: 14-15). Selanjutnya, Sunda
dijadikan nama kerajaan di bagian barat Pulau Jawa yang beribukota di Pakuan Pajajaran,
sekitar Kota Bogor se karang. Kerajaan Sunda ini telah diketahui berdiri pada abad ke-7
Masehi dan berakhir pada tahun 1579 Masehi (Danasas mita dkk, 1984: 1-27; Danasasmita
dkk, IV, 1984; Djajadi niningrat, 1913: 75).

R. Mamun Atmamihardja, dalam bukunya Sejarah Sunda I (1956) mencatat beberapa arti
yang didasarkan pada berba gai kamus bahasa, yaitu :
Sanksakerta : - Sopan, bersinar, terang, putih;
- Nama Dewa Wisnu;
- Ksatriya Buta (daitya) dalam cerita Upa Sunda dan Ni Sunda
- Ksatriya Wanara dalam cerita Ramayana
- Nama Gunung di Bandung Utara
Kawi :
- Air, tumpukan, pangkat, waspada
Jawa:
- Bersatu; penyusun; dua (nama chandrasang kala)
- Unda - naik; Unda – terbang.
- Sunda :
- Saunda atau Saundana Lumbung Padi
- Sonda – bagus; indah; menyenangkan;
- Sonda – terkenal
- Sonda – laki laki tampan
- Sundara – nama Dewa Kamajaya
- Sundari – perempuan cantik

DATARAN- KEPULAUAN SUNDA


Bagi masyarakat yang mengenyam pendidikan pada medio 1960 an, istilah Sunda masih
ditemukan didalam mata ajar Ilmu Bumi, suatu istilah yang menunjukan gugusan kepulau an
yang disebut Sunda Besar dan Sunda Kecil.

DATARAN SUNDA dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang me lingkar (CIRCUM-
SUNDA MOUNTAIN SYSTEM) yang panjangnya se kitar 7000 km. Dataran Sunda itu
terdiri dari dua bagian uta ma, yaitu (1) bagian utara yang meliputi Kepulauan Filipina dan
pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian ba rat dan (2) bagian selatan yang
terbentang dari barat ke ti mur sejak Lembah Brahmaputera di Assam (India) hingga Maluku
bagian selatan. Dataran Sunda itu bersambung deng an kawasan sistem Gunung Himalaya di
barat dan dataran Sa hul di timur (Bemmelen, 1949: 2-3).

Selanjutnya, sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di da taran Sunda diberi nama dengan
menggunakan istilah Sunda pula, yakni KEPULAUAN SUNDA BESAR dan KEPULAUAN
SUNDA KECIL. Kepulauan Sunda Besar ialah himpunan pulau yang be rukuran besar yang
terdiri atas pulau-pulau: Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Adapun Kepulauan Sunda
Kecil me rupakan gugusan pulau-pulau: Bali, Lombok, Sumbawa, Flo res, Sumba, Timor
(Bemmelen, 1949: 15-16). Namun kemudi an istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil tidak
dipakai lagi da lam percaturan ilmu bumi Indonesia.

Pendapat diatas tentunya mendekati paradigma masyarakat saat ini yang sedang mencari
jejak Benua Antlantis, seperti Stephen Oppenheimer, seorang Profesor dari Universitas
Oxford dan Arysio Santios, Profesor dari Brazil. Konon berda sarkan penemuan para ahli
Amerika dan Jepang, yang menga cu pada ciri ciri kehidupan dan genetika manusianya,
benua tersebut berada diwilayah yang saat ini disebut dataran Sunda. Didaerah ini pun
ditemukan jejak arkeolog peningga lan prasejarah, seperti Situs Gunung Padang yang berada
dibeberapa tempat, seperti Cianjur dan Ciwidey. Beluim lagi penemuan di Bukit Dago dan
Gunung Masigit. Terakhir digu nung lalakon.

Oppenheimer dalam diskusi bedah bukunya berjudul ‘Eden in The East’ di gedung LIPI,
Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pu sat, Kamis 28 Oktober 2010, menyebutkan, bahwa : Sejarah
selama ini mencatat bahwa induk peradaban manusia mo dern itu berasal dari Mesir,
Mediterania dan Mesopotamia. Tetapi, nenek moyang dari induk peradaban manusia mo dern
berasal dari tanah Melayu yang sering disebut deng an Sundaland atau Indonesia. Apa
buktinya? “Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikul tur lain di
dunia. Dalam perjalanan yang dilakukannya, Op penheimer dimulai dengan komentar tanpa
sengaja di sebu ah desa zaman batu di Papua Nugini. Dari situ dia mendapati kisah
pengusiran petani dan pelaut di pantai Asia Tenggara, yang diikuti serangkaian banjir pasca-
sungai es hingga me ngarah pada perkembangan budaya di seluruh Eurasia. Op penheimer
meyakini temuan-temuannya itu, dan menyim pulkan bahwa benih dari budaya maju, ada di
Indonesia. Buku ini mengubah secara radikal pandangan tentang pra sejarah.

Pada akhir Zaman Es, banjir besar yang diceritakan dalam kitab suci berbagai agama benar-
benar terjadi dan meneng gelamkan paparan benua Asia Tenggara untuk selamanya. Hal itu
yang menyebabkan penyebaran populasi dan tumbuh suburnya berbagai budaya Neolitikum
di Cina, India, Meso potamia, Mesir dan Mediterania Timur. Akar permasalahan dari
pemekaran besar peradaban di wilayah subur di Timur Dekat Kuno, berada di garis-garis
pantai Asia Tenggara yang terbenam. “Indonesia telah melakukan aktivitas pelayaran,
memancing, menanam jauh sebelum orang lain melakukan nya.” Oppenheimer
mengungkapkan bahwa orang-orang Poli nesia (penghuni Benua Amerika) tidak datang dari
Cina, tapi dari pulau-pulau Asia Tenggara. Sementara penanaman be ras yang sangat pokok
bagi masyarakat tidak berada di Cina atau India, tapi di Semenanjung Malaya pada 9.000
tahun lalu.

Pendapat ini tentunya menuai tanggapan dari berbagai pihak dari yang mendukung sampai
dengan yang tidak percaya, bahkan banyak pula para akhli Indonesia maupun para In
donesianis menyangkal pendapatnya. Persoalannya sekarang mampukah kita menemukan
jawaban atas pencarian terse but, atau hanya ‘bakutet’ seperti “monyet ngagugulung kala
pa ?”. Jika dikelak kemudian hari pertanyaan tersebut ter jawabkan, tentunya akan mampu
merubah peta kesejarahan dunia.

DIDALAM PRASASTI DAN NASKAH KUNA


Di bidang sejarah menurut Ekadjati (hal.2) : istilah Sunda yang menunjukan pengertian
wilayah di bagian barat Pulau Jawa dengan segala akitivitas kehidupan manusia didalam nya,
muncul untuk pertama kalinya pada abad ke-9 Masehi. Istilah tersebut tercatat dalam prasasti
yang ditemukan di Ke bon Kopi, Bogor beraksara Jawa Kuna dan berbahasa Melayu Kuna.
Bahwa terjadi peristiwa untuk mengembalikan kekua saan prahajian Sunda pada tahun 854
Masehi. Pada waktu itu sudah diketahui adanya suatu wilayah yang memiliki pengua sa yang
diberi nama Prahajian Sunda. Ada juga yang menye butkan istilah ini telah dimuat dalam
Prasasti Kabantenan. Prasasti tersebut menjelaskan tentang suatu daerah yang disebut
Sundasembawa.
Data lain yang menyebutkan tentang istilah Sunda ditemu kan pula, dengan penjelasan:
“pemerintahan Suryawarman meninggalkan sebuah prasasti batu yang ditemjukan di kam
pung Pasir Muara (Cibungbulang) di tepi sawah kira-kira 1 kilometer dari prasasti telapak
gajah peninggalan Purnawar man. Prasasti ini berisi inskripsi sebanyak 4 baris. Bacaannya
(menurut Bosch) ;
ini sabdakalanda juru pangambat i kawihaji panyca pasagi marsandeca barpulihkan haji su –
nda. (Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pangambat dalam [tahun Saka] 458 [bahwa]
pemerintahan daerah dipulihkan kepada raja Sunda”.
Suryawarman di dalam sejarah tatar Pasundan tercatat seba gai raja Tarumanagara ketujuh.
Diperkirakan memerintah pada tahun 457 sampai dengan tahun 483 Saka, bertepatan dengan
tahun 536 sampai dengan tahun 561 masehi, sedang kan tahun 458 Saka bertepatan dengan
536 masehi atau abad ke enam masehi. Sampai saat ini tidak kurang dari 20 buah jumlah
prasasti yang ditemukan di wilayah Jawa Barat sekarang.

Prasasti dimaksud menurut waktunya dapat dikelompokan menjadi :


(1) prasasti Tarumanagara
(2) Sunda
(3) Rumantak
(4) Kawali
(5) Pakuan Pajajaran.

Nama-nama raja yang terulis dalam prasasti tersebut, yakni :


(1) Rajadiraja Guru
(2) Purnawarman
(3) Haji (raja) Sunda
(4) Sri Jayabupati
(5) Batari Hyang
(6) Prabu Raja Wastu – Niskala Wastu Kencana
(7) Ningrat Kencana (Dewa Niskala)
(8) Prabu Guru Dewataprana (Sri Baduga Maharaja).

Kisah yang dimaksudkan Ekadjati tersebut sama dengan yang dimaksud Pleyte (1914), kisah
berdirinya kerajaan Sun da terdapat dalam naskah Kuna dan berbahasa Sunda Kuna. Pendiri
dari kerajaan Sunda adalah Terusbawa. Sedangkan eksistensinya ditemukan dalam naskah
Nagarakretabhumi (sumber sekunder), yang menjelaskan Terusbawa memerin tah pada tahun
591 sampai dengan 645 Saka, bertepatan dengan tahun 669/670 sampai dengan 723/724
Masehi.

Kisah berdirinya Sunda sebagai nama kerajaan di dalam Pustaka Jawadwipa I sarga 3
dikisahkan, sebagai berikut :
Telas karuhun wus hana ngaran deca Sunda tathapi ri sawaka ning rajya Taruma. Tekwan
ring usana kang ken ngaran kitha Sundapura. Iti ngaran purwapras tawa saking
Bharatanagari. (Sesungguhnya dahulu telah ada nama daerah Sunda tetapi menjadi bawahan
kerajaan Taruma. Pada masa lalu diberi nama (kota) Sundapura. Nama ini berasal dari negeri
India).
Generasi muda sekarang lebih memahami batas sunda bagi an timur adalah Cirebon.
Penafsiran demikian tidak dapat di salahkan, mengingat pada masa Belanda yuridiksi
Propinsi Ja wa Barat dibatasi hanya sampai Cirebon. Ekadjati dalam tuli sannya tentang
Sajarah Sunda mengemukakan, bahwa :
Tanah Sunda perenahna di beulah kulon hiji pulo anu ayeuna jenenganana Pulo Jawa. Ku
kituna eta weweng kon disebut oge Jawa Kulon. Ceuk urang Walanda mah West Java. Sacara
formal istilah West Java digunakeun ti mimiti taun 1925, nalika pamarentah kolonial nga
degkeun pamarentah daerah anu statusna otonom sarta make ngaran Provincie West Java.
Timimiti za man Republik Indonesia (1945) eta ngaran propinsi anu make basa Walanda teh
diganti ku basa Indonesia jadi Propinsi Jawa Barat’.
Wilayah Tarumanagara pada masa Purnawarman membawa hi 46 kerajaan daerah. Jika
dibentangkan dalam peta daerah tersebut meliputi jawa bagian barat (Banten hingga Kali Sera
yu dan Kali Brebes Jawa Tengah). Paska pemisahan Galuh secara praktis kerajaan Sunda
terbagi dua, sebelah barat Su ngai Citarum dikuasai Sunda (Terusbawa) dan sebelah Su ngai
Citarum bagian timur dikuasai Galuh (Wretikandayun). Penyatuan kembali Sunda dengan
Galuh dimasa lalu terjadi beberapa kali, seperti pada masa Sanjaya, Manarah, Niskala Wastu
Kancana dan Sri Baduga Maharaja.

Untuk menyelusuri batas budaya, ada beberapa versi yang dapat diacu : Pertama, berdasarkan
Naskah Bujangga Manik, yang mencatatkan perjalanannya pada abad ke-16, mengun jungi
tempat-tempat suci di Pulau Jawa dan Bali, naskah ter sebut diakui sebagai naskah primer,
saat ini disimpan di Per pustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627,
batas kerajaan Sunda di sebelah timur adalah sungai Cipamali (kali Brebes) dan sungai
Ciserayu (Kali Serayu) Ja wa Tengah. Dalam catatan Bujangga Manik disebutkan deng an
isitilah Tungtung Sunda, bahkan menurut Wangsakerta, : wilayah kerajaan Sunda mencakup
beberapa daerah Lam pung. Hal ini terjadi pasca pernikahan antara keluarga kera jaan Sunda
dan Lampung. Hanya saja Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat
Sunda. Disisi lain nya. Sunda memang tidak membentuk kerajaannya sebagai kerajaan
Maritim.

Kedua, menurut Tome Pires (1513) dalam catatan perjalanan nya, yang kemudian dibukukan
dalam suatu judul Summa Oriental, menyebutkan batas wilayah kerajaan Sunda : ada juga
yang menegaskan, kerajaan Sunda meliputi setengah pulau Jawa. Sebagian orang lainnya
berkata bahwa kerajaan Sunda mencakup sepertiga pulau Jawa ditambah seperdela pannya
lagi. Keliling pulau Sunda tiga ratus legoa. Ujungnya adalah Cimanuk

KERAJAAN SUNDA
Di dalam buku Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat (RPMSJB), uraian
tentang kerajaan sunda nampak nya dibatasi sejak Maharaja Terusbawa sampai dengan Citra
ganda, atau sejak tahun 669 M sampai dengan tahun 1311 M. Hal ini dapat dipahami
mengingat pembahasan kerajaan-ke rajaan yang ada di tatar Sunda diuraikan tersendiri,
seperti Sunda, Galuh, Kawali dan Pajajaran.

Pembahasan kesejarahan ini jauh lebih luas dibandingkan dengan paradigma masyarakat
tradisional yang selalu mengait kan Sunda dengan simbol-simbol Pajajaran, atau kerajaan
Sunda terakhir. Jika budaya Sunda hanya dipahami hanya sebatas Pajajaran, dengan satu-
satunya raja yang terkenal, yakni Prabu Silihwangi, maka masyarakat ditatar Sunda akan
berpotensi untuk makin kehilangan jejak kesejarahannya. Masalahnya adalah, mampukah
masyarakat Sunda merubah paradigmanya untuk melemparkan kemasa yang lebih jauh
kebelakang melebihi jejak Pajajaran dan Siliwanginya ?.

Sebutan Sunda untuk nama kerajaan di Tatar Sunda yang me ngambil dari garis keturunan
Terusbawa agak kurang tepat jika dikaitkan dengan kesejarahan Sunda yang sebenarnya.
Istilah Sunda sudah dikenal sebelum digunakan oleh Terus bawa, bahkan prasasti Pasir
Muara yang menunjukan tahun 458 Saka (536 M) telah menyebutkan adanya raja Sunda.
Secara logika sangat wajar jika ditafsirkan bahwa istilah Sunda sudah digunakan sebelum
tahun tersebut, karena prasasti dimaksud tentunya tidak dibuat langsung bertepatan dengan
istilah Sunda ditemukan. Dan prasasti tersebut tidak menan dakan dimulainya entitas Sunda,
namun hanya menerang kan, bahwa memang telah ada penguasa Sunda yang berkuasa pada
waktu itu.

Istilah Tarumanagara dimungkinkan diterapkan untuk nama kerajaan Sunda yang berada di
tepi kali Citarum. Menurut be berapa versi, istilah Sunda digunakan ketika Ibukota Taru
managara dipindahkan ke wilayah Bogor. Jika saja ada kaitannya antara Tarumanagara
dengan Salakanagara, kemungki nan besar istilah Sunda juga sudah digunakan untuk nama ke
rajaan daerah atau jejak budaya manusia yang ada di dataran Sunda.

Istilah Sunda (Sundapura) sebelumnya pernah digunakan oleh Purnawarman sebagai pusat
pemerintahan. Tarumana gara berakhir pasca wafatnya Linggawarman (669 M). Terus bawa
adalah menantu Linggawarman menikah dengan Dewi Manasih, putrinya. Tarusbawa
dinobatkan dengan nama MA HARAJA TARUSBAWA DARMAWASKITA
MANUNGGAL JAYA SUNDA SEMBAWA. Dari sini para penulis sejarah Sunda pada
umum nya mencatat dimulainya penggunaan nama kerajaan Sunda

Instilah Sunda (Sundapura atau Sundasembawa) sebelumnya pernah digunakan oleh


Purnawarman sebagai pusat pemerintahan. Sundapura adalah salah satu kota yang terletak di
wilayah Tarumanagara. Dari Sundapura Purnawarman memerintah dan mengendalikan
Tarumanagara, dan di Sundapura Tarumanagara mencapai masa keemasanya. Tarumanagara
berakhir pasca wafatnya Linggawarman (669 M). digantikan oleh Terusbawa, menantunya,
menikah dengan putri Linggawarman, Dewi Manasih. Tarusbawa dinobatkan dengan nama
Maharaja Tarusbawa Darmawas kita Manunggala jaya Sundasembawa. Dari sinilah para
penulis sejarah men catat dimulainya kerajaan Sunda.

LETAK SUNDAPURA
Tentang letak Sundapura jika dikaitkan dengan prasasti Kam pung Muara dan Prasasti
Kebantenan menimbulkan perta nyaan. Karena bisa ditafsirkan, perpindahan ibukota Taruma
dari Sundapura telah terjadi sejak masa Suryawarman. Prasasti tersebut menurut Saleh
Danasasmita dibuat pada tahun 584, masa Tarumanagara, namun menurut para akhli lainnya
dibuat tahun 854, menunjukan pada masa Kerajaan Sunda. Letak prasasti Muara dahulu
termasuk berada diwilayah kerajaan Pasir Muara, raja daerah bawahan Tarumanagara
sehingga dimungkin prasasti tersebut peninggalan masa Tarumanagara.

Didalam Pustaka Jawadwipa diterangkan mengenai lokasi Sundapura, :


telas karuhun wus hana ngaran deca Sunda tathapi ri sawaka ning tajyua Taruma. Tekwan
ring usana kang ken ngaran kitha Sundapura. Iti ngaran purwa prasta wa saking Bratanagari.
(dahulu telah ada nama daerah Sunda tetapi menjadi bawahan Tarumanaga. Pada masa lalu
diberi nama Sundapura. Nama ini berasal dari negeri Bharata).
DARI TARUMANAGARA MENJADI SUNDA
Istilah Sunda didalam alur cerita kesejarahan resmi sejak Tarusbawa memindahkan pusat
pemerintahan ke Sundapu ra, pada tahun 669 M atau tahun 591 Caka Sunda. Pada masa itu
kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tah ta Linggawar man pada tahun 669
M kepada Tarusbawa. Beri ta ini disampaikan kesegenap negara sahabat dan bawahan
Tarumanagara. Demikian juga terhadap negara, seperti Cina, Terusbawa mengirimkan utusan
bahwa ia pengganti Lingga warman. Sehingga pada tahun 669 M dianggap sebagai lahir nya
Kerajaan Sunda.
Perpindahan dan pembangunan istana Sunda dikisahkan oleh penulis Fragmen Carita
Parahyangan, sebagai berikut :
Diinyana urut Kadatwan, ku Bujangga Sedamanah nga ran Kadat wan Bima–Punta–
Narayana–Madura–Sura dipati. Anggeus ta tuluy diprebokta ku Maharaja Tarus bawa denung
Bujangga Sedamanah. (Disanalah bekas keraton yang oleh Bujangga Sedamanah diberi nama
Sri Kedatuan Bima-Punta – Narayana – Madura – Suradi pati. Setelah selesai dibangun lalu
diberkati oleh Maha raja Tarusbawa dan Bujangga Sedamanah.).
Berita yang layak dijadikan bahan kajian tentang pembangunan istana yang dilakukan
Tarusbawa juga tercantum di dalam Pustaka Nusantara II/3 halaman 204/205, isinya :
”Hana pwanung mangadegakna Pakwan Pajajaran la wan Kadtwan Sang Bima-Punta-
Narayanan-Madura-Suradipati ya ta Sang Prabu Tarusbawa”. (Adapun yang mendirikan
Pakuan Pajajaran beserta keraton Sang Bi ma–Punta–Narayana–Madura-Suradipati adalah
Maha raja Tarusbawa)
Istana sebagai pusat pemerintahan terus digunakan oleh raja-raja Sunda Pajajaran atau
Pakuan Pajajaran. Istilah Pakuan Pajajaran menurut Purbatjaraka (1921) berarti istana yang
berjajar Nama istana tersebut cukup panjang, tetapi berdiri masing-masing, dengan nama nya
sendiri, secara berurutan disebut Bima–Punta–Narayana-Madura-Suradipati (bangunan
keraton). Bangunan Keraton tersebut sama dengan yang dilaporkan oleh Gubernur Jendral
Camphuijs, tanggal 23 Desember 1687 kepada atasannya di Amsterdam. Laporan diatas
mendasarkan pada penemuan Sersan Scipio, pada tanggal 1 September 1697, tentang
penemuan pusat Kerajaan Pajajaran pasca dihancurkan pasukan gabungan Banten dan
Cirebon.

Laporan Scipio menyebutkan :


“Dat hetselve paleijs specialijck de verhaven zitplaets van den Javaense Coning Padzia
Dziarum nu nog gedui zig door een groot getal tiigers bewaakt en bewaart wort”. (bahwa
istana tersebut. dan terutama tempat du duk yang ditinggikan–sitinggil–kepunyaan raja
“Jawa” Pajajaran, sekarang ini masih dikerumuni dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah
besar harimau).
Istilah Pakuan Pajajaran, atau Pakuan atau Pajajaran saja di temukan pula di dalam Prasasti
tembaga di Bekasi. Urang Sunda kemudian terbiasa dengan menyebut nama Pakuan untuk
ibukota Kerajaan dan nama Pajajaran untuk negara nya. Sama dengan istilah Ngayogyakarta
Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat yang nama-nama keraton tersebut kemudian
digunakan untuk nama ibukota dan wilayahnya.

PERPINDAHAN IBUKOTA
Pemindahan pusat pemerintahan ke Sundapura memiliki alasan, bukan karena Sundapura
adalah daerah asal Terusbawa, melainkan erat kaitannya dengan masalah pemerintahan.
Terusbawa menginginkan kembalinya kejayaan Tarumanagara sebagai mana pada masa
Purnawarman, yang memindah kan ibukota Tarumanagara ke Sundapura. Namun tidak mem
perhitungkan akibat politis dari pemindahan ibukota.

Pada saat itu kondisi Tarumanagara sudah tidak sekuat masa lalu. Tarumanagara pasca
meninggalnya Purnawarman pa mornya sudah mulai turun di mata raja-raja daerah, terutama
pasca kekacauan yang terjadi diintern istana. Banyak raja-raja daerah yang melakukan
pembangkangan, terutama yang berada di wilayah sebelah timur Citarum. Disisi lain nama
Sriwijaya dan Kalingga sudah mulai naik pamornya sebagai pesaing Tarumanagara. Dengan
pertimbangan ini Wretikandayun menyatakan Galuh membebaskan diri dari Sunda. Sejak
saat itu ditatar Sunda muncul dua kerajaan kembar, yakni Sunda dan Galuh.
Perbedaan Sunda dengan Galuh bukan hanya menyangkut masalah pemerintahan, bahkan
budayanya. Menurut Saleh Danasasmita, Sunda dengan Galuh memiliki entitas yang mandiri
dan ada perbedaan tradisi yang mendasar. Hal yang sama dikemu kakan Prof. Anwas
Adiwilaga, menurutnya Urang Galuh adalah Urang Cai sedangkan Urang Sunda dise but
sebagai Urang Gunung. Mayat Urang Galuh ditereb atau dilarung, sedangkan mayat Urang
Sunda dikurebkeun. Penya tuan tradisi tersebut diperkirakan baru tercapai pada abad ke-13,
dengan mengistilahkan penduduk dibagian barat dan timur Citarum (citarum = batas alam
Sunda dan Galuh) deng an sebutan “Urang Sunda”. Sebutan tersebut bukan hasil kese
pakatan para penguasanya, melainkan muncul dengan sendi rinya.

Pasca ditemukannya Prasasti Kawali 1, para ahli sejarah Sunda Kuna pada umumnya
berpebdapat, bahwa : “Dengan demi kian pengertian Galuh dan Sunda antara 1333 – 1482
Masehi harus dihubungkan dengan Kawali (ibukota Sunda dengan Galuh pasca bergabung
kembali) walaupun di Pakuan ada penguasa daerah. Keraton Galuh sudah ditinggalkan atau
fungsinya sebagai tempat kedudukan pemerintah pusat su dah berakhir. Sedangkan Kerajaan
Sunda Pra Kawali disebut-sebut hingga masa pemerintahan Citraganda.

MENJADI JAWA BARAT


Sebutan Jawa Barat berasal dari pemerintah Hindia Belanda, terjemaahan dari istilah West
Java, muali muncul pada abad ke-19, tatkala Pulau Jawa telah dikuasai penuh oleh Belanda.
Untuk keperluan administrasi dan militer Belanda perlu membagi Pulau Jawa kedalam
beberapa bagian. Pada akhir nya Belanda membagi tiga daerah militer, yaitu Daerah Mili ter
West Java, Daerah Militer II Midden Java, dan Daerah Militer III Oost Java.

Penggunaan istilah West Java secara resmi digunakan pada tahun 1925, ketika itu dibentuk
Province West Java, sedang kan Province Midden Jawa dan Oost Java dilakukan pada tahun
1926. Dari sejarah masa lalu orang Sunda menginginkan menggunakan istilah Sunda untuk
provinsi yang berada di Jawa Barat (Ekadjati, 2005, hal. 11). Upaya tersebut nam pak dimasa
lalu. Pertama, menyosialisasikan kepada masyarakat Pasundan tentang konsekwensi
dibentuknya provinsi itu, secara lisan maupun diwartakan di mass media. Kedua, mengajukan
permohonan kepada pemerintahan kolonial Hin dia Belanda, agar nama provinsi ini disebut
Pasundan, beribu kota di Bandung. Permohonan tersebut dipenuhi dan dikeluarkan penetapan
tentang pembentukan provinsi Pasundan, sebagaimana dimuat dalam Sttatsblad no. 25 dan
378 tahun 1925). Isi staatsblad tersebut menyatakan, bahwa ..... West Java, in
inheemschetalen aan te duiden als Pasoendan ....” (Jawa Barat, dalam bahasa orang pribumi
(bahasa Sunda) me nunjuk sebagai Pasundan. Namun mengenai ibukotanya masih tetap
menunjuk Provincie West Java beribukota di Batavia. Pada saat mewujudkan konsep negara
federal di Indonesia (1948-1949), nama negara bagian yang telah di persiapkan bernama
Pasundan, sekalipun pada saat persiapannya bernama Jawa Barat. Ketiga, Kongres Pemuda
Sunda (1956) mengeluarkan pernyataan (proklamasi), bahwa nama Jawa Barat diganti
dengan nama Sunda. Sebagai konsekwensinya nama Jawa Tengah menjadi nama Jawa Barat,
sedangkan nama Pulau Jawa diganti dengan nama Nusa Selatan.

Berdasarkan undang-undang yang berlaku, sejak tahun 1925 dan pasca Kemerdekaan, nama
Provinsi Jawa Barat masih tetap digunakan untuk wilayah Pulau Jawa Bagian Barat, akan
tetapi lama kelamaan perkembangan di masyarakat dan karya-karya tulisan juga
menggunakan istilah nama Jawa Barat, sehingga menjadi nama resmi. Istilah Sunda pada
akhirnya hanya digunakan untuk menunjukan orang dan budaya yang ada di Pulau Jawa
Bagian Barat. Jika saja nama Sunda digunakan untuk menunujuk wilayah, maka hanya di
tujukan untuk kondisi wilayah di masa lalu, atau batas budaya.
Istilah Sunda dalam catatan masa lalu diterapkan untuk menyebutkan suatu kawasan, yakni
Sunda besar dan Sunda kecil, sedangkan didalam prasasti dan naskah sejarah di gunakan
untuk menyebutkan batas budaya dan kerajaannya. Batas wilayah Sunda (Pasundan) didalam
Catatan Bujangga Manik (dibuat abad 16) disebut “Tungtung Sunda”. Batas yang melampaui
yuridiksi Jawa Barat sekarang, yakni di timur sampai dengan Cipamali. (***)Istilah Sunda
Penggunaan istilah Sunda saat ini diidentifikan dengan isti lah Jawa Barat, padahal secara
histori memiliki sejarah yang berbeda. Kedua istilah tersebut mengalami perubahan pe
ngertian dan penafsiran, sehingga sering terjadi kekeliruan dan keragu-raguan dalam
penggunaannya, terutama ketika istilah Sunda hanya dikonotasikan politis, dianggap sukuis
me, sehingga terpaksa istilah Sunda dalam pergaulan sosial dan budaya harus diganti dengan
sebutan Jawa Barat.

Istilah Sunda dalam catatan masa lalu diterapkan untuk me nyebutkan suatu kawasan, atau
gugusan kepulauan yang ter letak diwilayah lautan Hindia Sebelah Barat (Sunda besar dan
Sunda kecil), bahkan istilah Sunda digunakan untuk me nunjukan gugusan kepulauan tersebut
didalam peta dunia, kecuali di Indonesia. Istilah Sunda ditemukan pula di dalam prasasti dan
naskah sejarah, digunakan untuk menyebutkan batas budaya dan kerajaan, bahkan bukan
hanya terbatas di dalam yuridiksi penerintahan Jawa Barat saat ini, melainkan jauh kewilayah
Jawa Tengah, didalam Catatan Bujangga Ma nik (abad ke-16) disebut Tungtung Sunda.

Menurut Edi S. Ekadjati dalam pidato pengukuhan jabatan gu ru besarnya yang berjudul
SUNDA, NUSANTARA, DAN INDONE SIA SUATU TINJAUAN SEJARAH (1995:3–4)
memaparkan bahwa: Secara historis, Ptolemaeus, ahli ilmu bumi bangsa Yunani, merupakan
orang pertama yang menyebut Sunda sebagai na ma tempat. Dalam buku karangannya yang
ditulis sekitar tahun 150 Masehi ia menyebutkan bahwa ada tiga pulau yang dinamai Sunda
yang terletak di sebelah timur India (At mamihardja, 1958: 8). Kiranya berdasarkan informasi
dari Ptolemaeus inilah, ahli-ahli ilmu bumi Eropa kemudian meng gunakan kata Sunda untuk
menamai wilayah dan beberapa pulau yang terletak di sebelah timur India. Hal yang sama di
ungkapkan oleh seorang ahli geologi Belanda R.W. van Bem melen menjelaskan bahwa
Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai suatu daratan bagian barat laut
India Timur, sedangkan dataran bagian tenggaranya di na mai Sahul.

BEBERAPA PENGERTIAN SUNDA


Rouffaer (1905: 16) menyebutkan, bahwa kata Sunda berasal dari pinjaman kata asing
berkebudayaan Hindu, kemungkin an dari akar kata SUND atau kata SUDDHA dalam bahasa
Sanse kerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, putih (Williams, 1872: 1128,
Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Ja wa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat kata
sunda, de ngan pengertian: bersih, suci, murbi, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat,
waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219).

Menurut Gonda (1973: 345-346), pada mulanya kata SUD-DHA dalam bahasa Sansekerta
digunakan untuk menyebut kan sebuah gunung yang menjulang tinggi di bagian barat Pu lau
Jawa, dari jauh tampak putih bercahaya karena tertutup oleh abu yang berasal dari letusan
gunung tersebut. Gunung Sunda itu terletak di sebelah barat Gunung Tangkuban Para hu.
Kemudian nama tersebut diterapkan pula pada wilayah tempat gunung itu berada dan
penduduknya. Mungkin sekali pemberian nama Sunda bagi wilayah bagian barat Pulau Ja wa
terinspirasi oleh nama sebuah kota dan atau kerajaan di India yang terletak di pesisir barat
India antara kota pelabu han Goa dan Karwar (ENI, IV, 1921: 14-15). Selanjutnya, Sunda
dijadikan nama kerajaan di bagian barat Pulau Jawa yang beribukota di Pakuan Pajajaran,
sekitar Kota Bogor se karang. Kerajaan Sunda ini telah diketahui berdiri pada abad ke-7
Masehi dan berakhir pada tahun 1579 Masehi (Danasas mita dkk, 1984: 1-27; Danasasmita
dkk, IV, 1984; Djajadi niningrat, 1913: 75).

R. Mamun Atmamihardja, dalam bukunya Sejarah Sunda I (1956) mencatat beberapa arti
yang didasarkan pada berba gai kamus bahasa, yaitu :
Sanksakerta : - Sopan, bersinar, terang, putih;
- Nama Dewa Wisnu;
- Ksatriya Buta (daitya) dalam cerita Upa Sunda dan Ni Sunda
- Ksatriya Wanara dalam cerita Ramayana
- Nama Gunung di Bandung Utara
Kawi :
- Air, tumpukan, pangkat, waspada
Jawa:
- Bersatu; penyusun; dua (nama chandrasang kala)
- Unda - naik; Unda – terbang.
- Sunda :
- Saunda atau Saundana Lumbung Padi
- Sonda – bagus; indah; menyenangkan;
- Sonda – terkenal
- Sonda – laki laki tampan
- Sundara – nama Dewa Kamajaya
- Sundari – perempuan cantik

DATARAN- KEPULAUAN SUNDA


Bagi masyarakat yang mengenyam pendidikan pada medio 1960 an, istilah Sunda masih
ditemukan didalam mata ajar Ilmu Bumi, suatu istilah yang menunjukan gugusan kepulau an
yang disebut Sunda Besar dan Sunda Kecil.

DATARAN SUNDA dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang me lingkar (CIRCUM-
SUNDA MOUNTAIN SYSTEM) yang panjangnya se kitar 7000 km. Dataran Sunda itu
terdiri dari dua bagian uta ma, yaitu (1) bagian utara yang meliputi Kepulauan Filipina dan
pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian ba rat dan (2) bagian selatan yang
terbentang dari barat ke ti mur sejak Lembah Brahmaputera di Assam (India) hingga Maluku
bagian selatan. Dataran Sunda itu bersambung deng an kawasan sistem Gunung Himalaya di
barat dan dataran Sa hul di timur (Bemmelen, 1949: 2-3).

Selanjutnya, sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di da taran Sunda diberi nama dengan
menggunakan istilah Sunda pula, yakni KEPULAUAN SUNDA BESAR dan KEPULAUAN
SUNDA KECIL. Kepulauan Sunda Besar ialah himpunan pulau yang be rukuran besar yang
terdiri atas pulau-pulau: Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Adapun Kepulauan Sunda
Kecil me rupakan gugusan pulau-pulau: Bali, Lombok, Sumbawa, Flo res, Sumba, Timor
(Bemmelen, 1949: 15-16). Namun kemudi an istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil tidak
dipakai lagi da lam percaturan ilmu bumi Indonesia.

Pendapat diatas tentunya mendekati paradigma masyarakat saat ini yang sedang mencari
jejak Benua Antlantis, seperti Stephen Oppenheimer, seorang Profesor dari Universitas
Oxford dan Arysio Santios, Profesor dari Brazil. Konon berda sarkan penemuan para ahli
Amerika dan Jepang, yang menga cu pada ciri ciri kehidupan dan genetika manusianya,
benua tersebut berada diwilayah yang saat ini disebut dataran Sunda. Didaerah ini pun
ditemukan jejak arkeolog peningga lan prasejarah, seperti Situs Gunung Padang yang berada
dibeberapa tempat, seperti Cianjur dan Ciwidey. Beluim lagi penemuan di Bukit Dago dan
Gunung Masigit. Terakhir digu nung lalakon.

Oppenheimer dalam diskusi bedah bukunya berjudul ‘Eden in The East’ di gedung LIPI,
Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pu sat, Kamis 28 Oktober 2010, menyebutkan, bahwa : Sejarah
selama ini mencatat bahwa induk peradaban manusia mo dern itu berasal dari Mesir,
Mediterania dan Mesopotamia. Tetapi, nenek moyang dari induk peradaban manusia mo dern
berasal dari tanah Melayu yang sering disebut deng an Sundaland atau Indonesia. Apa
buktinya? “Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikul tur lain di
dunia. Dalam perjalanan yang dilakukannya, Op penheimer dimulai dengan komentar tanpa
sengaja di sebu ah desa zaman batu di Papua Nugini. Dari situ dia mendapati kisah
pengusiran petani dan pelaut di pantai Asia Tenggara, yang diikuti serangkaian banjir pasca-
sungai es hingga me ngarah pada perkembangan budaya di seluruh Eurasia. Op penheimer
meyakini temuan-temuannya itu, dan menyim pulkan bahwa benih dari budaya maju, ada di
Indonesia. Buku ini mengubah secara radikal pandangan tentang pra sejarah.

Pada akhir Zaman Es, banjir besar yang diceritakan dalam kitab suci berbagai agama benar-
benar terjadi dan meneng gelamkan paparan benua Asia Tenggara untuk selamanya. Hal itu
yang menyebabkan penyebaran populasi dan tumbuh suburnya berbagai budaya Neolitikum
di Cina, India, Meso potamia, Mesir dan Mediterania Timur. Akar permasalahan dari
pemekaran besar peradaban di wilayah subur di Timur Dekat Kuno, berada di garis-garis
pantai Asia Tenggara yang terbenam. “Indonesia telah melakukan aktivitas pelayaran,
memancing, menanam jauh sebelum orang lain melakukan nya.” Oppenheimer
mengungkapkan bahwa orang-orang Poli nesia (penghuni Benua Amerika) tidak datang dari
Cina, tapi dari pulau-pulau Asia Tenggara. Sementara penanaman be ras yang sangat pokok
bagi masyarakat tidak berada di Cina atau India, tapi di Semenanjung Malaya pada 9.000
tahun lalu.

Pendapat ini tentunya menuai tanggapan dari berbagai pihak dari yang mendukung sampai
dengan yang tidak percaya, bahkan banyak pula para akhli Indonesia maupun para In
donesianis menyangkal pendapatnya. Persoalannya sekarang mampukah kita menemukan
jawaban atas pencarian terse but, atau hanya ‘bakutet’ seperti “monyet ngagugulung kala
pa ?”. Jika dikelak kemudian hari pertanyaan tersebut ter jawabkan, tentunya akan mampu
merubah peta kesejarahan dunia.

DIDALAM PRASASTI DAN NASKAH KUNA


Di bidang sejarah menurut Ekadjati (hal.2) : istilah Sunda yang menunjukan pengertian
wilayah di bagian barat Pulau Jawa dengan segala akitivitas kehidupan manusia didalam nya,
muncul untuk pertama kalinya pada abad ke-9 Masehi. Istilah tersebut tercatat dalam prasasti
yang ditemukan di Ke bon Kopi, Bogor beraksara Jawa Kuna dan berbahasa Melayu Kuna.
Bahwa terjadi peristiwa untuk mengembalikan kekua saan prahajian Sunda pada tahun 854
Masehi. Pada waktu itu sudah diketahui adanya suatu wilayah yang memiliki pengua sa yang
diberi nama Prahajian Sunda. Ada juga yang menye butkan istilah ini telah dimuat dalam
Prasasti Kabantenan. Prasasti tersebut menjelaskan tentang suatu daerah yang disebut
Sundasembawa.

Data lain yang menyebutkan tentang istilah Sunda ditemu kan pula, dengan penjelasan:
“pemerintahan Suryawarman meninggalkan sebuah prasasti batu yang ditemjukan di kam
pung Pasir Muara (Cibungbulang) di tepi sawah kira-kira 1 kilometer dari prasasti telapak
gajah peninggalan Purnawar man. Prasasti ini berisi inskripsi sebanyak 4 baris. Bacaannya
(menurut Bosch) ;
ini sabdakalanda juru pangambat i kawihaji panyca pasagi marsandeca barpulihkan haji su –
nda. (Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pangambat dalam [tahun Saka] 458 [bahwa]
pemerintahan daerah dipulihkan kepada raja Sunda”.
Suryawarman di dalam sejarah tatar Pasundan tercatat seba gai raja Tarumanagara ketujuh.
Diperkirakan memerintah pada tahun 457 sampai dengan tahun 483 Saka, bertepatan dengan
tahun 536 sampai dengan tahun 561 masehi, sedang kan tahun 458 Saka bertepatan dengan
536 masehi atau abad ke enam masehi. Sampai saat ini tidak kurang dari 20 buah jumlah
prasasti yang ditemukan di wilayah Jawa Barat sekarang.

Prasasti dimaksud menurut waktunya dapat dikelompokan menjadi :


(1) prasasti Tarumanagara
(2) Sunda
(3) Rumantak
(4) Kawali
(5) Pakuan Pajajaran.

Nama-nama raja yang terulis dalam prasasti tersebut, yakni :


(1) Rajadiraja Guru
(2) Purnawarman
(3) Haji (raja) Sunda
(4) Sri Jayabupati
(5) Batari Hyang
(6) Prabu Raja Wastu – Niskala Wastu Kencana
(7) Ningrat Kencana (Dewa Niskala)
(8) Prabu Guru Dewataprana (Sri Baduga Maharaja).

Kisah yang dimaksudkan Ekadjati tersebut sama dengan yang dimaksud Pleyte (1914), kisah
berdirinya kerajaan Sun da terdapat dalam naskah Kuna dan berbahasa Sunda Kuna. Pendiri
dari kerajaan Sunda adalah Terusbawa. Sedangkan eksistensinya ditemukan dalam naskah
Nagarakretabhumi (sumber sekunder), yang menjelaskan Terusbawa memerin tah pada tahun
591 sampai dengan 645 Saka, bertepatan dengan tahun 669/670 sampai dengan 723/724
Masehi.

Kisah berdirinya Sunda sebagai nama kerajaan di dalam Pustaka Jawadwipa I sarga 3
dikisahkan, sebagai berikut :
Telas karuhun wus hana ngaran deca Sunda tathapi ri sawaka ning rajya Taruma. Tekwan
ring usana kang ken ngaran kitha Sundapura. Iti ngaran purwapras tawa saking
Bharatanagari. (Sesungguhnya dahulu telah ada nama daerah Sunda tetapi menjadi bawahan
kerajaan Taruma. Pada masa lalu diberi nama (kota) Sundapura. Nama ini berasal dari negeri
India).
Generasi muda sekarang lebih memahami batas sunda bagi an timur adalah Cirebon.
Penafsiran demikian tidak dapat di salahkan, mengingat pada masa Belanda yuridiksi
Propinsi Ja wa Barat dibatasi hanya sampai Cirebon. Ekadjati dalam tuli sannya tentang
Sajarah Sunda mengemukakan, bahwa :
Tanah Sunda perenahna di beulah kulon hiji pulo anu ayeuna jenenganana Pulo Jawa. Ku
kituna eta weweng kon disebut oge Jawa Kulon. Ceuk urang Walanda mah West Java. Sacara
formal istilah West Java digunakeun ti mimiti taun 1925, nalika pamarentah kolonial nga
degkeun pamarentah daerah anu statusna otonom sarta make ngaran Provincie West Java.
Timimiti za man Republik Indonesia (1945) eta ngaran propinsi anu make basa Walanda teh
diganti ku basa Indonesia jadi Propinsi Jawa Barat’.
Wilayah Tarumanagara pada masa Purnawarman membawa hi 46 kerajaan daerah. Jika
dibentangkan dalam peta daerah tersebut meliputi jawa bagian barat (Banten hingga Kali Sera
yu dan Kali Brebes Jawa Tengah). Paska pemisahan Galuh secara praktis kerajaan Sunda
terbagi dua, sebelah barat Su ngai Citarum dikuasai Sunda (Terusbawa) dan sebelah Su ngai
Citarum bagian timur dikuasai Galuh (Wretikandayun). Penyatuan kembali Sunda dengan
Galuh dimasa lalu terjadi beberapa kali, seperti pada masa Sanjaya, Manarah, Niskala Wastu
Kancana dan Sri Baduga Maharaja.

Untuk menyelusuri batas budaya, ada beberapa versi yang dapat diacu : Pertama, berdasarkan
Naskah Bujangga Manik, yang mencatatkan perjalanannya pada abad ke-16, mengun jungi
tempat-tempat suci di Pulau Jawa dan Bali, naskah ter sebut diakui sebagai naskah primer,
saat ini disimpan di Per pustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627,
batas kerajaan Sunda di sebelah timur adalah sungai Cipamali (kali Brebes) dan sungai
Ciserayu (Kali Serayu) Ja wa Tengah. Dalam catatan Bujangga Manik disebutkan deng an
isitilah Tungtung Sunda, bahkan menurut Wangsakerta, : wilayah kerajaan Sunda mencakup
beberapa daerah Lam pung. Hal ini terjadi pasca pernikahan antara keluarga kera jaan Sunda
dan Lampung. Hanya saja Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat
Sunda. Disisi lain nya. Sunda memang tidak membentuk kerajaannya sebagai kerajaan
Maritim.

Kedua, menurut Tome Pires (1513) dalam catatan perjalanan nya, yang kemudian dibukukan
dalam suatu judul Summa Oriental, menyebutkan batas wilayah kerajaan Sunda : ada juga
yang menegaskan, kerajaan Sunda meliputi setengah pulau Jawa. Sebagian orang lainnya
berkata bahwa kerajaan Sunda mencakup sepertiga pulau Jawa ditambah seperdela pannya
lagi. Keliling pulau Sunda tiga ratus legoa. Ujungnya adalah Cimanuk

KERAJAAN SUNDA
Di dalam buku Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat (RPMSJB), uraian
tentang kerajaan sunda nampak nya dibatasi sejak Maharaja Terusbawa sampai dengan Citra
ganda, atau sejak tahun 669 M sampai dengan tahun 1311 M. Hal ini dapat dipahami
mengingat pembahasan kerajaan-ke rajaan yang ada di tatar Sunda diuraikan tersendiri,
seperti Sunda, Galuh, Kawali dan Pajajaran.

Pembahasan kesejarahan ini jauh lebih luas dibandingkan dengan paradigma masyarakat
tradisional yang selalu mengait kan Sunda dengan simbol-simbol Pajajaran, atau kerajaan
Sunda terakhir. Jika budaya Sunda hanya dipahami hanya sebatas Pajajaran, dengan satu-
satunya raja yang terkenal, yakni Prabu Silihwangi, maka masyarakat ditatar Sunda akan
berpotensi untuk makin kehilangan jejak kesejarahannya. Masalahnya adalah, mampukah
masyarakat Sunda merubah paradigmanya untuk melemparkan kemasa yang lebih jauh
kebelakang melebihi jejak Pajajaran dan Siliwanginya ?.

Sebutan Sunda untuk nama kerajaan di Tatar Sunda yang me ngambil dari garis keturunan
Terusbawa agak kurang tepat jika dikaitkan dengan kesejarahan Sunda yang sebenarnya.
Istilah Sunda sudah dikenal sebelum digunakan oleh Terus bawa, bahkan prasasti Pasir
Muara yang menunjukan tahun 458 Saka (536 M) telah menyebutkan adanya raja Sunda.
Secara logika sangat wajar jika ditafsirkan bahwa istilah Sunda sudah digunakan sebelum
tahun tersebut, karena prasasti dimaksud tentunya tidak dibuat langsung bertepatan dengan
istilah Sunda ditemukan. Dan prasasti tersebut tidak menan dakan dimulainya entitas Sunda,
namun hanya menerang kan, bahwa memang telah ada penguasa Sunda yang berkuasa pada
waktu itu.

Istilah Tarumanagara dimungkinkan diterapkan untuk nama kerajaan Sunda yang berada di
tepi kali Citarum. Menurut be berapa versi, istilah Sunda digunakan ketika Ibukota Taru
managara dipindahkan ke wilayah Bogor. Jika saja ada kaitannya antara Tarumanagara
dengan Salakanagara, kemungki nan besar istilah Sunda juga sudah digunakan untuk nama ke
rajaan daerah atau jejak budaya manusia yang ada di dataran Sunda.

Istilah Sunda (Sundapura) sebelumnya pernah digunakan oleh Purnawarman sebagai pusat
pemerintahan. Tarumana gara berakhir pasca wafatnya Linggawarman (669 M). Terus bawa
adalah menantu Linggawarman menikah dengan Dewi Manasih, putrinya. Tarusbawa
dinobatkan dengan nama MA HARAJA TARUSBAWA DARMAWASKITA
MANUNGGAL JAYA SUNDA SEMBAWA. Dari sini para penulis sejarah Sunda pada
umum nya mencatat dimulainya penggunaan nama kerajaan Sunda

Instilah Sunda (Sundapura atau Sundasembawa) sebelumnya pernah digunakan oleh


Purnawarman sebagai pusat pemerintahan. Sundapura adalah salah satu kota yang terletak di
wilayah Tarumanagara. Dari Sundapura Purnawarman memerintah dan mengendalikan
Tarumanagara, dan di Sundapura Tarumanagara mencapai masa keemasanya. Tarumanagara
berakhir pasca wafatnya Linggawarman (669 M). digantikan oleh Terusbawa, menantunya,
menikah dengan putri Linggawarman, Dewi Manasih. Tarusbawa dinobatkan dengan nama
Maharaja Tarusbawa Darmawas kita Manunggala jaya Sundasembawa. Dari sinilah para
penulis sejarah men catat dimulainya kerajaan Sunda.

LETAK SUNDAPURA
Tentang letak Sundapura jika dikaitkan dengan prasasti Kam pung Muara dan Prasasti
Kebantenan menimbulkan perta nyaan. Karena bisa ditafsirkan, perpindahan ibukota Taruma
dari Sundapura telah terjadi sejak masa Suryawarman. Prasasti tersebut menurut Saleh
Danasasmita dibuat pada tahun 584, masa Tarumanagara, namun menurut para akhli lainnya
dibuat tahun 854, menunjukan pada masa Kerajaan Sunda. Letak prasasti Muara dahulu
termasuk berada diwilayah kerajaan Pasir Muara, raja daerah bawahan Tarumanagara
sehingga dimungkin prasasti tersebut peninggalan masa Tarumanagara.

Didalam Pustaka Jawadwipa diterangkan mengenai lokasi Sundapura, :


telas karuhun wus hana ngaran deca Sunda tathapi ri sawaka ning tajyua Taruma. Tekwan
ring usana kang ken ngaran kitha Sundapura. Iti ngaran purwa prasta wa saking Bratanagari.
(dahulu telah ada nama daerah Sunda tetapi menjadi bawahan Tarumanaga. Pada masa lalu
diberi nama Sundapura. Nama ini berasal dari negeri Bharata).
DARI TARUMANAGARA MENJADI SUNDA
Istilah Sunda didalam alur cerita kesejarahan resmi sejak Tarusbawa memindahkan pusat
pemerintahan ke Sundapu ra, pada tahun 669 M atau tahun 591 Caka Sunda. Pada masa itu
kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tah ta Linggawar man pada tahun 669
M kepada Tarusbawa. Beri ta ini disampaikan kesegenap negara sahabat dan bawahan
Tarumanagara. Demikian juga terhadap negara, seperti Cina, Terusbawa mengirimkan utusan
bahwa ia pengganti Lingga warman. Sehingga pada tahun 669 M dianggap sebagai lahir nya
Kerajaan Sunda.

Perpindahan dan pembangunan istana Sunda dikisahkan oleh penulis Fragmen Carita
Parahyangan, sebagai berikut :
Diinyana urut Kadatwan, ku Bujangga Sedamanah nga ran Kadat wan Bima–Punta–
Narayana–Madura–Sura dipati. Anggeus ta tuluy diprebokta ku Maharaja Tarus bawa denung
Bujangga Sedamanah. (Disanalah bekas keraton yang oleh Bujangga Sedamanah diberi nama
Sri Kedatuan Bima-Punta – Narayana – Madura – Suradi pati. Setelah selesai dibangun lalu
diberkati oleh Maha raja Tarusbawa dan Bujangga Sedamanah.).
Berita yang layak dijadikan bahan kajian tentang pembangunan istana yang dilakukan
Tarusbawa juga tercantum di dalam Pustaka Nusantara II/3 halaman 204/205, isinya :
”Hana pwanung mangadegakna Pakwan Pajajaran la wan Kadtwan Sang Bima-Punta-
Narayanan-Madura-Suradipati ya ta Sang Prabu Tarusbawa”. (Adapun yang mendirikan
Pakuan Pajajaran beserta keraton Sang Bi ma–Punta–Narayana–Madura-Suradipati adalah
Maha raja Tarusbawa)
Istana sebagai pusat pemerintahan terus digunakan oleh raja-raja Sunda Pajajaran atau
Pakuan Pajajaran. Istilah Pakuan Pajajaran menurut Purbatjaraka (1921) berarti istana yang
berjajar Nama istana tersebut cukup panjang, tetapi berdiri masing-masing, dengan nama nya
sendiri, secara berurutan disebut Bima–Punta–Narayana-Madura-Suradipati (bangunan
keraton). Bangunan Keraton tersebut sama dengan yang dilaporkan oleh Gubernur Jendral
Camphuijs, tanggal 23 Desember 1687 kepada atasannya di Amsterdam. Laporan diatas
mendasarkan pada penemuan Sersan Scipio, pada tanggal 1 September 1697, tentang
penemuan pusat Kerajaan Pajajaran pasca dihancurkan pasukan gabungan Banten dan
Cirebon.

Laporan Scipio menyebutkan :


“Dat hetselve paleijs specialijck de verhaven zitplaets van den Javaense Coning Padzia
Dziarum nu nog gedui zig door een groot getal tiigers bewaakt en bewaart wort”. (bahwa
istana tersebut. dan terutama tempat du duk yang ditinggikan–sitinggil–kepunyaan raja
“Jawa” Pajajaran, sekarang ini masih dikerumuni dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah
besar harimau).
Istilah Pakuan Pajajaran, atau Pakuan atau Pajajaran saja di temukan pula di dalam Prasasti
tembaga di Bekasi. Urang Sunda kemudian terbiasa dengan menyebut nama Pakuan untuk
ibukota Kerajaan dan nama Pajajaran untuk negara nya. Sama dengan istilah Ngayogyakarta
Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat yang nama-nama keraton tersebut kemudian
digunakan untuk nama ibukota dan wilayahnya.

PERPINDAHAN IBUKOTA
Pemindahan pusat pemerintahan ke Sundapura memiliki alasan, bukan karena Sundapura
adalah daerah asal Terusbawa, melainkan erat kaitannya dengan masalah pemerintahan.
Terusbawa menginginkan kembalinya kejayaan Tarumanagara sebagai mana pada masa
Purnawarman, yang memindah kan ibukota Tarumanagara ke Sundapura. Namun tidak mem
perhitungkan akibat politis dari pemindahan ibukota.

Pada saat itu kondisi Tarumanagara sudah tidak sekuat masa lalu. Tarumanagara pasca
meninggalnya Purnawarman pa mornya sudah mulai turun di mata raja-raja daerah, terutama
pasca kekacauan yang terjadi diintern istana. Banyak raja-raja daerah yang melakukan
pembangkangan, terutama yang berada di wilayah sebelah timur Citarum. Disisi lain nama
Sriwijaya dan Kalingga sudah mulai naik pamornya sebagai pesaing Tarumanagara. Dengan
pertimbangan ini Wretikandayun menyatakan Galuh membebaskan diri dari Sunda. Sejak
saat itu ditatar Sunda muncul dua kerajaan kembar, yakni Sunda dan Galuh.

Perbedaan Sunda dengan Galuh bukan hanya menyangkut masalah pemerintahan, bahkan
budayanya. Menurut Saleh Danasasmita, Sunda dengan Galuh memiliki entitas yang mandiri
dan ada perbedaan tradisi yang mendasar. Hal yang sama dikemu kakan Prof. Anwas
Adiwilaga, menurutnya Urang Galuh adalah Urang Cai sedangkan Urang Sunda dise but
sebagai Urang Gunung. Mayat Urang Galuh ditereb atau dilarung, sedangkan mayat Urang
Sunda dikurebkeun. Penya tuan tradisi tersebut diperkirakan baru tercapai pada abad ke-13,
dengan mengistilahkan penduduk dibagian barat dan timur Citarum (citarum = batas alam
Sunda dan Galuh) deng an sebutan “Urang Sunda”. Sebutan tersebut bukan hasil kese
pakatan para penguasanya, melainkan muncul dengan sendi rinya.

Pasca ditemukannya Prasasti Kawali 1, para ahli sejarah Sunda Kuna pada umumnya
berpebdapat, bahwa : “Dengan demi kian pengertian Galuh dan Sunda antara 1333 – 1482
Masehi harus dihubungkan dengan Kawali (ibukota Sunda dengan Galuh pasca bergabung
kembali) walaupun di Pakuan ada penguasa daerah. Keraton Galuh sudah ditinggalkan atau
fungsinya sebagai tempat kedudukan pemerintah pusat su dah be

Di dieu... nalika simpé ngarobéda haté, lebah buruan harepan nu di pinuhan ku ipukan kahariwang.
Kuring nyéboran sirung-sirung kahéman malar tumuwuh ngareuy tur karembangan, najan di turusan
ku pamohalan.
Di dieu... Nalika mubyar layung pasosoré, mangsi asih maksa pikeun ngaguratkeun deui ungkara
kamélang, nu awor jeung ka sono ka Salira jungjunan. Najan sariak layung ampir wekasan. Kasilih
jangjang peuting nu ngadingding, mawa peteng moékan lampah. Tapi kadeudeuh salira lir sulintang
nu baranang maturan jempling nalika peuting suda hariring.
Di dieu... Dina lalangit ati, bulan kuring teu weléh mabra nyaangan, maturan panjangna impian.

Dina lambaran panineungan


Anjeun kungsi ngotrétkeun sinopsis petingan
Nu can kasungsi anapon kapedar dina saban sajarah kahirupan
Munggaran tepang, jajantung miheulaan ratug tutunggulan
Taya kedaling lisan, kecap teu wasa ngucap
Sukma lir katenung, ilang élingan
Nyoréang mangsa katukang
Ngotéktak saban lambar panineungan
Pikir nu wangkelang kana ugeran
Narékah nyingraykeun lalangsé nu ngabangbaluhan haté
Teuteup anjeun niruk jajantung
Ngalangkangan ringkang, marengan unggal rénghapan
Lambey nu ngawengku imut, mulasara rasa nyaliara jeroeun dada
Duriat teu kedal
Jadi rusiah ati
Jadi carita nu teu pernah pinanggih jeung panutup catur

Ngebrak nyaangan rasa, cahyana ngarangkul mangkak kembang katresnan


Nyawang ti basisir asih
Mapag siriwik jaladri ngabudah héman
Ngusap dampal satia, malar panceg léngkahna kasmaran
Mangkukna, purnama ngayas cahyana
Mulas tetelar dipinuhan sirung kabagjan
Tingrandakah harepan, pucuk-pucuk kasono tingborélak kamandian cahyana
Ayeuna, sisieun leuwi jempling
Nganti purnama teu waé sumping
Waditra kingkin humariring
dipirig angin peuting ngadalingding
Kuring, nu teu weléh miéling
Mapayan lulurung peuting, maluruh harti sajeuroeun cicing
Hiji mangsa, purnama tumanggal marengan kayid sumanding

Disaksian pucuk eurih tingarulang katebak angin katiga, munggaran muka lambaran tan
kotrétan, di hiji mumunggang.
"Néng."
"Kah."
Paguneman teu kalis pegat. Seuseut kecap kedal ucap.
Nalika munggaran, sukma kabetot tresna. Hésé nyurahan réngkak, inggis matak ticengklak,
puguh jiwa can sarasa.
Anjeun nu teu surti, can bisa nyungsi harti. Kuring nu datang nepungan, hésé-béléké muka
paguneman, ngajak anjeun lalayaran.

Lebah mumunggang nu sarua, nalika eurih karembangan, tur girimis mindeng nganjangan.
Nalika sukma anjeun ngaraksuk kana tiap rénghap, nyaksrak ka sakujur awak, ngabaruang
jiwa, minuhan lulurung sukma kuring. Nalika tresna anjeun nangkeup pageuh pangeusi ati,
ngabaeukeun deudeuh kuring ngarungrum kareueut kaasih anjeun. Harita rasa nyaliara,
ngaroncé anjeun kuring, dua ngahiji.
"Néng."
Taya walonan, da teu perlu paguneman. Wanci nu lingsir marengan usik, leuwih ngarti,
leuwih bisa nyurahan rasa cinta nu teu bisa dijéntrékeun ku réka ungkara.

Jungjunan...
Morérét mata poé teu matak ngarérab haté
Mentrang beurang panasna teu nembus sukma
Najan taya pikeun ngiuhan moal ieuh sumoréang
Sab beurang bakal wekasan

Jungjunan...
Taya basa hahalang anapon nu ngareuntaskeun jalan
Séba diri pikeun nyungsi
Séba raga geusan nepangan
Nalika mata poé lingsir, pan pasini tigin nganti

Jungjunan...
Satutas beurang amitan, kasilih sariak layung éndah lain pupulasan
Mangsa nu lawas diseja, wanci nu lami dianti, nya kiwari pisan ngancik
Umyang layung ngahibaran, tresna anu sinanglingan, nepungkeun sapasang harepan
Jungjunan...
Kingkin nalika nyungsi, honcéwang nalika nyorang, nambah bagja sasarengan
Pasosoré anu pasti, wanci anu sayakti, pasini nu teu weléh ngajadi
Najan ukur sakedapan, ngaguratkeun panineungan, mapaésan lambaran lalakon tan wekasan

SAJAK CINTA
Hasan Wahyu Atmakusumah

Dina nyasar, nyawang pangalaman nu kaliwat


Waktu ngarasakeun nimat cinta nu munggaran
Tina hate tukeur ucap anu suci
Kuring bogoh ka anjeun!
Cikuray nu bisu milu nyakseni

Kum!

Tapi eta cinta laas ku katiga


ngijih muyarkeun pasini ati
Jadi. Eta rasa cinta nu teu kedal
Ambruk memeh ngawangun ngahiji

Nyi kenya ngolesed bari boboleh


Bongan jaman nu kiwari!
Kuring kapeupeuh puhu catur
tarima hirup tacan cukup umur
Naha di dunya aya keneh nu bisa
Mere cinta tanpa jangji rebu hiji?

Kiwari kuring nyukang sasak kinasihan


Neangan cinta nu pangger di unggal Insan

Bunga disiram tidak akan layu

Selalu berbunga tanpa jemu

Jangan takut untuk kehilanganku

Aku tidak akan pergi dari sisimu

*****

Makan jagung di pinggiran jalan

Bersama kakak beli jajan

Saat cinta dipertahankan


Semua terlihat makin menyenangkan

*****

Jalan-jalan ke kota Paris

Lihat gedung yang berbaris-baris

Biar pun aku mati di ujung keris

Asal mendapat adinda yang manis

*****

Banyak orang suka meminum jamu

Jamu diminum bersama dengan jambu

Aku takut jika kehilangan kamu

Karena aku sangat mencintaimu

*****

Nembak itik langsung terkena

Itik terkapar di atas sehelai tikar

Kamu cantik, siapa sih yang punya

Hati menggelepar karena cinta bergetar

*****

Seribu satu pohon beringin

Hanya satu si pohon rindu

Seribu malam terasa dingin

Hanya wajahmu yang aku rindu

*****

Ayam goreng setengah mateng

Belinya di depan tugu

Abang sayang, abang ku ganteng


Neng di sini setia menunggu

*****

Burung lugu burung cendrawasih

Makan duku di atas selasih

Jangan ragu, percayalah kasih

Cinta suciku takkan tersisih

*****

Jangan pernah main di selokan

Bajunya kotor ditertawakan

Jangan pernah engkau ragukan

Janji setia yang aku ikrarkan

*****

Tepi kolam menanam kencur

Daun tomat dicampur jamu

Tiap malam ku susah tidur

Selalu ingat indah senyumanmu

*****

Hari jumat hujannya lebat

Awan mendung hitamnya pekat

Bujuk rayumu sungguh hebat

Membuatku tersipu terpikat

*****

Kamar kos bentuknya persegi

Disewa sama tukang roti

Aku ucapkan selamat pagi


Untuk dikau sang pemilik hati

emur dulu baju piyama

Buat hadiah untuk pesta

Tidur makan kita bersama

Hidup sendiri aku tak bisa

*****

Jalan kota banyak tiangnya

Bawa kuda mesti bertiga

Kuberikan cinta seutuhnya

Seluruh jiwa dan raga

*****

Tumbuh indah daun selasih

Dipetik untuk para penari

Mari kita memadu kasih

Kasih suci selalu berseri

*****

Ke Ciamis bawa sepeda

Sampai di sana kita berkemah

Adik manis siapa yang punya

Bolehkan aku main ke rumah

*****

Naik rakit dekat perahu

Pecah di kiri ditimpa kayu

Aku suka dari dahulu


Tak berani bilang I love You

*****

Burung bangau burung pelikan

Makan batu sulit menelan

Jadilah pasangan yang pengertian

Agar hidup seiring sejalan

*****

Putih melayang si burung nuri

Pergi terbang di pohon kenari

Kasih sayang ku amatlah murni

Seperti embun di pagi hari

*****

Patah dahan di sambungkan

Jangan lupa di rekatkan

Kepada Tuhan kita mohonkan

Agar cepat disatukan

*****

Kalau ragu jadi pelukis

Jangan pergi ke galeri

Beribu-ribu cewek yang manis

Hanya engkau di dalam hati

*****

Pita biru sepanjang lengan

Jatuh satu ke dalam rantang

Cintaku bagaikan rembulan


Dipagari bintang gemilang

*****

Gunung barat di bawah bintang

Lompati batu si katak belang

Walau banyak godaan datang

Teguh cintaku tak tergoyangkan

*****

Depan bandara banyak bangku

Hilir mudik kanan dan kiri

Tak kan pudar kasih sayangku

Tambah erat hari ke hari

*****

Anak kecil menonton wayang

Malam hari melihat setan

Ketahuilah wahai sayang

Cintaku indah seperti berlian

*****

Apa tanda rumah istana

Semua mewah terlihat baru

Apa tanda tumbuhnya cinta

Terasa di dada ada cemburu

*****

Pantun cinta untuk cowok

nak kota pergi ke pasar

Lewat jalan yang amat lebar


Kapan cinta semakin besar

Ketika hati bisa bersabar

*****

Api kecil dari tungku

Makin membiru habislah kayu

Sudah lama ku tunggu-tunggu

Kapan kamu bilang I Love You

*****

Jalan-jalan ke pulau seribu

Menyusuri sungai berliku

Aku sungguh rindu padamu

Duhai engkau kekasih hatiku

*****

Satu satu ditambah dua

Dua dua di kurang tiga

Aku dan kamu hidup bersama

Sekarang esok dan selamanya

*****

Malam-malam ada tamu

Tamunya jauh dari India

Saat ku tatap indah matamu

Terasa ada kesejukan di sana

*****

Kelap kelip di tengah hutan

Ada bintang indah menawan


Walau cinta banyak rintangan

Ku jaga dia dengan kesetiaan

*****

Paling banyak burung gelatik

Di atas terbang melayang

Memang banyak wanita cantik

Cuma engkau yang aku sayang

*****

Kalau mau menanam tebu

Tanamlah di dekat kayu

Kalau kau cinta padaku

Bilang saja I LOVE U

*****

Sangat nyaman rebahan di kasur

Rebahan sambil baca majalah

Selamat malam selamat tidur

Tidur nyenyak mimpi yang indah

*****

Berakit-rakit ke hulu

Berenang-renang ke tepian

Gimana bisa ke penghulu

Kalau kita cuma temenan

*****

Burung elang makannya nasi

Burung kutilang bawa melati


Duhai sayang pujaan hati

Aku kangen setengah mati

*****

Di pinggir kolam makan bubur

Lauknya enak di atas papan

Dari semalam tak bisa tidur

Selalu ingat wajahmu yang tampan

*****

Jalan – jalan ke kota ratu

Beli roti berisi bulu

Mari cantik kita bersatu

Menjalin cinta di depan penghulu

*****

Ikan batu di atas menara

Pohon selasih di tepi kota

Otak buntu badan sengsara

Bila kekasih jauh di mata

*****

Malam sunyi berbayang semu

Di luar tingkap gelap gulita

Dalam mimpi bertemu kamu

Datang tulus membawa cinta

*****

Bertudung cantik mata memikat

Melirik senyuman memukau semua


Wahai cantik saya terpikat

Bolehkah tahu siapa namanya

*****

Hati merindu pikiran melayang

Burung merpati terbang tinggi

Terkenang si dia terbayang-bayang

Itulah tanda aku telah jatuh hati

*****

Nada lagu bangkitkan suasana

Bunga mekar di depan mata

Sunyi rasa tak dapat bersama

Kekasih hati nan jauh di sana

*****

Layang-layang terputus tali

Jatuh ke bumi melayang laju

Wahai kekasih aku berjanji

Aku dicipta hanya untukmu

*****

Bunyi jantung tanda debaran

Ingin bertanya tetapi malu

Ku menunggu penuh harapan

Sudikah engkau menerima ku

*****

Hujan turun laut membiru

Dingin malam mengusik kalbu


Biar batu menjadi debu

Aku tetap sayang padamu

*****

Bulan merajuk kepada sinar

Langit biru tak kunjung benderang

Daku duduk memetik gitar

Merindu kasih tak kunjung datang

*****

Pantun cinta sejati

Minum jamu sambil berdiri

Diseduhnya di atas panci

Bila hatimu masih sendiri

Bolehkah aku yang mengisi

*****

Jalan-jalan pakai lamborgini

Dipakainya sambil berlari

Cobalah tatap mataku ini

Hanya engkau yang aku cari

*****

Di sana gunung di sini gunung

Di tengah – tengahnya pohon jati

Betapa hatiku sedang terbingung

Menunggu jawaban si jantung hati

*****

Jikalau ikan di dalam kolam


Bunganya tumbuh di tengah taman

Jikalau cintaku sudah mendalam

Jaraknya jauh tak ku hiraukan

*****

Ambil lah bambu buat sembilu

Terbang lah debu dari cerutu

Nama indah mu ku sebut selalu

Di dalam doa setiap waktu

*****

Dari desa pergi ke kota

Perginya untuk mencari kerja

Apakah benar engkau cinta

Ataukah hanya merayu saja

*****

Tinggi nian pohon kelapa

Batok nya dibakar panas membara

Lama sudah tidak berjumpa

Rindu di dada kian menggelora

*****

Cantik sekali ikan di karang

Ekornya gerak bergoyang-goyang

Gigi menggigil badan meriang

Merindukan pelukan engkau seorang

*****

Bunga selasih dalam sangku


Sangku panas tangan melepuh

Demi kekasih cantik ku

Jalan berliku tetap kutempuh

*****

Sapu rumah hingga bersih

Atapnya satu dibawa pergi

Tatap mataku wahai kekasih

Cintaku satu tak terbagi – bagi

*****

Tutup jendela pintu dikunci

Hendak tidur karena letih

Cintaku ini selalu suci

Meski rambut ku telah memutih

*****

Pak Haji membeli serban

Serban putih dibeli delapan

Demi dirimu aku berkorban

Apa yang terjadi aku bertahan

*****

Pantun cinta romantis buat pacar tersayang

Paling lezat makan pepaya

Jangan lupa dicuci dan di bilas

Jika sudah membaca pesan saya

Harap untuk segera dibalas.

*****
Anak kecil bermain layang-layang

Putus benangnya di ujung belati

Setiap hari aku mabuk kepayang

Kalau tidak berjumpa dengan si jantung hati.

*****

Ke Kota Kediri memungut udang

Udang sebakul  hilanglah di kota

Di setiap mimpi, ada dirimu datang

Mungkinkah aku sudah jatuh cinta

*****

Setumpuk kertas digulung oleh ombak

Kertas pun lenyap diterjang oleh perahu

Meskipun nafas sudah di ujung tombak

Takkan menyerah untuk dapatkan cintamu

*****

Tangguh dan gagah para tentara

Sebatang pipa dibongkar oleh pemburu

Sungguh indah terasa di dunia

Diguncang oleh gempa gelora cintamu

*****

Bila dingin mulai sedang mengusik

Sepuluh kota akan diterjang salju

Jika angin sudah bisa berbisik

Ku suruh ia, untuk katakan “I Miss You”

*****
Si Buaya darat berkata dengan merdu

Si buaya air hanya diam membisu

Sungguh berat perasaan rindu

Waktu sehari seperti terasa seminggu

*****

Rakit biasa ternyata malah karam

Batal berlabuh hilang entah kemana

Sulit terasa mata untuk terpejam

Ingat senyum mu yang jauh disana

*****

Sebatang bakau di tancap kepaku

Serdadu India dendangkan sebuah lagu

Tidakkah engkau melihat mataku

Seribu cinta sedang sabar menunggu

*****

Lulur Jawa dibawa oleh Sinta

Simpan di saku di bawah gerbong kereta

Malu rasanya untuk katakan cinta

Insan seperti ku hanyalah seorang nista

*****

Si mulut kerbau ingin berkicau

Berkata dendam dengan memegang bahu

Hatiku galau hatiku pun kacau

Cinta terpendam dan tiada yang tahu

*****
Pasar baru berada di kota

Pergi belanja membawa uang saku

Bila kamu sedang dikejar cinta

Sembunyilah saja di dalam hatiku

*****

Pantun cinta untuk nembak pacar

*****

Keliling kota dengan bernyanyi

Tak lupa untuk makan delima

Saat kamu berada di sini

Aku dapat tersenyum lebih lama

*****

Jika bukan karena bulan

Tidakkah bintang akan meninggi hari

Jika bukan karena tuan

Tidak kan aku sampai di sini

*****

Tong kosong

Nyaring bunyinya

Jika hati kamu sedang kosong

Boleh dong jika aku mengisinya

*****

Hati-hati dengan bunga palsu

Apalagi yang sudah berbau

Aku hanya ingin kau tahu


Betapa aku jatuh cinta padamu

*****

Cinta adalah seperti anak kecil

Kadang sedih kadang juga senang

Jika kamu tidak jahil

Akan ku ajak dirimu terbang

*****

Habis meminum kopi

Kemudian minum jamu

Di dunia ini terasa sepi

Jika tak ada dirimu

*****

Aku membawa bidadari perlahan-lahan

Pada kesunyian malam

Aku tidak sedang sendirian

Cuma kamu seorang yang baik hati

*****

Jangan lupa makan sayur

Lengkap beserta sepiring nasi

Setiap aku lelap tertidur

Aku ingin kau ada dalam hati

*****

Bunga itu jangan kau petik

Sebab susah payah saat menanam

Kamu adalah gadis cantik


Ku impikan siang malam

*****

Di India ada gunung Himalaya

Banyak kawat dijadikan sebagai paku

Jika kamu benar-benar cinta

Buatkan menu spesial untukku

*****

Burung merpati burung dara

Hinggap dalam hati

Bila engkau mencintai saya

Mari kita beriktiar janji

*****

Setiap pagi sarapan bubur

Lengkap dengan susu

Setiap aku tertidur

Kuingin kau ada di mimpiku

cowo: Mbak, bapaknya ahli perbintangan ya?? cewe: Ah.. tidak, memang kenapa?? cowo: Saya lihat
bintang dimata mbak… cowo: Maaf mba, jangan terlalu lama duduk dikursi itu, pindah dideket saya
saja cewe: Loh?? kenapa?? cowo: Takut dikerubungi semut.. soalnya mba manis.. cowo: “Mbak
punya obeng nggak?” cewe: “Hah? Gak Punya tuh.” cowo: “Tapi kalo nomor telepon punya,kan?”
cowo : “yank, pasti waktu kami lahir ujan gede banget ya?” cewe : “ih, mana aku tau, kan masih
bayi..,trus emang napa klo ujan gede banget?” cowo : “soalnya, khayangan menangisi satu2nya
bidadari mereka yg turun ke bumi” Cowo: “Sayang, kamu itu seperti sendok…” Cewe: “Kenapa?”
Cowo: “Karena kamu ngaduk-ngaduk perasaan aku…” boy : kamu suka minum kopi ya? girl: kenapa?
boy : aku ga bisa tidur selalu mikirin kamu Cowok: “Mbak punya uang koin ? Boleh minta ?” Cewek:
“Buat apa ?” Cowok: “Aku udah janji sama ibu kalau aku akan menelepon dia bila aku jatuh cinta”
Cowo: knapa malem ini gelap banget ya Cewe: mendung kali bang Cowo: kyknya nggak dech Cewe:
trus napa bang Cowo: soalnya bulannya sedang menerangi & menemaniku disini cowo: kemarin aku
liat ada 1000 bintang di langit (ngomong sama cwe) cewe: ah yang bener?? cowo: iya bener, tapi
sekarang tinggal 998 bintang… cewe: lho…kow bisa ilang dua? cowo: iya 2 bintang yang ilang itu
ternyata ada di dalam mata kamu (sambil liat matanya dalam2) cowo: bapak kamu maling ya? cewe:
ih….kow jahat sie bapak ku dibilang maling. kow gitu? cowo: iya soalnya kamu pintar banget mencuri
hatiku.. cowo : gw lage bingung neh cewe : bingung napa ?? cowo : iya bingung,aja..kok lo bisa ada
disini ya sekarang ..?? cewe : loh maksudnya ??? (tambah bingung juga ) cowo : iya, soalnya gw pikir
bidadari tuh adanya di kayangan, tapi kok bisa ada didepanku cewe: bang, kalo aye jadi bunga,
abang jadi apa? cowo: abang pengen jadi matahari neng… cewe: kok ga jadi kumbang sih bang??
cowo: kan bunga ga bisa hidup tanpa matahari neng… cewe: mmm,, kalo aye jadi bulan, abang jadi
apa? cowo: abang tetep pengen jadi matahari neng… cewe: kan matahari ma bulan ga bisa ketemu
bang?? cowo: kan bulan bisa bersinar karena sinar matahari neng.. cowo: Mbak ahli dekorasi interior
ya?? cewe: Nggak kok, kenapa?? cowo: Kalo mbak masuk ruangan, ruanganya jadi indah cowo:
Boleh nggak aku minta fotomu untuk membuktikan ke temanku kalo bidadari itu ada. cowo: Hei
nomer hapeku hilang...boleh nggak aku minta nomermu??? cowo: mbak, rasanya sakit gak?? cewe:
apanya?? cowo: saat kamu jatuh dari surga cowo: kamu gak cape?? cewe: apa?? cowo: kamu berlari-
lari dipikiranku “Jika ada 100 orang di dunia ini yg mencintaimu, aku termasuk diantara mereka.. Jika
ada 10 orang di dunia ini yg mencintaimu, salah satunya aku.. Jika tidak ada lagi yg mencintaimu di
dunia ini, berarti aku sudah meninggal dunia..” Tadi malam aku kirim bidadari untuk menjaga
tidurmu. Eh, dia buru-buru balik. Katanya, ‘Ah, masa bidadari disuruh jaga bidadari?’ — TOEENGG.
Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku, jujur aja, cuma sekali. abisnya, ga pergi2
sih! — Gubraak!! Sempet bingung jg, kok aku bisa senyum sendiri. Baru nyadar, aku lagi mikirin
kamu. — WAKS! Kalau suatu saat kamu hancurkan hatiku… akan kucintai kamu dengan kepingannya
yang tersisa. — Hoeeek! Berusaha melupakanmu, sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang
tak pernah kukenal. — Hahaha nice one! Kalau kamu ajak aku melompat bareng, aku ngga bakalan
mau. Mending aku lari ke bawah, bersiap menangkapmu. — idih gepeng ntar! Aku pernah jatuhkan
setetes air mata di selat Sunda. Di hari aku bisa menemukannya lagi, itulah waktunya aku berhenti
mencintaimu. — jitak! Ga usah janjiin bintang dan bulan untuk aku, cukup janjiin kamu bakal selalu
bersamaku di bawah cahayanya. — Jreng.. gak kuku.. Kalau kamu nanya mana yg lebih penting buat
aku: hidupku atau hidupmu, aku bakal jawab hidupku. Eits, jangan marah dulu, karena kamulah
hidupku. — hahaha sakit perut.. Pertama ketemu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama
ngomong sama kamu, aku takut kalau nanti suka sama kamu. Udah suka, aku makin takut kalau
jatuh cinta. Setelah sekarang cinta sama kamu, aku jadi bener2 takut kehilangan kamu. Kamu emang
menakutkan — gantung diri… Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, kau datang
membawa seribu alasan untuk tersenyum. — getok pake kursi..!! Jika aku bisa jadi bagian dari
dirimu, aku mau jadi airmatamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup di pipimu, dan
mati di bibirmu -– maksut loh?! Orang bilang bulan itu indah…tapi aku bilang tidak. Orang bilang
planet venus itu cantik…tapi menurut aku tidak. Aku bilang bumi itu indah dan cantik…karena ada
kamu. — lempar pake bedug ..!

Anda mungkin juga menyukai