Istilah kebudayan India disini meliputi Hinduisme dan Budhisme. Para sarjana
Barat biasa memakai istilah Hinduization yang lazim diberikan untuk menamakan
daerah-daerah di Asia Tenggara yang telah mendapat pengaruh kebudayaan India. G
Coedes. seorang sarjana Perancis, menamakan negara-negara di Asia Tenggara vang
menerima pengaruh kebudayaan India dengan istilah Les etats hinduises (Coedes,
1964). Pada kenyataannya bukan Hinduisme saja yung memainkan peranan,
melainkan juga Budhisme telah memainkan peranan yang tidak dapat diabaikan di
dalam proses mempengaruhi kehidupan kebudayaan di negara-negara seluruh daerah
Asia Tenggara. Bahkan ada beberapa negara di Asia Tenggara ini dimana Budhisme
menjadi agama yang dominan, misalnya di Burma, Thailand dan Kamboja. Di
Indonesia, Hinduisme dan Budhisme mempunyai peranan yang sama. Dalam sejarah
perkembangan Hinduisme dan Budhisme di daerah Asia Tenggara, memang sukar
untuk menarik garis pemisah yang tegas antara keduanya itu, terlebih lagi jika
berhadapan dengan Buddha Tantrayana serta Civa-Buddha yang pernah berkembang
di Jawa sekitar abad ke 13. pengertian istilah Hinduization dalam ilmu pengetahuan
sejarah, adalah lazim dengan pengertian semua daerah di Asia Tenggara yang telah
menerima pengaruh kebudayaan yang datang dari tanah India. G.Coedes memakai
istilah Hinduises, dengan pengertian yang sama. Susan Brown Couing yang
menerjemahkan buku G.Coedes, Lets etats Hinduises d’Indonesia merubahnya
dengan istilah Indianized (Coedes, 1968). dalam bahasa Indonesia, istilah itu lebih
tepat disebut sebagai kebudayaan India, bukan kebudayaan Hindu.
Hubungan antara tanah India dengan daerah-daerah di Asia Tenggara, dapat
ditinjau kembali jauh ke belakang sejak jaman Prasejarah. Pedagang-pedagang dari
kedua belah pihak tentunya sudah saling mengunjungi pelabuhan-pelabuhan
perdagangan satu sama lain, jauh sebelum adanya tanda-tanda pengaruh kebudayaan
India di Asia Tenggara. Pada zaman Neolitikum orang-orang Austronesia sudah
mengenal bagaimana cara mengarungi lautan. Dengan demikian, banyak
kemungkinan bahwa koloni-koloni perdagangan orang-orang Asia Tenggara terdapat
juga di pantai-pantai Bengal dan Koromandel di India.
Sebagai akibat hubungan timbal balik perdagangan, kemudian terjadilah
perubahan besar dalam kehidupan kultural di Asia Tenggara, yaitu dengan timbulnya
kerajaan yang mulai membiasakan adat dan istiadat India serta menggunakan bahasa
Sansekerta sebagai bahasa mereka. Kerajaan-kerajaan dengan kebiasaan baru tersebut
muncul di tempat-tempat para pelaut dan pedagang India biasa berkunjung dan
berinteraksi.
Perubahan-perubahan masyarakat dari tempat berkumpulnya para pedagang yang
kemudian tumbuh menjadi suatu kerajaan atau negara, terutama adalah disebabkan
datangnya para pendeta dan pujangga yang mengikuti perjalanan dagang tersebut
(Hall, 1960). suatu kemungkinan yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa orang-
orang di Asia Tenggara sendiri telah merantau dan berdagang mengunjungi India,
juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya dalam proses mempercepat
terjadinya perubahan tersebut.