Anda di halaman 1dari 3

Proses Migrasi Ras Melanosoide, Proto Melayu, dan Deutro Melayu

ke Indonesia
Asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia memunculkan berbagai teori. Masalah asal-usul tersebut juga
dapat dijelaskan dengan migrasi ras Melanesia/ras Negroid dan rumpun bangsa Austronesia/ras Mongoloid.
Asal mula suku-suku bangsa di Indonesia berasal dari wilayah Yunan yang terletak di Tiongkok bagian selatan.
Dalam proses perpindahan dari Yunan, bangsa Melanesia melakukan imigrasi pada gelombang pertama yang
diikuti oleh ras Mongoloid. Kedua ras tersebut masuk ke wilayah Indonesia melalui dua gelombang.

1. Bangsa Melanesia/Papua Melanosoide


Hingga saat ini, para ahli sejarah menganggap bangsa Melanesia sebagai bangsa pertama yang
bermigrasi ke kepulauan Nusantara (Kepulauan Indonesia). Bangsa Melanesia berasal dari Teluk Tonkin.
Fakta tentang asal bangsa ini didasarkan pada penelitian terhadap benda-benda peninggalan seperti
pebble dan kapak pendek. Benda-benda tersebut juga ditemukan di Pegunungan Bacson di daerah
Hoabinh.
a. Ciri Kehidupan
Melalui artefak yang ditemukan di Teluk Tonkin, bangsa Melanesia/Papua Melanosoide termasuk
rumpun Veddoid-Austroloid yang memiliki ciri kulit hitam. Kebudayaan bangsa Melanesia/Papua
Melanosoide digolongkan dalam budaya mesolitikum. Bangsa ini sudah hidup menetap dalam
kelompok-kelompok kecil serta hidup dengan sistem berburu dan mengumpulkan makanan.
Bangsa Melanesia/Papua Melanosoide membawa beberapa teknologi baru seperti teknik
pembuatan api. Bangsa Melanesia membuat api dengan cara menggesek-gesekkan ranting pohon
atau batu. Selain teknologi membuat api, bangsa ini sudah mengenal sistem perladangan walaupun
masih bersifat seminomaden.
Tepian sungai menjadi tempat pertemuan dua kelompok penduduk, yaitu penduduk asli
dan bangsa Melanesia. Pertemuan ini mengakibatkan terjadinya perpaduan antara kebudayaan
paleolitikum dan mesolitikum. Alat-alat sederhana seperti kapak genggam, alat-alat tulang, dan
tanduk rusa berhadapan dengan kapak genggam yang lebih halus atau pebble dan kapak pendek.
Pertemuan dan interaksi ini menimbulkan beberapa dampak berikut.
1) Penduduk asli semakin terdesak.
2) Penduduk asli masuk dan bersembunyi di pedalaman untuk menyelamatkan diri.
3) Penduduk asli ditaklukkan, kemudian dijadikan budak.
b. Daerah Persebaran
Bangsa Melanesia memiliki ciri-ciri fisik antara lain kulit kehitam-hitaman, badan kekar,
rambut keriting, mulut lebar, dan hidung mancung. Keturunan bangsa Melanesia saat ini antara lain
penduduk di pedalaman Malaya, penduduk Aeta di pedalaman Filipina, suku Sakai di Siak, serta
orang-orang Papua dan Kepulauan Melanesia.

2. Bangsa Proto Melayu/Melayu Tua


Bangsa Proto Melayu mulai bermigrasi ke wilayah Nusantara kira-kira pada tahun 2000 sebelum
Masehi. Bangsa ini membawa kebudayaan yang lebih tinggi daripada kebudayaan bangsa Melanesia.
Bangsa Proto Melayu termasuk rumpun ras Mongoloid dari daerah Yunan. Proses migrasi bangsa Proto
Melayu ke wilayah Asia Selatan disebabkan beberapa faktor, yaitu peperangan antarsuku, desakan suku-
suku liar dari Asia Tengah, dan bencana alam berupa banjir akibat meluapnya sungai-sungai di wilayah
Tiongkok Selatan.
Menurut Koentjaraningrat, bangsa Proto Melayu datang ke Indonesia melalui dua jalur berikut.
a. Jalur pertama menyebar dari Yunan menuju kawasan Indocina, Siam, dan Kepulauan Indonesia.
Setelah mencapai Indonesia, mereka menyebar ke Sulawesi dan Papua dengan membawa
kebudayaan neolitikum berupa kapak lonjong. Keturunan Proto Melayu yang menempuh jalur ini
antara lain suku Toraja.
b. Jalur kedua menyebar ke Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dengan membawa
kebudayaan neolitikum berupa beliung persegi. Keturunan Proto Melayu yang menempuh jalur ini
antara lain suku Nias, Batak, Dayak, dan Sasak.
Koentjaraningrat juga memperkirakan bahwa bangsa Proto Melayu datang dari Kepulauan Ryukyu
(Jepang) menyebar ke Taiwan, Filipina, Sangihe, kemudian masuk ke Sulawesi yang dibuktikan dengan
adanya suku Toala Proto Melayu di Sulawesi Selatan. Suku ini mengembangkan budaya berburu
menggunakan busur dan panah.
a. Ciri Kehidupan
Bangsa Proto Melayu memiliki ciri fisik antara lain kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi
ramping, serta bentuk mulut dan hidung sedang. Kedatangan bangsa Proto Melayu memungkinkan
terjadinya percampuran darah dengan penduduk asli Indonesia dan bangsa Melanesia yang telah
terlebih dahulu datang di Kepulauan Indonesia. Bangsa Melanesia yang tidak bercampur dengan
bangsa Proto Melayu terdesak ke pedalaman.
Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan setingkat lebih tinggi daripada Homo sapiens yang
ditemukan di Indonesia. Kebudayaan Proto Melayu termasuk kebudayaan batu muda (neolitikum).
Benda-benda hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu dan telah dikerjakan dengan sangat
baik. Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu melalui jalur barat, sedangkan
kebudayaan kapak lonjong melalui jalur timur.
b. Daerah Persebaran
Makin lama kedudukan bangsa Proto Melayu di Indonesia terdesak akibat migrasi bangsa
Deutro Melayu. Suku bangsa di Indonesia saat ini yang termasuk keturunan bangsa Proto Melayu
antara lain suku Toraja di Sulawesi Selatan, suku Sasak di Pulau Lombok, suku Dayak di Kalimantan
Tengah, suku Nias di pantai barat Sumatra, suku Batak di Sumatra Utara, dan suku Kubu di Sumatra
Selatan.

3. Bangsa Deutro Melayu/Melayu Muda


Bangsa Deutro Melayu bermigrasi ke Kepulauan Indonesia pada 500 sebelum Masehi. Bangsa
Melayu Muda merupakan hasil percampuran antara bangsa Proto Melayu dan bangsa Arya. Bangsa ini
berasal dari wilayah Indocina bagian utara dan sekitarnya. Mereka telah mengenal logam sebagai alat
perkakas hidup dan alat produksi.
a. Ciri Kehidupan
Bangsa Deutro Melayu memiliki ciri fisik yang tidak jauh berbeda dengan mayoritas penduduk
Indonesia saat ini. Ciri fisik bangsa Deutro Melayu yaitu tinggi badan 135–180 cm, berat badan
30–75 kg, warna kulit antara kuning langsat dan cokelat hitam, warna rambut antara cokelat dan
hitam, serta bentuk rambut antara lurus dan keriting. Proses migrasi bangsa Deutro Melayu di
Kepulauan Indonesia dilakukan melewati jalur barat, yaitu daerah Semenanjung Malaka, Sumatra,
kemudian menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia.
Bangsa Deutro Melayu memiliki kebudayaan lebih maju dibandingkan bangsa Proto Melayu.
Kemajuan ini terlihat dari kemampuan mereka dalam membuat benda-benda logam seperti kapak
corong, nekara, dan bejana perunggu. Selain menghasilkan benda-benda yang terbuat dari logam,
bangsa Deutro Melayu menghasilkan benda-benda batu berukuran besar (megalitikum). Benda-
benda berukuran besar tersebut di antaranya adalah menhir, sarkofagus, kubur batu, dan punden
berundak. Benda-benda batu besar tersebut digunakan sebagai sarana ritual kepercayaan.
b. Daerah Persebaran
Migrasi yang dilakukan bangsa Deutro Melayu berdampak pada keberadaan bangsa Proto
Melayu. Bangsa Proto Melayu yang sebelumnya hidup di sekitar aliran sungai dan pantai terdesak
ke pedalaman. Hal ini terjadi karena kebudayaan bangsa Deutro Melayu lebih maju daripada bangsa
Proto Melayu. Kebudayaan bangsa Deutro Melayu berkembang pesat dan menjadi penyumbang
terbesar cikal bakal bangsa Indonesia sekarang. Keturunan bangsa Deutro Melayu di Indonesia
antara lain orang Aceh, Minangkabau, Jawa, Bali, Bugis, dan Makassar.

Jalur masuk bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu


Sumber: Sejarah Indonesia Jilid 1: Zaman Prasejarah, Bina Sumber Daya MIPA, 2013

Anda mungkin juga menyukai