Anda di halaman 1dari 4

Ryantino Paundra Nagari

12/335129/SA/16605

Peninggalan Purba di Sulawesi


Pada masa pleistosen1, Sulawesi masih satu daratan dengan Filipina. Setelah masa pleistosen
berakhir daratan ini kemudian memisah dan membentuk pulau Sulawesi. Sulkawesi memiliki
karakter alam yang khas yaitu dengan dataran tinggi lebih luas daripada dataran rendahnya,
memiliki banyak gunung berapi, dan memiliki banyak gugusan karang. Tanda-tanda kehidupan
manusia di Sulawesi telah berlangsung sejak 30.000 tahun yang lalu seperti yang ditemukan
buktinya di gua Liang Sarru di Pulau Salibabu. Bukti yang lain menunjukkan adanya kehidupan
sekitar 6.000 tahun lalu di Situs Bukit Kerang Passo di Kecamatan Kakas dan 4.000 tahun yang
lalu sampai awal Masehi di gua Liang Tuo Manee di Arangkaa di Pulau Karakelang. Kemudian
muncul kebudayaan megalitik berupa kubur batu waruga, menhir watutumotowa, lumpang
batu dan lain-lain sejak 2.400 tahun yang lalu sampai abad 20 Masehi di Bumi Minahasa. Selain
itu Sulawesi Utara pada masa lalu merupakan wilayah penghasil rempah-rempah, beras, dan
emas yang potensial yang menjadi ajang pertarungan kepentingan hegemoni ekonomi antara
bangsa Portugis, Spanyol, Belanda dan Kerajaan-kerajaan di sekitar daerah ini, yang akhirnya
bermuara pada pertarungan politik dan militer.2
Wilayah Indonesia Timur termasuk daratan Sulawesi dan kepulauan Sangihe, Sitaro dan Talaud,
sejak dahulu adalah merupakan wilayah yang strategis di kawasan Pasifik, karena merupakan
jembatan penghubung antara kawasan Asia dengan Kepulauan Pasifik. 3 Pada masa neolitikum
wilayah ini menjadi bagian dari route perjalanan migrasi fauna dan manusia beserta
kebudayaannya. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa di dalam migrasi fauna prasejarah pernah
1 Pleistosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara
1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu. Namanya berasal dari bahasa Yunani
(pleistos, "paling") dan (kainos, "baru"). Pleistosen mengikuti Pliosen dan diikuti oleh
Holosen dan merupakan kala ketiga pada periode Neogen. Akhir Pleistosen berhubungan dengan
akhir Zaman Paleolitikum yang dikenal dalam arkeologi.

2 Meilink-Roelofsz. Asian Trade and European Influence in the Indonesian Archipelago

between 1500 and about 1630. Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University
of London Vol. 26, No. 2 (1963), hlm. 464-466.

melewati dan singgah di wilayah ini adalah ditandai dengan adanya fosil gading gajah purba
(stegodon) yang ditemukan di Pintareng, di Kabupaten Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara
,dan geraham binatang purba di lembah Napu di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, serta fosilfosil binatang purba lainnya di Cabenge di Sulawesi Selatan.4
Migrasi manusia dari wilayah Asia ke Pasifik melalui Sulawesi dibuktikan dengan menyebarnya
kebudayaan Austronesia di pulau-pulau di sekitar Pasifik, hal ini dapat dilihat dengan
penggunaan bahasa-bahasa yang tergolong ke dalam rumpun bahasa Austronesia, serta
ditemukannya sisa-sisa budaya yang mengenal pemakaian alat-alat batu muda (neolitik) yang
berupa beliung batu persegi di Liang Tuo Manee di Kabupaten Talaud dan di daerah lain di
Sulawesi Utara. Disamping itu ditemukan pula sisa-sisa budaya masa logam tua (paleometalik)
yang mengenal penggunaan tempayan kubur seperti yang ditemukan di Liang Buiduane di
Talaud dan di Bukit Kerang Passo di Minahasa, serta peninggalan budaya megalitik (kebudayaan
yang mengenal penggunaan batu-batu besar) tersebar di wilayah kepulauan Sulawesi dan
kepulauan Maluku Utara.5 Sehubungan dengan hal itu wilayah ini menurut para pakar
diperkirakan menjadi daerah kunci yang dapat memberi jawaban atas permasalahan daerah asal
(home land) dari suku bangsa yang berbahasa Austronesia yang pada masa kemudian mendiami
daerah-daerah antara Madagaskar di bagian barat sampai dengan Easter Island di kepulauan
Pasifik di bagian timur, serta pulau Formosa di bagian Utara.6
3 Peter Veth (et all). Bridging Sunda and Sahul: The Arcahaeological Significance of the
Aru Islands, Maluku. The International Conference on Linguistic and Cultural Relation in East
Indonesia, New Guinea and Australia. Yogyakarta, 1996.

4 Santoso Soegondho. Pospek dan Strategi Balai Arkeologi Manado Menghadapi


Tantangan Issue-Issue Global. Paper pada EHPA, Yogyakarta, 2001.

Peter Bellwood. Mans Conquest of the Pacific, The Prehistory of Southeast Asia and
Oceania. (Auckland: William Collins Publisher Ltd, 1978)
5

6 Wilhelm G. Solheim. Reflections on the New Data of Southeast Asian Prehistory. Asian
Perspective, vol. XVIII, no. 2, hlm. 104.

Budaya yang dibawa oleh suku bangsa penutur bahasa Austronesia meninggalkan warisanwarisan budaya yang terdiri dari alat-alat batu neolitik beliung persegi, benda-benda yang terbuat
dari batu-batu besar (megalitik) dan penguburan dengan menggunakan tempayan tanah liat.
Warisan budaya semacam itu banyak ditemukan peninggalannya di Sulawesi Utara. Alat-alat
batu neolitik telah ditemukan di gua-gua di daerah Talaud, di Guaan Bolaang Mongondow dan
daerah Oluhuta. Demikian juga benda-benda megalitik banyak ditemukan di Sulawesi Utara
dalam bentuk kubur batu waruga, batu bergores watu pinabetengan, menhir watu tumotowa,
kubur tebing batu Toraut dan lesung batu, yang umunnya ditemukan di Tanah Minahasa dan
Bolaang Mongondow. Sedangkan kubur tempayan tanah liat ditemukan di beberapa daerah
seperti di Bukit Kerang Passo di Kecamatan Kakas Minahasa, di Liang Buiduane Salibabu, di
Tara-tara, Kombi dan di beberapa daerah lainnya.
Wilayah Sulawesi dapat ditinjau dari beberapa aspek;
1. Dari segi zoografi, wilayah ini merupakan wilayah transisi antara dua lini fauna, yakni
Wallace dan Weber.7
2. Dari segi geolinguistik, wilayah ini dianggap sebagai tanah asal dari suku-suku bangsa
pemakai bahasa Austronesia.8
3. Dari segi geokultural, wilayah ini merupakan daerah lintasan strategis dalam migrasimigrasi manusia dan budaya dari Asia Tenggara ke wilayah Melanesia dan Mikronesia,
serta Oceania.9

Bellwod, Op.Cit., hlm. 37.

A. Bahar Andili. Profil Daerah Maluku Utara: Halmahera dan Raja Empat, Konsep
dan Strategi Penelitian. (Jakarta: LEKNAS-LIPI, 1980).
8

9 Wilhelm G. Solheim. Reflections on the New Data of Southeast Asian Prehistory. Asian
Perspective, vol. XVIII, no. 2, hlm. 129.

Daftar Pustaka
A. Bahar Andili. Profil Daerah Maluku Utara: Halmahera dan Raja Empat, Konsep dan
Strategi Penelitian. (Jakarta: LEKNAS-LIPI, 1980).
Bellwood, Peter. Mans Conquest of the Pacific, The Prehistory of Southeast Asia and Oceania.
(Auckland: William Collins Publisher Ltd, 1978)
Veth, Peter (et all). Bridging Sunda and Sahul: The Arcahaeological Significance of the Aru
Islands, Maluku. The International Conference on Linguistic and Cultural Relation in East
Indonesia, New Guinea and Australia. Yogyakarta, 1996.
Meilink-Roelofsz. Asian Trade and European Influence in the Indonesian Archipelago between
1500 and about 1630. Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of
London Vol. 26, No. 2 (1963).
Santoso Soegondho. Pospek dan Strategi Balai Arkeologi Manado Menghadapi Tantangan
Issue-Issue Global. Paper pada EHPA, Yogyakarta, 2001.

Anda mungkin juga menyukai