Anda di halaman 1dari 6

1.

Ada beberapa teori mengenai masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha,
menurut pendapatmu teori manakah yang paling kuat dasarnya ? sertakan bukti-bukti
peninggalannya!
Jawaban :
Secara umum, teori masuknya pengaruh Hindu-Buddha dibedakan menjadi dua yaitu
teori hindunisasi yang lahir karena bangsa Indonesia yang pasif dan teori hindunisasi yang
lahir karena bangsa Indonesia yang aktif.
Teori yang beranggapan bahwa bangsa Indonesia pasif dalam proses ini antara lain:
a. Teori Ksatria (Kolonisasi)
Pencetus teori ksatria ialah JL. Moens. Beliau berpendapat bahwa telah terjadi
kolonisasi oleh orang-orang India. Mereka adalah prajurit yang mengalami kekalahan
perang di negara asal sebelum melarikan diri dan membentuk koloni di Indonesia.
Ada pula ilmuwan yang berpendapat bahwa upaya kolonisasi tersebut disertai upaya
penaklukan.
b. Teori Waisya (Pedagang)
Teori ini diajukan oleh Krom, dengan pendapatnya yang yang menyatakan bahwa
banyak pedagang dari India datang bersinggah di Indonesia kemudian berperan
menyebarkan pengaruh kebudayaan India melalui hubungan mereka dengan penguasa
atau penduduk lokal.
Sementara itu, teori yang beranggapan bahwa bangsa Indonesia aktif dalam proses ini
antara lain:
a. Teori Brahmana
Teori Brahmana dicetuskan oleh Van Leur dan Bosch. Mereka berpendapat bahwa
kaum Brahmana India diundang oleh raja-raja ke Indonesia untuk memberikan
pendidikan kitab agama dan menyumpahkan raja dalam upacara vratyastoma.
b. Teori Arus Balik
Pencetus teori arus balik adalah Bosch. Dituliskan bahwa teori ini bermula dari upaya
kaum Brahmana dari India yang berkelana menyebarkan agama ke negara-negara lain
dan membentuk sanggha biksu di negara tempat berkunjung. Kemudian, biksu-biksu
dari negara lain berbalas kunjung ke India untuk memperdalam ilmu agama.
Menurut saya, teori yang paling kuat dasarnya adalah teori Arus Balik. Teori Arus Balik
menyatakan adanya timbal balik antara kaum Brahmana dari India dan kaum Brahmana dari
negara lain yang saling mengunjungi. Saya meyakini teori pedagang kurang kuat karena para
pedagang belum tentu memiliki pengetahuan agama dan kebudayaan yang tinggi
sebagaimana kaum Brahmana. Selain itu, dalam berita I-tsing pernah dituliskan bahwa
terdapat perguruan tinggi agama Buddha yang cukup baik di Sriwijaya yang mana perguruan
tersebut direferensikan pertama bagi para pelajar sebelum pergi belajar ke India. Bukti lain
adalah Prasasti Nalanda milik Kerajaan Sriwijaya, yang menyatakan bahwa Raja Dewapala
dari India mengizinkan raja Sriwijaya untuk mendirikan asrama di komplek wihara dan
dinyatakan pula bahwa beberapa siswa dari Sriwijaya pernah diutus ke Nalanda.

Daftar Pustaka :
Poesponegoro, Marwati D., Notosusanto, Nugroho., Soejono, R. P., Leirissa, R.Z. (Eds.).
(2010). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno (2nd ed.). Jakarta: Balai Pustaka.
Bcbjambi. 2018. Sriwijaya dan Nalanda: hubungan damai dijembatani agama [daring]. Balai
Pelestarian Cagar Budaya Jambi. Dapat diakses di:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/sriwijaya-dan-nalanda-hubungan-
damai-dijembatani-agama/

2. Mengapa Indonesia memiliki peranan yang strategis dalam perdagangan kuno di masa
lalu terutama kaitannya dengan jalur rempah ? Jelaskan dan sertakan contoh!
Jawaban :
Sebagaimana pengetahuan umum mengajarkan dari pendidikan dasar, secara geografis
Indonesia (atau Nusantara kala itu) berada di letak yang strategis. Indonesia yang berada di
persilangan dua benua besar dan dua samudera, sekaligus kepulauannya yang membentang di
sebelah timur India sebagai perpanjangan dari daratan Asia Tenggara. Sehingga, jalur lalu
lintas laut antara India dengan Indonesia hingga ke China ataupun sebaliknya cukup mudah.
Selat Malaka di Nusantara menjadi pintu gerbang pelabuhan internasional yang
menghubungkan pedagang dari India dan China.
Yang menjadi komoditas perdagangan sebagian besar adalah rempah-rempah (Rahman
2019), yang mulanya diperdagangkan di kawasan Malabar (India) sebelum disebarkan oleh
pedagang Arab melintasi Laut Merah dan Teluk Persia, dan oleh pedagang China.
Selanjutnya penghubungan lalu lintas antara India-Nusantara-China ini membentuk jalur
rempah yang menjadi jalur perdagangan terpenting pada abad pertengahan selain Jalur
Sutera, yaitu rute perdagangan yang membentang dari Asia Tengah hingga Eropa. (Rahman
2019).
Daftar Pustaka:
Rahman, F. 2019. Negeri rempah-rempah dari masa bersemi hingga gugurnya kejayaan
rempah-rempah. Patanjala, 11(3), 347-362. Dapat diakses di:
https://media.neliti.com/media/publications/291735-negeri-rempah-rempah-dari-masa-
bersemi-h-5dba7cdf.pdf

3. Sriwijaya merupakan kerajaan yang besar pada masanya, jelaskan faktor apa saja yang
menjadikannya merupakan sebuah kerajaan besar?
Jawaban :
Kerajaan Sriwijaya tumbuh menjadi kerajaan besar di Nusantara karena beberapa faktor
yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut:
a. Pusat kerajaan di dekat Selat Malaka.
Berdasarkan beberapa sumber sejarah seperti berita I-Tsing dan prasasti Kedukan
Bukit menimbulkan asumsi bahwa Kerajaan Sriwijaya terletak di sekitar selat Malaka.
Sehinga menjadi mudah bagi kerajaan Sriwijaya untuk menguasai pelabuhan
internasional dan menjadi perantara lalu lintas perdagangan antara India dan China.
b. Memiliki kekuatan armada maritim yang kuat.
Pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di perairan, mengindikasikan bahwa Kerajaan
Sriwijaya memiliki kemampuan dan penguasan wilayah dari laut yang sangat kuat
sehingga menjadi Kerajaan Maritim yang besar.
c. Kerajaan Sriwijaya menjadi salah satu pusat perkembangan agama dan budaya.
Seiring perkembangan Kerajaan Sriwijaya yang semakin besar, perlahan menjadikan
pusat kerajaannya sebagai salah satu pusat perkembangan agama dan budaya di Asia
Tenggara. Hal ini tercatum dalam berita I-Tsing: siapapun yang hendak bertolak ke
India untuk belajar, terlebih dahulu belajar di negeri Sriwijaya.
d. Kerajaan Sriwijaya memiliki kekuatan diplomasi politik hingga luar negeri.
Kekuatan diplomasi kerajaan Sriwijaya dipercaya telah mencapai Thailand, China,
dan India. Hal tersebut diperkuat oleh peninggalan prasasti Ligor (Thailand), prasasti
Nalanda (India), dan prasasti Kanton (China).

Daftar Pustaka :
Berkah, A. 2017. Dampak kekuasaan maritim Sriwijaya terhadap masuknya pedagang
muslim di Palembang abad VII-IX Masehi. Medina-Te, 16(1), 51-60. Dapat diakses di:
https://core.ac.uk/download/pdf/267946569.pdf
Poesponegoro, Marwati D., Notosusanto, Nugroho., Soejono, R. P., Leirissa, R.Z. (Eds.).
(2010). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno (2nd ed.). Jakarta: Balai Pustaka.

4. Dalam historiografi Indonesia masa Hindu Budha, peranan prasasti dan kitab-kitab
sangat penting sebagai sumber sejarah. Sering kali ketika menelaah sumber-sumber kita
mengalami kesulitan. Coba cari referensi bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam
menelaah sumber-sumber tersebut ?
Jawaban :
Dalam penelitian sejarah, sumber sejarah berperan sangat penting. Sumber sejarah
diibaratkan sebagai bahan utama penelitian, yang kemudian digarap menjadi kumpulan data
untuk memperkuat pembuktian tulisan peneliti. Sumber sejarah dibagi menjadi dua, yaitu
sumber sejarah tertulis dan tidak tertulis, dokumen dan artefak (Kuntowijoyo 2013). Dalam
konteks historiografi Indonesia masa Hindu Buddha, benda-benda artefak dan tertulis seperti
prasasti, dan kitab-kitab memegang peranan paling penting sebagai sumber sejarah. Akan
tetapi, seringkali kita mengalami kesulita ketika menelaah/memeriksa sumber-sumber.
Menelaah sumber sangat diperlukan untuk menentukan kredibilitas, otentisitas, dan validitas
suatu sumber (Abbas 2014), sehingga tahap ini disebut tahap verifikasi.
Verifikasi sumber ada dua cara, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik
eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian sumber sejarah dari fisik luar
sumber tersebut (Sujiyati 2013). Kritik eksternal dilakukan paling pertama untuk menentukan
apakah sumber sejarah tersebut asli atau palsu. Menurut Sujiyati (2013), terdapat beberapa
cara untuk melakukan kritik eksternal yaitu: uji fisik melalui percobaan kimia,
mengidentifikasi riwayat sumber dari pengarang dan asal sumber, mencocokkan jenis tulisan
tangan dengan sumber lain yang sudah diverifikasi.
Cara kritik kedua adalah kritik internal. Ketika kritik eksternal menyangkut perihal fisik
suatu sumber, maka kritik internal akan memverifikasi bagian konten tulisan, atau
pemaknaan sumber sejarah. Kritik internal dapat dilakukan dengan cara komparasi sumber
dengan sumber lain yang sejenis dan setema, menganalisis bagaimana asal-usul dan peran
penulis atau pembuat dalam peristiwa yang dikisahkan dalam sumber sejarah tersebut.

Daftar Pustaka:
Abbas, I. 2014. Memahami metodologi sejarah antara teori dan praktek. Jurnal
ETNOHISTORY, 1(1), 23-41. Dapat diakses di:
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=848669&val=9586&title=Memahami%20Metodologi%20Sejarah%20Antara
%20Teori%20dan%20Praktek.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
Sujiyati, M. 2013. Kritik sumber, verifikasi sumber sejarah [daring]. Forum Klasika. Dapat
diakses di: http://sejarahbudayaa.blogspot.com/2013/04/kritik-sumber-verifikasi-
sumber-sejarah.html5

5. Jelaskan faktor-faktor yang menjadi alasan mengapa Kerajaan Majapahit tumbuh


menjadi kerajaan besar di Nusantara ?
Jawaban :
Kerajaan Majapahit tumbuh menjadi kerajaan besar di Nusantara karena beberapa
faktor yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut:
a. Posisi Kerajaan Majapahit yang strategis berada di tengah-tengah wilayah
Indonesia.
Kerajaan Majapahit berada di kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto di Jawa
Timur. Dengan posisinya berada di tengah pulau Jawa, membuat kerajaan ini cukup
strategis dan mampu mengendalikan wilayah sekitarnya.
b. Politik ekspansi wilayah yang dilakukan oleh Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada
Patih Gajah Mada yang memiliki gagasan politik nusantara yang dicetuskan sebagai
sumpah palapa. Dia bersumpah untuk menguasai wilayah-wilayah Nusantara yang
belum bergabung dengan wilayah kerajaan Mapahit seperti Gurun, Seran,
Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali.
c. Susunan birokrasi yang rapi dan cenderung tetap
Semasa kepemerintahan Raja Kertarajasa, sudah dibentuk sistem birokrasi yang
rapi, dan kemudian dirapikan lagi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
d. Pemanfaatan pajak dan upeti untuk kemakmuran rakyat
Semasa kepemerintahan Hayam Wuruk, seluruh pajak dan hasil pemungutan upeti
benar-benar dialokasikan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat terutama dalam
kegiatan ekonomi dan kebudayaan sebagaimana yang dituliskan pada Kakawin
Negarakertagama. Selain itu, raja Hayam Wuruk sangat memperhatikan keadaan
daerah-daerah wilayah kerajaan.
Daftar Pustaka :
Poesponegoro, Marwati D., Notosusanto, Nugroho., Soejono, R. P., Leirissa, R.Z. (Eds.).
(2010). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno (2nd ed.). Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai