Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH INDONESIA

OLEH:
- ERIN AZHARA FAUZI
- .
- .
- .
- .

KELAS: X.MIPA 4
SMA NEGERI 10 KENDARI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di
sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di
setiap wilayahnya . Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak
wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengtehaui tentang asal
mula terbuntuknya suku-suku dan kebudayaan serta nenek moyang bangsa indonesia. Kebanyakan dari
mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di
Indonesia, itu juga karena minat rasa ingin tau generasi muda masih lemah.

Kedatangan Proto dan Deutro Melayu dan Melanesoid merupakan salah satu ilmu yang sangat penting
bagi kita bangsa indonesia agar dapat mengetahui asal mula suku dan budaya serta nenek moyang kita,
Untuk itu, kami kami ingin membahas tentang kedatangan proto dan deutro melayu disini agar generasi
muda dapat mengetahuinya.

B. Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil
perumusan masalah sebagai berikut: ”Bagaimana persabaran Proto, Deutro dan Melanesoid sehingga
dapat menyebar seperti persebaran suku dan budaya sekarang ini serta asal mula nenek moyang?”.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah persebaran proto, deurto melayu dan Melanesoid di Indonesia.

2. Mengetahui budaya-budaya peninggalan proto, deutro melayu dan Melanesoid.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Proto Melayu
Bangsa Proto Melayu atau Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia (Yunan) yang
pertamakali ke Nusantara pada sekitar 1500 SM. Mereka datang ke Nusantara melalui dua
jalan. a.Jalan barat dari Yunan (Cina Selatan) melalui Selat Malaka (Malaysia) masuk ke
Sumatra masuk ke Jawa. Mereka membawa alat berupa kapak persegi.b.Jalan utara (timur)
dari Yunan melalui Formosa (Taiwan) masuk ke Filipina kemudian ke Sulawesi kemudian
masuk ke Irian. Mereka membawa alat kapak lonjong.

Bangsa Melayu Tua ini memiliki kebudayaan batu sebab alat-alatnya terbuat dari batu yang
sudah maju, yakni sudah dihaluskan, berbeda dengan manusia purba yang alatnya masih kasar
dan sederhana. Hasil budaya mereka dikenal dengan kapak persegi yang banyak ditemukan di
Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Adapun kapak lonjong banyak
digunakan mereka yang melalui jalan utara, yakni Sulawesi dan Irian. Menurut penelitian Von
Heekern, di Kalumpang, Sulawesi Utara telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi
dan kapak lonjong yang dibawa orang Austronesiayang datang dari arah utara Indonesia
melalui Formosa (Taiwan), Filipina, dan Sulawesi.

Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari
Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina
bagian selatan. Ras Melayu ini mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-
coklatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina
dan Siam, kemudian ke Kepulauan Indonesia. Mereka itu mula-mula menempati pantai-pantai
Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu membawa
peradaban batu di Kepulauan Indonesia. Ketika datang para imigran baru, yaitu Deutero Melayu
(Ras Melayu Muda). Mereka berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke
hutan-hutan sebagai tempat huniannya. Ras Proto Melayu itu pun kemudian mendesak
keberadaan penduduk asli. Kehidupan di dalam hutan-hutan menjadikan mereka terisolasi dari
dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka. Penduduk asli dan ras proto melayu itu
pun kemudian melebur.

Mereka itu kemudian menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo. Kehidupan
mereka yang terisolasi itu menyebabkan ras Proto Melayu sedikit mendapat pengaruh dari
kebudayaan Hindu maupun Islam dikemudian hari. Para ras Proto Melayu itu kelak mendapat
pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk
memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru dalam kehidupan mereka. Persebaran
suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka menunjukkan rute
perpindahan mereka dari Kepulauan Indonesia. Sementara suku bangsa Batak yang
mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan Malaka Barat. Beberapa
kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Karen di Burma banyak mengandung
kemiripan dengan bahasa Batak.

BUDAYA PROTO MELAYU


Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi dari pada kebudayaan
Homo Sapiens Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayan batu-baru atau Neolitikum
(neo = baru, lithos = batu). Meskipun barang-barang hasil kebudayaan mereka masih terbuat
dari batu, tetapi telahdi kerjakan dengan baik. Barang-barang hasil kebudayaan yang terkenal
ialah kapak persegi dan kapak lonjong.

Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu yang melalui jalan barat,
sedangkan kebudayaan kapak lonjong dibawa melalui jalan timur.

B. Deutero Melayu
Bangsa Melayu Muda yang disebut juga Deutero Melayu datang dari daerah Yunan (Cina
Selatan) sekitar 500 SM. Mereka masuk ke Nusantara melalui jalan barat saja.Bangsa Melayu
Muda berhasil mendesak dan bercampur dengan bangsa Proto Melayu.Bangsa Deutero Melayu
masuk melalui Teluk Tonkin (Yunan) ke Vietnam, lalu keSemenanjung Malaka, terus ke
Sumatra, dan akhirnya masuk ke Jawa.

Deutero Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian utara. Mereka membawa
budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia, atau Kebudayaan
Dongson. Mereka seringkali disebut juga dengan orang-orang Dongson. Peradaban mereka
lebih tinggi daripada rasa Proto Melayu. Mereka dapat membuat perkakas dari perunggu.
Peradaban mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan logam dengan sempurna.
Perpindahan mereka ke Kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang
mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia, yaitu berupa kapak persegi panjang.
Peradaban ini dapat dijumpai di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan
Nusa Tenggara Timur.

Dalam bidang pengolahan tanah mereka mempunyai kemampuan untuk membuat irigasi pada
tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan membabat hutan terlebih dahulu.
Ras Deutero Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran lebih maju dari pendahulunya
karena petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan mereka terhadap ilmu
perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga menggunakan jalur pelayaran laut.
Sebagian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai Kepulauan Jepang, bahkan kelak ada
yang hingga sampai Madagaskar. Kedatangan ras Deutero Melayu di Kepulauan Indonesia
makin lama semakin banyak. Mereka pun kemudian berpindah mencari tempat baru ke hutan-
hutan sebagai tempat hunian baru. Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu membaur dan
selanjutnya menjadi penduduk di Kepulauan Indonesia. Pada masa selanjutnya mereka sulit
untuk dibedakan. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara,
serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di Kepulauan Indonesia, kecuali
penduduk Papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua, adalah ras Deutero Melayu.

Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan dengan Proto
Melayu. Mereka sudah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil
budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan
logam, bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalitikum, yaitu
kebudayaan yang menghasilkan bangunan yang terbuat dari batu besar. Hasil-hasil
kebudayaan Megalitikum, misalnya, menhir (tugu batu), dolmen (meja batu), sarkofagus
(keranda mayat), kubur batu, dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk
keturunan Melayu Muda (Deutero Melayu) adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis.Sebelum
kelompok bangsa Melayu memasuki Nusantara, sebenarnya telah ada kelompok-kelompok
manusia yang lebih dahulu tinggal di wilayah tersebut. Mereka terma-suk bangsaprimitif dengan
budayanya yang masih sangat sederhana. Mereka yang termasuk bangsa primitif adalah
sebagai berikut.

1. Manusia Pleistosin (purba)

Kehidupan manusia purba ini selalu berpindah tempat dengan kemampuan yang sangat
terbatas. Demikian pula kebudayaannya sehingga corak kehidupan manusia purbaini tidak
dapat diikuti kembali, kecuali beberapa aspek saja. Misalnya, teknologinya yang masih sangat
sederhana (teknologi paleolitik).

2. Suku Wedoid

Sisa-sisa suku Wedoid sampai sekarang masih ada, misalnya, suku Sakai di Siak sertasuku
Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang. Mereka hidup dari meramu (mengumpulkan hasil
hutan) dan berkebudayaan sederhana. Mereka juga sulit sekali menyesuaikan diri dengan
masyarakat modern.

3. Suku Negroid

Di Indonesia sudah tidak terdapat lagi sisa-sisa kehidupan suku Negroid. Akan tetapi,di
pedalaman Malaysia dan Filipina keturunan suku Negroid masih ada. Suku yang termasuk ras
Negroid, misalnya, suku Semang di Semenanjung Malaysia dan suku Negritodi Filipina. Mereka
akhirnya terdesak oleh orang-orang Melayu Modern sehingga hanya menempati daerah
pedalaman terisolir.

Budaya Deutro Melayu


Mereka telah memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa Proto Melayu. Peradaban
mereka ditandai dengan kemampuan mengerjakan logam dengan sempurna. Barang-barang
hasilkebudayaan mereka telah terbuat dari logam. Mula-mula dari perunggu dankemudian dari
besi. Hasil kebudayaan logam di Indonesia yang terpenting ialah kapak corong atau kapak
sepatu dan nekara.Di bidang pengolahan tanah, mereka telah sampai pada usaha irigasi atas
tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka wujudkan, yakni dengan membabad hutan terlebih
dahulu. Sudah selayaknya mereka mencari daerah-daerah seperti di Jawa dan pantai-pantai
Sumatra untuk digarap seperti di negeri asal mereka. Mereka juga telah mengenal perikanan
laut dan pelayaran, sehingga rute perpindahan ke Nusantara juga memanfaatkan jalan laut.

C. Melanesoid
Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid. Mereka tersebar di
lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan benua Australia. Di
Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua. Bersama dengan Papua-Nugini dan Bismarck,
Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong rumpun Melanesoid. Menurut Daldjoeni
suku bangsa Melanesoid sekitar 70% menetap di Papua, sedangkan 30% lagi tinggal di
beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua-Nugini. Pada mulanya kedatangan Bangsa
Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu
Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan
maksimal, air laut menjadi beku. Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan
permukaan saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau itu
memudahkan mahkluk hidup berpindah dari Asia menuju kawasan Oseania.

Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua, selanjutnya ke Benua


Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungan dengan Papua.
Bangsa Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu jiwa meliputi wilayah Papua dan
Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum. Pada saat masa es
berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 S.M, kepulauan Papua dan Benua
Australia terpisah seperti yang dapat kita lihat saat ini. Pada saat itu jumlah penduduk mencapai
0,25 juta dan pada tahun 500 S.M. mencapai 0,5 jiwa.

Asal mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan penduduk pribumi di Jawa.
Mereka adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman
es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat itu. Di Papua
manusia Wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai. Mereka
hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran,
serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggal mereka berupa perkampungan-perkampungan
yang terbuat dari bahanbahan yang ringan. Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah
atau tadah angin, yang sering didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah-kemah
dan tadah angin itu hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung, sedangkan
aktifitas lainnya dilakukan di luar rumah.

Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu. Mereka yang belum sempat
mencapai kepulauan Papua melakukan percampuran dengan ras baru itu. Percampuran
bangsa Melayu dengan Melanesoid menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, saat ini
mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Budaya Tradisional

a. Kampung dan Rumah


Menurut adat, seorang pria yang telah menikah menetap di rumah orang tuanya ditengah-
tengah para kerabatnya (yaitu adat virilokal). Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat
Suku Arfak adalah keluarga luas virilokal yang menghuni satu rumah (tumitsen), terdiri dari
sepasang suami istri bersama keluarga inti dari 3-5 anak pria mereka. Apabila daya
tampungnya terbatas, dengan persetujuan ayah dari anak-anak pria tadi, dibangun rumah yang
baru. Satu tumitsen biasanya mempunyai 3-5 kamar, sebanyak jumlah pasangan suami istri
yang ada. Rumah dibangun cukup besar dan berbentuk segi empat dan dinding-dindingnya
terbuat dari kulit pohon dan tanpa jendela. Tidak adanya jendela menyebabkan asap pekat dari
perapian dari dalam rumah orang Arfak sangat mengganggu pernafasan dan berakibat
banyaknya penduduk yang terkena penyakit paru-paru. Atap rumah terbuat dari daun pandan,
sedang lantainya dari belahan nibung atau bambu. Pohon yang digunakan untuk tiang tengah
rumah disebut mesiyi (bahasa Meyah). Dalam satu rumah biasanya terdapat kamar untuk
wanita (meraja) dan kamar pria (meiges) serta sebuah ruang duduk (umersa) di tengah. Suatu
rumah dengan suatu tempat khusus untuk upacara dan pesta adat disebut modambau, lantai di
ruang tengah tak dialasai dengan batang-batang nibung sehingga menari dilakukan di atas
tanah. Kalau dibandingkan dengan rumah Suku Amungme yang hidup di lembah-lembah
pegunungan bagian tengah di Irian, ada persamaan dalam hal bentuk dan bahan material dari
bangunan rumah walau ada sedikit perbedaan dalam hal penggunaan dan pemanfaatan
ruangan. Sebelum masa pendudukan (sivilisasi) sebuah kampung Suku Amungme yang cukup
besar biasanya terdiri 15-20 buah rumah keluarga (Onggoi) dengan 5-8 buah rumah laki-laki
(Itorei).

b. Seni Tari, Ukir, dan Anyam-Anyaman

Ada empat bentuk tarian dalam adat suku ini yaitu:

1) Tup, merupakan gerakan berputar di tempat, atau berjalan atau berlari yang dilakukan
sambil bernyanyi.

2) Weantagawi, merupakan gerakan dua orang yang saling berhadapan muka sambil
menghentakkan kaki di tanah bersama-sama. Gerakan ini diikuti langkah mengikuti irama, maju
dua langkah dan mundur dua langkah seirama dengan lagu yang dibawakan.

3) Pipakwean, merupakan gerakan berlari mondar-mondir di suatu tempat terbatas,seirama


dengan lagu yang dibawakan.

4) Tem, gerakan ini diadakan di dalam rumah, di dalam sinar nyala api. Muda-mudi duduk
berhadapan muka, dipisahkan oleh tungku api, sambil bernyanyi kaum pemuda memberi daun
kepada pemudi dan sebaliknya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas di ketahui bahwa di Indonesia pernah terjadi migrasi dari asia tenggara yang
mengakibatakan Indonesia kedatangan orang-orang dari luar yang kemudian tinggal di
Indonesia, kemudian berkembang. Budaya-budaya yang di tinggalkan juga sangat beragam.

Orang-orang pendatang itu salah satunya adalah orang melayu yang berasal dari daerah
Vietnam Utara dan indocina. Masa kedatangan orang melayu terjadi pada dua gelombang.
Gelombang pertama adalah kedatangan orang Proto Melayu sekitar 2500 SM yg tinggal di
pedalaman-pedalaman di Indonesia, gelombang kedua yaitu kedatangan orang dari bangsa
Deuteru Melayu sekitar 2000-300 SM yang menetap Indonesia yang kemudian berkembang
dengan pesat dalam kebudayaan dan pemerintahannya.

Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir, yaitu
tahun 70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari proses masuknya melayu di indonesia, mempunyai beberapa
saran antara lain:

1. Agar berkembangnya wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah, teman teman


diharapkan lebih untuk mempelajari sejarah melayu di nusantara secara logis dengan cara
melakukan pencarian bukti-bukti nyata serta dokumen-dokumen yg menyangkut melayu di
indonesia.

2. Siswa di harapkan meningkatkan rasa ingin dan minat baca agar memiliki wawasan yang
luas.

DAFTAR PUSTAKA
Suhaimi dkk, 2008. Pengantar Studi Tamadun Melayu. Pekanbaru : UNRI Press.

Wardaya. Cakrawala Sejarah 1 : Untuk SMA / MA Kelas XI. Jakarta : Pusat


Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

http://bekangdam7wirabuana.mil.id/index.php?
option=com_wrapper&view=wrapper&Itemid=110
Frengky, 2014. Proto Dan Deutro Melayu. (Online) Tersedia :
http://frengkysoritman.blogspot.com/2014/03/proto-dan-deutro-melayu.html. Diakses 17
Okteober 2014.

Anda mungkin juga menyukai