Anda di halaman 1dari 96

BAB 1

HUBUNGAN DENGAN INDIA DAN CINA SEBELUM ABAD XV

1.1 HUBUNGAN DAGANG ANTARA INDONESIA-INDIA DAN CINA


SERTA PROSES MASUKNYA BUDAYA INDIA KE INDONESIA ABAD
KE V MASEHI.

Indonesia mulai memasuki zaman sejarah abad ke-V masehi atau kurang
lebih 400, dengan ditemukannya sumber-sumber tertulis di daerah Kutai di
Kalimantan Timur dalam suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 1940.
dalam penelitian itu diketemukan tujuh buah yupa, yaitu semacam tugu batu
yang menyerupai menhir dan memuat tulisan dengan huruf Pallawa dalam
bahasa Sansekerta, tersusun dalam bentuk bahasa puisi. Melihat bentuk dan
jenis huruf Pallawa yang digunakan tersebut diperkirakan berasal dari zaman
permulaan abad ke-V Masehi.

Berdasarkan penelitian di oleh para ahli sejarah. yang kita dapat


mengetahui adanya peninggalan benda-benda yang mengandung ciri-ciri dan
menunujukkan adanya hubungm antara kepulauan dengan berbagai kawasan di
daerah Asia Tenggara. Menurut para ahli, hubungan itu dilakukan dalam
bentuk hubungan dagang yang masih sangat sederhana, dalam arti belum
terdapat hubungan dagang seperti sekarang ini. Hubungan dagang itu baru
mengalami perkembangan dalam masa Indonesia kuno terutama dengan
India dan Cina. 1

Perkembangan palayaran penguasaan perairan membuat kerajaan-kerajaan


di Nusantara mampu melebarkan kekuasaannya. Pembentukan armada laut yang
kuat guna melakukan pengawasan alur dan invasi-invasi menjadi aktor penting
untuk menguasai jalur perdagangan dan daerah-daerah strategis.

1
Drs. Maskun, M.H, 2017. SEJARAH INDONESIA SAMPAI ABAD KE XV, Pendidikan Sejarah,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Hlm 71-72.

i
Keamanan di perairan dan terdapatnya komoditas membuat para pedagang dengan
senang hati untuk datang dan berdagang.

Akhirya berkembang jaringan perdagangan dan pengawasan yang berada


di Nusantara. Jaringan ini mengakomdir perdagangan dan pemerintahan.
Hubungan pemerintah terjadi berupa hubungan saling menguntungkan.
Keuntungan penguasa pusat mendapat pengakuan sebagai penguasa, pajak atau
upeti yang masuk ke kerajaan, dan suplai barang dagangan yang diperlukan untuk
meramaikan pelabuhan dalam perdagangan Internasional. Kerajaan kecil atau
daerah kekuasan mendapat keuntungan berupa perlindungan, keamanan,
kebanggan karena menjadi bagian kekuasan yang besar, dan tentu saja dapat
memasarkan hasil alamnya.

Di samping kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan


dunia internasional, jaringan perdagangan antarbangsa dan penduduk di
Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat selama masa Hindhu-Buddha.
Jaringan dagang dan jaringan budaya antar kepulauan di Indonesia itu terutama
terhubungkan oleh jaringan laut Jawa hingga knpulauan Maluku. Mereka secara
tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia yang berpusat
di sekitar Selat Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra seperti Barus.

1.2 HUBUNGAN DAGANG INDONESIA-INDIA

Menurut J.C Van Leur dan O. W Wolters bahwa hubungan dagang antara
Indonesia dengan India lebih dahulu berkembang, daripada hubungan dagang
Indonesia Cina. Untuk mengetahui awal dimulainya hubungan antara Indonesia
dengan India sangatlah sulit, karena tidak adanya sumber-sumber tertulis
mengenai adanya hubungan dagang tersebut. Jika pun ada bukti, maka itu kurang
akurat. Untuk meneliti kembali tentang adanya hubungan dagang antar Indonesia
dengan India, digunakan sumber-sumber yang datangnya dari luar, yaitu:

ii
1. Sumber-sumber dari India.

Yakni sumber-sumber yang berupa kitab-kitab sastra yang sebenarnya tidak


bertujuan untuk menguraikan tentang hubungan dagang Indonesia dengan India.
Kitab-kitab tersebut antara lain:

a. Kitab Jataka yaitu sebuah kitab yang menguraikan kisah-kisah hidup sang
Budha, tetapi di dalmnya ada menyebutkan sebuah nama Suwarnabhumi
(pulau Sumatra), yang berarti negeri emas, yaitu sebuah negeri yang
memerlukan perjalanan penuh bahaya.
b. Kitab Ramayana, yaitu sebuah kitab yang mengisahkan kepahlawanan Rama
dalam membebaskan kekasihnya Dewi Shinta dari cengkraman Rahwana,
tetapi didalamnya terdapat nama Yawadwipa (pulau Jawa), yang berarti pulau
emas dan pulau perka serta menyebutkan pula Swannadwipa (pulau Sumatra)
yang berarti pulau emas.
Namun kedua kitab tersebut tidak menyebutkan dengan jelas hubungan dengan
tempat-tempat di Indonesia. Salah satu kitab sastra India lainnya yang dapat
memberikan petunjuk kedatangan masyarakat India ke Indonesia sejak abad ke-3
adalah kitab Mahanidessa. 2

2 Sumber-sumber dan Barat.

Dalam usaha untuk mengetahui awal hubungan India dengan daerah-daerah yang
ada di sebelah Timuniya, para peneliti mengkaji sumber-sumber Barat zaman
kuno. Kitab-kitab tersebut: antar lain:
a. Periploustes Erytas Thalasses, yaitu sebuah kitab kitab pedoman untuk
berlayar di lautan Erythrasa (Samudra Indonesia). Dalam kitab inilah
ditemukan keterangan lengkap mengenai jalur pelayaran antar Asia Barat dan
India. Namun daerah yang letaknya agak jauh ke Timur sangat samar-samar,
Suatu yang menarik dalam kitab ini juga,

2
Ririn Darini, S. S., M. Hum, 2013. SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA MASA HINDU
BUDHA, Yogyakarta: Ombak Dua. Hlm 25.

iii
yaitu mengenai hubungan orang India dengan suatu tempat disebut Chrisye
yang berarti emas. Karena itu mengingatkan kita pada masa swarnabhumi dan
Swarnadwipa.

b. Geographike Hyphegenesis, yaitu kitab petunjuk membuat peta yang disurun


oleh Cladius Ptolemeus pada abad ke-II Masehi. Dalam kitab-kitab tersebut di
tulis nama-nama logam mulai, seperti Argyre Chora (negeri perak), Chryse
Chora (negeri emas) dan Chryse Chersonessos (Semenanjung emas). Kitab ini
menyebutkan pula nama pulau Sumatra atau bagian dari Pulau Sumatra.
Jadi bukan untuk menyebutkan Pulau Jawa adalah dengan kata Jawa adalah
Prasasti Canggal yang berangka tehun 654 saka atu 732 Masehi, dalam prasasti
tersebut terdapat perjanjian untuk Dwipa Yawa.

1.3 HUBUNGAN DAGANG INDONESIA-CINA

Hubungan dagang antara Indonesia dengan Cina hanyalah hubungan


pelayaran langsung antar kedua tempat, Hubungan pelayaran Hu dapat merupakan
bagian dari hubungan pelayaran antara Asia Barat dengan Cina, tetapi juga dapat
merupakan hubungan tersendiri antara Indonesia dengan Cina, kalau Menurut
Wolters, bukti-bukti yang menunjukan bahwa niaga melintasi laut Cina Selatan
untuk pertama kalinya terjadi antara abad ke-III Masehi dan abad ke-V Masehi.
Tetapi bukti yang pasti mengenai pelayaran antara Indonesia dengan Cina berasal
dari abad ke-V masehi.
Keadaan pelayaran itu dapat disimpulkan dari perjalanan dua orang pendeta
beragama Budha, yaitu:
1. Perjalanan Fa-Hsien, sumber ini isinya antara lain bahwa Fa-Hsien bertolak
dari Srilanka pada tahun 413 Masehi Ia menempuh perjalanan kembali ke
Cina dari Yeh-Po-T’i. dalam laporannya mengenai perjalanan itu telah
melampaui batas waktu berlayar yang lazim untuk mencari kanton dari Yeh-
Po-T’i. para penumpang merasa khawatir dan mereka menduga bahwa kapal
mereka telah kehilangan arah, sedangkan batas waktu untuk berlayar yang
lazim, yakni kurang lebih 50 hari.

iv
Pada waktu itu mereka telah melampaui batas waktu tersebut selama berhari-
hari. Menurut para ahli, Yeh-Po-T’I diartikan sebagai Yawa Dwipa (pulau
Jawa).
2. Perjalanan Gunavarman, sumber ini berisi antara lain bahwa Gunavarman
bertolak dari She-P’o yaitu untuk singgah di sebuah kerajaan kecil, yaitu pulau
Jawa tetapi karena cuaca baik maka diputuskan untuk berlayar langsung.
Sebuah berita Cina lain yang menerangkan tentang hubungan Indonesia Cina
adalah berita mengenai datangnya utusan dari Ho-Co-Tan, sebuah negeri di
She-P’o dalam tahun 430 Masehi.

1.4 PROSES MASUKNYA BUDAYA INDIA DAN CINA KE INDONESIA

Proses masuknya budaya India ke Indonesia dikenal dengan istilah


penghinduan atau Hinduisasi, walaupun pengaruh budaya itu tidak semata-mata
dari Hindu saja, tetapi juga dari agama Budha. Semua itu tumbuh dalam bentuk
satu kesatuan sinkretisme dalam bentuk Siwa Budha.3

Perjumpaan dengan budaya India dan Cina tidak dapat Indonesia


dipungkiri,telah berpengaruh besar dalam budaya membangun di Indonesia.
Budaya India dengan Hinduisme dan Budhisme telah memengaruhi kehidupan
sehari-hari dibeberapa daerah terutama Jawa yang jumlah penduduknya
merupakan mayoritas di Indonesia. Cara membangun bangunan ibadah seperti
candi dan pura, meletakkan dasar-dasar arsitektur bangunan ibadah dan bertebaran
di berbagai pelosok Indonesia. Hinduisme bahkan mendapatkan bentuk baru di
Bali yang kita kenal sebagai Hindu-Bali, membentuk suatu ciri tersendiri yang
membuktikun kekuatan semangat lokal dalam menggarap budaya yang
dihadapinya. Penataan ruang melalui tata letak dan sosok bangunan di Bali
berangkat dari kaidah kaidah budaya membangun Hinduisme, namun
menghasilkan suatu corak kuat budaya Cina juga menurunkan pengetahuan

3
Drs. Maskun, M.H, 2017. SEJARAH INDONESIA SAMPAI ABAD KE XV, Pendidikan Sejarah,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Hlm 72-76.

v
pertukangan, makanan, dan seni tata letak yang populer kita kenal sebagai
fengsui(adalah ilmu topografi kuno dari Cina yang mempercayai bagaimana
manusia dan surga (astronomi), serta bumi (geografi) dapat hidup dalam harmoni
untuk membantu memperbaiki kehidupan dengan menerima Qi positif. Qi
terdapat di alam sebagai energi yang tidak terlihat. Qi dialirkan oleh angin dan
berhenti ketika bertemu dengan air.

Qi baik, disebut juga dengan istilah napas kosmik naga. Jenis Qi ini
dipercaya sebagai pembawa rezeki dan nasib baik. Namun, ada pula Qi buruk
yang disebut Sha Qi, yang dipercaya sebagai pembawa nasib buruk. Terdapat
berbagai aliran feng shui, di antaranya yaitu bintang terbang, waktu, dan
topografi. 4

Pertukangan kayu yang ditawa para pendatang orang Cina dan


keturunannya memberi warna (tersendiri Perumahan di tempat yang kita kenal
sebagai Pecinan di hampir seluruh pelosok kota-kota di seluruh Indonesia juga
membentuk suatu ciri tersendiri di dalam kehidupan bermukim di Indonesia.
Meski bentuk dari daratan Cina tampaknya keadaan lokal memberi tantangan
sehingga terdapat perubahan sebagaimana kita saksikan di kota-kota pesisir Jawa
dan Sumatra. 5

SIKAP BANGSA INDONESIA DALAM MENANGGAPI KEBUDAYAAN


INDIA.

Dalam menerima pengaruh budaya India, bangsa Indonesia memiliki sikap antara
lain:

1. Pasif, yaitu sikap dimana bangsa Indonesia menerima pengaruh budaya India
itu apa adanya Pendapat ini sulit diterima dengan kenyataan, karena budaya
yang ada di Indonesia tidak sama seperti di India misalnya masalah kasta di
Bali. Penggolongan masyarakat

4
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Feng_Shui

5
Mukhlis PaEni, dkk, 2009, SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA , Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. Hlm 159.

vi
2. Bali dalam bentuk kasta bukan pengaruh dari India, tetapi sebagai pengaruh
Imperialisme Barat yang ingin memecah belah bangsa Indonesia khususnya di
Bali.

3. Aktif, yaitu suatu sikap menerima budaya India secara selektif, yakni tidak
menerima apa adanya. Pendapat ini dapat diterima, karena anggapan ini sesuai
dengan sikap bangsa Indonesia yang tidak menerima secara langsung budaya
yang datang dari India. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia bersedia untuk
menerima pengaruh budaya India asalkan tidak meninggalkan keaslian budaya
Indonesia yang ada telah berkembang pada waktu itu.

A. PROSES MASUKNYA BUDAYA INDIA

Ada beberapa hipotesa mengenai masuknya proses masuknya budaya India ke


Indonesia yang dikemukakan para ahli, antara lain:

1. Angga pan pertama

Menurut para ahli bahwa proses masuknya pengaruh budaya India ke


Indonesia melalui kolonisasi orang India ke Indonesia. Berdasarkan anggapan ini,
maka yang paling berpengaruh dan berperan dalam masukan budaya ini adalah
golongan prajurit. Oleh sebab itu Bosch menyebutnya sebagai Hipotesa Ksatria.
Hipotesa ini sulit diterima oleh para ahli lainnya dengan alasan:

Ia menganggap bahwa kolonisasi di Indonesia tidak pemah ada. Sebab


yang namanya koloniosasi itu disertai dengan bukti penaklukan dari India di
Indonesia sudah tidak ada sebab itu kalau ada minimal Indonesia ada proses
pemindahan nilai-nilai sosial budaya, social masyarakat, nilai seni atau bentuk
pemerintahan dari daerah penakluk. Misalnya di Indonesia tidak ada pola rumah
yang dipengaruhi dari India begitu juga mengenai penggunaan bahasa

yang ada di Indonesia tidak sama dengan yang digunakan di India. Karena
yang melakukan kolonisasi itu para prajurit maka hipotesisis ini masih diragukan,
sebab secara umum para prajurit memiliki keahlian dalam bidang keprajuritan,
bukan dalam bidang bidang kultur yang ada tetapi sedikit saja dari India ini sangat
kecil

vii
2. Anggapan Kedua

Menurut Krom, masuknya pengaruh India di Indonesia dilakukan


melalui golongan pedagang, karena itu kasta Waysa, maka disebut hipotesisi
Waysa. Alasannya karena pedagan selain untuk berdagang ada juga yang menetap
di Indonesia dan ada juga yang melalui perkawinan. Melalui hal-hal di atas itulah
pedagang memasukkan budaya India ke Indonesia. Van Leur sangat berat meneria
alasan di atas alasan: .

3. Anggapan Ketiga

Menunut Van Leur proses masuknya pengaruh budaya India di


Indonesia yang benar adalah melalui golongan-golongan yang memang
menguasai budaya India, yaitu golongan Brahmana, oleh sebab itu pendapat ini
dikenal dengan hipotesis Brahmana. Adapun prosesnya berpangkal dari adanya
hubungan antar Indonesia dan India sehingga timbul suatu keinginan bagi
masyarakat Indonesia untuk mengethui nilai- nilai budaya India. Untuk itu
masyarakat Indonesia melakukan dua cara, yaitu:

a. Berusaha untuk mengetahui nilai-nilai budaya India dengan mengundang Para


ahlinya ke Indonesia untuk menyiarkan budaya-buaya India kepada
masyarakat yang ada di Indonesia.
b. orang Indonesia dengan sengaja pergi ke India untuk melihat secara langsung
keadaan yang ada di India.

B. PROSES MASUKNYA BUDAYA CINA

Orang Cina datang ke kawasan Asia Tenggara sudah sejak awal sejarah
untuk menukarkan barang-barang Cina seperti sutra dan porselin dengan rempah-
rempah, obat-obatan dan barang-barang yang aneh dan langka dari kawasan Asia
Tenggara ini. Pada abad ke- 16 dan awal abad ke 17, ketika orang Barat datang ke
kawasan Asia Tenggara, mereka mendapatkan saudagarsaudagar Cina berjumlah
sedikit tetapi tersebar luas di kawasan ini. Dalam beberapa abad kemudian,
mereka bertindak sebagai pedagang perantara atau bekerja sebagai buruh serta

viii
produsen berskala kecil. Ketika jumlah mereka semakin membesar, mereka lalu
mendominasi perekonomian pasar di kawasan ini

Berdasarkan catatan sejarah, hubungan dagang antara Cina dengan Jawa


telah berlangsung cukup lama, yaitu sejak abad ke 5 Masehi. Hubungan tersebut
ditopang pula oleh jalur-jalur pelayaran yang telah dikenali oleh orang orang Cina
untuk sampai dan singgah di kepulauan Nusantara. Peningkatan aktivitas di
bidang perdagangan dan pelayaran di daerah kepulauan Nusantara,
mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya tempat atau pos-pos pedagang Cina
yang kemudian menjadi pemukiman-pemukiman khusus orang Cina (pecinan) di
sejumlah daerah di kepulauan Nusantara

ix
BAB 2

PENGARUH AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA

2.1 Proses Masuk dan Perkembangan Agama Hindu-Buddha di Indonesia.

Agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia (Nusantara) dari
India masing-masing sekitar abad ke- dan ke-5 Agama dan kebudayaan Islam
uncul belakangan (abad ke-7), dan baru berkembang pesat mulai sekitar abad ke-
13. ke-4 Pengaruh Hindu di Indonesia berlangsung hampir selama sebelas abad,
yaitu dari abad abad (bukti prasasti di Kutai) sampai berakhirnya kekuasaan
Majapahit di Jawa Timur sekitar ke-5, ke-15. Sedangkan agama Buddha masuk ke
Indonesia seabad kemudian, sekitar abad ke-5 yang didukung dengan temuan
patung Buddha dari perunggu di Sampaga (di Sulawesi Selatan), Jember (Jawa
Timur), dan Bukit Siguntang (Sumatra Selatan).

A. Mengenal Agama Hindu dan Buddha.

1. Agama Hindu.

Agama Hindu diperkirakan muncul di India antara tahun 3102 SM sampai 1300
SM (ada yang mengatakan sekitar tahun SMI) dan merupakan agama tertua di
dunia. agama ini tumbuh bersamaan dengan masuknya bangsa Arya, yaitu bangsa
nomaden yang masuk dari Asia Tengah melalui Selat Kaiber. Kedatangan bangsa
Arya ini mendesak bangsa Dravida, penduduk asli India dan termasuk dalam
kategori ras Australoid, ke sebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan.
Dalam perkembangan selanjutnya terjadi percampuran antara kebudayaan orang
Arya dan bangsa Dravida, menghasilkan kebudayaan Hindu. Perkembangan
agama Hindu di india, pada hakikatnya dapat dibagi menjadi empat fase, yakni
zaman Weda, zaman Brahmana zaman Upanisad, dan zaman Buddha.

x
a. Zaman Weda (1500 SM)

Zaman ini dimulai ketika bangsa Arya berada di Punjab di lembah Sungai Sindhu,
sekitar 2500 s.d 1500 tahun SM, setelah mendesak bangsa ravi ke sebelah selatan
sampai ke dataran tinggi Dekkan. Bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi.
Mereka menyembah dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu Indra, Siwa, dan
sebagainya.

b. Zaman Brahmana (1000- 750 SM)

Pada zaman ini, kekuasaan kaum Brahmana amat besa dalam kehidupan
keagamaan. Merekalah yang mengantarkan persemba orang kepada para dewa.
Pada zaman ini pula mulai d tata cara upacara beragama yang teratur d apa yang
ken disebut Kitab Brahmana. Weda menjadi pedoman pen tata cara upacara
agama ini.

c. Zaman Upanisad (750-500 SM)

Pada zaman ini, yang dipentin tidak hanya upacara dan Saji gkan saja, tetapi lebih
dari itu pengetahuan batin yang lebih tin Zaman ini adalah zaman pengembangan
dan penyusunan falsafah agama, yaitu zaman orang ber t atas dasar Weda.

d. Zaman Buddha (500 SM-300 M)

Zaman ini dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama Sidharta
menafsirkan Weda sudut logika dan sistem yoga semadhi, sebagai jalan untuk
men diri dengan Tuhan.

2. Agama Buddha

Agama Buddha merupakan perkembangan lebih lanjut dari agama Hindu. Buddha
sebenarnya merupakan sebutan bagi seseorang yang telah memperoleh
pencerahan. Hal itu sesuai dengan asal kata Buddha itu sendiri ari bahasa India
berarti yang mencapai pencerahan sejati. Awalnya agama Buddha bukanlah
agama, melainkan ajaran dari seseorang yang telah memperoleh pencerahan
bernama Siddartha Gautama.

xi
B. Proses Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu dan Buddha. di
Indonesia.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang letaknya strategis berada di jalur


pelayaran yang menghubungkan negara-negara Barat dan Timur. Berlabuhnya
kapal-kapal dagang berbagai bangsa membuat masyarakat Indonesia tidak dapat
menghindar dari pengaruh luar Faktor lainnya adalah alam, seperti pola angin
musim yang berubah setiap enam bulan sekali, yang memudahkan kapal kapal
dagang itu singgah di Indonesia dalam waktu cukup lama. Hubungan dagang
antara Indonesia dan India diawali sejak tahun 1 M.

Hubungan perdagangan ini diikuti pula dengan hubungan kebudayaan seperti


agama, sistem pemerintahan, sosial dan budaya sehingga terjadi percampuran
kebudayaan di antara dua bangsa tersebut. Hubungan itu membuat bangsa
Indonesia mengenal agama Hindu dan Buddha. Ada beberapa teori (hipotesis
terkait proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha ke Indonesia:

1. Teori Waisya

Teori ini, dikemukakan oleh N. J. Krom, didasarkan pada alasan bahwa motivasi
terbesar datangnya bangsa India ke Indonesia adalah untuk berdagang. Golongan
terbesar yang datang ke Indonesia adalah para pedagang India (kasta Waisya).

2. Teori Ksatria

Menurut teori yang dikemukakan F.D.K Bosch ini, pada mau lampau di India
sering terjadi perang antargolongan. Para prajurir yang kalah atau jenuh
menghadapi perang lantas meninggalkan Rupanya, di antara mereka ada pula
yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha
mendirkan koloni koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat terjadi proses
penyebaran agama dan budaya Hindu Kelemahan teori ini adalah tidak adanya
bukti tertulis bahwa pernah terjadi kolonisasi oleh para Ksatria India.

xii
3. Teori Brahmana

kakan C. van Leur ini, para Brahmana Menurut teori yang dikem J pemim dia ke
Indonesia atas undangan datang melegitimasi kekuasaan mereka sehingga setaraf
den rang di Teori ini di kan pada pengamatan ter peninggalan kerajaan-kerajaan
raja-raja Indonesia, terutama prasasti berbahasa SantL Budha d India, bahasa dan
huruf itu hanya di kitab suci wada dan upacara keagamaan, dan han ya golongan
Brahmana yang mengerti dan menguasainya ini pun diragukan kebenarannya.
Alasannya: kendati benar hanya para Brahmana yang dapat membaca dan men
Wada, para pendeta Hindu itu pantang menyeberangi lautan.

4. Teori Arus Balik

Menurut teori yang dikemukakan oleh G. Coedes ini, berkembangnya pengaruh


dan kebudayaan India ini dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Bangsa
Indonesia mempunyai kepentingan untuk datang dan berkunjung ke India, seperti
mempelajari agama Hindu dan Buddha. Sekembalinya dari India, mereka
membawa serta pengetahuan tentang agama dan kebudayaan di India. Banyak
orang lebih meyakini teori arus balik bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia
karena dibawa oleh orang Indonesia.

2.2 Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia

Terlepas dari teori manakah yang paling benar tentang proses masuknya
pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia, pengaruh agama dan kebudayaan tersebut
sangat tampak dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagian peninggalannya
bahkan masih dapat kiua saksikan sampai saat ini, baik yang bersifat fisik
(material) maupun nonfisk (abstrak). Berikut ini bentuk-bentuk pengaruh

1. Bahasa dan Tulisan.

Masuknya bangsa India (kebudayaan Hindu) ke Nusantara sejak abad ke


Masehi mengantarkan masyarakat Nusantara ke budaya tulis atau masa aksara
(masa di mana mereka men dan memprakikian tradisi tulisan). Budaya tulis itu
menggunakan bahasa Salakerta dengan huruf Pallawa, yaitu sejenis tulisan yang
ditemukan juga di wilayah India bagian selatan. Dalam huruf l'allawa menjadi

xiii
dasar dari huruf buru di Indonesia seperti huruf Kawi, Jawa Kuno, Bali Kuno
Lampung Batak, dan Bugis-Makassar.

a. Prasasti.

Prasasti, dari kata bahasa sanskerta yang berarti pujian, merupakan piagam
dokumen yang ditulis pada bahan yang ringatan tahan lama, yang memuat
informasi tentang se berbagai sumber buah Di antara asing, dan kronologis atau
catatan naskah memberikan sangat sejarah kuno Indonesia, karena mampu
prasasti dianggap sumber terpenting buat suatu suatu peristiwa. Ada banyak hal
yang menguntun dunia jumlah nama unsur penanggalan, prasasti juga semua
alasan prasasti tersebut dikeluarkan. Hampir prasasti pada masa kerajaan Hindu,
juga penggubahan karya sastra sejak zaman Kerajaan Kediri, ggunakan huruf
Palawa.

Kitab dapat dikategorikan sebagai karya sastra kuno, yang dalam


perkembangannya di Indonesia terdiri dari beberapa tahap:

1) pertama atau kesusastraan tertua, lahir pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Kitab terkenalnya adalah sa Hyang Kamahayanikan, oleh Sambara Suryawanasa.
Kitab ini menjelaskan tentang ajaran Buddha aliran Tantra

2) Tahap kedua, lahir pada masa Kerajaan Kediri. Pada tahap ini lahir karya sastra
besar Ariuna a yang ditulis oleh Mpu Kanwa, Kresnayana yang ditulis oleh Mpu
Dharmajaya, dan Bharatayuda yang ditulis oleh Mpu Sedah dan kemudian
diselesaikan oleh Mpu Panuluh. Kerajaan Kediri tercatat sebagai kerajaan yang
memiliki hasil sastra kuno yang cukup banyak, terutama pada saat pemerintahan
Raja Jayabhaya.

3) Tahap ketiga, yaitu kesusasteraan yang lahir pada zaman Majapahit. Pada
tahap ini lahir Kitab Negarakertagama, ditulis oleh pu Prapanca pada tahun 1365.
Dari kitab inilah kita banyak mengetahui tentang kehidupan masyarakat pada
zaman Majapahit dan silsilah dari para leluhur raja. Kitab ini juga menjadi salah
satu sumber penulisan sejarah politik Jawa dari abad ke-8 sampai abad ke- 15.
Selain Negarakertagama, terdapat juga Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu

xiv
Tantular dan Kitab Paranaton, yang berisi mitos tokoh Ken Arok (pendiri
Singasari, dan Kitab Bubhuksah, kitab yang berkisah ten dua orang bersaudara
yang berusaha mencari kesempurnaan.

c. Manuskrip

Manuskrip adalah naskah tulisan tangan peninggalan berisi berbagai hal seperti
ccrita kepahlawanan, hukum, upacara keagamaan, silsilah, syair, mantra sihir, dan
resep obat-obatan. Contoh: Pustaha, yaitu naskah Batak yang ditulis dengan
aksara Barak dan ditulis di atas lembaran kulit kayu alima I La Galigo, yaitu
sebuah naskah kuno dari Sulawesi Selatan yang merupakan naskah epos
(kepahlawanan) yang berisi kisah tentang Kerajaan Luwu masa pra-Islam: semula
naskah ditulis menggunakan aksara Bugis, namun dalam perkembangannya ditulis
dalam berbagai bahasa. Sejarawan Robert Wilson menganggap I La Galigo
sebagai hasil sastra kuno terbaik karena ditulis dengan mengedepankan
objektivitas dan fakta sejarah. Lampung,

2. Politik dan Sistem Pemerintahan

Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, sistem pemerintahan


yang dianut di Indonesia adalah sistem pemerintahan desa, yang dipimpin seorang
suku dipilih berdasarkan kekuatan dan kelebihannya. Dengan masuknya pengaruh
Hindu uncul konsep dewa raja: pimpinan tertinggi dalam sebuah kelompok adalah
seorang raja, yang diyakini sebagai titisan atau reinkarnasi dewa (Dewa Siwa
ataupun Dewa Wisnu). Konsep ini melegitimasi mengesahkan) pemusatan
kekuasaan pada raja.

3. Ekonomi dan Sistem Mata Pencarian Hidup

Pengaruh India dalam bidang ekonomi tidak begitu besar. Sebab, sejak masa
praaksara penduduk Nusantara telah mengenal tradisi agraris, pedagangan dan
pelayaran. (M. Dj. Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto mencatat pada zaman
prasejarah duduk Indonesia adalah pelayar pelayar yang sanggup mengarungi
lautan lepas. Lautan bukan penghalang tetapi pemersatu. Hubungan antarpulau

xv
malah lebih mudah dibandingkan dengan daerah pedalaman4. Agama dan Sosial
Budaya

5. Seni Bangun, Seni Pahat dan Relief Candi

Candi merupakan bangunan utama yang banyak didirikan pa masa pengaruh


Hindu Buddha candi candi bercorak Hindu umumnya berfungsi untuk dan
memuliakan dewa- dewi Hindu. Contoh contoh candi Hindu adalah Prambanan
(untuk memuliakan dewa Siwa), Kalasan (Dewi Tara), Sewu (Manjusri), Gebang,
kelompok Candi Dieng, Candi Gedong Songo, Candi Panataran, dan Candi
Cangkuang, Adapun candi candi bercorak Buddha berfungsi sebagai sarana ritual
(memuliakan Buddha), menyimpan relikui Buddhis ataupu bhiksu terkemuka atau
keluarga kerajaan penganut Buddha (seperti abu atau sebagai tempat ziarah bagi
para penganutnya. oh candi Contoh-contoh Buddha: Borobudur, Sewu, Sari,
Plaosan, nibo, Sumberawan. Banyu Muara Takus.

6. Bahasa dan Ilmu Pengetahuan.

Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti


besar berhuruf pallawa dan berbahasa Sanskerta. Di kenalnya sistem pengetahuan
yaitu seperti huruf pallawa dan bahasa Sansekerta menjadi pembuka jalan bagi
perkembangan ilmu dan pengetahuan. Para Brahmana berperan sebagai
rohaniawan sekaligus ilmuwan.

7. Sastra.

Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam


bidang sastra. Bahasa Sanskerta sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan sastra Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh
Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur,
Sriwijaya, Jawa Barat, Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sanskerta
dan huruf Pallawa. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab
Ramayan dan Mahabarata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga
Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri

xvi
2.3 Peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia

Di Indonesia banyak sekali peninggalan peninggalan bersejarah yang


tentunya memiliki ceritanya masing masing. Salah satu peninggalan sejarah yang
banyak ditemukan di Indonesia adalah peninggalan sejarah Hindu Budha. Hal ini
dikarenakan kedua agama ini memang yang paling pertama masuk di Negara
Indonesia.

Bahkan tak diketahui dengan pasti kapan tepatnya agama Hindu dan
Budha mulai masuk ke Indonesia. Namun bukti dari peninggalan peninggalan
bersejarah ini bisa menjadi bukti bahwa kedua agama ini sudah cukup lama masuk
ke Indonesia. Nah berikut ini beberapa contoh peninggalan sejarah Hindu Budha
yang ada di Indonesia.

Peninggalan Sejarah dari Agama Hindu

Indonesia banyak sekali lima agama yang terdapat dalam negara kita dan
Indonesia memiliki banyak ciri-ciri pranata sosial. Ini terbukti dari peninggalan
agama tersebut yang sekarang masih membuktikan agama tersebut masih ada
sampai sekarang. Banyak peninggalan yang terdapat dalam agama Hindu yang
perlu kalian ketahui sebagai berikut:

1. Peninggalan Sejarah Dari Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua yang ada di Indonesia.
Kerajaan Hindu ini berdiri pada abad ke 4 Masehi. Banyak bukti bukti yang
menyatakan keberadaan kerajaan ini, salah satunya yaitu Yupa. Yupa merupakan
tiang batu yang digunakan untuk mengikat hewan korban yang akan disembahkan
kepada Brahmana. Yupa ini ditulis dengan bahasa Sansekerta seerta huruf
Pallawa. Selain itu, masih banyak peninggalan sejarah lainnya dari Kerajaan Kutai
yaitu:

xvii
 7 Buah Yupa
 Arca Arca Bulus
 Arca Batu
 Kalung Cina dari Emas
 dan lainnya.

2. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua yang ada di Pulau Jawa
yang terletak di tepi Sungai Citarum, Bogor. Kerajaan ini berdiri pada abad ke 5
Masehi. Keberadaan dari kerajaan ini ditemukan dari adanya 7 buah prasasti, yaitu
antara lain adalah:

 Prasasti Ciaruteun, ditemukan di kawasan Ciampea, Bogor. terdapat telapak


kaki raja Purnawarman serta lukisan laba laba di prasasti ini.
 Prasasti Jambu, ditemukan di sekitar bukit Koleangkak. Di prasasti ini
terdapat tulisan dengan kata Tarumayam (Tarumanegara).
 Prasasti Kebon Kopi, ditemukan di sekitar kampung Muara Hilir, Bogor. Di
dalam prasasti ini terdapat lukisan telapak kakidari Airawata, Gajah kendaraan
dari Dewa Wisnu.
 Prasasti Lebak, ditemukan di kawasan Kampung Lebak, Pandeglang.
 Prasasti Tugu, ditemukan di kawasan Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.
 Prasasti Pasir Awi.
 Prasasti Muara Cianten.

xviii
3. Peninggalan Kerajaan Kediri

Berikut ini beberapa peninggalan dari kerajaan Kediri di Indonesia:

 Prasasti Penumpangan
 Prasasti Talan
 Prasasti Weleri
 Prasasti Semandhing
 Prasasti Jepun
 Prasasti Hantang
 dan lainnya

xix
BAB 3

AKULTURASI KEBUDAYAAN INDONESIA DAN HINDU BUDHA

3.1 Pengertian akulturasi

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala uatu kelompok
manuia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari uatu
kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyibabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri.

Dibawah ini adalah pengertian akulturasi menurut para ahli :

1. Pengertian Akulturasi Menurut Suyono

Pendapat mengenai pengertian Akulturasi datang dari pengamat Suyuno yang


dikutip dalam buku Rumondor (1995:208) yang menyebutkan bahwa
Akulturasi merupakan suatu proses transfer penerima dari beragam unsur
budaya yang saling bertemu dan berhubungan serta menumbuhkan proses
interaksi budaya yang tanpa meninggalkan budaya aslinya.

2. Pengertian Akulturasi Menurut Nardy

Berbeda dengan Suyono, Nardy lebih mengartikan Akulturasi sebagai bagian


dari proses sosial yang muncul dari sekelompok masyarakat dengan
kebudayaannya dan bertemu dengan kelompok masyarakat lain tentunya
dengan kebudayaan mereka (asing) dan berbaur yang menciptakan interaksi
sosial sehingga lambat laun diterima oleh dan disatukan menjadi kebudayaan
bersama tanpa menghilangkan identitas budaya itu sendiri.

xx
3.2 Contoh dan hasil dari Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia

Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah


ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang
masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari
proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Hasil
akulturasi tersebut tampak pada.

a. Pengertian Akulturasi Budaya

Seperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan


yang berbeda yang langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur
kebudayaan yang bertemu tersebut hidup berdampingan dan saling mengisi
satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsur-unsur
kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.

Beberapa hal yang menjadi alasan diterimanya kebudayaan lain dari Hindu
Budha ini adalah sebagai berikut:

 Masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi


sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
 Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius,
yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing
dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Akulturasi dari kebudayaan imdonesia dengan Hindu-Budha dapat dilihat dari :

1) Segi Sosial

Sebelum masuknya Hindu-Budha ke Nusantara masyarakat belum mengenal


dengan apa yang namanya sistem pembagian masyarakat atau kasta. Semua
masyarakat pada masa itu memiliki kedudukan yang sama dan masih hidup
dalam suatu kelompok-kelompok tertentu. Namun setelah masuknya unsur
baru yang berupa Hindu-Budha ini kemudian masyarakat pada masa itu
kehidupan sosialnya berubahdan dibedakan atas sistem kasta.

xxi
2) Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem
pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan
tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh
Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja
yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari
dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat
kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun.
Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku
3) Kesenian

Di dalam kesenian ini akulturasi sangat terlihat jelas seperti contohnya pada
seni rupa atapun patung dan juga relief yang ada di Nusantara dulu sepeti pada
relief di Candi Borobudur yang menceritakan tentang bagaimana perjalanan
Sang Budha Gautama. Bentuk akulturasi dari kebudayaan ini dapat dilihat dari
relief yang menggambarkan tentang keadaan alam dan geografis dari wilayah
Nusantara sendiri di masa lalu seperti adanya hiasan burung merpati ataupun
juga hiasan tentang gambar dari perahu bercadik yang tidak kita temukan di
India.

4) Seni sastra

Dalam seni sastra akulturasi nampak jelas seperti pada Sastra Jawa yang
mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan India. Proses ini terjadi
dengan penyerapan unsur-unsur kebudayaan India terlihat dari prasasti yang
menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Namun seiring dengan
bentuk akulturasinya dengan budaya lokal kemudian dari huruf Pallawa dan
Bahasa Sansekerta ini dikembangkan ke dalam Bahasa Jawa Kuna ataupun
bahasa yang lainnya yang masih dalam satu konteks bahasa.

xxii
5) Sistem Penanggalan

Kalender atau sistem penanggalan yang ada di Nusantara yaitu yang


menggunakan tahun Saka merupakan sistem penanggalan yang mendapat
pengaruh dari budaya yang ada di India.Tidak diketahui pasti kapan nenek
moyang mengenal sistem pertanggalan dengan tahun saka ini. Arsitektur

6) Ekonomi

Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia.


Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan
perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.

7) Bidang Pendidikan

Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia


dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum
mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian
masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.

Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :

 Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan


sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di
kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa
Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari
bahasa Sansekerta.
 Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan
sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem
pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem
pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
 Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang
merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :

xxiii
o Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
o Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
o Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
o Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
o Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.

 Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti
berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan
kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai
dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
8) Kepercayaan

Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia


mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek
moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha
mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha
walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap
arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme
yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme
dalam keagamaan Hindu-Budha.

9) Seni Bangunan

Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran


antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan
bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi
merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi
Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur
yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan
semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat
pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar
candi dalam bangunan stupa.

xxiv
10) Seni Rupa

Seni patung sudah dikenal oleh bangsa indonesia sebelum mendapatkan


pengaruh dari kebudayaan hindhu-budha. Sejumlah arca dalam berbagai
ukuran telah ditemukan di berbagai tempat di indonesia pada sekitar abad ke-
2.

11) Seni pertunjukan

Seni pertunjukan pada masa Hindu-budha dapat diketahui melalui sumber-


sumber berupa relief maupun sumber-sumber tertulis beberapa teks prasasti
maupun teks karya sastra. Dalam seni pertujukan terjadi akulturasi antara
kebudayaan india dengan kebudayaan lokal. Dari berbagai data pada masa
pengaruh Hindu-Budha telah terdapat berbagai macam pertunjukan, sebuah
pertujukan akrobat jalanan pada masa Hindu-Budha. Wayang

a. Seni Tari

Seni tari pada masa kejayaan Hindu-Budha terdapat dijawa dan Bali.
Dikedua wilayah ini seni tarinya memiliki kemiripan diakibatkan adanya
migrasi itu seni tarinya memiliki kemirapan diakibatkan adanya migrasi
penduduk dari jawa ke Bali karena jatuhnya Majapahit. Adapun kesamannya
antara lain sistem laras komposisi lagu dan gamelan , pemakaian cerita dan
perbendaharaan gerak dalam tari, serta pakaian yang dikenakan. Dari daun
lontar( lontar Candra Sengkala) dinyatakan bahwa tari Gambuh yang dianggap
sebagai induk dari semua drama tari di Bali merupakan pengaruh dari drama
tari yang berasal dari Jawa Timur.

3.3 Proses masuknya pengaruh budaya hindhu-budha di indonesia

Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para
pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia
guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan
penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan
agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.

xxv
1. Periode Awal (Abad V-XI M)

Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol
sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak
ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-
kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.

2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)

Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut
disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia
kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme
(perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman
kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur
lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara
kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.

Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi
bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur

3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)

Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode
sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan
politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi
pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru
Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan
Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih
banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India

xxvi
BAB 4
Kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia dan Penyebab
Keruntuhannya

A. Kerajaan Kutai

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, ini dibuktikan dengan
ditemukannya 7 buah Yupa (prasasti berupa tiang batu) yang ditulis dengan huruf
pallawa
dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India yang sudah mengenal Hindu. Yupa
mempunyai 3 fungsi utama, yaitu sebagai prasasti, tiang pengikat hewan untuk
upacara korban keagamaan, dan lambang kebesaran raja.
Dari tulisan yang tertera pada yupa nama raja Kundungga diperkirakan
merupakan nama asli Indonesia, namun penggantinya seperti Aswawarman,
Mulawarman itu menunjukan nama yang diambil dari nama India dan upacara
yang dilakukannya menujukan kegiatan upacara agama Hindu. Dari sanalah dapat
kita simpulkan bahwa kebudayaan Hindu telah masuk di Kerajaan Kutai.

Kerajan Kutai Mulawarman (Martadipura) didirikan oleh pembesar kerajaan


Campa (Kamboja) bernama Kudungga, yang selanjutnya menurunkan Raja
Asmawarman, Raja Mulawarman, sampai 27 (dua puluh tujuh) generasi Kerajaan
Kutai.

 Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)


Sementara itu pada abad XIII di muara Sungai Mahakam berdiri Kerajaan
bercorak Hindu Jawa yaitu Kerajaan Kutai Kertanegara yang didirikan oleh salah
seorang pembesar dari Kerajaan Singasari yang bernama Raden Kusuma yang
kemudian bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti dan beristerikan Putri Karang
Melenu sehingga kemudian menurunkan putera bernama Aji Batara Agung
Paduka Nira.

Proses asimilasi (penyatuan) dua kerajaan tersebut telah dimulai pada abad XIII
dengan pelaksanaan kawin politik antara Aji Batara Agung Paduka Nira yang
mempersunting Putri Indra Perwati Dewi yaitu seorang puteri dari Guna Perana
Tungga salah satu Dinasti Raja Mulawarman (Martadipura), tetapi tidak berhasil
menyatukan kedua kerajaan tersebut. Baru pada abad XVI melalui perang besar
antara kerajaan Kutai Kertanegara pada masa pemerintahan Aji Pangeran Sinum

xxvii
Panji Ing dengan Kerajaan Kutai Mulawarman (Martadipura) pada masa
pemerintahan Raja Darma Setia.

Dalam pertempuran tersebut Raja Darma Setia mengalami kekalahan dan gugur di
tangan Raja Kutai Kertanegara Aji Pangeran Sinum Panji, yang kemudian
berhasil menyatukan kedua kerajaan Kutai Tersebut sehingga wilayahnya menjadi
sangat luas dan nama kerajaannyapun berubah menjadi Kerajaan Kutai
Kertanegara Ing Martadipura yang kemudian menurunkan Dinasti Raja-raja Kutai
Kertanegara sampai sekarang.

2. Perkembangan Sosial, Ekonomi, Budaya, Dan Politik

a) Sosial dan budaya


Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek
moyangnya.Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan
kebudayaan. Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan
kebudayaannya.

b) Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan
India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para
pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman
pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana.

c) Kehidupan Politik
Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi perubahan
dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan kepala suku menjadi
sistem pemerintahan Raja atau feodal. Raja-raja yang pernah berkuasa pada
kerajaan Kutai adalah sebagai berikut:
 Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik
pada nama raja pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal
atau nama yang belum dipengaruhi oleh budaya Hindu

xxviii
 Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman
merupakan raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah
kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan
pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di
India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin memperluas
wilayahnya.
 Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa
Kerajaan Kutai ke puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai
mengalami masa gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan
keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara
korban emas yang amat banyak.

3. Sejarah Runtuhnya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia
tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran
Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda
dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai
Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan
dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi
kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar
Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan
hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

B. Kerajaan Tarumanegara

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja Jayasinghawarman ketika memimpin


pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang terus
menerus menyerang kerajaan Salakanagara. Di pengasingan, tahun 358 M,
Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di
Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama Tarumanegara
diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai
untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali

xxix
terdapat di tempat ini. Tanaman tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain
untuk pengawet kain, tanaman ini merupakan komoditas ekspor dan merupakan
devisa pemasukan terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.

Letak dan Wilayah Kekuasaan

Sebelum mengetahui letak kraton kerajaan Tarumanegara, dari temuan tempat


prasasti itu dapat diperkirakan luas kerajaan Tarumanegara. Prasasti Ciaruon atau
prasasti Ciareteun, ditemukan di daerah Cimpea, Bogor. Kemudian prasasti kebun
kopi yang ditemukan di daerah kampong hilir kecamatan cibung-bulang.
Kemudian prasasti kebun jambu, ditemukan di daerah bukit koleangkak 30 km
sebelah barat bogor. Kemudian prasasti tugu ditemukan di daerah Tugu, clincing,
Jakarta Utara.

Dari temuan letak prasasti tersebut dapat diketahui daerah yang masuk dalam
wilayah kerajaan Tarumanegara. Wilayah kerajaan Tarumanegara meliputi pesisir
Jakarta hingga pedalaman di kaki gunung Gede

2. Kehidupan di Kerajaan Tarumanegara

a) Kehidupan Politik
Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui bahwa raja
yang pernah memerintah di tarumanegara hanyalah raja purnawarman dan raja
yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari
prasasti tugu yang menyatakan raja purnawarman telah memerintah untuk
menggali sebuah kali. Oleh karena itu rakyat hidup makmur dalam suasana
aman dan tenteram.
b) Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari
upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan
kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara
korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para
dewa.
c) Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja purnawarman memerintahkan rakyatnya
untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan ini
mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat, Karena dapat
dipergunakan sebagai sarana pencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran
perdagangan antardaerah di kerajaan tarumanegara dengan dunia luar.

xxx
Juga dengan daerah-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian
masyarakat sudah berjalan teratur.
d) Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang
ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui
bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain
sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut
menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.

3. Raja-Raja Di Kerajaan Tarumanegara

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada


tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan
menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri,
yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang
kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri
Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada
menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan Tarumanagara
berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi
lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang
sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan
ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah
dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.

Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Hal
ini didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini
tidak pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri .
Para ahli berpendapat bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan
besar disebabkan karena adanya tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus
melakukan ekspansi wilayah

xxxi
C. Kerajaan Mataram Kuno dan Medang Kamulan
1. Kerajaan Mataram Kuno

Pada abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah berdiri Kerajaan Mataram Hindu.
Pendirinya adalah Raja Sanjaya. Munculnya Kerajaan Mataram diterangkan
dalam Carita Parahyangan. Kisahnya adalah dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa
Barat bernama Galuh. Rajanya bernama Sanna (Sena). Suatu ketika, ia diserang
oleh saudaranya yang menghendaki takhta. Raja Sanna meninggal dalam
peristiwa tersebut, sementara saudara perempuannya, Sannaha, bersama keluarga
raja yang lainnya berhasil melarikan diri ke lereng Gunung Merapi. Anak
Sannaha, Sanjaya, di kemudian hari mendirikan Kerajaan Mataram dengan ibu
kota Medang ri Poh Pitu. Tepatnya pada tahun 717 M.

1) Bukti-bukti sejarah

Bukti lain mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Hindu atau sering juga
disebut Mataram Kuno adalah prasasti Canggal yang dikeluarkan oleh Sanjaya.
Prasasti ini berangka tahun Cruti Indria Rasa atau 654 Saka (1 Saka sama dengan
78 Masehi, berarti 654 Saka sama dengan 732 M), hurufnya Pallawa, bahasanya
Sanskerta, dan letaknya di Gunung Wukir, sebelah selatan Muntilan.

Isinya adalah pada tahun tersebut Sanjaya mendirikan lingga di Bukit Stirangga
untuk keselamatan rakyatnya dan pemujaan terhadap Syiwa, Brahma, dan Wisnu,
di daerah suci Kunjarakunja. Menurut para ahli sejarah, yang dimaksud Bukit
Stirangga adalah Gunung Wukir dan yang dimaksud Kunjarakunja adalah Sleman
(kunjara = gajah = leman; kunja = hutan). Lingga adalah simbol yang
menggambarkan kekuasaan, kekuatan, pemerintahan, lakilaki, dan dewa Syiwa.

2) Kehidupan Politik

Kerajaan mataram kuno atau mataram dengan agama hindu merupakan kerajaan
hindu yang pernah berjaya dengan dua dinasti. Dinasti yang pernah berjaya
memimpin mataram kuno adalah Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
Kerajaan mataram kuno berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan

a) Pemerintahan wangsa Sanjaya


Raja-raja wangsa Sanjaya, seperti dimuat dalam prasasti Mantyasih (Kedu),
sebagai berikut.
 Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 – 746 M)
Raja ini adalah pendiri Kerajaan Mataram sekaligus pendiri wangsa Sanjaya.
Setelah wafat, ia digantikan oleh Rakai Panangkaran.
 Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784 M)

xxxii
Dalam prasasti Kalasan (778 M) diceritakan bahwa Rakai Panangkaran (yang
dipersamakan dengan Panamkaran Pancapana) mendirikan candi Kalasan
untuk memuja Dewi Tara, istri Bodhisatwa Gautama, dan candi Sari untuk
dijadikan wihara bagi umat Buddha atas permintaan Raja Wisnu dari
dinastiSyailendra.
Ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan raja ini datanglah dinasti
Syailendra dipimpin rajanya, Bhanu (yang kemudian digantikan Wisnu), dan
menyerang wangsa Sanjaya hingga melarikan diri ke Dieng, Wonosobo.
Selain itu, Raja Panangkaran juga dipaksa mengubah kepercayaannya dari
Hindu ke Buddha. Adapun penerus wangsa Sanjaya setelah Panangkaran
tetap beragama Hindu.
 Sri Maharaja Rakai Panunggalan (784 – 803 M)
 Sri Maharaja Rakai Warak (803 – 827 M)
Setelah Raja Warak turun takhta sebenarnya sempat digantikan seorang raja
wanita, yaitu Dyah Gula (827 – 828 M), namun karena kedudukannya hanya
bersifat sementara maka jarang ada sumber sejarah yang mengungkap
peranannya atas Mataram Hindu.
 Sri Maharaja Rakai Garung (828 – 847 M)
Raja ini beristana di Dieng, Wonosobo. Ia mengeluarkan prasasti Pengging
(819 M) di mana nama Garung disamakan dengan Patapan Puplar (mengenai
Patapan Puplar diceritakan dalam prasasti Karang Tengah – Gondosuli).
 Sri Maharaja Rakai Pikatan (847 – 855 M)
Raja Pikatan berusaha keras mengangkat kembali kejayaan wangsa Sanjaya
dalam masa pemerintahannya. Ia menggunakan nama Kumbhayoni dan
Jatiningrat (Agastya). Sebagai raja, Pikatan berusaha menguasai seluruh Jawa
Tengah, namun harus menghadapi wangsa Syailendra yang saat itu menjadi
penguasa Mataram Buddha. Untuk itu, Pikatan menggunakan taktik menikahi
Pramodhawardhani, putri Samaratungga, Raja Mataram dari dinasti
Syailendra. Pernikahan ini memicu peperangan dengan Balaputradewa yang
merasa berhak atas tahta Mataram sebagai putra Samaratungga.
Balaputradewa kalah dan Rakai Pikatan menyatukan kembali kekuasaan
Mataram di Jawa Tengah.
 Sri Maharaja Kayuwangi (855 – 885 M)
Nama lain Sri Maharaja Kayuwangi adalah Lokapala.
Dalam pemerintahannya, Kayuwangi dibantu oleh dewan penasihat
merangkap staf pelaksana yang terdiri atas lima orang patih. Dewan penasihat
ini diketuai seorang mahapatih.
 Sri Maharaja Watuhumalang (894 – 898 M)
Masa pemerintahan Kayuwangi dan penerus-penerusnya sampai masa
pemerintahan Dyah Balitung dipenuhi peperangan perebutan kekuasaan. Itu

xxxiii
sebabnya, setelah Kayuwangi turun takhta, penggantinya tidak ada yang
bertahan lama.
 Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung (898 – 913 M)
Raja ini dikenal sebagai raja Mataram yang terbesar. Ialah yang berhasil
mempersatukan kembali Mataram dan memperluas kekuasaan dari Jawa
Tengah sampai ke Jawa Timur.

b) Pemerintahan dinasti Syailendra

Ketika Mataram diperintah oleh Panangkaran (wangsa Sanjaya), datanglah dinasti


Syailendra ke Jawa. Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul dinasti Syailendra
ini. Dr. Majumdar, Nilakanta Sastri, dan Ir. Moens berpendapat bahwa dinasti
Syailendra berasal dari India. Adapun Coedes berpendapat bahwa dinasti
Syailendra berasal dari Funan.

3) Kehidupan ekonomi dan kebudayaan Kerajaan Mataram


a) Kehidupan ekonomi

Kerajaan Mataram Kuno merupakan negara agraris yang bersifat tertutup.


Akibatnya, kerajaan ini sulit berkembang secara ekonomi, terutama karena segi
perdagangan dan pelayaran sangat kering. Kejayaan baru diperoleh pada masa
pemerintahan Balitung. Ia membangun pusat perdagangan seperti disebutkan
dalam prasasti Purworejo (900 M). Dalam prasasti Wonogiri (903 M)
diterangkan bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri Sungai Bengawan Solo
dibebaskan dari pajak dengan syarat penduduk desa tersebut harus menjamin
kelancaran hubungan lalu lintas melalui sungai.

b) Kebudayaan Kerajaan Mataram

Ketika wangsa Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng sejak masa


Panangkaran hingga Rakai Pikatan, banyak didirikan candi yang kini dikenal
sebagai kompleks candi Dieng. Kompleks candi ini, antara lain, terdiri atas candi
Bimo, Puntadewa, Arjuna, dan Nakula. Adapun di Jawa Tengah bagian selatan
ditemukan candi Prambanan (Roro Jonggrang), Sambi Sari, Ratu Boko, dan
Gedung Songo (Ungaran) sebagai hasil budaya Mataram Kuno.

4) Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram


a) Keadaan alam bumi Mataram yang tertutup secara alamiah berakibat negara
ini sulit berkembang. Sementara, keadaan alam Jawa Timur lebih terbuka
untuk perdagangan luar, tidak ada pegunungan atau gunung yang merintangi,
bahkan didukung adanya sungai Bengawan Solo dan Brantas yang

xxxiv
memperlancar lalu lintas dari pedalaman ke pantai. Apalagi, alam Jawa
Timur belum banyak diusahakan sehingga tanahnya lebih subur
dibandingkan dengan tanah di Jawa Tengah.
b) Dari segi politik, ada kebutuhan untuk mewaspadai ancaman Sriwijaya,
terutama karena Sriwijaya pada saat itu dikuasai dinasti Syailendra. Sebagai
antisipasinya, pusat kerajaan perlu dijauhkan dari tekanan Sriwijaya. Ketika
Sriwijaya sungguh-sungguh menyerang pada pertengahan abad ke-10, Mpu
Sindok dapat mematahkannya. Tetapi, serangan Sriwijaya berikutnya dibantu
Raja Wurawari pada tahun 1017 menghancurkan Mataram yang saat itu
dipimpin Dharmawangsa. Kerajaan Mataram yang kedua berdiri kembali di
Jawa Tengah pada abad ke-16, kali ini telah beragama Islam.

2. Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan di Jawa Timur, pada abad ke 10.
Kerajaan ini merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya (Kerajaan Mataram Kuno di
Jawa Tengah), yang memindahkan pusat kerajaannya dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur. Mpu Sindok adalah pendiri kerajaan ini, sekaligus pendiri Dinasti Isyana,
yang menurunkan raja-raja Medang. Dinasti Isana memerintah selama 1 abad
sejak tahun 929 M.

1) Latar Belakang

Pemindahan pusat kerajaan tersebut diduga dilatar belakangi karena letusan


Gunung Merapi, kemudian Raja Mataram Kuno Mpu Sindok pada tahun 929
memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur

2) Letak geografis dan wilayah kekuasaan


a) Letak geografis
Kerajaan Medang kamulan merupakan Kerajaan lanjutan dari Mataram Lama
di Jawa Tengah. Letak Kerajaan berada di wilayah Jawa Timur. Kerajaan
Medang menjadi Kerajaan tersendiri sejak Mpu sindok membentuk Dinasti
Baru yaitu Isyana.
b) Wilayah Kekuasaan

Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan


Mpu Sindok mencakup :

xxxv
 Daerah Nganjuk disebelah barat
 Daerah Pasuruan di sebelah timur
 Daerah Surabaya di sebelah utara,
 Daerah Malang di sebelah selatan

Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaan Kerajaan Medang


Kamulan mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Timur.

3) Sumber Sejarah
a) Berita Asing
 Berita India

Mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan


dengan Kerajaan Chola. Hubungan ini bertujuan untuk membendung dan
menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan
Raja Dharmawangsa.

 Berita Cina

Berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-
catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di
Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan dan pertikaian,
sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Negeri Cina (tahun 990 M), terpaksa
harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M,
pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan pada saat itu Kerajaan
Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran dan perdagangan.

b) Prasasti

Prasasti Tangeran (933 m) dari Desa Tangeran ( daerah Jombang ), isinya Mpu
Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani;

 Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi


untuk tempat peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang
 Prasasti Lor (939 M) dari Lor ( dekat Ngajuk ), isinya Mpu Sindok
memerintahkan membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho (tugu
kemenangan) di Desa Anyok Lodang
 Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik
Dharmawangsa juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.

xxxvi
4) Kehidupan Politik
a) Mpu Sindok ( 929 M – 949 M )

Mpu Sindok merupakan Raja pertama di Kerajaan Medang Kamulan. Mpu


Sindok memerintah selama 20 tahun. Selama pemerintahannya, ia dibantu
oleh oleh permaisurinya bernama Sri wardhani Pu Kbin . Saat memerintah,
Mpu Sindok bergelas Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isyana Wikrama
Dharmatunggadwea.

Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana.

Kebijakan:

 Membangun bendungan/tanggul untuk pengairan


 Melarang rakyat menangkap ikan pada siang hari guna pelestarian sumber
daya alam
 Mpu Sindok memperhatikan usaha pengubahan kitab budha mahayana
menjadi kitab sang hyang kamahayanikan
b) Dharmawangsa Teguh ( 990M-1016M)

Setelah Mpu Sindok, Medang Kamulan diteruskan oleh Dharma Teguh yang juga
merupakan cucu dari Mpu Sindok. Selama memerintah, ia berusaha meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Namun, perdagangan di kawasan perairan jawa dan
Sumatera masih dikuasai Kerajaan Sriwijaya.Dalam rangka mematahkan
pengaruh Sriwijaya, pada tahun 1003 M,

c) Airlangga/Erlangga ( 1019M-1042 )

Air langga adalah putera Raja Bali bernama Udaya yang menikah dengan
Mahendradatta saudari raja Dharmawangsa. Air Langga dinikahkan oleh
Dharmawangsa. Pada waktu pesta pernikahan, secara tiba-tiba datang serangan
dari kerajaan Wura Wuri (kerajaan bawahan Sriwijaya) yang menewaskan
Dhramawangsa dan keluarga.Ketika terjadi peristiwa tersebut, Air Langga lolos
dari pembunuhan. Atas bantuan Narattoma berhasil melarikan diri ke hutan.
Selama di pengasingan, Air Langga mendapat gemblengan dari para Brahmana
dan dinobatan menjadi raja. Akhir Langga berusaha memulihkan kewibawaan
Kerajaan Medang. Secara berturut-turut Air Langga berhasil menaklukan raja-raja
bawahan (vassal) Sriwijaya seperti Bisaprabhawa ditaklukan tahun 1029 M, raja
Wijayawarman dari Wengker tahun 1034, Raja Adhamapanuda tahun 1031 M
termasuk Wura Wuri tahun 1035. Setelah berhasil memulihkan kewibawaan
kerajaan, Air Langga memindahkan ibukota kerajaan Medang keKahuripan.

xxxvii
Usaha yang dilakukan Air Langga dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Medang, antara lain :

 Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, di muara Kali Brantas.


 Membangun waduk waringin sapta untuk mencegah banjir musiman
 Membangun jalan-jalan yang menghubungkan pesisir ke pusat kerajaan
5) Penyebab Keruntuhan

Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu
hidup sebagai petapa dengan nama ResiGentayu (Djatinindra). Menjelang
akhir pemerintahannya Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada
putrinyaSangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya lebih memilih
untuk menjadi seorang petapa dengan nama RatuGiriputri dan tahta beralih
kedua putra Airlangga yang lahir dari seorang selir Untuk menghindari
perang saudara maka Kerajaan Medang Kamulan dibagi menjadi dua oleh
Mpu Bharada yakni;

a) Kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya yang


bernama Garasakan (Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana)
meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan.
b) Kerjaan Kediri ( Panjalu ) di sebelah barat diberikan kepada putra bungsunya
yang bernama Samarawijaya(Jayawarsa), dengan ibu kota di Kediri (Daha),
meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun.

xxxviii
BAB 5
PERKEMBANGAN MASYARAKAT DALAM BIDANG SOSIAL,
EKONOMI, POLITIK DAN BUDAYA PADA KEJAYAAN HINDU BUDHA

5.1 Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Kejayaan Hindu-


Budha
Proses masuknya agama hindu di Indonesia dikenal dengan proses
penghinduan atau hindunisasi, walaupun pengaruh budaya tidak hanya dari
Hindu saja, tetapi juga dari agama Budha. Semua itu tumbuh dalam satu kesatuan
sinkretisme dalam bentuk siwa Budha. Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia
pada Masa Hindu dan Buddha Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha,
masyarakat telah memiliki kebudayaan yang cukup maju.
Kebudayaan India mempengaruhi sistem sosial kemasyarakatan di
Indonesia. Masyarakat mulai mengenal sistem kasta, sistem kekuasaan dan politik
pemerintahan. Sistem kasta menurut kepercayaan hindu sebagai beriku :
a. Brahmana, berperan sebagai penasihat raja serta pendidik agama. Kasta
brahmana terdiri atas pendeta dan pemimpin agama.
b. Kestria, terdiri atas penyelenggara dan penata pemerintah serta pembela
kerajaan (raja, pembantu raja, dan tentara).
c. Waisya, terddiri atas pedagang, perajin, petani, nelayan, dan pelaku seni.
d. Sudra, terdiri atas pekerja rendah, buru, budak, dan pembantu.

5.2 Perkembangan Masyarakat Dalam Bidang Sosial Pada Masa Kejayaan


Hindu-Budha
a. Sistem Kasta

Dengan adanya perubahan budaya Hindu, dalam masyarakat yang berlangsung


sistem kasta, yang terdiri atas kaum brahmana (pendeta), kesatria (pejabat
pemerintahan), waisya (kawula), dan sudra (kawula). Kawula adalah orang-orang
yang telah kehilangan kebebasannya dan bekerja untuk kepentingan tuannya
sebagai pemiliknya.

1. Brahmana
Brahmana atau pendeta harus menjalankan enam dharma sebagai berikut:
mengajar, belajar, melakukan persajian untuk dirinya sendiri, melakukan
persajian untuk orang lain, membagi dan meneri role and become leader

xxxix
2. Ksatria
Kesatria melimpahkan raja dan para pegawai pemerintahan. Tugas putaran
adalah melindungi negara. Gela ra pegawai tersebut adalah rokryan, arya, dan
dang acaryo Menurut kitab Atonowe kaum kesatria dilantik sesuai peraturan
Weda memiliki kewajiban untuk melindungi negara, orang yang hidup tanpa raja
dan dalam ketakutan, malka Brahman menciptakan raja yang diberi tugas untuk
kemanusiaan manusia.
3. Waisya
Waisya merupakan golongan yang memiliki kewajiban berdagang,
meminjamkan uang, menggarap sawah dan berternak. Di Majapahit terdapat
golongan keluarga bebas (rama) dan anggota komunitas biasa (dapur) yang
diperintah oleh para pengetua (buyut). Menurut Sartono (1993: 42)
dapurMerupakan bentuk organisasi yang digunakan dan digunakan untuk
memasak, yaitu anggota dari keluarga petani, dan para herhoy duduk asli daerah
itu, dan anak keturunan cikal-akan desa
4. Sudra / Kawula
Berbeda dengan mereka sebelumnya, kaum sudra hamba saja. Menurut kitab
Manawa bidang tugas kaum sudra adalah mengabdi, terutama untuk kaum
brahmana. DiMajapahit lapisan yang disebut kawula. Ada empat macam hamba
atau kawula yang dikenal pada masa Majapahit, yaitu:
a. Hamba yang kehilangan kebebasannya karena menjadi tawanan perang
(dwajaherta)
b. Hamba yang kehilangan kebebasannya akibat kelahirannya (grehaja)
c. Orang yang menghamba karena makanan (bhaktadasa)
d. Orang yang menghamba karena harus membayar hutangatau denda
(dandadasa)

Bukti perkembangan masyarakat dalam bidangsosial pada masa kejayaan


Hindu-Budha terjadi dibeberapa kerjaan, yaitu sebagai berikut :
1. Kutai
Dalam bidang sosial masyarakat ( budaya dan agama), dari semua bukti yang
ada tentang kerjaan kutai hampir tidak ada yang mengungkapnya. Sulitnya
gambaran mengenai masyarakat kutai disebabkan oleh prasasti-prasasti yang
tidak sedikitpun membicarakan keadaan masyarakat. Sebagai penduduk kutai
yang hidup dalam suasana peradaban budaya India, mengingat bahwa sansekerta
terutama adah’i bahasa Resmi ( dalam masalah-masalah keagamaan), maka hal
itu dapat memberi gambaran bahwa pada masa itu telah ada sekolompok
masyarakat yang menguasai bahasa sansekerta.

xl
2. Kerajaan Tarumanegara
Dibidang sosial budaya, kerajaan Tarumanegara telah dipengaruhi
kebudayaan India dengan beberapa bukti berupa kata-kata wisnu pada
prasasti Ciaruntem, Brahmana pada Prasati Tugu, Airawata pada psasti
Kopidan Katacandra Baga.
3. Kerajaan Sriwijaya
Dalam buku Chau-Ju-Kua dan kitab Chu-Fan-Chi ditlis bahwa Sriwijaya
merupakan kerajaan terkemuka dan terkaya. Dimana penduduknya hidup
terpencar diluar kota dan tinggal diatas rakit-rakit beratap alang-alang.
Dimana penduduknya hidup terpencar-pencar tetapi tetap satuhal ini dapat
dilihat dari mereka dapat menaklukkan musuh-musuhnya.

5.3 Perkembangan Masyarakat dalam Bidang Politik Pada Masa Kejayaan


Hindu-Budha
Masyarakat Indonesia dikenalkan oleh orang-orang India tentang sistem
pemerintahan kerajaan. Dalam sistem ini, kelompok-kelompok kecil masyarakat
bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan
terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin ditentukan
secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan peraturan hukum
kasta.Karena itu, lahirlah kerajaan-kerajaan di Indonesia, seperti Kutai,
Tarumanegara, Sriwijaya, dan kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu-Buddha Masa Hindu
dan Buddha.
Adapun sistem-sitem politik yang terjadi pada kejayaan Hindu-Budha
terjadi pada beberapa kerajaan, sebagai berikut :
1. Kerjaan Kutai
Raja pertama Kutai Kudungga. Diyakini dia belum dipengaruhi agama
Hindu. Hal ini dapat terlihat dari namanya yang masih asli Indonesia. Nama
Kudungga mirip nama Bugis yaitu, Kudungga. Pada masa pemerintahan
Aswawaran wilayah kutai semakin diperluas. Hal ini diketahui dari pelaksanaan
upacara aswameda. Lalu pada masa kekuasaan Mulawarman Kutai mengalami
masa keemasan. Wilayah pemerintahannya sampai seluruh wilayah kalimantan
Timur.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin
oleh Purnawarman. Dimasa kepemerintahan Purnawarman. Tercatat Luas
Kerajaan Tarumanagara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang.
Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-
undang kerjaana, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti

xli
Warman. Raja Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak
kepada rakyatnya.
3. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad 6-10 M dengan
menguasai seluruh jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan ini
mempunyai wilayah kekuasaan yang hampir menyeluruh sampai Asia
Tengggara. Kerajaan yang berbasis di pesisir ini terkenal dengan armada
maritimnya yang kuat sampai disegani oleh lawan-lawannya. Dengan kekuatan
tersebut maka langkah untuk memperluas kekuasaan berjalan sangat pesat.
Kerajaan Sriwijaya menggunakan sistem perekonomian pesisir dimana
pendapatan diperoleh dari biaya penyeberangan dan juga bea cukai barang
dagangannya. Rata-rata penduduk kerajaan Sriwijaya bermata pencaharian
sebagai nelayan dan pedagang. Saat itu Sriwijaya adalah salah satu jalur emas
perdagangan Eropa dan Asia, sehingga untuk memenuhi kebutuhan melalui
ekspor impor sangat mudah dilakukan di sana. Bahkan banyak dari para saudagar
India dan Cina menggunakan Sriwijaya sebagai gudang penitipan barang yang
dibeli dari daerah Jawa dan Semenanjung Malaka. Selain itu kerajaan Sriwijaya
memiliki hasil bumi yang beragam mulai dari kapur barus, cengkeh, kayu
cendana, kayu gaharu, pala, gambir, kapulaga, dan masih banyak lagi.
4. Kerajaan Mataram dan Medang
Dalam masa kerajaan Medang yang terpenting adalah masa pemerintahan
masa Kerajaan Dharmawangsa dan Raja Airlngga.Dharmawangsa memerintah
dari tahun 991-1009 M dan Airlangga memerintah dari tahun 1019-1024
M.Dharmawangsa dalam masa pemerintahan menitikberatkan pada politik luar
negerinya,sedangkan Airlangga lebih banyak perhatiannya dalam pembangunan
dalam negeri.Maka dari itu Raja Airlangga dapat menyatukan daerah yang
terpecah-pecahyang merupakan bekas kerajaan Medang selesai pada tahun 1037
ML ibukota kerajaan yang semula di Watan Mas dipindah ke Kahuripan.Tahun
1041 M Airlangga membagi Kerajaannya menjadi dua bagaian kepada dua
Putera Mahkota,hal ini dilakukan untuk mencegah perebutan tahta di kemudian
hari.
5. kerajaan Singasari
Pada awal perkembangan kerajaan Singosari yakni pada pada masa
pemerintahan Ken Arok belum dampak bahkan belum ada struktur pemerintahan
yang rapih dan terorganisir.Tetapi pada pemerintahan Kertanegara struktur
birokrasi pemerintah disempurnakan.Memang dari raja-raja Singosari
Kertanegaralah yang paling banyak diketahui riwayat dan struktur
pemerintahannya.Dan juga dari gambaran dari masa pemerinthan Wisnuwarman
maka dapat dikatakan pada masa itu telah nampak adanya tatanan pemerintah
yang lebih baik.

xlii
6. kerajaan Majapahit
Adanya kekuasaan yang bersifat teritorial dan desentralisasi dengan
birokrasi yang terperinci.Dalam melalaksanakan kekuasaannya,raja dibantu oleh
sebuah pembantu yang merupakan pejabat-pejabat birokrasi kerajaan.ada suatu
stuktur birokrasi yaitu :
 Raja
 Yuwaraj,pejabat yang diduduki putra-putri mahkota.
 Rakryan Mahamarti Kartini
 Rakyan Mahamantri RI Pakira-kira,sekelompok pejabat tinggi berfungsi
sebagai pelaksana pemerintah
 Dharmadyaksa,yang bertugas dalam bidang keagamaan
 Dharmapatti,sekelompok cendekiawan dan pujangga.

5.3 Perkembangan Masyarakat dalam Bidang Budaya pada masa Kajayaan


Hindu-Budha
a. Bentuk-bentuk kebudayaan hindu- buddha yangmasuk ke indonesia
Masuknya kebudayaan India keIndonesia telah membawa pengaruh
terhadapperkembangan kebudayaan di Indonesia.Bangsa Indonesia yang
sebelumnya memilikikebudayaan asli, banyak mengadopsi danmengembangkan
budaya India dalamkehidupan sehari-hari. Namun, masyarakattidak begitu saja
menerima budaya-budayabaru tersebut. Kebudayaan yang datang dariIndia
mengalami proses penyesuaian dengankebudayaan yang ada di Indonesia
yangdisebut dengan proses akulturasi kebudayaan.Dalam bidang agama juga lahir
sinkretisme, yaitu perpaduan antara agamaHindu-Buddha dengan kepercayaan
yang telah ada dan berkembang di masyarakatIndonesia pada saat itu.

1. Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta


Di Jawa Tengah dan Yogyakarta banyak ditemukan candi, baik
yanbercorak Hindu maupun Buddha, di antaranya sebagai berikut.
a. Candi Borobudur terletak di desa Budur, Magelang. Candi ini
bercorakBuddha dan didirikan oleh keluarga Syailendra pada aman
MataramLama. Bentuk candi Borobudur yang berupa punden berundak-

xliii
undakmenggambarkan adanya akulturasi antara budaya India dengan
budayaasli Indonesia dari aman megalithikum.
b. Candi Mendut dan candi Pawon terletak tidak jauh dari candi Borobudur.
Kedua candi ini bercorak Buddha dan merupakan candi tiga serangkaidengan
candi Borobudur. Ketiga candi ini terletak pada satu garis lurus,hal ini
sengaja dilakukan berdasarkan ajaran Buddha Mahayana. Menurutajaran
agama Buddha Mahayana, untuk mencapai tujuan terakhir (moksa),yaitu
mencapai kedudukan sebagai Buddha harus melalui jalan secarabertahap.
Tahap-tahap tersebut terdiri atas dua bagian yaitu Dasya-bodhisatwabhumi
disebut tingkat lokattara (tingkat di atas dunia), sebelumsampai ke tingkat
lokattara lebih dahulu harus menjalani tingkat persiapan.
c. Candi Prambanan dikenal pula dengannama Candi Lorojonggrang,
bercorakHindu dan terletak di desa Prambanan.Relief candi Prambanan
mengambil kisahRama dari kitab Ramayana. Relief iniditatahkan pada
dinding lorong di atascandi pertama, yang mengelilingi kaki candikedua.
d. Kelompok candi Dieng, yang terdapat di Pegunungan Dieng letaknya
sekitar 25 kilometer dari kota Wonosobo. Candi-candi ini bercorak Hindu.Di
dataran tinggi Dieng terdapat beberapa buah candi antara lain CandiBima,
Candi gatotkaca, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi,Candi
Puntadewa, dan Candi Subadra.
e. Candi lainnya adalah Candi Sukuh terletak di lereng Gunung Latu,
KarangAnyar, Candi Sarjiwan terletak di selatan Prambanan, Candi
Lumbungdi selatan Candi Sewu, dan Candi Sari atau Candi Bendah
lokasinyatidak jauh dari Candi Kalasan.

2. Candi-candi di Jawa Timur


Begitu pula halnya di Jawa Timur, banyak ditemukan candi, di
antaranyasebagai berikut.
a. Candi Badut terletak di Desa Dinoyo, sebelah barat laut Malang,
merupakancandi bercorak Hindu yang didirikan sekitar abad ke-8 M.
CandiSingosari terletak di Desa Candinegoro sekitar 10 km dari kota

xliv
Malang.Candi ini berasal dari abad ke-14 dan dihubungkan dengan Raja
Kertanegaradari Kerajaan Singhasari.
b. Candi Jago (Candi Jajaghu) terletak 18 kilometer dari kota Malang.Candi ini
merupakan candi bercorak Siwa-Buddha dan bentuknya berundak-undak tiga
buah serta di halaman candi terdapat beberapa patung Buddha.Candi ini
dibangun pada masa Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari.
c. Candi Kidal terletak sekitar 7 kilometer sebelah tenggara dari candijago.
Candi ini merupakan bangunan suci untuk memuliakan raja AnusapatiRaja
Singhasari.
d. Candi Panataran terletak sekitar 11 kilometer dari kota Blitar.
CandiPanataran merupakan kompleks candi yang terbesar di Jawa Timur
danmerupakan candi Siwa.
e. Candi Jajawa (Candi Jawi) terletak di Gunung Welirang yang
merupakanmakam Raja Kertanegara.
f. Candi Singhasari yang terletak 10 kilometer dari kota Malang. Candisebagai
tempat pendarmaan Raja Kertanegara yang digambarkan sebagaiBhairawa
(Siwa-Buddha)
g. Candi Rimbi terletak di Desa Pulosari, Jombang yang merupakan
peninggalanKerajaan Majapahit pada abad ke-14.
h. Candi Bajang Ratu yang merupakan gapura di daerah Trowulan
bekaspeninggalan kerajaan Majapahit.
i. Candi Sumber Awan bercorak Buddha sebagai penghargaan
ataskunjunganRaja Hayam Wuruk ke daerah kaki Gunung Arjuna.Apabila
dibandingkan antara kelompok-kelompok candi yang terdapatdi Jawa Tengah
dengan Jawa Timur terdapat hal-hal yang sangat menarik.
j. Kelompok candi di Jawa Tengah seperti Borobudur, Pawon, Mendut
danPrambanan yang sebagian besar merupakan peninggalan kerajaan
Mataramadalah kelompok bangunan candi yang difungsikan sebagai tempat
pemujaankeagamaan, baik Hindu ataupun Buddha
3. Candi di Jawa Barat
Di Jawa Barat ditemukan candi yangbercorak Siwa, yaitu candi
Cangkuang terletakdi daerah Leles, Garut. Candi ini bentuknya

xlv
sangatsederhana dan diperkirakan berasal dari abadke-8 Masehi. Selain itu, di
daerah Jawa Baratditemukan beberapa arca dan bangunan suci,baik yang
berbentuk bangunan teras berundak,altar maupun percandian seperti Batu
Kalde diPantai Pangandaran, Batujaya dan Cibuaya diKarawang, Astana
Gede di Kawali danBojongmenje di daerah Cicalengka, KabupatenBandung.
4. Candi-candi di luar Jawa
Di luar Jawa terdapat juga candi-candi, seperti berikut ini.
a. Di pulau Sumatra terdapat beberapa candi seperti Candi Muara Jambidi
Jambi yang memperlihatkan corak Buddha Mahayana. Ada juga CandiMuara
Takus di Riau (terbuat dari batu bata dan terdiri atas beberapabangunan
stupa). Di komplek Candi Muara Takus ada beberapa candiseperti Candi Tua,
Candi Bungsu, dan Candi Mahligai. Kompleks percandian(stupa) lainnya
adalah Komplek Candi Padang Lawas yang terletak diSumatra Utara dan
bercorak Siwaisme dan Budhisme. Di daerah Tapanuliterdapat komplek
Candi Gunung Tua yang bercorak Buddha.
b. Di Kalimantan Selatan ditemukan sebuah candi yaitu Candi Agung didaerah
Amuntai.
c. Di Bali terdapat Candi Padas atau CandiGunung Kawi yang terletak di
desaTampaksiring Kabupaten Gianyar. Candiini dipahatkan pada dinding
batu yangkeras dan merupakan tempat pemujaanRaja Anak Wungsu putra
terakhir dariRaja Udayana.Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
ini dapat dilihat dari
b. peninggalan-peninggalan hindu budha
1. Bidang agama, yaitu berkembangnya agama Hindu-Buddha di
Indonesia.Sebelum masuk pengaruh India, kepercayaan yang berkembang di
Indonesiamasih bersifat animisme dan dinamisme. Masyarakat pada saat
itumelakukan pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan kekuatan-
kekuatanbenda-benda pusaka tertentu serta kepercayaan pada kekuatan-
kekuatanalam. Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, kepercayaan asli
bangsaIndonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha.
Halini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha
yangberkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak seketatatau

xlvi
mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisiini
menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaa
mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-
Buddhadengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2. Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas denganlahirnya
kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelummasuknya
pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia tampaknya belummengenal
corak pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahanyang
berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakupdaerah-
daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepalasuku bukanlah
seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawapengaruh terhadap
terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia.
Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai,Tarumanagara, Kediri, Majapahit
dan Bali, sedangkan kerajaan yangbercorak Buddha adalah Kerajaan
Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesiaadalah adanya kerajaan yang
bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan, Mataram lama.
3. Bidang pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-
lembagapendidikan. Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat
sederhanadan mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi
lembagapendidikan yang berkembang pada masa Hindu-Buddha ini menjadi
cikal bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.
4. Bidang sastra dan bahasa. Dari segi bahasa, orang-orang Indonesia mengenal
bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada amankejayaan
kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain,
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan
Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun padaaman
kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaanKediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusunpada aman
kerajaan Majapahit.

xlvii
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman
kerajaanMajapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusunpada
aman kerajaan Majapahit.

5. Bidang seni tari. Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candi-candi,


terutama candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan –adanyabentuk
tari-tarian yang berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk tarian yang
digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti tarian perang,
tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng).Tari-tarian tersebut
tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat darirelief yang
memperlihatkan jenis alat gamelan yang terbatas seperti gendang,kecer,
gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk kecapi, seruling dan gong.
6. Seni relief.Pada candi yang kemudian menghasilkan seni pahat. Hiasanpada
candi atau sering disebut relief yang terdapat pada candi-candidi Indonesia
didasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang dalamkesusastraan yang
bercorak Hindu ataupun Buddha. Pemilihan epik sebagaihiasan relief candi
dikenal pertama kali pada candi Prambanan yangdibangun pada permulaan
abad ke-10.
Epik yang tertera dalam reliefcandi Prambanan mengambil penggalan
kisah yang terdapat dalam ceritaRamayana. Hiasan relief candi Penataran
pada masa Kediri mengambilepik kisah Mahabharata. Sementara itu, kisah
Mahabharata juga menjadiepik yang dipilih sebagai relief pada dua candi
peninggalan kerajaanMajapahit, yaitu candi Tigawangi dan candi Sukuh.
7. Seni Arca dan Patung,
Sebagai akibat akulturasi budaya pemujaan arwahleluhur dengan agama
Hindu-Buddha maka beberapa keluarga rajadiperdewa dalam bentuk arca
yang ditempatkan di candi makam. Arca-arca dewa tersebut dipercaya
merupakan lambang keluarga raja yangdicandikan dan tidak mustahil
termasuk di dalamnya kepribadian danwatak dari keluarga raja tersebut. Oleh
karena itu, arca dewa tersebutsering diidentikkan dengan arca keluarga raja.

xlviii
Seni arca yang berkembangdi Indonesia memperlihatkan unsur kepribadian
dan budaya lokal, sehinggabukan merupakan bentuk peniruan dari India.
Beberapa contoh rajayang diarcakan adalah Raja Rajasa yang diperdewa
sebagai Siwa dicandi makam Kagenengan, Raja Anusapati sebagai Siwa di
candi makamKidal, Raja Wisnuwardhana sebagai Buddha di candi makam
Tumpang,Raja Kertanegara sebagai Wairocana Locana di candi makam
Segaladan Raja Kertarajasa Jayawardhana sebagai Harihara di candi
makamSimping.Patung-patung dewa dalam agama Hindu yang merupakan
peninggalansejarah di Indonesia, antara lain:
a. Arca batu Brahma.
b. Arca perunggu Siwa Mahadewa.
c. Arca batu Wisnu.
d. Arca-arca di Prambanan, di antaranya arca Lorojongrang.
e. Arca perwujudan Tribhuwanatunggadewi di Jawa Timur.
f. Arca Ganesa, yaitu dewa yang berkepala gajah sebagai dewa
ilmupengetahuan.
8. Seni pertunjukan, terutama seni wayang sampai sekarang merupakansalah
satu bentuk seni yang masih populer di kalangan masyarakat Indonesia.Seni
wayang beragam bentuknya seperti wayang kulit, wayang golek,dan wayang
orang. Seni pertunjukan wayang tampaknya telah dikenaloleh bangsa
Indonesia sejak aman prasejarah.

5.4 Perkembangan Masyarkat dalam Bidang Ekonomi pada Masa


Kejayaan Hindu-Budha
Dalam menjalani kehidupan perlunya sebuah kebutuhan untuk bertahan
hidup setiap individu dan kelompok pasti memiliki sebuah cara untuk bertahan
hidup dalam masa Hindu Budha keadaan ekonomi dapat dijelaskan masing-
masing kerajaan yang berkembang pada masa Hindu-Budha yaitu sebagai
berikut:

xlix
1. Kerajaan Kutai

Perekonomian masyarakat Kutai ditopang oleh sektor pertanian, baik


sawah maupun ladang. Dengan letak kerajaan yang berada disekitar sungai
Mahakam, diperkirakan masyarakat Kutai mengunakan sungai besar tersebut
sebagai jalur transportasi. Perdagangan masyarakat Kutai pun cukup ramai

2. Kerajaan tarumanegara

Masyarakat tarumanegara mengandalkan sektor pertanian dan peternakan.


Informasi diketahui dari isi prasasti tugu tentang pembangunan atau pengalian
saluran gomati yang panjangnya 6.112 tombak(12km) dan selesai dikerjakan
dalam waktu 21 hari. Selesai pengalian, Raja Purnawarman mengadakan
selamatan dengan memberikan hadiah seribu ekor sapi kepada brahmana.
Karena dianggap dapat berguna sebagai sarana pengairan.

3. Kerajaan Mataram kuno


Wilayah Mataram yang tertutup dari luar menyebabkan kerajaan ini sulit
berkembang aktivitas ekonominya. Akan tetapi dengan kondisi tanah yang subur
Mataram mampu kerajaan bercorak agrasis dan mengembangkan aktivitas
ekonomi dengan pesat. Pada masa pemerintahan raja balitung aktivitas
perhubungan dan perdagangan Mataram dikembangkan melalui sungai
Bengawan solo. Pajak merupakan sumber kekayaan kerajaan Mataram. Barang-
barang yang dikenai pajak antara lain adalah hasil bumi, tanah, perdagangan,dan
usaha kerajinan
4. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya berhasil menyelesaikan Selat Malaka yang menjadi urat nadi
perdagangan di Asia Tenggara. Dengan bekerja sama Selat Malaka, Sriwijaya
menguasal perdagangan nasional dan internasional karena letak Selat Malaka
yang strategis di jalur perdagangan India-TiongkokAPenguasaan Sriwijaya atas
Selat Malaka memiliki arti yang sangat penting untuk mengembangkannya
sebaga keraaan martm kapal asing singgah untuk menambah air minum,
perbekalan makanan, dan metakukan perdagangan . Semakin lama, Sriwijaya
berkembang menjadi pusat perdagangan dengan keuntungan yang besar dari
pendapatan dan pendapatan dari Sriwijaya. Contohnya, barang-barang yang
dijual Sriwijaya sebagai berikut:
 Kayu gaharu, kapur barus, kayu cendana, gading, timah, eboni, rempah-
rempah, dan kemenyan merupakan komoditas perdagangan Sriwijaya dengan
bangsa Arab.

l
 Gading, air mawar, kemenyan, buah-buahan, gula putih, kristal, gelas, kapur
barus, batu karang pakaian, cula badak, wangi-wangian, bumbu masak, dan
obat-obatan merupakan komoditas perdagangan Sriwijaya dengan bangsa
Tiongkok.
5. Kerjaan Kediri

Penghasilan yang diperoleh adalah beras tersebar di pulau Jawa,


komoditas perdagangan yang diperjualkanbelikan saat itu ada emas,perak,gading,
dan kayu Cendana, menarik pajak kepada rakyat melalui hasil bumi seperti beras
dan palawija.

6. Kerajaan Singasari
Penduduk Singasari pada umumnya hidup dari bertani, berdagang,dan
kerajinan tangan. Ada pula masyarakat hidup berburu atau pelayan. Kegiatan
berdagang dilakukan lima hari pasaran pada tempat berbeda (legislatif, payung,
pon, dan Kliwon).
7. Kerajaan Majapahit
Dalam bidang ekonomi masyarakat Majapahit bertumpu pada sektor
pertanian dan perdagangan sarana prasarana Majapahit memiliki pelabuhan yang
besar antara lain di Surabaya, Gresik, dan Tuban. Barang dagang yang dijual
belikan meliputi beras, rempah-rempah dan kayu Cendana.

li
BAB 6
Bergesernya Kekuasaan Pengaruh Hindu Budha dari Jawa ke Bali

6.1 AGAMAHINDU DI JAWA

Pulau Jawa dan Sumatra telah tunduk pada pengaruh budaya yang besar dari sub
benua india selama milenium pertama dan kedua era Maserhi. Bukti-bukti paling
awal dari pengaruh Hindu di jawa dapat di temukan dalam prasasti abad ke-4
Tarumanegara yang tersebar di seluruh Jakarta modern dan Bogor. Pada abad ke-6
dan ke-7 banyak kerajaan maritim muncul di Sumatera dan Jawa yang menguasai
perairan di selat malaka dan berkembang dengan meningkatnya perdagangan laut
antara Tiongkok dan Hindustan. Selama periode ini, cendikiawan-cendikiawan
dari Hindustan dan Tiongkok mengunjungi Kerajaan-Kerajaan maritim tersebut
untuk menerjemahkan teks-teks sastra dan agama.

6.2 Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam


di Nusantara
Setelah hampir 200 tahun berdiri megah sebagai kerajaan Hindu tertua di tanah
Jawa, Majapahit akhirnya hancur terkubur dalam puing-puing sejarah.
Keruntuhannya terpicu oleh pergolakan sosial-politik yang tak terpisahkan dari
peran Walisongo dalam persebaran islam di Nusantara. Perebutan kekuasaan dan
pertarungan ekonomi turut pula mewarnai episode terpenting dari sejarah
Indonesia ini.

6.3 SEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN MAJAPAHIT

Kemerosotan kekuaasaan majapahit disebabkan oleh beberapa hal, antara lain


perebutan kekuasaan diantara keluarga raja sepeninggal hayam wuruk. Yang
kedua berkembangnya agama islam di wilayah majapahit.Perkembangan agama
islam melahirkan masyarakat islam di majapahit yang bersifat demokratis dan
tidak mau mengakui kekuasaan raja sebagai kekuasaan dewa. Kehidupan agama
islam itu menggoncangkan sendi-sendi kehidupan keagamaan dan kepercayaan
pada masyarakat majapahit, yang masih menganut agama hindu.

lii
Perkembangan agama islam di majapahit mula-mula terjadi di kota-kota
pelabuhan yang masyarakatnya banyak berhubungan dengan pada pedagang asing
yang beragama islam. Agama islam yang bersifat demokratis dan dinamis mudah
berkembang pada masyarakat pedagang di daerah pantai. Para adipati yang
memeluk agama islam yang mendapat pembinaan dari para wali. Pertumbuhan
islam masuk pula ke daerah pedalaman dan lingkungan keraton. Sikap raja
majapahit tidak melarang berkembangnya agama islam di wilayahnya.

Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Kemerosotan kekuasaan istana majapahit menyebabkan para adipati daerah pantai


yang beragama islam membebaskan diri dan tidak tunduk lagi pada perintah-
perintah raja majapahit.Runtuhnya Kerajaan Majapahit disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor itu meliputi :

Faktor Agama

Penyebaran Islam di Asia Tenggara, melalui jalur perdagangan yang lebih dulu
terpengaruh adalah para pedagang, maka para pedagang Majapahit
beragamaIslam, tetapi Majapahit masih Hindu. Para pedagangpun menentang
Majapahit dan meninggalkan Majapahit.

Faktor Politik

Dalam negeri, kesatuan Majapahit itu berkat kekuatan Gajah Mada, tetapi setelah
Gajah Mada Meninggal, banyak daerah Cina yang otonom tak membayar pajak
dan meninggalkan Majapahit.

Faktor Perselisihan

 Sebelum Majapahit runtuh terjadi perang saudara (perang paregreg) pada


tahun 1405-1406 antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Yang
diakhiri dengan meninggalnya Wirabhumi.
 Terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an.

liii
 Pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun
1468.

Faktor Ekonomi

Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, sudah mulai berdirinya kerajaan-
Kerajaan yang bercorak islam. Karena itu, para pengikut Majapahit sudah mulai
meninggalkan Majapahit sedikit demi sedikit untuk berpindah ke kerajaan Islam
tersebut.selain itu, Kelemahan pemerintahan pusat akibat perang saudara
mengakibatkan kemunduran ekonomi Majapahit. Perdagangan di kepulauan
Nusantara diambil alih oleh pedagang-pedagang Melayu dan Islam

6.4 PENYEBARAN ISLAM DI PULAU JAWA

Penyebaran Islam di Jawa di duga berasal dari Maiaka, namun kapan hal
itu berlangsung, belum dapat diketahui dengan pasti. Bukti tertua tentang Islam di
Jawa adalah batu nisan Makam Fatimah binti Maimun di Leran Gersik yang
berangka tahun 1082 M, tetapi bukan berarti bahwa Islam waktu itu telah meluas
di Jawa Timur. Adanya masyarakat muslim di Jawa Timur, diperkirakan baru
terbentuk pada masa puncak Kerajaan Majapahit.

Di saat Majapahit mengalami masa suram, yakni pada awai abad ke-15, muncul
Kota Tuban dan Gresik sebagai pusat penyebaran Islam yang berpengaruh luas
hingga kc Maluku. Kota pusat penyebaran Islam di jawa yang lain adalah Demak.
Dari pemberitaan penulis Italia Antonia Pigafetta, dapat dipastikan bahwa pada
awal abad ke-16 peranan politik di Jawa telah berada di tangan Demak. Namun,
runtuhnya Majapahit yang berpusat di Daha pada tahun 1526, bukan berrati
daerah Jawa Timur telah dikuasai Islam, sebab-sebab kerajaan kecil seperti
Pasuruan, Panamkan dan Blambangan masih bertahan dengan tradisi lama.

liv
6.5Sejarah masuknya Agama hindu ke Bali

Agama Hindu berkembang dan muncul pertama kalinya di Hindia dan pada abad
ke 15 nenek moyang bangsa indonesia memasuki indonesia dari daratan cina
selatan dengan melewati 2 arah yaitu dari arah utara lewat jepang, taiwan, filipina
dan menyebar di sulawwesi bagian timur, irian.
Dari arah barat lewat indo-china, siam, malaya, serta menyebar di sumatera, jawa,
kalimantan, mereka masuk ke indonesia dengan membawa agama hind, dahulu
agama hindu paling besar terdapat di pulau jawa, terlebih diantara suku jawa.
Menurut orang bali sejarah kebudayaan dan kemasyarakatan bali dimulai dengan
kedatangan orang orang majapahit ini membawa perubahan yang baru bagi
masyarakat bali, karena sebelumnya di bali di kuasai oleh roh-roh jahat serta
makhluk-makhluk yang ajaib. Akan tetapi sebenarnya jauh berabad abad sebelum
zaman majapahit, di bali selatan sudah ada suatu kerajaan dengan kebudayaan
hindu mungkin pada tahap pertama zaman mataram kuno (antara 600-1000
masehi), pusat kerajaan itu terdapat di pejeng dan bedulu dengan raja keturunan
warnaweda, ada kemungkinan kerajaan ini timbul langsung pengaruh dari
pedagang hindu namun ada juga kemungkinan kerajaan ini di sebabkan karena
pengaruh dari mataram.
Pada akhir abad ke 10 atau awal abad ke 11 di bali memerintah seorang raja,
dharmodyana yang berpermaisurikan seorang keturunan empu sendok,
mahendratta, dan melahirkan erlangga, dengan demikian pada watu di bali
dihubungkan dengan jawa erlangga kemudian memerintah di jawa sedang di bali
diperintah atas nama erlangga, seorang adiknya, sesudah erlangga wafat
hubungan antara jawa dan bali menjadi kendor.

Pandangan orang Bali terhadap kosmologi

Orang bali yakin bahwa alam semesta di atur dan dibagi bagi menurut system
tertentu, oleh karena itu seluruh hidup harus disesuaikan menurut system kosmos
itu tiap perbuatan harus sesuai dengan tempatnya, pembagian alam semesta
menurut system ini menimbulkan suatu pengelompokan terhadap segala sesuatu
yang ada didalam kosmos bagaimana watak dan sifat sesuatu itu ditentukan oleh

lv
tempatnya dalam pembagiankosmologi orang bali yakin bahwa alam semesta di
atur dan dibagi bagi menurut system tertentu,

Masih ada Iagi pembagian dalam 4 atau 5 bagian dan dalam 8 atau 9
bagian.,Pembagian itu dihubungakan dengan penjuru alam, tiap penjuru diberi
dewanya sendiri, warnanaya, harinya, dan bilnagannya, yaitu :

1. timur dihubungakan dengan dewa iswara, warna putih, hari umanis (legi), dan
bilangan 5.

2. selatan dihubngkan dengan dewa brahma, warna merah, hari pahing dan
bilangan9.

3. barat dihubungakan dengan mahadewa, warna kuning, hari pond an bilangan 7.


4. utara dihubungkan dengan dewa wisnu warna hitam, hari wage dan bilangan 4.
5. tengah dihubungakan dengan dewa siwa,aneka warna,hari kliwon dan
bilangan8.

Segala pembagian ini memiliki fungsi masing masing, misalnya ketika


mengadakan sabung ayam orang harus memperhatikan warna ayam, hari
diadakannya sabung, tempat yang diduduki pada saat melaksanakan sabunga
ayam dan Iain sebagainya.

lvi
BAB 7

MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA

7.1 Sekilas tentang Agama Islam


Agama islam lahir di Mekkah, Saudi Arabia. Agama ini diyakini sebagai agama
yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada umat manusia melalui utusan-Nya,
yaitu Nabi Muhammat SAW.Ia lahir pada tahun 570 M. Sejak usia 12 tahun ia
sering mengikuti dan membantu pamannya berdagang, pada usia 25 tahun ia
menikahi Khadijah.
Pada bulan Ramadhan pada tahun 610 M(menjadi tahun lahirmya islam), saat
berusia 40 tahun, Muhhamad didatangi oleh malaikat Jibril disebuah gua yang
disebut gua Hira.Terjadilah dialog panjang antara Muhammad dan malaikat Jibril.
Melalui dialog ini, Muhhamad diangkat menjadi rasul Allah dan dari situ
dimulailah prosrs turunnya Al Qur’an, kitab suci agama Islam.

7.2 Teori-Teori Tentang Masuknya Agama Islam ke Indonesia


Ada 3 teori mengenai proses masuknya agama islam ke Indonesia. Yaitu:
Teori Gujarat
Menurut teori ini, yang didukung oleh Snouck Hurgronje, W.F Suttherheim, dan
B.H.M. Vlekke, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13, dibawa oleh para
pedagang Islam dari Gujarat, India.

Teori Mekkah

Menurut teori ini, yang didukung oleh Buya Hamka dan J.C. van Leur, pengaruh
Islam telah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7, dibawa langsung oleh para
pedagang Arab. Buktinya adalah adanya pemukiman Islam tahun 674 di Baros,
pantai sebelah barat Sumatra. Menyanggah teori Gujarat, teori ini meyakini Islam
yang berkembang di Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’I, mazhab besar di
mesir dan Mekkah pada masa itu, sedangkan daerah Gujarat menganut mazhab
Hanafi; selain itu, sultan-sultan Pasai menggunakan gelar Al-Malik, gelar yang
lazim dipakai Mesir pada saat itu. pada berita Cina yang berasal dari zaman

lvii
dinasti T’ang. Beriita tersebut menceritakan adanya orang-orang Ta-Shih yang
membatalkan niatnya untuk menyerang Kerajaan Ho-ling di bawah pemerintahan
Ratu Sima (674) karena diketahui bahwa pemerintahan Ratu Sima tersebut
sangatlah keras dan adil.

Teori Persia
Menurut teori ini, yang didukung oleh Hoesein Djajadiningrat, Islam di Indonesia
dibawa masuk oleh orang-orang Persia sekitar abad ke-13. Bukti untuk
mendukung teori ini adalah adanya upacara Tabot yaitu upacara memperingati
meninggalnya imam Husain bin Ali cucu Nabi Muhammad di Bengkulu dan
Sumatra Barat (tabuik) setiap tanggal 10 Muharam atau 1 Asyura; upacara ini juga
merupakan ritual tahunan di Persia; selain itu, ada kesamaan antara ajaran sufi
yang dianut Syekh Siti Jenar dan sufi Iran beraliran Al-Hallaj.

Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia


pada umumnya berjalan dengan damai; karena itu mendapat saambutan yang baik
dari masyarakat baik kalangan raja, bangsawan, maupun rakyat biasa. Hal itu
didukung faktor-faktor berikut:

- Syarat memeluk Islam sangat mudah: cukup dengan mengucap kalimat


syahadat,
- Tata cara peribadatan Islam sederhana, tidak perlu persiapan yang rumit,
- Islam tidak mengenal pelapisan sosial seperti halnya agama Hindu dengan
sistem kastanya. Tidak heran, orang Indonesia apalagi yang berasal dari
golongan bawah secara ekonomi dan sosial mudah menerima agama ini.

Saluran Penyebaran Agama Islam ke Indonesia

Penyebaran Islam yang berlangsung damai itu dapat terlihat pada cara-cara
penyebarannya, yaitu melalui saluran perdagangan, perkawinan, pendidikan, ajara
tasawuf, guru agama, dan haji berperan penting dalam proses tersebut.

lviii
1. Saluran Perdagangan

Perdagangan merupakan metode penyebaran Islam yang paling ketara,


bahkan dapat dikatakan sebagai aluran pertama dan utama penyebaran awal Islam.
Menurut Tome Pires, sekitar abad ke-7 sampai abad ke-16 lalu lintas perdagangan
yang melalui Indonesia sangat ramai. Dalam proses ini, pedagang Nusantara dan
pedagang asing (Islam) dari Gujarat dan Timur Tengah (Arab dan Persia) bertemu
dan saling bertukar pengaruh. Para pedagang itu menjalin kontak dengan para
adipati wilayah pesisir, dan perlahan-lahan masuk ke lingkaran pusat
istana.Ketika raja-raja dan para bangsawan memeluk Islam, rakyatnya dengan
mudah mengikuti

2. Saluran Perkawinan

Saluran penyebaran Islam selanjutnya adalah melalui


perkawinan.Pedagang-pedagang itu dan juga keluarganya menikah dengan
perempuan pribumi, putra-putri para bangsawan (adipati) dan bahkan dengan
anggota keluarga kerajaan. Hal ini berdampak dan terhadap perkembangan Islam:
(keluarga pedagang atau ula itu an perempuan idamannya untuk mengucapkan
kalimat Syahadat terlebih dahulu. Anak-anak hasil pernikahan i un cenderung
mengikuti agama Islam yang dianut orang tuanya.

3. Saluran Pendidikan

Perkembangan Islam yang semakin meluas mendorong munculnya ra


ulama dan mubaligh.Para ulama dan mubaligh menyebarkan Islam melalui
pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren di berbagai daerah.Di
pondok-pondok pesantren kaum muda (santri) dari berbagai daerah dan kalangan
menimba pengetahuan tentang Islam.Mereka lalu kembali ke daerah asal dan
menyebarkan ajaran-ajaran tentang agama Islam.Saluran ini sangat efektif untuk
mempercepat dan memperluas penyebaran Islam hingga ke daerah-daerah yang
terpencil.

lix
4. Saluran Ajaran Tasawuf

Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik atau
hal-hal yang bersifat magis.Ahli-ahli tasawuf biasanya memiliki kekuatan magis
dan keahlian dalam bidang pengobaran.Kata "tasawuf" sendiri sebenarnya berasal
dari kata "sufi" yang berarti kain wol yang terbuat dari bulu domba; istilah ini
muncul karena para ahli tasawuf biasanya memakai jubah yang terbuat dari
wol.Ajaran tasawuf ini diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13, tetapi
baru berkembang pesat sekitar abad ke-17.

Proses Penyebaran Islam di Indonesia

Kontak budaya antara pusat-pusat penyebaran agama Islam dengan kota-


kota pelabuhan di Indonesia melalui rute Samudra telah membawa serta gagasan-
gagasan para ahli mistik ternama ke Sumatra Utara dan kemudian ke
Semenanjung Malaka selama abad- ke-13. Dalam abad ke-14 hingga abad ke-16
gagasan-gagasan mistik tersebut telah sampai pula di Pulau Jawa.

Peningkatan usaha menyiarkan agama Islam dalam abad ke-15 dan 16


lebih didorong oleh motivasi untuk berpacu dengan penyiaran agama Kristen
(Nasrani). Kini penyiaran agama Islam bergerak ke arah Timur. Setelah
mundurnya Samudra Pasai tumbuhlah kota Malaka dalam abad ke-15 yang tidak
saja sebagai pusat perdagangan tetapi juga sebagai pusat penyiaran agama Islam.
Sementara itu di daerah Majapahit tumbuh pula kota Demak dan di Indonesia
bagian timur timbul kota Ternate (sejak 1430) yang juga menjadi pusat kegiatan
Islam. Dari ketiga pusat inilah agama Islam menyebar dan meluas memasuki
seluruh pelosok Kepulauan Indonesia.

lx
BAB 8

ISLAMISASI DI NUSANTARA DAN TOKOH PENYEBARAN ISLAM

8.1. Proses Masuknya Islam di Indonesia

Pembawa agama Islam ke Indonesia terjadi sejak abad Ke 7 dan berjalan terus
sampai abad ke 13, Mereka adalah orang orang Gujarat dan Persi, disusul oleh
orang Arab. Dengan demikian, masuknya Islam ke Indonesia dilakukan para
pelopor dalam periode yang berbeda. Hal tersebut diperkuat oleh bukti-bukti
sejarah yang ada:

1. Berita Cina dari Dinasti Tane, yang menyebutkan bahwa para pedagang Islam
pada abad ke-7 telah berada di lapisan Malaka. Dengan berita tersebut, dapat
disimpulkan pada saat itu pengaruh Islam sudah ada di Sumatera Indonesia telah
ada pada abad ke-13 Pulau Jawa pada abad ke-11

2. Makam Sultan Malik al Saleh menunjukkan bahwa pengaruh Islam di


Indonesia telah ada pada abad ke 13

3. Makam Fatimah binti Mainmn menunjukkan bahwa Islam berkembang di


Pulau Jawa pada abad ke 11

Berdasarkan sumber-sumber sejarah, para ahli dari Islam di Indonesia yang


dilakukan oleh para pedagang Ketika Kerajaan Sriwijaya masih jaya, pada abad
ke-7 dan 8, pedagang Islam sudah berlayar di dacrah Perlak dan Samudra.
Pedagang itu tidak bisa dilakukan dengan para mubaligh yang secara khusus bisa
menyiarkan agama lslam

1. Kaum pedagang

Hal ini didasarkan bahwa penyebaran islam melalui jalan perdagangan. Berbeda
dengan agama Hindu dan Budha adalah adanya golongan pendeta atau Brahmana
yang khusus melakukan kegiatan agama. Dalam agama hal Islam hal itu tidak
dijumpai. Dalam agama Islam bahwa setiap muslim adalah da'i, oleh sebab itu
pedagang dalam dunia Islam merupakan tokoh misi penyebar agama.

lxi
2. Mubaligh

Selain pedagang pada masa berikutnya terdapat pula mubaligh atau guru- guru
agama yang pekerjaannya lebih khusus mengajarkan agama. Kedatangan mereka
ini lebih mempercepat islamisasi. Sebab mereka itu kemudian mendirikan
pesantren yang mencetak kader-kader ulama / guru- guru agama

3. Tasawuf

Golongan yang lain adalah penganut tasawuf yang kedatangannya diperkirakan


pada abad ke-13.

Dari gambaran tersebut tampaknya hanya orang-orang asing sajalah pembawa


penyebar agama islam di Indonesia. Namun dalam kenyataan tidaklah demikian,
sebab sejak Samudra Pasai dan Malaka menjadi pusat Kerajaan Islam kedaerah-
daerah yang lain bahkan disaat hubungan antara Mekah dengan Indonesia
semakin lancar (abad ke-17), banyak orang-orang Indonesia yang bermukin di
Mekah. Disana mereka memperdalam agama islam, sekembalinya di tanah air
mereka lalu menyebarkan lagi pada kawan-kawannya yang lain. Selain golongan
pembawa adapula golongan penerima Islam. Di sini dikenal dengan adanya dua
kelompok, yaitu golongan elit (raja-raja, bangsawan dan penguasa) dan golongan
non elit (lapisan bawah).

Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa agama lslam mencapai


Indonesia sekitar paruh kedua abad ke-13.Tetapi terdapat tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa agama datang di Indonesia pada masa yang lebih awal lagi.
Batu nisan makam Fatimah binti Maimun yang ada di Leran (Gresik berangka
tahun 1082 Masehi mungkin menjadi bu is masuknya Islam di Indonesia pada
akhir aba 11. Berdasarkan keberadaan batu berukir di daerah Lubu pantai barat
Sumatra juga ada kemungkinan bahwa Islam sudah masuk Sumatra pada masa
yang lebih tua lagi. Bahkan terdapat pula sebagian ahli yang berteori bahwa
Agama Islam telah masuk di Indonesia pada sekitar abad ke-7 M.

lxii
Adanya pemukiman orang-orang Ta-shih yang diidentifikasikan sebagai
orang Arab di daerah kekuasaan Sriwijaya pada sekitar Lu abad ke-7 memang
bukan sesuatu yang terlupakan. Hal itu sesuai dengan peranan Selat Malaka yang
merupakan peran dari kund pelayaran dan perdagangan antara negeri-negeri Asia
bagian barat dan timur yang pada abad-abad ke-7 dan ke-8 tepatnya di bawah
kekuatan Sriwijaya. Dapat dipastikan bahwa mereka lebih mementingkan niat
ekonominya dari pada melakukan Islamisasi melalui dakwah yang mengumuh
kuatnya kekuatan kerajaan Hindu-Buddha Sriwijaya.

Pendapat para ahli yang menyatakan bahwa agama Islam mencapai


Indonesia lebih dari dua abad ke-13 lebih mencerminkan dan didukung oleh fakta-
fakta historis. Berita Marco Polo yang singgah di Samudra Pasal pada 1292 dalam
perjalanannya dari Cina membuskan uang tersebut. la juga datang di Perlak
(Peureula) dan menjumpai penduduk yang telah beragama Islam serta dijumpai
pula banyak pedagang India yang giat menyebarkan agama Islam di sana Berita
Ibnu Batuta yang datang mengunjungi di Samudra Pasai 1345 dan bukti-bukti
arkeologis batu nisan makam Sultan Malik al Saleh yang berangka tahun 1297
Masehi yang menyatakan bahwa Islam baru datang di Indonesia sekitar abad ke-
13.

8.2. Proses Penyebaran dan Perkembangan Islam di Indonesia

Agama Islam di Indonesia menyebar dan berkembang melalul perdagangan


dan mengikutijalur-jalurpelayaran dan perdagangan. Mengenal hal-hal yang tidak
memungkinkan orang-orang di antara para ahli sejarah

Pada awal perkembangannya, kehidupan masyarakat di Nusantara Telah


diidentifikasi oleh budaya Hindu dan Buddha serta kepercayaan asli Indonesia
Namun, Islam dengan mudah menyebar di setiap lapisan masyarakat karena
faktor-faktor berikut:

1. persyaratan agama Islam sangat mudah

2. Sistem peribadatan dalam Islam sangat sederhana

3. Islam tidak mengenal sistem kasta

lxiii
4. Islam mengakomodasikan tradisi dan adat istiadat masyarakat seternpat

Keadaan politik kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha tengah mengunjungi
Penyangkalan agama Islam pada pokoknya dilakukan secara lisan. Paracer dari
Persia Gujarat Arab, dan lain-lain harus menetap selama berbulan bulan, karena
tidak dapat cepat-cepat pulang Mereka harus menunggu datangny a musim
berlayar Selama itu, mereka ergaul dengan raja raja dan masyarakat setempat
Mereka pun ikut pula yang turut Juga dalam

Selain itu, banyak pula ahli sufi yang dianggap sebagai guru agama Mereka
ada pula yang menetap lalú mengadakan masjid dan pesantren. Mereka mengadu
pikiran dan meluangkan waktu untuk orang orang yang sangat banyak itu, para
santri dan calon mubalig dididik Islam ke daersh daersh la Mereka berbagi
pemuka dan menyampaik sebuah ilmunya masyaralat yang masih menganut
agama lama mengadu kesaktian. Mereka juga mengobati orang-orang sakit.

1. Seni wayang,

Yang merupakan budaya asli Indonesia yang digunakan untul memy ebarkan
Islam Hal ini seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Giri Dalam
penyampaiannya, sering disisipkan tokoh-tokoh Si bersama ajaran-ajaran Islam.

2. Seni tarı dan gumelan

misalnya tari seudati di Aceh, sekaten di Jawa, dan St bus di Banten Kesenian-
kesenian itu dipentaskan dalam acara acara utama harn besar Islam. seperti pada
upacara Maulid Nabi

3. Sastra daerah,

yang disadur lagi dengan cerita dan ajaran-Islam Kisah-cerita yang ditulis dengan
huruf Arab dengan tetap menggunakan bahasa Melayu.

Dengan demikian terdapatnya proses antara Islamisasi dan proses


Hinduisasi. Perkembangan melalu perdagangan dan faktapun di awal
perkembangannya datang dan berasal dari Gujarat di India. Sedang perbedaannya

lxiv
tentu saja berlaku pada agama yang berkembang dan periode waktu untuk
masing-masing agama dikembangkan

Masuk dan meluasnya Islam ke Indonesia berjalan secara damai dan


penuh. Salah satu alasannya adalah karena pedagang yang menyebarkan agama
Islam di Indonesia adalah pedagang-asal dari Gujarat India yang tidak fanatik
sifatnya. Agama Islam itu telah berkembang di India sekitar abad ke-11 dan ke-
12. Islam tersebut telah mengambil sifat-sifatnya yang penuh upah. Ke dalam
Islam itu juga telah meresap unsur-unsur yang bersumber dari Persia dan India,
Nota memberi bentuk kepada agama Islam yang masuk ke Indonesia memiliki
kesamaan dengan alam pikiran yang telah ditemukan oleh orang-orang Indonesia-
Hindu, khususnya Jawa-Hindu. Demikianlah maka agama Islam yang mudah
digunakan oleh bangsa Indonesia dan dengan sifat bangsa Indonesia sendiri yang
sangat ramah dan sangat toleran terhadap masuk dan berkembangnya Islam ke
negara ini berjalan secara nyata dan damai

8.3. Tokoh-Tokoh Penyebaran Islam di Indonesia

Ulama adalah orang yang pandai atau orang yang berilmu, khususnya dalam
hal tlmu pengetahuan Islam Sebagai orang yang berilmu, mereka menjadi tokoh
masyarakat Diantara mereka ada yang diangkat menjadi guru atau penasthat bagi
keluarga kerajaan bahkan ada yang memangku jabatan tinggi di kraton.
Selanjutnya, kerajaan-kerajaan ifu menyiarkan agama Islam ke dacrah lain
Fenyebaran Islam ke pelosok dacrah pada umumnya dilakukan olch ulamia
Indonesia, misalnya:

1. Dato k ri Bandang menyiarkan di daerah Gowa

2. Datori Bandang dan Tuan Tungxang Parang di Kutai

3. Penghulsu Demak mengajar di Banjar,

4. Hamzah Fansuri, Syamsudi al-Samatrani, dan Nuriddin ar Raniri di Aceh

lxv
Di Pulau Jawa, para ulama itu lebih dikenal dengan sebutan wali Sembilan.
Mereka adalah pelopor penyiar agama islam di Tanah Jawa.

1 Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim), memasukkan agama Islam di


daerah Jawa Timur.

2. Sunan Ampel (Sayyid Ali Rakhmatullah), pendiri Kerajaan Demak.

3. Sunan Giri (Raden Paku), menyebarkan agama Islam di dacrah Jawa Timur

4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), putra Sunan Ampel, menyebarkan agama


Islam di daerah Tuban dan sekitarnya.

5. Sunan Kalijaga (Raden Said), suara sebagai mubalig, pemimpin, Mereka adalah
pelopor penyiar agama Islam di Tanah Jawa di wilayah Jawa Timur 2 Sunan
Ampel (Sayyid Ali Rakhmatullah), pendiri Kerajaan Demak Madura, dan Maluku
agama Islam di dacrah Tuban dan sekitarnya kesenian yang disesuaikan dengan
ajaran Islam pujangga, dan ahli filsafat. Dalam menyebarkan Islam, ia
menggunakan kesenian yang disesuaikan dengan ajaran Islam.

6. Sunan Drajat (Raden Saripudin), putra dari Sunan Ampel. Sunan Drajat dikenal
sebagai seorang wali yang dermawan. Dia menanamkan ajaran Islam melalui
perebutan amal, seperti membantu orang menderita, anak yatim piatu dan orang-
orang miskin

7. Sunan Kudus (Raden Jafar Sidik), ilmu ilmu tauhid, fiqih, dan hadis.

8. Sunan Muria (Raden Umar Said), keturunan Sunan Kalijaga, mendirikan desa
di lereng Gunung Muria; mengajarkan agama Islam kepada para petani dan
masyarakat kecil.

9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah, Faletehan), menyebarkan Islam di


Jawa Barat.

lxvi
BAB 9
KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

9.1 Kerajaan Islam Di Sumatera


1) Kerajaan Samudera Pasai
 Letak Geografi
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia. Letak
Samudra Pasai di pantai timur Pulau Sumatrabagian utara berdekatan dengan
jalur pelayaran perdagangan internasional waktu itu, yaitu Selat Malaka. Pusat
pemerintahanya di kota pasai. Dengan posisi yang strategis tersebut Kerajaan
Samudra Pasai berkembang dengan cukup pesat baik dalam kehidupan politik,
ekonomi, dan social budaya.
 Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar
abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang
Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia
Timur. Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang
Islam adalah pesisir Samudera. Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat
tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam
tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman
malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam
perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
 Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudra pasai adalah sebagi
berikut :
1. Nazimuddin Al-Kamil
Adalah seorang Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada
tahun1238 ditugaskan merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain
itu, ia juga membangun sebuah kerajaan di ujung utara pulau Sumatera yang
dinamakan kerajaan Samudra Pasai. Tujuannya tentu adalah untuk menguasai
perdagangan Lada di Jalur Selat Malaka.
2. Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297)
Setelah Dinasti Mamluk yang beraliran Islam Syafei menaklukan Dinasti
Fatimah di Mesir, Ia juga ingin merebut Kerajaan Samudra Pasai. Maka,
dikirimlah Syekh Ismail yang nantinya akan bersekutu dengan Marah Silu
(putra seorang bangsawan Persia, Marah Gajah). Kerajaan ini berhasil direbut
dan Marah Silu menerima gelar Sultan Malik Al-Saleh. Pada masanya, ia
memperkuat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka. Ia
meninggal tahun 1297.

lxvii
3. Sultan Malik Al-Thahir / Sultan Muhammad (1297-1326)
putra Sultan Malikul Al-Saleh. Pada masa pemerintahannya, terjadi
perpecahan antara kedua putranya yaitu Sultan Mahmud dan Sultan Mansyur.
Sultan Mansyur memilih untuk memisahkan diri ke Aru dan kembali
menganut Islam Syiah.
4. Sultan Ahmad Perumadat Perumal
Pada masanya, kerajaan Samudra Pasai mendapt kunjungan dari utusan Sultan
Delhi, Muhammad Tuqhluq, yaitu Ibnu Batutah pada tahun 1345 dan 1346.
Ibnu Batutah singgah dua kali saat pergi ke dan dari China. Ia mengatakan
bahwa Islam yang dianut adalah Islam Syafei dan ada golongan bangsawan
Persia yang disebut Amir.
5. Zainal Abidin (1383-1405)
Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran pada masa pemerintahannya
karena Kerajaan Islam lainnya telah muncul yaitu Kerajaan Malaka di bawah
Iskandar Syah.
6. Sultan Shalahudin (1405 - 1412)
Pada perkembangan selanjutnya, Kerajaan Samudra Pasai sempat ditaklukkan
oleh bangsa Portugis tahun 1521 dan oleh Kerajaan Aceh di bawah pimpinan
Ali Mughayat Syah tahun 1524.
 Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas
mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga
mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk :
a) Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
b) Mengurus soal-soal atau masalah-masalah perkapalan
c) Mengumpulkan barang-barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
d) Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasaibertambah
pesat, sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan –
kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka
maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.

 Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan
– aturan dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat
persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di
Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan
Daerah Serambi Mekkah.

lxviii
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang
baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh
agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang
kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di
antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks
ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.

 Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai


Faktor-faktor yang menyebabkan keemunduran kerajaan samudra pasai yaitu:
a) Kekalahan Acah dalam melawan portugis di malaka pada tahun 1629M.
b) Tokoh penggganti Sultan Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
c) Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran
Syamsudin as-Sumatrani dan penganut ajaran Naruddin ar Raniri.
d) Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat seperti Johor, Perlak,
Pahang, Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.

2) Kerajaan Malaka
 Letak Kerajaan Malaka
Letak Kerajaan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan
Semenanjung Malaka.
 Kehidupan Politik
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1) Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan
Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah
Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya
sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kp. Malaka.Untuk
meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut
agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian
menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan
Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China
dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
2) Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah
kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh
Semenanjung Malaya.Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa
tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, maka harus

lxix
berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya lebih besar
dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik
perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga
cita-citanya dapat tercapai.
3) Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik
tahta dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka
yang pertama bergelar Sultan). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan
dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan.
4) Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan
pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.
5) Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah
kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh
karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.

6) Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)


Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah
kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini
menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.Pada tahun 1511 M, terjadi
serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Alberquerque
dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan
Portugis.
 Kehidupan Sosial – Budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami
perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang
menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti
Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.Sedangkan
kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan
alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia
maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka
cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme. Kelompok masyarakat pun
bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan.
 Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan
keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja

lxx
maupun pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari
pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang
laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan.
Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa
Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.

3) Kerajaan Aceh
 Sejarah Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang
didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528),
menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan
berkembangnya Kerajaan Malaka.Para pedagang kemudian lebih sering
datang ke Aceh.Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda
Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem:
pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan
pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan
tengku atau teungku.

 Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh :
1) Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang
memerintah dari tahun 1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan
bagian dari kerajaan Pidie. Namun, berkat kegigihannya Aceh mampu
melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie.
2) Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu
waktu, Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin
dijatuhkan oleh Alaudin Riayat Syah Al-Kahar.
3) Alaudin Riayat Syah Al-Kahar
Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang wilayah
Batak, Aru, Johor, dan Malaka.
4) Sultan Iskandar Muda
5) Sultan Iskandar Thani
Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari tahun
1638 sampai 1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan
Aceh tidak mengalami kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh semakin

lxxi
Mundur. Kemunduran Aceh disebabkan oleh pertikaian dalam kerajaan itu
sendiri. Pada saat itu Belanda berhasil menguasai Malaka dan Nusantara.
Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar
Muda. Semasa pemerintahannya Aceh mampu memperluas wilayah hingga ke
Semenanjung Malaya (Johor, Pahang, dan Kedah). Kekuatan utamanya
terletak pada angkatan perang Kerajaan Aceh. Armada angkatan lautnya
merupakan yang terkuat di masa itu.

 Kehidupan social budaya


Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan
internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi
pedangang Islam. Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi.
Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan
ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli
tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin
ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga
sampai ke Jawa.

 Kehidupan ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa
kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh
menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas,
perak dan timah serta rempah-rempah.

 Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh


a) Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar yang
mampu mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas.
b) Timbulnya pertikaian yang terus-menerus di Aceh antara golongan bangsawan
(teuku) dengan golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya
Kerajaan Aceh.
c) Daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor,
Pahang, Perak, Minangkabau dan Siak.
d) Kekelahan Aceh dalam perang melawan Portugis di Malaka pada tahun
1629M.
e) Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa berhasil mendesak dan
menggeser daerah perdagangan Aceh.

lxxii
9.2 Kerajaan islam di Jawa
1) Kerajaan Demak
 Sejarah Kerajaan Demak
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan
ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah
adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati
kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga,
yang terdiri atas sembila orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di
pulau jawa.
 Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak :
1. Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa,
Raden Fatah di angkat menjadi bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan
Alam Akbar al-Fatah.Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518
M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat,
karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan,
terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-
maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
2. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan
Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih
muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia
pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di
Malaka, keberanian Adipati Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus
dijiluki Pangeran Sabrang Lor. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta
kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan
Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa
Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa
Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di
kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan
terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis
dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada

lxxiii
Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa
yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai
hari jadi kota Jakarta.Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada
Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar
Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah
diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan
Majapahit.
 Kehidupan sosial budaya
Salah satu peninggalan budaya Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak
yang terkenal dengan salah satu tiangnya yang terbuat dari pecahan kayu
(tatal). Pembangunan masjid dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Di pendopo
masjid inilah Sunan Kalijaga meletakkan dasar-dasar perayaan sekaten yang
tujuannya untuk menyebarkan tradisi Islam. Tradisi tersebut sampai sekarang
masih berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta.
 Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang
hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha
melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri
timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta. Hal itu
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak.

2) Kerajaan Banten
 Sejarah Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan
bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah
pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh
Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon.
 Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten
1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya
sangat gigih. Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari
kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat itu di Demak terjadi perebutan
kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Wilayah kekuasaan Kerajaan
Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat penjualan dan perdagangan
lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin wafat.

lxxiv
2. Syeh Maulana Yusuf
Ia merupakan putra Sultan Hasanudin. Ketika menjadi raja dikenal dengan
sebutan Panembahan Yusuf.
3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia menjadi
raja dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad memperluas
kerajaan Banten dengan menyerang Palembang. Dalam sejarah diceritakan
penyerangan ke Palembang dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing
Suro adalah seorang penyiar agama Islam yang berasal dari keturunan orang
Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keislaman di Palembang.
Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.
4. Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah gugur.
Namun, karena usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh Pangeran
Ranamenggala sebagai mangkubumi. Pangeran Ranamenggala mengendalikan
pemerintahan dari tahun 1608 sampai 1624.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang memerintah dari tahun 1651
sampai 1692. Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian melimpah.
Penyiaran agama Islam semakin pesat dengan ditunjang oleh ulama besar
seperti Syekh Yusuf dari Sulawesi.Kerajaan Banten menjalin hubungan baik
dengan negara luar negeri, seperti Turki dan Moghul. Meskipun demikian,
Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja sama dengan belanda.
6. Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar
Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar merupakan raja pengganti Sultan Ageng
Tirtayasa. Sikap kerajaan ini masih tetap tidak mau bekerja sama dengan
Belanda. Namun, kekuasaan Belanda semakin kuat di Banten. Akibatnya,
kerajaan Banten menjadi runtuh. Peninggalan Kerajaan Banten antara lain
adalah Masjid Agung Banten dan sebuah meriam "Ki Amuk".
 Kehidupan ekonomi
Kerajaan Banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang
perdagangan. Hal tersebut disebabkan karena:
a) Kedudukan kerajaan banten sangat strategis di tepi Selat Sunda.
b) Banten memiliki hasil ekspor penting, yaitu lada.
c) Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat
sebagai pelabuhan dagang yang baik.
d) Jatuhnya malaka ke tangan portugis mendorong pedagang islam mencari
daerah baru di Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon.

lxxv
 Kehidupan social budaya
Dalam bidang seni bangunan,peninggalan kerajaan banten adalah bangunan
Masjid Agung Banten yang di bangun sekitar abad ke-16. Menara Masjid
Agung Banten yang mirip mercusuar dibangun oleh Hendriik Lucozoon
Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia yang masuk islam).
Masjid Agung Banten ini beratap tumpang atau sususn lima. Selain Masjid
Agung Banten, juga terdapat gapura di kaibon banten, dan istana model Eropa
yang dibangun olej Jan Lukas Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia
yang telah menganut islam)

3) Kerajaan Pajang
 Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang
pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura
menulis seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat sebagai
pendahulunya. Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun
1618 yang pernah dihancurkan ibukota dan sawah ladangnya oleh pasukan-
pasukan dari Mataram karena memberontak. Di bekas kompleks keraton Raja
Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik asal negeri
Cina.
 Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang
1. Jaka Tingkir
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo
Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan
wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah
murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh
sakit dan meninggal dunia.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja yang serba
lemah, tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia mampu
menguasai pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik.
Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang dilanjutkan lagi oleh Raja
Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban Jawa pada abad ke-
18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat Bagelen
(lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).
2. Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas
dibunuh Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu
Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta
di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya

lxxvi
Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia
Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas
menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya
Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas
negeri Arya Penangsang).Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap
penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser
kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh
kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah
menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah
ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.
3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah
tahun 1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra
Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia
dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan
Kesultanan Mataram. Pangeran Benawa memiliki putri
bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas Jolang putra Sutawijaya.
Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan
Agung, raja terbesar Mataram.
 Kehidupan Sosial Budaya
Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan
Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi lumbung
beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehidupan rakyat Pajang mendapat
pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga masyarakat Pajang sangat
mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh.
 Kehidupan Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di
Kartasura, ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana
bupati Surabaya. Pada masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam
mendukung kerjasama antara PakuBuwono 1 dan Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Lokasi pusat kerajaaan
Pajang ada di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng
(ke dua-duanya bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala.
Irigasi berjalan lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk
mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.
 Kemunduran Kerajaan Pajang
Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia.
Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan

lxxvii
Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan
Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam
terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat
Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada
tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan
kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak.
Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan
Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang
menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan
Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia
sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati.

9.3 Kerajaan Islam di Kalimantan

Di Kalimantan juga terdapat beberapa kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.


Kerajaan tersebut antara lain Kesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar (1526-
1905), Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan Sambas
(1671), Kesultanan Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400), Kesultanan
Sambaliung (1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820),Kesultanan Pontianak
(1771),Kesultanan Tidung,dan Kesultanan Bulungan (1731).

Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat antara lain


Tanjungpura dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome Pires
(1512-1551). Tanjungpura dan Lawe menurut berita musafir Portugis sudah
mempunyai kegiatan dalam perdagangan baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan
kedua daerah yang diperintah oleh Pate atau mungkin adipati kesemuanya tunduk
kepada kerajaan di Jawa yang diperintah Pati Unus. Tanjungpura dan Lawe
(daerah Sukadana) menghasilkan komoditi seperti emas,berlian,padi,dan banyak
bahan makanan. Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu telah berada di bawah
pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram terutama dalam upaya perluasan politik
dalam menghadapi ekspansi politik VOC.Meskipun kita tidak mengetahui dengan
pasti kehadiran Islam di Pontianak, konon ada pemberitaan bahwa sekitar abad
ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang di
antaranya dating ke daerah Kalimantan Barat untuk mengajarkan membaca al-
Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Mereka di antaranya Syarif Idrus bersama
anak buahnya pergi ke Mampawah, tetapi kemudian menelusuri sungai ke arah
laut memasuki Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal
kota Pontianak. Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama
masyarakat di tempat itu dengan gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus

lxxviii
yang kemudian memindahkan kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari
kayu-kayuan untuk pertahanan. Sejak itu Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus
dikenal sebagai Raja Kubu. Daerah itu mengalami kemajuan di bidang
perdagangan dan keagamaan, sehingga banyak para pedagang yang berdatangan
dari berbagai negeri.Syarif Idrus memerintah pada 1199-1209 H atau 1779-1789
M.

Cerita lainnya mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang


mengajarkan Islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama ke Sukadana
ialah Habib Husin al-Gadri. Ia semula singgah di Aceh dan kemudian ke Jawa
sampai di Semarang dan di tempat itulah ia bertemu dengan pedagang Arab
namanya Syaikh, karena itulah maka Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Habib
mendapat banyak simpati dari raja, Sultan Matan dan rakyatnya. Kemudian Habib
Husin al- Gadri pindah dari Matan ke Mempawah untuk meneruskan syiar Islam.
Setelah wafat ia diganti oleh salah seorang putranya yang bernama Pangeran
Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia pergi dengan sejumlah rakyatnya ke tempat
yang kemudian dinamakan Pontianak dan di tempat inilah ia mendirikan keraton
dan masjid agung.

9.4 kerajaan Islam di Sulawesi


1) Kerajaan Makasar
 Letak geografis
Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi bagian selatan
pada abad ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah
kerajaan kecil yang saling bertikai. Daerah ini kemudian dipersatukan oleh
kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan
Makassar. Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil
bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-
daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-
rempah.Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang
muslim juga berupaya menyebarkan ajaran Islam di Makassar.
 Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar
1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga
Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama
Islam.Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun
dalam dunia pelayaran dan perdagangan.
2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).

lxxix
Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju
pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah
mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang
melawan Belanda.
3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa
kejayaan. Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi
Selatan dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa
dan sebagian Flores). Berkat penguasaan wilayah tersebut seluruh aktifitas
pelayaran dan perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah di pusat
Kerajaan Makasar.
Hal tersebut di tentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di
Maluku teehalang oleh kekuasaan Makasar. Pertentangan antara Makasar dan
Belanda sering menimbulkan peperangan. Bahkan, pertentangan itu sering
terjadi di Maluku. Keberanian Sultan Hasannudin memporak-porandakan
pasukan Belanda di Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak.
Kerena keberanian Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian Belanda
memberikan julukan kepada Sultan Hasanuddin “ Ayam Jantan dari
Timur”.Untuk menguasai Makasar, Belandsa melakukan politik Devide Et
Impera, yang kemudian menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone yang
diperintah oleh Raja Aru Palaka yang pada waktu itu sedang melakukan
pemberontakan terhadap Makasar. Pasukan Belanda yang dibantu Aru Palaka
berhasil mendesak Makasardan dapat menguasai ibu kota kerajaan. Akhirnya
Sultan Hasanuddin terpalsa harus menandatangani perjanjian Bongaya pada
tahun1667M yang isinya antara lain:
 VOC yaitu kompeni dagang Belanda memperoleh hak monopoli dagang di
Makasar.
 Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makasar yang diberi
nama Benteng Rotterdam.
 Makasar harus melepaskan daerah kekuasaanya seperti Bone dan pulau-pulau
di luar wilayah Makasar.
 Aru Palaka diakui sebagai raja Bone

Meskipun telah menandatangani perjanjian Bongaya, orang-orang Makasar


tetap melakukan perlawanan yang berlangsung selama 2 tahun dengan pusat
pertahanan di Sombaopu. Namun Belanda tetap berupaya merebut pertahanan
itu dengan menghancurkan dinding benteng dan akhirnya Sultan Hasannudin
menyarah.

4. Raja Mapasomba

lxxx
Raja Maposamba dikenal sebagai Sultan Amir Hamzah adalah putra Sultan
Hasanuddin yang turun tahta setelah menyerah kepada Belanda.

 Kehidupan sosial
Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makassar
dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:
 Kareng yang terdiri dari kaum Bangsawan.
 Tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa.
 Ata untuk Hamba Sahaya.
 Kehidupan ekonomi
Letak Kerajaan Makasar sangat staregis yaitu di tengah-tengah jalur
perdagangan antara Maluku dan Malaka, sehingga kerajaan tersebut
berkembang menjadi pusat perdagangan.
 Kehidupan budaya
Kebudayaan Kerajaan Makasar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan yang
bersifat maritime, yaitu pembuatan alat penangkap ikan dan kapal pinisi.
Masyarakat Kerajaan Makasar juga mengembangkan seni sastra, yaitu kitab
lontara.

9.5 Kerajaan Islam di Maluku


1. Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan
Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di
Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore,Bacan, dan
Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju.
Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara
maupun pedagang asing.
 Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Ternate pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya
adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin
giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai
ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah
mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan
Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah
kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua dan
Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
 Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan

lxxxi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga
pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang
asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk
ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan
keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat
membangun laut yang cukup kuat.Sebagai kerajaan yang bercorak Islam,
masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan
hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate
dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat
sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup
menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat
kapal, seperti kapal kora-kora.
 Kemunduran Kerajaan Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol )
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu
domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

2. Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja
Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik
tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab.
 Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku
(1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta
terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa
kecuali hubungan dagang biasa. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak
diganggu, Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram,
Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan
Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang
berniat menjajah kembali.

lxxxii
 Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan


sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada
saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan
perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.

Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku.


Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh
Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain
Portugis, Spanyol, dan Belanda.

 Kemunduran Kerajaan Tidore

Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan


Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organis.

lxxxiii
BAB 10

AKULTURASI KEBUDAYAAN BERCORAK HINDU BUDHA DAN


KEBUDAYAAN BERCORAK ISLAM

10.1 Pengertian Akulturasi

Istilah akulturasi atau kulturisasi mempunyai berbagai arti di berbagai para sarjana
antropologi. Tetapi semua sepaham bahwa itu merupakan proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan satu kebudayaan dihadapkan dengan
unsur-unsur kebudayaan asing, sehingga dapat diterima dan diolah kedalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli1.

10.2 Akulturasi Kebudayaan Hindu Budha Dengan Kebudayaan Islam

Penyebaran agama Islam di Indonesia sejak dulu abad XI-XII, mengikuti jalur
perdagangan yang ada saat itu. Agama Islam telah masuk di daerah Jawa pada
awal abad XII, tetapi dakwah secara intensif atau proses Islamisasi baru dimulai
pada bad XIV. Dakwah Islam oleh para Wali penyebar Islam dilakukan secara
bijaksana, tanpa pamrih dan tersebar dengan damai dan lancar. Dalam tradisi
masyarakat

10.3 Pusat Terjadinya Akulturasi Kebudayaan Hindhu Budha dengan


Kebudayaan Islam

Proses perkembangan awal Islam di Indonesia tak bisa dilepaskan dari ajaran
tasawuf (sufisme). Tasawuf memegang peranan yang sangat penting bagi
perkembangan Islam di negri ini utamanya di pulau Jawa. Jauh sebelum orang
orang Jawa mengenal ajaran-ajaran tasawuf (Islam) yang dikembangkan oleh para
ulama’ dan mubaligh Islam (para Wali), mereka telah akrab dengan kebudayaan
mereka sendiri yang khas dengan animisme dan dinamismenya dikalangan rakyat
serta Hinduisme Buddhisme dikalangan elit istana. Kebudayaan ini memiliki ciri
yang khas dan halus dan sangat terbuka, sehingga memungkinkan unsur-unsur
luar tak kesulitan untuk masuk kedalamnya melalui sinkretisasi atau akulturasi.

84
Dengan pola perkembangan yang seperti ini, Islam di Jawa memiliki ciri khas.
Banyak upacara-upacara dan kegiatan-kegiatan ritualistic yang sebenarnya
merupakan produk animisme, dinamisme, Hinduisme dan Buddhisme
dipertahankan hanya bingkai dan nilai-nilai Islam, seperti dengan pemberian doa
secara Islam dan tradisi kenduri, selamatan dan lain-lain. Menurut Dr. Simuh yang
melatar belakangi pembingkaian adat dan tradisi non Islam dengan nilai-nilai
Islam tersebut bisa terlaksana adalah sebagai berikut :

1. Warisan budaya Jawa yang halus bisa dipertahankan dan di masyarakatkan


apabila dipadukan dengan unsur-unsur Islam

2. Para pujangga dan sastrawan Jawa memerlukan bahan-bahan dalam berkarya

3. Sebagai stabilitas budaya antara tradisi pesantren dengan tradisi Jawa

4. Istana sebagai pelindung dan pendukung agama perlu membantu untuk syi’ar

Islam.

Pergulatan Islam dengan tradisi kehidupan masyarakat Jawa hingga saat ini masih
sangat kuat dan mentradisi. Orang-orang pedesaan (Jawa) yang di Islamkan oleh
para tokoh agama atau para Wali, sebenarnya sudah sangat terbiasa dengan
kepercayaan terhadap roh bersifat aktif dalam religi animisme dinamisme. Dalam
hal ini Koentjaraningrat menjelaskan keyakinan agama Jawi terhadap kematian
dan alam baka.

10.4 Islam pada Masa Hindu Budha

Pengaruh Hindu pada era awal Masehi termasuk perkembangan Jawa.


Kebangkitan Kerajaan-Masa Masa Dini di Indonesia setelah abad ke-5, misalnya
Sriwijaya, Mataram, Majapahit, dan lain-lain tidak akan reradi tanpa adanya
revolusi intelek dan teknologi yang dikenalkan oleh Kebudayaan Hindu, Kerajaan
Hindu atau Hindu Budha itu menjadi pusat kekuasaan, rong perkembangan tidak
hanya kehidupan sosial, politik, dan agama saja, akan tetapi khusus kesusasteraan
dan kesenian (Sumarsam, 1995: 2)

85
Dengan kata lain, bahwa pertemuan dan interaksi antara ekonomi Hindu Jawa dan
Islam telah terjadi un-tahun. Ada dua hal yang perlu dicatat ke sini, agama Hindu,
Budha dan ke lama telah berkembang lebih dulu jika dibandingkan dengan agama
Islam. Agama Hindu dan Budha dipeluk oleh kerajaan, sedangkan asli yang
bertumpu pada animisme dan dinamisme dipeluk oleh awam. Meskipun ketiganya
berbeda, ketiganya bertumpu pada satu titik. Semua hal yang dilakukan dengan
mistik dan upaya mencari menunggalang kawula gusti bersatunya hamba Tuhan,
termasuk ketika Islam masuk ke Jawa, tetap Tuhannya. Kedua, meskipun masih
dalam lslamisasi besar-besaran baru terjadi pada abad ke-1 dan ke-16 yaitu
dengan ditandar jatuhnya kerajaan Majapahit (negara Hindu pada tahun 1478.

10.5 Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Proses Akulturasi kebudayaan


Bercorak Hindhu Budha dengan Kebudayaan Bercorak Islam

Tokoh yang berperan penting dalam penebaran Islam di Nusantara khususnya di


tanah jawa ialah para Sembilan wali atau sering dikenal dengan walisongo.
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di
tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan
Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang
persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak
dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru murid

Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-
Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah,
dan Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya
dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan
kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia,
khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan
mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga
pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara
langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

86
1. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy
diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad
Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan
lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi

Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam.


Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka
sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar
yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai
membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M
Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura,
Gresik, Jawa Timur.

2. Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan
Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia
lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan
nama tempat dimana ia
lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi
bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)

3. Sunan Giri

Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan
Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang
menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya
yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan
bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai
Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma). Ayahnya adalah Maulana Ishak.
saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-
Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia
meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.

87
4. Sunan Bonang
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama
kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang
perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke
berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung
Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran
pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya
para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas
masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati
masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan
Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan
pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah
wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

5. Sunan Kalijaga
Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir
sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -
keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya
Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah
nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden
Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang
disandangnya.
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun.
Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478),
Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan
Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah
pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid
Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang
merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

88
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat
dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis
salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan
kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
6. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun
1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah
Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda,
pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas.


Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-
jalan yang menghubungkan antar wilayah.

Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan


ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela
penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal
Kesultanan Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari
jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada
Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120
tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung,
Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

7. Sunan Drajat

Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia


bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar
Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat mendapat tugas
pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia
kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang.
Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan
mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat,
Paciran-Lamongan.

89
8. Sunan Kudus

Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah
(adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan
Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di
Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke
berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung
Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran
pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya
para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas
masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

9. Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana
Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama
Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18
kilometer ke utara kota Kudus
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga.
Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah
sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.

10.6 Proses Terjadinya Akulturasi Kebudayaan Hindu Budha dengan


Kebudayaan Islam

Islam yang berkembang di Indonesia adalah islam mistik (sufi), yang


memiliki salah satu karakter moderat dan akomodatif terhadap kebudayaan dan
local (setempat), yang dibiarkan eksis seperti apa adanya. Posisi Islam mewarnai
dengan mengisi ajaran-ajaran islam dalam kebudayaan local. Dengan demikian
islamisasi di Jawa lebih bersifat kontinyuitas dari pada adanya, dan bukanlah
merubah kepercayaan dan praktek keagamaan local tersebut. Berbagai tradisi
ritual jawa, seperti nyadran, ziarah, kaul, slametan memperingati kematian
seseorang mulai hari pertama sampai dengan hari ke-seribu.

90
Yang merupakan praktek kepercayaan tradisi pra islam dan cara hindu
tidak diusahakan untuk tidak dirubah, baik parsial maupun total oleh para
pendakwah, akan tetapi malah dibiarkan hidup. Sebaliknya para pendakwah dari
kalangan islam mistik yang diperankan oleh walisongo memiliki rasa toleran,
yaitu melarang umat islam tidak menyembelih sapi. Cara walisongo itu ditempuh
dengan tujuan agar tidak menyingung umat Hindu yang menganggap binatang itu
adalah suci (keramat). Aturan ini masih berlaku hingga sekarang di Kota Kudus,
yang dikenal kuat sebagai kota santri, sehingga kalu mengadakan ritual korban
tidak menyembelih sapi, tetapi kambing dan kerbau.

10.7 Bentuk-bentuk akulturasi kebudayaan hindu-budha dan islam

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak


kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah
Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia
kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih)
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang
melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam
tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya
sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat
kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

a) Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid,
makam, istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:

1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas


semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya
ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi
tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
2. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada
di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan
atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan
kentongan merupakan budaya asli Indonesia.

91
3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau
bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat
dengan makam. Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid
Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya.
b) Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief
yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun
terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat
keserasian, ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-
gapura atau pada pintu dan tiang. Untuk hiasan pada gapura.
c) Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang
aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan
berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab
gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi
tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping
itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan
sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
1. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh
sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa).
Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir
Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
2. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai
peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
3. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk
Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
4. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk
kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau
Jawa.

92
d) Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang
pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk,
maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya
dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti
Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan
seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan
dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

e) Tahlilan
Tahlilan dimulai pada hari di mana orang bersangkutan meninggal, biasanya pada
malam hari setelah salat magrib atau isya. Dalam pelaksanaannya, dibacakan ayat-
ayat dari Al-Quran, terutama Surat Yaasin hingga dari ayat pertama hingga
terakhir, doa-doa agar sang almarhum/almarhumah diampuni segala dosanya dan
diterima amal-ibadahnya, serta salawat (salam) terhadap Nabi Muhammad beserta
para kekuarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya.
Peringatan 7, 40, dan 100 hari merupakan tradisi Indonesia pra-Islam, yakni
budaya lokal yang telah bersatu dengan tradisi Hindu-Buddha. Pada zaman
Majapahit, penghormatan terhadap orang yang meninggal dilakukan secara
bertahap, yakni pada hari orang bersangkutan meninggal, 3 hari kemudian, 7 hari
kemudian, 40 hari kemudian, 1 tahun kemudian, 2 tahun kemudian, dan 1000 hari
kemudian.

f) Keraton
Keraton yang berada di Jawa dan Sumatera kebanyakan merupakan
perpaduan antara budaya Islam dengan Hindu dan Buddha. Keraton-keraton yang
terdapat di Jawa, lazimnya dihiasi dengan ornamen-ornamen hiasan khas Islam
yang dipadukan dengan ornamen Jawa yang Hindu-Buddha. Pada gerbang tempat
masuk kerajaan dihiasi oleh gapura dan makara model Majapahit atau Singasari.
Ruangan-ruangan di dalam keraton tersebut dihiasi ukiran-ukiran yang
memadukan unsur Islam dengan Hindu-Buddha.

93
g) Makam
Ukuran makam Fatimah Binti Maimun jauh lebih panjang dari makam
umumnya. Hal ini karenakan didalam makam tersebut dikebumikan pula
peninggalan yang bersangkutan berupa pusaka dan harta pemiliknya karena tidak
ada ahli waris yg sah, dan dikhawatirkan akan dikuasai penguasa kerajaan yang
masih memeluk agama Budha. Sedangkan saat itu Fatimah Binti Maimun sudah
memeluk agama Islam. Maka, arsitektur makam tersevut menyerupai candi
Hindu-Buddha.

94
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Maskun, M.H, 2017. SEJARAH INDONESIA SAMPAI ABAD KE XV,


Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.

Putra Nugraha, Bahan Ajar, 2013, Sejarah Indonesia untuk SMA/SMK kelas X,
Surakarta : Zamrud.

Dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Feng_Shui

Mukhlis PaEni, dkk, 2009, SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA , Jakarta : PT.


Raja Grafindo Persada.

http://dianaaulia11ips3-7.blogspot.co.id/2013/11/makalah-kerajaan-
tarumanegara.html

http://myschool039.blogspot.co.id/2015/10/makalah-kerajaan-kutai.html

https://www.calistungpembelajaran.blogspot.com/2017/11/makalah-kerajaan-
mataram-dan-medang.html

http://nureuharisa.blogspot.co.id/2017/08/makalah-kerajaan-singasari.html

http://bayu11ips304.blogspot.co.id/2012/11/makalah-kerajaan-majapahit.html

Ririn Darini,S.S., M.Hum.Sejarah Kebudayaan Indonesia Masa Hindhu


Budha.2013.Yogyakarta : Penerbit Ombak.

Rahata,Ringo.Fenetiruma,Bagas,Malkisedek.Fauziah,Shifa,Mutiara.Sejarah Kelas
XI Semester 1.2015.Jawa Tengah : PT Intan Pariwara.

M. Tarunasena., Sejarah SMA/MA Kelas XI. 2009. Jakarta : Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional

http://wwwgustidarmaputra.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-perkembangan-
agama-hindu-di.html

95
Muljana,Slamet.2012.Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara
Negara Islam Di Nusantara.Yogyakarta.Penerbit Ombak Dua.

https://www.google.com/search?q=penyebab+runtuhnya+majapahit+pdf&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b-a (19 April 2018)

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-
Buddha (19 April 2018)

Daliman, A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di


Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Yatim,Badri.Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta:Rajawali Pers,2008).

Pariwara,Intan.Sejarah Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.(Klaten: PT Intan


Pariwara,2014).

Hapsari,Ratna & M.Adil.Sejarah Indonesia.(Jakarta:PT Gelora Aksara


Pratama,2013).

Sutiyono, 2013. Poros Kebudayaan Jawa. Graha Ilmu: Yogyakarta

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita

96

Anda mungkin juga menyukai