INDONESIA
Siapakah sesungguhnya Bangsa Indonesia? Ada banyak cara/versi untuk menerangkan
jawaban atas pertanyaan tadi. Dari semua versi, keseluruhannnya berpendapat sama
jika lelulur masyarakat Indonesia yang sekarang ini mendiami Nusantara adalah bangsa
pendatang. Penelitian arkeologi dan ilmu genetika memberikan bukti kuat jika leluhur
Bangsa Indonesia bermigrasi dari wilayah Asia ke wilayah Asia bagian Selatan.
Masyarakat Indonesia mungkin banyak yang tidak menyadari apabila perbedaan warna
kulit, suku, ataupun bahasa tidak menutupi fakta suatu bangsa yang memiliki rumpun
sama, yaitu rumpun Austronesia. Jika melihat catatan penelitian dan kajian ilmiah
tentang asal-usul suatu bangsa, apakah masyarakat Indonesia menyadari jika mereka
berasal (keturunan) dari leluhur yang sama (satu rumpun)?
Topik dalam tulisan ini sebelumnya sudah sering dibahas di media cetak maupun
elektronik, termasuk juga dituliskan oleh beberapa blogger. Sayang sekali di setiap
penulisan tidak memberikan penegasan apapun kecuali hanya sekedar informasi umum.
Pada prinsipnya, dengan menelusuri asal-usul suatu bangsa, setidaknya akan diketahui
gambaran atas pemikiran, paham, ataupun anggapan tentang sikap suatu bangsa.
Menelusuri asal-usul suatu bangsa tidak sekedar membutuhkan bidang ilmu antropologi,
akan tetapi sudah masuk ke dalam ranah ilmu genetika. Pada awalnya, penelurusuran
hanya didasarkan pada bukti-bukti arkeologi dan pola penuturan bahasa. Temuan
terbaru cukup mengejutkan karena merubah keseluruhan fakta di masa lalu jika selama
ini leluhur Bangsa Indonesia bukan berasal dari Yunan.
Teori Linguistik
Teori mengenai asal-usul Bangsa Indonesia kemudian berpijak pada studi ilmu
linguistik. Dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-suku di Nusantara memiliki
rumpun yang sama, yaitu rumun Austronesia. Akar dari keseluruhan cabang bahasa
yang digunakan leluhur yang menetap di wilayah Nusantara berasal dari rumpun
Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Teori linguistik membuka
pemikiran baru tentang sejarah asal-usul Bangsa Indonsia yang disebut pendekatan
‘Out of Taiwan’. Teori ini dikemukakan oleh Harry Truman Simandjuntak yang
selanjutnya mendasar teori moderen mengenai asal usul Bangsa Indonesia.
Pada prinsipnya, menurut pendekatan ilmu linguistik, asal-usul suatu bangsa dapat
ditelusuri melalui pola penyebaran bahasanya. Pendekatan ilmu linguistik mendukung
fakta penyebaran bangsa-bangsa rumpun Austronesia. Istilah Austronesia sendiri
sesungguhnya mengacu pada pengertian bahasa penutur. Bukti arkeologi menjelaskan
apabila keberadaan bangsa Austronesia di Kepulauan Formosa (Taiwan) sudah ada
sejak 6000 tahun yang lalu. Dari kepulauan Formosa ini kemudian bangsa Austronesia
menyebar ke Filipina, Indonesia, Madagaskar (Afrika), hingga ke wilayah Pasifik.
Sekalipun demikian, pendekatan ilmu linguistik masih belum mampu menjawab misteri
perpindahan dari Cina menuju Kepulauan Formosa.
Dengan menggunakan pendekatan ilmu linguistik dan riset genetika, maka asal-usul
Bangsa Indonesia bisa dipastikan bukan berasal dari Yunan, akan tetapi berasal dari
bangsa Austronesia yang mendiami Kepulauan Formosa (Taiwan). Direktur Institut
Biologi Molekuler, Prof. Dr Sangkot Marzuki menyarankan untuk dilakukan perombakan
pandangan yang tentang asal-usul Bangsa Indonesia. Dari pendekatan genetika
menghasilkan beragam pandangan tentang pola penyebaran bangsa Austronesia.
Hingga saat ini masih dilakukan berbagai kajian mendalam untuk memperkuat
pendugaan melalui pendekatan linguistik tentang pendekatan ‘Out of Taiwan’.
Jalur Migrasi
Jalur migrasi berdasarkan pendekatan ‘Out of Taiwan’ bertentangan dengan pendekatan
‘Out of Yunan’. Pendekatan ‘Out of Yunan’ menerangkan migrasi Austronesia bermula
dari Utara menuju semenanjung Melayu yang selanjutnya menyebar ke wilayah Timur
Indonesia. Pendekatan ‘Out of Yunan’ dapat dilemahkan setelah ditelusuri berdasarkan
pendekatan linguistik dan diperkuat pula oleh pembuktian genetika.
Berdasarkan pendekatan ‘Out of Taiwan’, migrasi leluhur dari Taiwan (Formosa) tiba
terlebih dulu di Filipina bagian Utara sekitar 4500 hingga 3000 SM. Diduga migrasi
dilakukan untuk memisahkan diri mencari wilayah baru di Selatan. Akibat dari migrasi ini
kemudian membentuk budaya baru, termasuk diantaranya pembentukan cabang
bahasa yang disebut Proto-Malayo-Polinesia (PMP). Teori migrasi awal bangsa
Austronesia dari Formosa disampaikan oleh Daud A. Tanudirjo berdasarkan pandangan
pakar linguistik Robert Blust yang menerangkan pola penyebaran bangsa-bangsa
Austronesia.
Pada tahap selanjutnya sekitar 3500 hingga 2000 SM terjadi migrasi dari Masyarakat
yang semula mendiami Filipina dengan tujuan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara.
Migrasi yang berakhir di Maluku Utara ini kemudian meneruskan migrasinya sekitar
tahun 3000 hingga 2000 SM menuju ke Selatan dan Timur. Migrasi di bagian Selatan
menuju gugus Nusa Tenggara, sedangkan di bagian Timur menuju pantai Papua bagian
Barat. Dari Papua Barat ini kemudian mereka bermigrasi lagi dengan tujuan wilayah
Oseania hingga mencapai Kepulauan Bismarck (Melanesia) sekitar 1500 SM.
Pada periode 3000 hingga 2000 SM, migrasi juga dilakukan ke bagian Barat yang
dilakukan oleh mereka yang sebelumnya menghuni Kalimantan dan Sulawesi menuju
Jawa dan Sumatera. Selanjutnya, hijrah pun diteruskan menuju semenanjung Melayu
hingga ke seluruh wilayah di Asia Tenggara. Proses migrasi berulang-ulang dan
menghabiskan masa ribuan tahun tidak hanya membentuk keanekaragaman budaya
baru, akan tetapi juga pola penuturan (bahasa) baru.
Penutup
Teori asal-usul Bangsa Indonesia dengan pendekatan ‘Out of Taiwan’ saat ini adalah
teori paling mendukung karena disertai bukti linguistik dan genetika. Kesamaan pola
budaya Megalitikum hanya bisa menjelaskan pola variasi budaya, akan tetapi belum
mampu untuk menjelaskan arus migrasi pertama kali. Pendekatan ‘Out of Taiwan’ pun
bukannya tanpa celah. Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr Sangkot Marzuki, teori
mengenai keberadaan bangsa Austronesia berdasarkan pendekatan genetika juga
masih beragam dan belum menemukan titik temu.
Jika ditanya motif suku-suku bangsa ketika itu untuk menggabungkan diri ke dalam
NKRI bukanlah semata didasarkan atas kesamaan nasib. Kesamaan asal usul leluhur
sangat dimungkinkan bagi melatarbelakangi keinginan untuk menyatukan kembali
menjadi suatu bangsa. Kedatangan kolonial Eropa yang meng-kapling wilayah
menyebabkan suku-suku bangsa di wilayah penyebaran Austronesia menjadi terpisah
secara politik satu dengan yang lain. Tidak mengherankan apabila catatan sejarah
Majapahit dan Sriwijaya wilayah meng-klaim Nusantara sebagai wilayah kekuasaan
Austronesia.
http://leo4kusuma.blogspot.com/2009/02/menelusuri-asal-usul-bangsa-
indonesia.html#.UPjn7OrqknJ