B. Austronesia
Perkembangan teori asal-usul Austronesia yang telah diajukan oleh para ahli
memiliki sudut pandang yang berbeda-beda melalui pendalaman studi antropologi,
arkeologi, bahasa, dan genetika. Tetapi intinya ada tiga kubu model rekonstruksi
asal-usul masyarakat penutur Bahasa Austronesia, yaitu; Pertama, Austronesia
berasal dari pulau Taiwan. Kedua, Austronesia berasal dari kawasan Asia Tenggara
Kepulauan dan Ketiga Austronesia berasal dari kawasan Melanesia.
Salah satu teori yang muncul dari penelitian ahli arkeologi, genetika, dan
bahasa adalah Teori Out of Taiwan. Teori Out of Taiwan menyatakan bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan atau Kepulauan Formosa. Para
pendatang yang berbicara dengan tutur Austronesia ini telah menjelajahi
Madagaskar di bagian barat, Pulau Paskah di bagian timur, Taiwan dan Mikronesia
di utara, hingga sampai ke selatan di Selandia Baru, Mereka diperkirakan datang
dari Taiwan melalui Filipina sekitar tahun 4.500-3.000 SM. Kemudian sekitar tahun
3.500-2.000 SM, mereka melakukan migrasi ke Indonesia melalui Sulawesi dan
menyebar ke berbagai pelosok nusantara. Baca juga: Asal-usul Nenek Moyang
Bangsa Indonesia Menurut Para Ahli Dari Sulawesi, alur persebaran terpecah
menjadi dua alur. Alur barat, yaitu ke Kalimantan terus ke Sumatera, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara Timur. Sedangkan alur timur bermula dari Sulawesi ke Indonesia
bagian timur. Para ahli sejarah mengatakan bahasa nenek moyang bangsa
Indonesia Melayu berasal dari Taiwan yang disebut yaitu Austronesia. Salah satu
ahli yang mendukung Teori Out of Taiwan adalah Harry Truman Simanjuntak.
Migrasi ini didasarkan pada bukti material bertipe sama yang juga tercatat ada
di pulau-pulau Asia Tenggara. Semua muncul di lokasi penggalian yang tersebar
luas antara 6.000 dan 3.500 tahun yang lalu. Umur temuan yang setipe ditemukan
semakin ke Selatan semakin muda, yaitu menuju Indonesia dan Oseania Barat.
Diantaranya adalah tembikar berslip merah diperkirakan berusia 4.500 – 3.500
tahun, muncul di daerah pesisir dan pedalaman Filipina, Sulawesi, Kalimantan Utara
dan Halmahera. Warisan bersama juga terlihat lewat kebiasaan seni tato,
penggunaan cadik pada perahu dan karakteristik sosial seperti perhatian terhadap
urutan kelahiran saudara kandung dan penghormatan untuk pendiri suku dan
leluhur.