Penduduk dataran tinggi papua mengalami keterisolasian total. Keterisolasian wilayah adalah
susahnya suatu wilayah dijangkau oleh orang. Umumnya wilayah yang terisolasi ada di pulau
kecil, hutan, atau pegunungan. Wilayah terisolir tidak mudah dijangkau, karena sedikit atau
bahkan tidak ada jalan raya, atau jalur pelayaran yang dapat digunakan untuk mencapai wilayah
itu.
Di Indonesia wilayah terpencil banyak terdapat di Indonesia bagian timur. Bentang alam
di wilayah Indonesia timur sangat sulit dijangkau, dengan bentuk berupa pulau-pulau kecil yang
sulit dijangkau (di Nusa Tenggara dan Maluku) atau di wilayah hutan dan pegunungan tinggi
yang terjal (di pulau Papua).
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang bagian lautnya
masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, dan bagian
daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas lautan seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin. Wilayah pesisir di Papua telah memiliki berbagai macam kontak yang
ekstensif (sifat fisis yang bergantung pada jumlah dan ukurannya) melalui berbagai macam
budaya dari wilayah barat ratusan tahun sebelumnya terbukanya isolasi (pemisahan) dataran
tinggi pada awal 1900an.
Dari manakah nenek moyang orang Papua berasal? Menurut Undang-Undang Otonomi
khusus Papua, Orang Asli Papua (OAP) merupakan orang yang berasal dari rumpun ras
Melanesia. Secara fisik, suku bangsa di Papua memiliki karakteristik berbadan besar, berkulit
hitam serta memiliki rambut keriting. Ini merupakan ciri ras melanesia yang hidup di Pulau
Papua dan menjadi suku asli.
Nenek moyang orang papua mencapai New Guinea (Papua Nugini (bahasa Inggris:
Papua New Guinea yang berarti Papua Guinea Baru), secara resmi bernama Negara Merdeka
Papua Nugini (bahasa Inggris: Independent State of Papua New Guinea) adalah sebuah negara
yang terletak di bagian timur Pulau dan berbatasan darat langsung dengan Provinsi Papua,
Papua Pegunungan,) melalui ara barat mengarungi lautan. Mereka tiba di New Guinea (papua
Nugini baru) dengan menyeberang laut.
Nenek moyang orang papua sering mengadakan kontak dengan dunia luar, dengan hasil
mendapatkan kemiripan bahasa diberbagai tempat di luar Papua. Misalnya Halmahera, Timor,
Alor. Menurut perkiraan proses masuknya sirih pinang di Papua merupakan hasil kontak nenek
moyang dengan dunia luar.
BAB II
MASUKNYA PERDANGAN DI PAPUA
Perdagangan jarak jauh mula-mula dipraktekkan oleh mereka yang mempunyai budaya
lapita. Kebudayaan Lapita merupakan sebuah kebudayaan yang berkembang di situs-situs
hunian manusia prasejarah di Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia.
Kebudayaan ini diberi nama Lapita menurut gerabah yang berasal dari sebuah tempat di
Pulau Manus, Kaledonia Baru. Kebudayaan Lapita memang terkenal sebagai tempat penghasil
wadah berbahan tanah liat atau gerabah yang sangat indah. Hal ini di buktikan dengan
ditemukannya obsidian dari Britania Baru (dan pulau manus) di sabah, Borneo (Kalimantan)
sampai ke arah Barat serta di Fiji sampai ke arah tenggara.
Pada jaman dahulu Jaringan dagang orang Papua-Melanesia termasuk salah satu jaringan
dagang yang paling luas jangkauannya. Asal Mula budaya Papua/Melanesia (Lapita) adalah dari
Britania Baru/pulalu-pulau Manus disebelah utara PNG.
Setelah kemunduran jaringan dagang tahun 2500, terdapat bukti-bukti konkrit tentang
transaksi antara Asia tenggara, Indonesia dan Papua, diantaranya barang-barang yang dijadikan
komoditi transaksi adalah genderang besar terbuat dari tembaga. Barang-barang kepingan lain
berasal dari Dongson.
Logam di indonesia muncul pada tahun 2000 yang tergolong instan namun jangkuan
keberadaan logam paling jauh hanyalah diwilayah Papua utara dan barat.
Bukti hubungan dagang Papua-Indonesia bukanlah berupa bukti fisik melainkan berupa
informasi yang berasal dari dokumentasi karya puisi dari tahun 1365 berjudul Negarakertagama.
Didalam buku ini berisi daftar wilayah-wilayah yang berada dibawah jajahan kerajaan majapahit.
Wilayah barat daya Papua pada masa itu abad ke-14 pernah didatangi oleh pedagang-
pedang dari Jawa; diperkirakan bahwa pedagang tersebut datang ke Papua dengan tujuan untuk
mencari kulit kayu massoy. Kulit kayu ini berbentuk mirip dengan kayu manis dan
menghasilkan minyak dengan rasa yang tajam dan aroma yang menyenangkan. Minyak tersebut
digosok dibadan terasa panas.
Di jawa, minyak tersebut sebagai obat tradisional untuk sakit perut dan penyakit yang
berkenaan dengan masalah pencernaan. Kegunaan lainnya adalah mencegah rasa kejang, proses
penyembuhan melahirkan, kosmetika dan parfum, penyedap makanan seperti kare, untuk
mendapatkajn warna yang batik jawa.
Tahapan awal perdagangan di wilayah pesisir dimulai dari kontak dengan peradaban-
peradaban besar seperti Dongson di Vietnam, Majapahit di Pulau Jawa, dan Tidore di Maluku.
Pada masa itu, perdagangan dilakukan dengan cara barter atau tukar-menukar barang antar
negara atau wilayah yang berbeda. Barang yang diperdagangkan antara lain logam, keramik,
tekstil, dan rempah-rempah.
Kontak perdagangan dengan Dongson terjadi sekitar abad ke-3 SM. Perdagangan dengan
Dongson membawa benda-benda logam seperti gong dan keris ke wilayah pesisir Nusantara.
Kemudian pada abad ke-13 M, Majapahit menjadi pusat perdagangan di Indonesia dan
memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara lain seperti Tiongkok, India, dan Arab.
Dalam perdagangan ini, Majapahit memperdagangkan rempah-rempah, emas, perak, tembaga,
dan intan.
Kemudian, pada abad ke-16, perdagangan dengan Tidore semakin berkembang. Tidore
adalah salah satu daerah penghasil rempah-rempah seperti cengkih dan pala yang sangat diminati
oleh bangsa Eropa. Perdagangan antara Tidore dengan bangsa Eropa membawa pengaruh besar
dalam politik dan budaya di wilayah Timur Indonesia.