Anda di halaman 1dari 42

Kehidupan Manusia Praaksara dan Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Masa Praaksara
Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara
sering disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut
sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun
yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang
disebut kala plestosen.
Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai
manusia mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara setiap bangsa tidaklah sama. Bangsa
Mesir telah mengenal tulisan. Sebaliknya, bangsa Australia baru mengenal tulisan sekitar awal
abad ke-20. Berarti penduduk asli bangsa Australia aru meninggalkan masa praaksara pada awal
abad ke-20.
Bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini
diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti
tersebut tidak berangkat tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang dipakai memberi petunjuk
bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400 Masehi.
a. Awal kehadiran manusia
Menurut hasil penelitian ahli purbakala, diperkirakan manusia muncul sekitar 3 juta tahun
yang lalu bersamaan terjadinya proses glasisasi atau pengesan daratan di bumi, yang disebut kala
plestosen. Pada masa itu terjadi penurunan suhu di bumi sehngga sebahagian besar daratan di
kawasan Amerika, dan Asia Eropa ,dan Asia tertutup lapisan es. Dengan kondisi alam yang
demikian menjinakkan hewan/berburu hewan dan bercocok tanam serta dengan membuat alat-
alat sederhana untuk membantu kegiatan hidupnya.
b. Kehidupan pada masa praaksara
Daerah daratan Sunda lebih banyak dihuni manusia daripada daratan Sahul. Pola
kehidupan manusia pada masa plestosen adalah kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan
makanan dan berburu. Mereka menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu, tulang
dan tanduk.
Kondisi hewan pada masa plestosen tidak banyak berbeda dengan kehidpan manusia,
yakni bahwa hidup hewan bergantung pada keadaan iklim dan tumbuh-tumbuhan. Tiap
perubahan iklim dapat mengakibatkan berubahnya atau berpindahnya kelompok hewan. Di
sapmping itu, adanya bencana alam juga menyebabkan proses berpindahnya hewan ke daerah
lain.
Pada masa plestosen tingkat kehidupan manusia sangat bergantung pada alam dan kemampuan
manusia dalam taraf berburu dan mengumpulkan bahan makanan dari hasil alam sekitarnya.
Oleh karena itu lenyapnya berbagai jenis hewan disebabkan karena usaha perburuan yang
dilakukan manusia.
Migrasi hewan dan manusia dari dataran Asia ke kepulauan Indonesia dimungkinkan
karena terbentuknya paparan Sunda di sebelah barat dan paparan Sahul di sebelah timur pada
kala plestosen akhir dan plestosen sebagai akibat turunnya permukaan laut.
Bagian barat yang mencakup Jawa, Sumatra dan Kalimantan bergabung dengan Asia. Sedangkan
bagian timur yang mencakup Papua dan sekitarnya bergabung dengan Australia.
hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praksara Indonesia dan pengaruhnya dalam
kehidupan lingkungan terdekat
1. Nilai keagamaan: nilai tersebut berhubungan dengan pencerminan adanya kepercayaan
terhadap sesuatu yang berkuasa atas kehidupan mereka, yang membuat adanya keterbatasan
dalam kemampuan mereka.
2.Nilai gotong-royong: nilai tersebut berhubungan dengan perlunya bekerja sama dengan orang
lain atau pihak lain untuk mencapai tujuan bersama seperti contohnya membangun rumah atau
bangunan-bangunan megalith.
3.Nilai musyawarah: nilai tersebut berhubungan dengan kebutuhan akan pemimpin dalam hal-
hal seperti pertanian dan perburuan yang perlu adanya keputusan bersama.
4. Nilai keadilan: nilai tersebut berhubungan dengan kebutuhan akan pembagian tugas untuk
bertani, berburu atau hal-hal lainnya dimana tugas dibedakan antara laki-laki dan perempuan,
dan perlunya persamaan hak dan kewajiban diantara mereka.
Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

1. Proto Melayu
Proto Melayu ini diyakini sebagai nenek moyang orang-orang Melayu Polinesia yang mana
mereka tersebar dari Madagaskar hingga pulau-pulau yang berada di paling timur pada kawasan
Pasifik. Diperkirakan, orang-orang Proto Melayu ini datang dari Cina bagian selatan.

Ciri-ciri Proto Melayu :

Rambut yang lurus

 Kulit berwarna kuning kecokelat-cokelatan


 Memiliki mata yang sipit

Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka lantas melakukan migrasi ke Indocina dan Siam, yang
selanjutnya sampailah ke Kepulauan Indonesia. Mula-mula, mereka menempati pantai di
Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu ini mampu membawa
peradaban batu di Kepulauan Indonesia.

Saat datang imigran baru, yakni Deutero Melayu (Ras Melayu Muda), mereka berpindah masuk
ke pedalaman dan selanjutnya mencari tempat yang baru ke hutan-hutan sebagai tempat hunian
mereka.

Selanjutnya, ras Proto Melayu ini kemudian mendesak keberadaan dari penduduk asli. Kehidupan
yang terjadi di dalam hutan ini menjadikan mereka terisolasi dari dunia luar, sehingga mampu
memudarkan peradaban mereka.

Pada akhirnya, penduduk asli dan ras Proto Melayu itu selanjutnya melebur dan mereka itu
selanjutnya menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas dan Gayo.

Kehidupan mereka yang terisolasi inilah yang menyebabkan ras Proto Melayu sedikit
memperoleh pengaruh dari adanya kebudayaan Hindu ataupun Islam di kemudian hari.
Masyarakat Proto Melayu ini kelak memperoleh pengaruh Kristen semenjak mereka mulai
mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka guna memperkenalkan agama Kristen
serta peradaban baru di dalam kehidupan mereka.

Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak dan Malaka yang
menunjukkan rute perpindahan mereka dari Kepulauan Indonesia.

Sementara itu, suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat dengan menyusuri pantai-pantai
Burma dan Malaka Barat. Beberapa adanya kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa
Karen yang ada di Burma, begitu banyak mengandung kemiripan dengan bahasa Batak itu sendiri.

2. Deutro Melayu
Deutero Melayu merupakan ras yang datang atau berasal dari Indocina dari bagian utara. Mereka
sendiri membawa kebudayaan baru yang berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan
Indonesia atau Kebudayaan Dongson. Seringkali, mereka juga disebut dengan orang-
orang Dongson.

Mereka sering disebut juga dengan orang-orang Dongson. Peradaban yang mereka miliki jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan ras Proto Melayu. Mereka mampu membuat berbagai macam
perkakas dari perunggu.Peradaban mereka juga ditandai dengan adanya keahlian untuk
mengerjakan logam dengan sempurna.

Ciri-ciri Deutero Melayu :

 Berkulit sawo matang agak kuning


 Tubuh yang tak terlalu tinggi
 Memiliki rambut yang lurus

Perpindahan yang mereka lakukan ke Kepulauan Indonesia ini bisa dilihat dari rute persebaran
alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan yang ada di Indonesia, yakni dengan
berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini bisa dengan mudah dijumpai di Malaka, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara Timur, bahkan di Filipina sekalipun.
Dalam masalah pengolahan tanah, mereka juga memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
membuat irigasi di tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan cara
membabat hutan terlebih dahulu.

Bahkan, ras Deutro Melayu ini juga memiliki peradaban pelayaran yang jauh lebih maju dari para
pendahulunya karena memang petualangan yang mereka lakoni sebagai seorang pelaut dengan
dibantu oleh penguasaan yang mereka miliki terhadap ilmu perbintangan yang sudah dipelajari
dan ditanamkan.

Tidak hanya itu saja, perpindahan ras Deutero Melayu ini juga menggunakan jalur pelayaran laut.
Sebagian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai hingga Kepulauan Jepang, bahkan kelak
ada juga yang hingga mencapai Madagaskar.

Kedatangan dari ras Deutero Melayu yang ada di Kepulauan Indonesia ini kian lama kian
bertambah banyak. Mereka selanjutnya berpindah untuk mencari tempat baru ke hutan-hutan
sebagai salah satu tempat tinggal atau tempat hunian yang baru.

Pada akhirnya, Proto Melayu dengan Deutero Melayu saling membaur satu sama lain dan
selanjutnya menjadi penduduk di Kepulauan Indonesia. Sementara itu, di masa yang akan datang,
mereka berdua bahkan sangat sulit untuk bisa dibedakan.

Proto Melayu itu sendiri meliputi penduduk yang ada di Gayo dan Alas di Sumatera bagian utara,
serta Toraja yang ada di Sulawesi. Sementara itu, untuk semua penduduk di Kepulauan Indonesia,
terkecuali penduduk Papua yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua merupakan ras Deutero
Melayu.
3. Melanesoid

Ras yang lain yang juga ada di Kepulauan Indonesia merupakan ras Melanesoid. Mereka itu
tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang mana terletak di sebelah timur Papua dan benua
Australia.

Di Kepulauan Indonesia, mereka sendiri tinggal di Papua. Bersama dengan Papua Nugini dan
Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka semua itu termasuk ke dalam ras atau
rumpun Melanesoid.

Ciri-ciri Melanesoid :

 Berbadan kekar
 Kulit yang berwarna kehitam-hitaman
 Rambut keriting
 Bibir tebal
 Hidung yang mancung

Menurut dari Daldjoeni, suku bangsa Melanesoid sekitar sebanyak 70% menetap di Papua,
sedangkan 30% yang lain tinggal di beberapa kepulauan yang ada di sekitar Papua dan Papua
Nugini.

Pada awal mulanya, kedatangan dari bangsa Melanesoid yang ada di Papua ini berawal di saat
zaman es terakhir, yakni pada tahun 70.000 SM. Di saat itu, Kepulauan Indonesia masih belum
berpenghuni.

Di saat suhu turun hingga mencapai kedinginan yang maksimal, air laut menjadi membeku.
Permukaan laut bahkan menjadi lebih rendah 100 meter dibandingkan dengan permukaan yang
ada saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau yang baru. Adanya pulau yang muncul tersebut
memudahkan makhluk hidup untuk bisa berpindah tempat dari Asia menuju ke kawasan Oceania.
Bangsa Melanesoid itu sendiri melakukan perpindahan ke timur hingga mencapai ke Papua,
selanjutnya ke Benua Australia, yang sebelumnya menjadi satu kepulauan yang terhubung
dengan Papua.

Pada saat itu, Bangsa Melanesoid mencapai hingga sebanyak 100 ribu jiwa dengan meliputi
wilayah Papua dan Australia. Peradaban dari bangsa ini dikenal dengan nama paleolitikum.

Pada saat masa es berakhir dan air laut yang mulai naik lagi di tahun 5000 SM, kepulauan Papua
dan Benua Australia menjadi terpisah seperti yang bisa kita lihat saat ini.

Asal mula bangsa Melanesia yakni Proto Melanesia yang merupakan penduduk pribumi di Jawa.
Mereka itu merupakan manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum
zaman es berakhir dan sebelum terjadi kenaikan permukaan laut yang ada pada saat itu.

Di Papua, manusia Wajak hidup secara berkelompok kecil di sepanjang muara sungai. Mereka
hidup dengan cara menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran,
serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggal yang dimiliki berupa perkampungan yang terbuat
dari bahan-bahan ringan.

Rumah itu sebenarnya hanya berupa suatu kemah atau tadah angin yang sering didirikan
menempel pada dinding gua yang besar. Kemah atau tadah angin itu hanya akan digunakan
sebagai tempat untuk mereka tidur dan berlindung, sementara untuk kegiatan yang lain akan
dilakukan di luar rumah.

Bangsa Proto Melanesoid itu sendiri terus terdesak oleh adanya keberadaan dari bangsa Melayu.
Mereka yang belum sempat mencapai Kepulauan Papua melakukan suatu bentuk percampuran
terhadah adanya ras baru tersebut.

Percampuran yang terjadi antara bangsa Melayu dengan bangsa Melanesoid ini mampu
menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, yang mana pada saat ini mereka menjadi
penduduk di Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia


Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat
peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan
ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung
melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat
Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada
di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:

1. Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
2. Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
3. Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
4. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional


menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang
memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa
hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke
Indonesia.

1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya
penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa
Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung
hipotesis ini adalah Van Leur.

2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh
kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan
antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang,
lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah
Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai
tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu.
F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.

3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok
pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang
banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah
membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah
satu pendukung dari hipotesis waisya.

4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India
dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang
memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.

Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang
belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang
disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk
menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya
budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri.
Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di
daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang
sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India).
Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang
persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti
tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu
memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7
Masehi.

Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India


Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan
menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan:
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama
Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa
perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara
pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.

2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala
suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir
kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.

3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut
berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita
memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang
berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.

4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang
sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya
bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu.
Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta,
yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan
sebagainya.

5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang
sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata.
Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri.
Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:

1. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,


2. Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
3. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.

Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat
dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:

1. Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.


2. Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
3. Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
4. Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.

Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:

1. Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.


2. Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.

Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti


atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:

1. Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.


2. Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
3. Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.

Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa
hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk
memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan
menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna yaitu:

1. Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.


2. Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
3. Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
4. Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.

Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar
kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat
bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat
Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.

Agama Buddha

Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya
seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah
sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa
Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:

1. Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat
Buddha.
2. Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
3. Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.

Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:

1. Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.


2. Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
3. Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.

Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran
atau Astavidha yaitu:

1. Pandangan yang benar.


2. Niat yang benar.
3. Perkataan yang benar.
4. Perbuatan yang benar.
5. Penghidupan yang benar.
6. Usaha yang benar.
7. Perhatian yang benar.
8. Bersemedi yang benar.

Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran
dalam agama Buddha yaitu:

1. Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
2. Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan
saling membantu.

Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu:

1. Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.


2. Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
3. Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.
4. Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.

Pengaruh Hindu-Buddha Indonesia Pada agama, politik, pendidikan, sastra

1. Bidang agama
Indonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal
ini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia
walaupun dalam beberapa hal tidak seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang
berkembang di India. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara
keagamaan mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha dengan
kebudayaan asli bangsa Indonesia.

2. Bidang politik dan pemerintahan


Pengaruhnya terlihat jelas dengan lahirnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di
Indonesia. Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia tampaknya belum
mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan yang berlangsung
masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakup daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan
dipegang oleh seorang kepala suku bukanlah seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India,
membawa pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di
Indonesia. Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai,
Tarumanagara, Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang bercorak Buddha adalah
Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia adalah adanya kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha yaitu Kerajaan Mataram lama.

3. Bidang pendidikan
Bidang pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-lembaga pendidikan.
Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana dan mempelajari satu bidang
saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-
Buddha ini menjadi cikal bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Bukti
bukti yang menunjukkan telah berkembangnya pendidikan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia, antara lain adalah:

a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal dari Cina, menyebutkan
bahwa sebelum dia sampai ke India, dia terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya I-Tsing
melihat begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia memutuskan untuk menetap
selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha
bersama pendeta Buddha yang ternama di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing
menganjurkan kepada siapa saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha
untuk singgah dan mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di Sriwijaya. Berita I-Tsing ini
menunjukkan bahwa pendidikan agama Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan tampaknya
menjadi yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.

b. Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke- 9, dan ditemukan di India.
Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta
pada raja Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk pembangunan
asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama Buddha yang berasal dari
Sriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut, kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja
Sriwijaya terhadap pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini
terlihat dengan dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk belajar agama Buddha
langsung ke daerah kelahirannya yaitu India. Tidak mustahil bahwa sekembalinya para pelajar
ini ke Sriwijaya maka mereka akan menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut
kepada masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk asrama-asrama sebagai pusat
pengajaran dan pendidikan agama Buddha.

c. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning dari Cina pernah
berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha di Jawa). Tujuannya adalah untuk bekerja
sama dengan pendeta Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir
kitab Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa pun telah dikenal pendidikan
agama Buddha yang kemudian menjadi rujukan bagi pendeta yang berasal dari daerah lain
untuk bersamasama mempelajari agama dengan pendeta yang berasal dari Indonesia.

d. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga menyebutkan
tentang pembuatan Sriwijaya Asrama oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu
tempat yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.
Hal ini menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap pendidikan keagamaan bagi
rakyatnya dengan memberikan fasilitas berupa pembuatan bangunan yang akan digunakan
sebagai sarana pendidikan dan pengajaran.

e. Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga pendidikan Islam
tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal dari pengaruh Hindu-Buddha. Surau merupakan
tempat yang dibangun sebagai tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa Raja
Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat berkumpul para pemuda untuk
belajar ilmu agama. Pada masa Islam kebiasaan ini terus dilajutkan dengan mengganti fokus
kajian dari Hindu-Buddha pada ajaran Islam.

4. Bidang sastra dan bahasa

Dari segi bahasa, orang-orang Indonesia mengenal bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada
aman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain:
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada zaman kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
5. Bidang seni tari
Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candicandi, terutama candi Borobudur dan
Prambanan memperlihatkan adanya bentuk tari-tarian yang berkembang sampai sekarang.
Bentuk-bentuk tarian yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti
tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng). Tari-tarian tersebut
tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari relief yang memperlihatkan jenis alat
gamelan yang terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam
bentuk kecapi, seruling dan gong.
PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa
oleh para pedagan muslim. Namun untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan
pendapat dari para sejarawan. Namun setidaknya 4 teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. TEORI MEKKAH
Teori ini merupakan teori untuk sanggahan terhadap teori lama, yaitu teori Gujarat. Teori
Mekkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah :
a. Pada abad 7 M yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan
Islam (Arab); dgn pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan
di Kanton sejak abad 4 M. Hal ini sesuai dgn berita Cina.
b. Kerajaan Samudera Pasai menganut aliran mazhab syafi’i, dimana pengaruh mazhab
Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir & Mekkah. Sedangkan Gujarat adalah
penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al Malik, yaitu gelar yg berasal dari Mesir
Pendukung teori Mekkah ini adl Hamka, Van Leur, & TW Arnold. Para ahli yg mendukung
teori ini menyatakan bahwa pada abad 13 M sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi
masuknya Islam ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya, yaitu pada abad 7 M dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

2. TEORI GUJARAT
Teori ini menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 13 M dan dibawa oleh
pedagang dari Gujarat (India). Teori Gujarat pertama kali dicetuskan oleh J. Pijnapel, W.F.
Sutterheim, dan Sucipto Wirjosuparto. Menurut J.Pijnapel, orang Arab bermazhab Syafi’i
telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak abad VII Masehi. Penyebaran Islam di
Indonesia tidak langsung dilakukan pedagang Arap, melainkan oleh pedagang Gujarat yang
telah memeluk Islam, kemudian berdagang di Indonesia.

Snouck Hurgronje menjelaskan Islam masuk ke Indonesia melalui kota-kota di anak benua
India seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar karena Islam terlebih dahulu berkembang di kota
tersebut. Dalam bukunya berjudul L’arabie et Les Indes Neerlandaises, Snouck menjelaskan
bahwa teori Gujarat didasarkan pada peranan orang-orang gujarat yang telah membuka
hubungan dagang dengan Indonesia sebelum pedagang Arab.

Menurut Sucipto Wiryosuparto, teori Gujarat didasarkan atas bukti berikut.


1. Corak batu nisan Sultan Malik As-Saleh dan Maulana Malik Ibrahim memiliki kemiripan
dengan corak nisan yang ada di Gujarat.
2. Hubungan dagang penduduk Indonesia dengan India telah lama terjalin, melalui jalur
perdagangan Indonesia – Cambay - Timur Tengah – Eropa
Dalam perkembangannya, teori Gujarat dibantah oleh banyak ahli. Sejarawan Azyumardi
Azra menjelaskan bahwa Gujarat dan kota-kota di anak benua India hanya tempat
persianggahan bagi pedagang Arab sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara dan
Asia Timur. Selain itu, pada abad 7 - 13 M wilayah Gujarat masih dikuasai pengaruh Hindu
yang kuat.

3. TEORI PERSIA
Menurut teori Persia, Islam di Indonesia berasal dari Persia. Pencetus teori ini adalah Hoesein
Djajadiningrat dan Oemar Amir Husein. Argumentasi Hoesein Djajadiningrat didasarkan
pada bukti berikut.
a. Kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain tradisi perayaan 10 Muharram atau Asyuro, sebagai hari suci
Kaum Syiah atas wafatnya Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW dan tradisi
tabuik/tabot yang berkembang di Bengkulu.
b. Ajaran sufi Wihdatul Wujud Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah memiliki kesamaan dengan
ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia.
c. Kesamaan seni kaligrafi yang terpahat pada nisan makam Islam di Indonseia dengan
makam-makam di Persia.
d. Penggunaan gelar syah pada raja-raja Islam di Indonesia.
Bukti yang disampaikan Hoesein Djajadiningrat dan Oemar Amir Husein dengan
mengemukakan bukti tambahan sebagai berikut.
a. Di Persia terdapat Suku Leran. Kemungkinan besar suku Leran berasal dari Jawa.
Kemungkinan ini didukung dengan adanya kampung bernama Leran di Jawa Timur.
b. Di Persia terdapat Suku Jawi. Suku Jawi diduga mengajarkan huruf Arab di Jawa. Huruf
arab itu disebut sebagai huruf Arab Pegon yang sering digunakan pada naskah-naskah
kuno kerajaan Islam.

4. TEORI CHINA
Teori ini menyatakan “Agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh perantau China".
Pendukung dari teori ini adalah Slamet Mulyana, Sumanto Al Qurtuby. Yang mendasari teori
ini adalah sebagai berikut:
a. Sekitar tahun 879, terjadi perpindahan orang-orang Islam dari Kanton ke Asia Tenggara
(Kedah ke Palembang).
b. Raja pertama di Jawa (Raden Patah dari Bintaro Demak) merupakan keturunan China.
Ibunya disebutkan berasal dari China.
c. Berdasarkan Hikayat Hasanudin dan Sejarah Banten, nama dan gelar raja-raja Demak
ditulis dengan menggunakan istilah China.
d. Adanya masjid-masjid tua berarsitektur China di Pulau Jawa.
e. Menurut catatan China, pelabuhan-pelabuhan pertama kali diduduki oleh pedagang
China.

Islam menyebar di Indonesia melalui cara-cara berikut.


1. Melalui perdagangan
Pedagang-pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian
dalam jalan lalu lintas perdagangan yang menghubungkan Asia Barat, Asia Timur, dan Asia
Tenggara, pada abad ke-7 sampai abad ke-16. Para pedagang muslim yang akhirnya juga singgah
di Indonesia ini, ternyata tidak hanya semata-mata melakukan kegiatan dagang.
Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah
Indonesia. Pada abad kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan
Islam di Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang. Pada akhir abad ke-12, kekuasaan politik dan
ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot karena didesak oleh kekuasaan Kertanegara dari
Singasari.
Seiring dengan kemunduran Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalignya semakin
giat melakukan peran politik dalam mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Sriwijaya. Menjelang berakhirnya kerajaan Hindu-Buddha abad ke-13 berdiri kerajaan
kecil yang bercorak Islam, yaitu Samudra Pasai yang terletak di pesisir timur laut wilayah Aceh.
Kemudian pada awal abad ke-15 telah berdiri Kerajaan Malaka.
Sejak saat itu, Aceh dan Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang
ramai dan banyak dikunjungi oleh para pedagang Islam dan penduduk dari berbagai daerah
terjadi interaksi yang akhirnya banyak yang masuk Islam.
Setelah pulang ke daerah asal, mereka menyebarkan agama Islam ke daerahnya. Agama dan
kebudayaan Islam dari Malaka menyebar ke wilayah Sumatra Selatan, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah dan adipati pesisir yang
masuk Islam. Contohnya, Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad ke-16), dan
Banjar (abad ke-16).
2. Melalui perkawinan
Para pedagang muslim yang datang di Indonesia, ada sebagian di antara mereka yang kemudian
menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan yang disebut Pekojan.
Perkawinan antara putri bangsawan dan pedagang muslim akhirnya berlangsung.
Perkawinan ini dilakukan secara Islam, yaitu dengan mengucapkan (menirukan) dua kalimat
syahadat. Upacara perkawinan berjalan dengan mudah karena tanpa pentasbihan atau upacara-
upacara yang panjang, lebar, dan mendalam.
Dalam Babad Tanah Jawi, misalnya, diceritakan perkawinan antara Maulana Iskhak dan putri Raja
Blambangan yang kemudian melahirkan Sunan Giri, sedangkan dalam Babad Cirebon diceritakan
perkawinan putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati.
3. Melalui tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal yang bersifat
magis. Ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan alam pikiran
seperti pada mistik Indonesia–Hindu, antara lain, Hamzah Fansuri, Nuruddin ar Raniri, dan Syeikh
Siti Jenar.
4. Melalui pendidikan
Pendidikan dalam Islam dilakukan dalam pondok-pondok pesantren yang diselenggarakan oleh
guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama. Pesantren ini merupakan lembaga yang penting
dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru agama,
kiai-kiai, atau ulama-ulama. Setelah menamatkan pelajarannya dipesantren, murid-murid (para
santri) akan kembali ke kampung halamannya.
5. Melalui seni budaya
Dalam menyebarkan agama Islam, sebagian wali menggunakan media seni budaya yang sudah
ada dan disenangi masyarakat. Pada perayaan hari keagamaan seperti Maulid Nabi, misalnya,
seni tari dan peralatan musik tradisional (gamelan) dipakai untuk meramaikan suasana.
Sunan Kalijaga yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini sebagai sarana
untuk menyampaikan agama Islam kepada masyarakat, yaitu memasukkan unsur-unsur Islam
dalam cerita dan pertunjukannya. Senjata Puntadewa yang bernama Jimat Kalimasada, misalnya,
dihubungkan dengan dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan terhadap Allah dan Nabi
Muhammad. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal
agama Islam dan tertarik ingin menjadikan Islam sebagai agamanya.
6. Melalui dakwah
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat berkaitan dengan pengaruh para wali
yang kita kenal dengan sebutan wali sanga. Mereka inilah yang berperan paling besar dalam
penyebaran agama Islam melalui metode dakwah.
Wali songo oleh masyarakat Islam Jawa dianggap sebagai manusia-manusia yang tinggi ilmu
agamanya dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Dalam politik Sunan Kudus, misalnya, erat
kaitannya dengan perebutan kekuasaan di Demak dan Sunan Giri pun besar pengaruhnya dalam
kekuasaan politik di Hitu. Gelar sunan yang mereka sandang menunjukkan bahwa kedudukan
mereka dapat disejajarkan dengan raja.
Adapun para wali yang berjumlah sembilan (wali sanga) itu sebagai berikut.
1. Sunan Ampel atau Raden Rahmat, dimakamkan di Ampel (Surabaya).
2. Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, dimakamkan di Gresik.
3. Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik.
4. Sunan Drajat, putra Sunan Ampel, dimakamkan di Sidayu, Lawas.
5. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim seorang putra Sunan Ampel.
6. Sunan Kudus.
7. Sunan Muria ,makamnya terdapat di sebelah kawah Gunung Muria.
8. Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid adalah menantu Sunan Gunung
Jati di Cirebon. Akan tetapi, Sunan Kalijaga menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya
mengikuti perintah Sultan Trenggana menetap di Kadilangu, Demak.
9. Sunan Gunung Jati, orang Pasai, kawin dengan saudara perempuan Sultan Trenggana
(Demak),kemudian berhasil menaklukkan Cirebon dan Banten. Makamnya terletak di
Gunung Jati sebelah utara Cirebon.
Sebab-sebab Islam mudah berkembang di Nusantara
1. Syarat masuk Islam sangat mudah.
2. Upacara Islam sangat sederhana.
3. Agama Islam di Indonesia mudah menyesuaikan dengan tradisi Indonesia.
4. Penyebaran Islam dilakukan secara damai.
5. Runtuhnya kerajaan Hindu- Buddha mempercepat perkembangan Islam.

PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, DAN PEMERINTAHAN PADA MASA HINDU-


BUDDHA DI INDONESIA

Pengaruh Hindu-Buddha begitu luasnya di Indonesia, dan hampir tidak ada pulau besar yang
tidak mendapat pengaruh, kecuali Papua, Maluku dan sekitarnya, serta pulau-pulau di Nusa
Tenggara. Penyebab utama tidak masuknya pengaruh Hindu dan Buddha di wilayah Indonesia
Bagian timur tersebut, karena dianggap terlalu jauh untuk dijangkau pada saat itu. Selain itu,
kawasan Nusantara amat luas dan terdiri atas puluhan ribu pulau yang terhampar dari barat
sampai ke timur, sehingga sangat memungkinkan untuk tidak terjangkau oleh pengaruh Hindu
Dan Buddha Masa itu.
Daerah yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia dapat dilihat dari kerajaan-
kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, seperti Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur,
Tarumanegara di Jawa Barat, Mataram Kuno di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Sriwijaya di
Sumatera, Kediri di Jawa Timur, Singasari di Jawa Timur, dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Dari beberapa kerajaan tersebut, kita dapat melihat bagaimana perkembangan masyarakat,
kebudayaan, maupun pemerintahan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia.
1. Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur
Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400-500 Masehi, dengan pusat kerajaan terletak pada
aliran Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di
Indonesia. Perkembangan masyarakatnya sudah lebih maju dibanding sebelum ada kerajaan.
Kebudayaannya berkembang bersamaan dengan kebudayaan yang sudah ada sebelumnya.
Pemerintahannya berkembang seiring dengan perkembangan kerajaan itu sendiri.
Raja yang terkenal adalah Raja Mulawarman, anak dari Aswawarman, cucu dari Kudungga, raja
pertama Kutai. Raja Mulawarman adalah penganut Hindu Syiwa. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya bukti dari salah satu prasastinya yang menyebutkan tempat suci Waprakeswara, yaitu
tempat suci yang selalu disebut berhubungan dengan Trimurti, yaitu Brahma, Wisnu, dan Syiwa.
Bukti yang mendukung adanya Kerajaan Kutai adalah diketemukannya tujuh buah Yupa (tugu
batu bertulis untuk peringatan upacara korban) di daerah aliran Sungai Mahakam. Yupa dibuat
atas perintah Raja Mulawarman. Kerajaan Kutai mengalami perkembangan yang pesat karena
letaknya yang strategis, yaitu sebagai persinggahan kapal-kapal yang menempuh perjalanan
melalui Selat Makassar.

2. Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat


Kerajaan Tarumanegara berdiri kurang lebih pada abad ke-5 Masehi, di Jawa Barat dengan
rajanya bernama Purnawarman. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan yang mendapat
pengaruh agama Hindu.
Perkembangan masyarakat yang dulunya hanya hidup berkelompok, dengan adanya kerajaan
menjadi lebih tertata. Sedangkan kebudayaannya berkembang saling mempengaruhi dengan
kebudayaan lama sebelum masuknya pengaruh Hindu. Pemerintahannya berkembang seiring
dengan Perkembangan zaman.
Bukti yang mendukung adanya Kerajaan Tarumanegara, yaitu dengan diketemukannya tujuh
buah prasasti di daerah Bogor, di Jakarta, dan di Lebak Banten, serta adanya berita dari Cina.
Prasasti-prasasti tersebut adalah Prasasti Ciaruteun, Prasasti Pasir Koleangkak atau Prasasti
Jambu, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten, dan
Prasasti Cidanghiang atau Lebak.
Prasasti Tugu sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya Kerajaan Tarumanegara, isinya
menyatakan letak ibukota Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini juga menerangkan penggalian
Sungai Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada
masa pemerintahannya. Penggalian ini dimaksudkan untuk menghindari bencana alam berupa
banjir dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

3. Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dan Jawa Timur


Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah, dengan pusat lembah Kali Progo, yang
meliputi Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Ibukotanya Medang Kamulan, dengan
raja yang pertama kali memerintah adalah Raja Sanjaya, penganut Hindu. Sumber berita adanya
Kerajaan Mataram Kuno adalah Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi, dikeluarkan
oleh Raja Sanjaya, berisi tentang pendirian sebuah Lingga di Desa Kunjarakunja. Prasasti
Canggal menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Keadaan masyarakatnya sudah lebih maju, karena sebenarnya sudah ada kerajaan di Jawa
Tengah, namun bukti yang menunjukkannya kurang jelas. Demikian pula perkembangan
kebudayaan juga sudah lebih maju. Sedangkan perkembangan pemerintahannya, dapat
diketahui dari peninggalan sejarah yang ada, sejak zaman Raja Sanjaya.
Sanjaya menaklukkan daerah sekitar Mataram Kuno, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, bahkan
memerangi juga Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Setelah Sanjaya wafat, digantikan oleh
putranya yang bernama Panangkaran. Pada masa pemerintahan Raja Panangkaran, agama
Buddha mulai masuk ke Jawa Tengah sehingga keturunan Syailendra sudah ada yang memeluk
agama Buddha.
Setelah Raja Panangkaran wafat, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Keturunan
Syailendra yang beragama Hindu membangun Kerajaan Mataram di Jawa Tengah bagian utara.
Mereka membangun candi-candi Hindu, antara lain di kompleks Candi Dieng, yang terdiri atas
Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Puntadewa, Candi Nakula, dan Candi Sadewa.
Keturunan Syailendra yang beragama Buddha Membangun Kerajaan Mataram Di Jawa Tengah
bagian selatan. Mereka membangun candi-candi Buddha, antara lain Candi Pawon, Candi
Mendut, Candi Kalasan, Candi Sari, dan Candi Borobudur. Candi Borobudur dibangun Pada saat
pemerintahan Raja Samaratungga sekitar tahun 850 Masehi.
Raja Samaratungga yang memerintah Mataram Kuno di Jawa Tengah bagian selatan,
mempunyai dua orang putera dari isteri yang berlainan.
- Pramodhawardhani, yang kemudian dikawinkan dengan Rakai Pikatan, pengganti Rakai
Garung yang memerintah Jawa Tengah bagian utara.
- Balaputradewa, hasil perkawinan Raja Samaratungga dengan seorang puteri dari Kerajaan
Sriwijaya. Balaputradewa memerintah Jawa Tengah bagian selatan tahun 833-856 Masehi.
Setelah Raja Samaratungga wafat, kedudukannya digantikan oleh Balaputradewa. Beberapa
saat kemudian, terjadi perang saudara di Mataram Kuno dengan wilayah Jawa Tengah bagian
selatan. Perang saudara tersebut antara Pramodhawardhani dengan suaminya (Rakai Pikatan)
di satu pihak, melawan Balaputradewa di pihak yang lain.
Pada tahun 856 M, Rakai Pikatan berhasil mengusir Balaputradewa, yang kemudian melarikan
diri ke Sriwijaya. Akhirnya Pramodhawardhani bersama-sama suaminya (Rakai Pikatan) dapat
memerintah kerajaan dengan tenang. Pramodhawardhani mendirikan Candi Plaosan (Candi
Sewu) yang bersifat Buddha. Sedangkan suaminya (Rakai Pikatan) mendirikan bangunan yang
bersifat Hindu, dan memprakarsai pem-bangunan Candi Prambanan.
Setelah Rakai Pikatan wafat, berturut-turut yang menggantikannya adalah Rakai Kayuwangi,
Rakai Watuhumalang, Rakai Watukura Dyah Balitung, Raja Daksa, Raja Tulodong, Raja Wawa
(merupakan Dinasti Sanjaya yang terakhir).
Pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur oleh
Mpu Sindok, dengan pusat pemerintahannya di antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis.
Kerajaan baru ini tidak lagi disebut Mataram, melainkan disebut Medang. Mpu Sindok
merupakan raja pertama dari Dinasti Isyana yang memerintah tahun 929-947 M di Kerajaan
Medang.
Sebelum pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur, sebenarnya
Mpu Sindok sudah sering ditugaskan ke Jawa Timur, termasuk memperoleh kemenangan yang
gilang gemilang melawan tentara Sriwijaya di bumi Anjuk Ladang pada tahun 927M. Hal ini
dibuktikan dengan adanya Prasasti Anjuk Ladang di Nganjuk Jawa Timur, yang berangka tahun
937 M. Prasasti Anjuk Ladang adalah Tugu Kemenangan Mpu Sindok melawan tentara Sriwijaya
yang melibatkan rakyat Anjuk Ladang yang telah membantu perjuangan Mpu Sindok sepuluh
tahun sebelumnya.
Raja yang memerintah Mataram Kuno setelah Mpu Sindok adalah Sri Isyanatunggawijaya,
Makutawangsawardhana, Dharmawangsa Teguh Anantawikramatungga dewa, dan Airlangga.
Kerajaan Medang dengan meninggalnya Mpu Sindok
seakan tenggelam dalam sejarah, karena raja-raja penggantinya sangat pelit mewariskan bukti
peninggalan sejarah bagi generasi sekarang, sehingga menyulitkan penelusurannya. Namun
Prasasti Bandar Alim yang ditulis oleh Kaki Manta tahun 907 Caka (985 Masehi), yang
ditemukan di Bandar Alim, Desa Demangan, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur, yang sekarang disimpan di Museum Trowulan, Mojokerto, paling tidak telah
memberikan sumbangan yang tiada terhingga bagi penelusuran sejarah, khususnya Kerajaan
Medang.

4. Kerajaan Sriwijaya di Sumatera


Sumber pengetahuan tentang Kerajaan Sriwijaya ada dua, yaitu dari prasasti dan dari berita
Cina. Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah keberadaan Kerajaan Sriwijaya ditulis
dengan huruf Pallawa dengan menggunakan Bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti Tersebut
antara lain Prasasti Kedukan Bukit (683 M), Prasasti Talang Tuo (684 M), Prasasti Palas
Pasemah, Prasasti Kota Kapur (686 M), Prasasti Karang Berahi (686 M), dan Prasasti Nalanda
(India).
Perkembangan masyarakatnya sudah jauh lebih maju, seiring dengan perkembangan
kebudayaan maupun perkembangan pemerintahan di Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya
mencapai puncak kejayaan pada abad ke-7 dan ke-8 Masehi, terutama saat diperintah oleh Raja
Balaputradewa, yang berasal dari Jawa Tengah. Balaputradewa adalah anak Samaratungga,
Raja Mataram Kuno. Ia melarikan diri ke Sriwijaya karena Kalah perang melawan saudaranya
(satu Ayah lain ibu), yaitu Pramodhawardhani dengan suaminya Rakai Pikatan.
Kejayaan Sriwijaya dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, antara lain di bidang
maritim, menguasai jalur perdagangan melalui Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung
Malaya, dan sebagainya. Sriwijaya pun juga menjalin hubungan dagang yang baik dengan India,
Cina, dan bangsa-bangsa lain.
Selain menonjol di bidang maritim, Kerajaan Sriwijaya juga maju dalam bidang politik, ekonomi,
dan agama Buddha. Dalam bidang politik, Kerajaan Sriwijaya adalah Negara nasional pertama
Indonesia, karena wilayahnya luas, meliputi berbagai kepulauan di Indonesia. Dalam bidang
ekonomi, Kerajaan Sriwijaya menguasai perdagangan di wilayah perairan Asia Tenggara. Dalam
bidang agama Buddha, Kerajaan Sriwijaya telah menjadi pusat agama Buddha Mahayana di Asia
Tenggara, dengan salah satu gurunya yang terkenal bernama Sakyakirti.
Masa keruntuhan Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-12, disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut.
a. Berulangkali diserang Kerajaan Golamandala dari India.
b. Terdesak dari dua jurusan, yaitu Kerajaan Thailand dan Kerajaan Singosari.
c. Banyak raja-raja taklukan yang melepaskan diri, antara lain Ligor, Tanah Genting Kra,
Kelantan, Pahang, Jambi, dan Sunda.
d. Mengalami kemunduran perekonomian dan perdagangan, karena bandar-bandar penting
melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.

5. Kerajaan Kediri di Jawa Timur


Airlangga memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua, yaitu Jenggala dan Kediri untuk dua orang
putranya agar tidak terjadi pertumpahan darah atau perang saudara. Namun usaha ini tidak
berhasil, mereka selalu berselisih. Perang saudara tersebut dimenangkan oleh Kediri. Kerajaan
Kediri akhirnya tumbuh menjadi kerajaan besar.
Pada masa Kerajaan Kediri, perkembangan masyarakatnya sudah jauh lebih maju dibandingkan
masyarakat yang hidup pada masa-masa sebelumnya. Demikian pula dengan kebudayaannya
yang maju pesat seiring dengan perkembangan pemerintahannya.
Raja Kediri yang terkenal adalah Raja Jayabaya (1135-1157). Pada masa pemerintahan Raja
Jayabaya, telah ditulis Sebuah Kitab Kakawin dengan nama Bharatayudha Oleh Empu Sedah
Yang diteruskan oleh Empu Panuluh Karena Empu Sedah meninggal dunia. Kitab Kakawin
Bharatayudha Menggambarkan perang saudara antara Pandawa dan Kurawa. Kitab ini banyak
diilhami oleh perang saudara yang Terjadi antara Kerajaan Jenggala melawan Kerajaan Panjalu
(Kediri).

6. Kerajaan Singosari
Tumapel di daerah Malang yang masuk wilayah Kerajaan Kediri, dikepalai seorang Akuwu yang
bernama Tunggul Ametung, yang mati dibunuh Ken Arok dengan Keris Mpu Gandring. Ken Arok
mengadakan pemberontakan dan berhasil membunuh semua penguasa Kediri, termasuk
rajanya saat itu, yaitu Kertajaya. Kerajaan dipindah ke Singosari dengan Ken Arok sebagai raja
yang pertama, dan pendiri Dinasti Rajasa atau Dinasti Girindra. Ken Arok adalah cikal bakal raja-
raja di Singosari dan Majapahit.
Perkembangan masyarakat pada zaman Kerajaan Singosari sudah sangat maju. Demikian pula
perkembangan kebudayaan maupun perkembangan pemerintahannya, yang nampak dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222-1227), Karena ia pada tahun 1227
Dibunuh oleh seorang pengalasan atas perintah Anusopati (anak Ken Dedes dari Tunggul
Ametung), dengan menggunakan Keris Empu Gandring. Setelah Ken Arok, yang menjadi raja
Singosari berturut-turut adalah Anusopati (1227-1248 M), Tohjaya (1248 M),
Ranggawuni/Wisnuwardhana (1248-1268 M), dan Kertanegara (1268-1292 M).
Pada zaman Raja Kertanegara, wilayah kekuasaan Kerajaan Singosari menjadi sangat luas,
meliputi seluruh Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Melayu,
dan Semenanjung Malaya. Ketika Kertanegara Sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi ke
luar Jawa, Raja Kecil Di Kediri Jayakatwang, mengadakan pemberontakan tahun 1292,
Mengakibatkan para pembesar kerajaan dan Raja Kertanegara gugur. Kerajaan Singosari yang
besar itu akhirnya runtuh setelah pemberontakan Jayakatwang pada tahun 1292.

7. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya dengan bantuan Arya Wiraraja, setelah
berhasil mengalahkan Jayakatwang dengan bantuan tentara Mongolia, dan setelah
membinasakan tentara Mongolia yang kena tipu muslihat Raden Wijaya. Perkembangan
masyarakat, perkembangan kebudayaan, dan perkembangan pemerintahan masa Kerajaan
Majapahit terbilang sangat maju, bersamaan dengan kebesaran Kerajaan Majapahit itu sendiri.
Raja-raja yang pernah memerintah di Majapahit adalah sebagai berikut.
a. Raden Wijaya (1293-1309 M)
Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit yang pertama pada tahun 1293 M. Dari
istrinya yang bernama Dara Petak, Raden Wijaya mempunyai anak bernama Jayanegara
(Kalagemet). Sedang perkawinan Raden Wijaya dengan Gayatri, lahir Tribhuwanatunggadewi
(Bhre Kahuripan) dan Pujadewi Maharajasa (Bhre Daha). Keturunan dari Gayatri inilah yang
melahirkan raja-raja di Majapahit.
b. Jayanegara (1309-1328 M)
Pada masa pemerintahannya banyak muncul pemberontakan. Paling berat adalah
pemberontakan Kuti (1319) Yang hampir meruntuhkan Majapahit. Kuti berhasil menduduki
ibukota Majapahit dan Jayanegara menyingkir ke Bedander. Namun akhirnya pemberontakan
dapat dipadamkan dan Jayanegara dapat diselamatkan oleh Pasukan Bhayangkari di bawah
pimpinan Gajah Mada.
Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada tahun 1321, lalu sebagai
Patih di Daha pada tahun 1323. Pada tahun 1328, Jayanegara wafat karena dibunuh oleh Tabib
Tanca. Pemberontakan inipun dapat dipadamkan oleh Gajah Mada dan Tabib Tanca dibunuh.
c. Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani (1328-1350 M)
Raja Jayanegara tidak mempunyai keturunan. Ia digantikan oleh adik perempuan dari ibu yang
berbeda (Gayatri), yaitu Bhre Kahuripan yang dinobatkan menjadi Raja Majapahit Dengan gelar
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Ia memerintah bersama suaminya Bhre Singasari,
dan dibantu Patih Gajah Mada.
Dalam Kitab Negarakertagama, antara lain dijelaskan bahwa pada masa pemerintahan
Tribhuwanatunggadewi, telah terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun 1331,
namun dapat ditumpas oleh Gajah Mada. Kemudian Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih
Majapahit.
Pada tahun 1350, Tribhuwanatunggadewi menyerahkan kekuasaan Kerajaan Majapahit kepada
anaknya yang bernama Hayam Wuruk.
d. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
Hayam Wuruk diserahi tahta Kerajaan Majapahit dengan gelar Sri Rajasanegara. Saat itu ia
masih berusia 16 tahun. Dalam Menjalankan pemerintahan, Hayam Wuruk Didampingi
Mahapatih Gajah Mada, yang menjalankan Pemerintahan sipil dan militer secara lengkap.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya ketika rajanya Hayam Wuruk dan patihnya
Gajah Mada. Saat itu wilayah kekuasaan Majapahit hampir meliputi seluruh nusantara,
termasuk Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu. Pengaruhnya bahkan sampai ke
Filipina Selatan, Thailand (Champa), dan Indocina.
Peninggalan Hayam Wuruk yang berupa candi adalah Candi Penataran, Candi Sawentar, Candi
Sumber Jati (di daerah Blitar), Candi Tikus di Trowulan, Candi Jabung didekat Kraksaan, Candi
Tlagawangi dan Candi Surawana di dekat Pare, Kediri. Peninggalan berupa kesusastraan, yaitu
Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca, berisi sejarah Kerajaan Singosari dan
Majapahit sampai masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Karya sastra lain, yaitu Kitab
Sutasoma karya Mpu Tantular.
Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran sejak meninggalnya Mahapatih Gajah Mada pada
1364 dan meninggalnya Hayam Wuruk pada 1389. Di samping itu, juga terjadi perang saudara
yang terkenal dengan nama Perang Paregreg.
Ranawijaya merupakan raja Majapahit terakhir yang gagal mengembalikan Majapahit pada
kejayaannya. Banyak raja-raja taklukan di bawah Majapahit yang melepaskan diri. Di samping
itu, pengaruh agama Islam mulai berkembang di pesisir utara Pulau Jawa, yang diikuti dengan
berkembangnya Kerajaan Demak yang beragama Islam. Banyak pejabat Demak keturunan
Majapahit yang sudah memeluk agama Islam.

Kehidupan Masyarakat di Masa Kerajaan Islam

Squad, ternyata bukan hanya di masa Hindu-Buddha saja lho ada kerajaan-kerajaan di
Indonesia. Di masa Islam, juga ada kerajaan-kerajaan. Kehidupan masyarakat di masa Hindu-
Buddha dan Islam memiliki persamaan dan perbedaan, Squad. Biar kamu tahu kehidupan
masyarakat di masa kerajaan Islam, ikuti artikel ini terus, yaa!

Sistem pemerintahan masa Islam

Kita mulai dari lingkungan kerajaan dulu, ya, Squad. Di masa Islam, kerajaan disebut dengan
kesultanan, sehingga pemimpinnya disebut dengan sultan (raja dalam Bahasa Arab). Ia
merupakan pemipin tertinggi. Selain sultan, sebutan lain untuk seorang pemimpin adalah
maulana, susuhan, dan panembahan.

Pengkultusan dewa yang dimiliki seorang raja tidak lagi terdapat di masa Islam. Di masa Islam,
seorang sultan memperkuat kedudukannya dengan mengaitkan dirinya melalui garis keturunan
pada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, di dalam Islam tidak ada sistem kasta, sehingga seorang
sultan bukanlah seseorang yang harus ditaati, dan sultan juga bukan titisan dari Allah. Sultan
hanyalah manusia biasa yang diberikan kelebihan-kelebihan, sehingga pantas untuk memimpin
suatu kerajaan.

Pengertian kultus
Ketika mengambil suatu keputusan, baik itu yang berkaitan dengan agama dan pemerintahan,
sultan biasanya berkonsultasi terlebih dahulu dengan para ulama, agar keputusan-keputusan
tersebut dapat diterima oleh rakyat dengan penuh rahmat. Salah satu kelompok ulama yang
terkenal di Nusantara adalah Wali Songo (Wali Sanga atau Sembilan Wali). Anggota Wali Songo
banyak yang menjadi penasihat bagi Kerajaan Demak.

wali songo

Dalam hal pengangkatan raja di masa Islam, terdapat kesamaan dengan pengangkatan raja di
dalam sistem pemerintahan agama Hindu Buddha. Sultan diangkat berdasarkan garis
keturunan. Jika dilihat mampu dan berwibawa untuk memimpin, maka anak sultan akan
mendapatkan takhta untuk memimpin kerajaan.

Sistem sosial

Kamu tahu nggak, Squad kenapa Islam saat itu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara?
Salah satu alasannya karena dalam Islam tidak ada sistem kasta. Hal ini menyebabkan aturan
kasta sudah tidak berlaku di kehidupan masyarakat di masa kerajaan Islam.

Selain kasta, masyarakat juga telah menggunakan nama-nama Arab seperti Muhammad,
Abdullah, Umar, Ali, Ibrahim, Hasan, Hamzah, Musa, dan lainnya. Kosakata Bahasa Arab juga
banyak diserap dan digunakan ke bahasa pada masa itu.

Alasan lain mengapa Islam mudah diterima adalah:

ajarannya cenderung lebih sederhana.


Syarat untuk masuk ke dalam Islam mudah.
Tidak mengenal sistem kasta.
Upacara-upacara keagamaan yang ada lebih sederhana.
Disebarkan melalui jalan damai (berbeda dengan Katolik dan Kristen yang disebarkan oleh
bangsa asing yang menjajah).
Sistem Ekonomi

Pada masa Islam, kehidupan perekonomian bergantung pada perdagangan. Kalau kamu
perhatikan, Squad, banyak kerajaan Islam yang terletak di dekat pantai. Lokasi yang strategis ini
menjadikannya mudah menjadi tempat persinggahan pedagang yang saat itu menggunakan
kapal laut.

Pelabuhan Cirebon tempo dulu


Hal ini juga memicu berdirinya bandar-bandar atau pelabuhan tempat transaksi perdagangan
terjadi. Tempat tersebut tidak hanya disinggahi oleh pedagang pribumi, tapi juga oleh pedagang
dari mancanegara. Pedagang dari mancanegara umumnya berasal dari Arab, Persia, Tiongkok,
bahkan Eropa.

keramik dari Tiongkok


Komoditas yang dijual saat itu terdiri dari rempah-rempah, perhiasan, ataupun keramik.
Uniknya, pedagang dari arab seringkali membentuk komunitas Arab yang dikenal dengan nama
Kampung Arab. Sering dijumpai kampung ini terletak di daerah pesisir. Meski begitu, tak jarang
kampung ini juga dibentuk di daerah yang jauh dari garis pantai dan cenderung dekat dengan
pusat kota yang ramai. Coba, kamu bisa nggak sebut salah satu Kampung Arab di Indonesia?

Perkampungan Arab di Palembang


Sistem kebudayaan

Pada masa perkembangan Islam di nusatara, terjadi kemajuan dari segi budaya. Ditemukannya
naskah-naskah Islam ataupun sastra-sastra Islam yang bisa menjadi salah satu sumber sejarah
perkembangan Islam di Indonesia serta menambah khazanah budaya Islam pada masa itu
adalah fakta pendukungnya. Karya-karya sastra ini semakin menyebar setelah masa Majapahit,
karena pusat kebudayaan tersebar ke seluruh nusantara yang merupakan perpaduan budaya
Indonesia asli, Hindu-Buddha, dan Islam.

Selain itu, ada beberapa ajaran yang memengaruhi kehidupan masyarakat Nusantara,
khususnya Jawa adanya ajaran Tasawuf. Ajaran tasawuf ini salah satunya diajarkan oleh Sunan
Bonang, yang juga telah menulis ”Suluk”. Beliau menghasilkan buku karya Sunan Bonang atau
Hade Book van Bonang.Walaupun Islam hanya mempunyai dampak yang sangat terbatas
terhadap falsafah Jawa, tetapi agama ini telah menyebabkan terjadinya pergeseran budaya
dalam kehidupan masyarakat Jawa. Coba, di antara kalian yang laki-laki, siapa yang belum
khitan? Pasti kebanyakan dari kalian sudah khitan sejak kecil. Nah, khitanan ini merupakan
salah satu ajaran Islam yang akhirnya menyatu dengan kebudayaan masyarakat Nusantara.
Selain itu, masyarakat melakukan penguburan, sebagai pengganti pembakaran mayat.
khitanan merupakan ajaran Islam yang sudah membudaya di Indonesia
Selain itu, muncul banyak bangunan keraton/istana yang dijadikan sebagai tempat tinggal bagi
sultan bersama sanak keluarganya. Bangunan ini umumnya memadukan antara kebudayaan
lokal dengan kebudayaan Islam. Keraton-keraton ini masih banyak yang bisa kamu lihat lho,
Squad. Di antaranya adalah Keraton Kasunanan dan Hadiningrat di Surakarta (Solo), Keraton
Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan di Cirebon, Keraton Yogyakarta, Istana Maimun di
Medan, atau kompleks istana di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.
Kehidupan masyarakat di masa kerajan Islam ternyata banyak yang dapat kita temui di
kehidupan saat ini
Proses Masuknya Penjajahan Bangsa Eropa ke Indonesia
Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa dimulai saat Eropa ingin berusaha mengembalikan
masa kejayaannya saat perang salib dengan imperium Islam. Pengembalian masa kejayaan
tersebut terjadi pada masa pasca renaissance. Akibat Perang Salib tersebut membuat bangsa
Eropa harus melakukan penjelajahan antar samudera karena pelabuhan Konstantinopel mereka
gagal direbut. Pada akhirnya bangsa Eropa sampai di Indonesia. Terdapat beberapa bangsa
Eropa seperti Spanyol, Belanda, Inggris maupun Portugis yang berusaha untuk menguasai
Indonesia. Proses penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
Tenciptanya kebijakan Gold, Glory serta Gospel.
Adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam hal navigasi dan geografi.
Politik Merkantilisme.
Penghentian perdagangan Asia dengan Eropa pada tahun 1453 karena hancurnya kota
Konstantinopel.
Sebuah perjalanan Marcopolo yang ditulis dalam sebuah buku berjudul Imago Mundi atau citra
dunia serta Il Milione atau sejuta keajaiban.
Dibawah ini terdapat beberapa bangsa Eropa yang berusaha menjajah Indonesia. Proses
masuknya penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia dari beberapa negara berbeda beda. Mulai
dari Portugis, Inggris, Belanda dan lain lain memiliki sejarah penjajahan yang berbeda pula.
Untuk lebih jelasnya maka anda dapat menyimaknya dibawah ini.
Baca juga : 8 Peninggalan Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
Proses Masuknya Penjajahan Bangsa Portugis

Bangsa Portugis merupakan awal mula penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia. Proses masuknya
penjajahan bangsa Eropa ini dimulai pada tahun 1498. Pada tahun tesebut bangsa Portugis
sampai di India khususnya dikota Calcuta, kemudian Portugis mendirikan sebuah kantor dagang
dikota Goa pada tahun 1551. Setelah pendirian kantor tersebut kemudian Portugis menjajah
malaka agar dapat dikuasai. Penjajahan bangsa Eropa tersebut tidak berhenti begitu saja
melainkan mereka melakukan hubungan dagang dengan wilayah Maluku yang merupakan
penghasil rempah rempah di Indonesia. Pada tahun 1512 pihak Portugis mendarat dikota
Maluku dengan jalur laut. Diwilayah tersebut terdapat beberapa kapal yang berlabuh dengan
pimpinan Alfonso de Albuquerque.

Pihak Maluku menyambut Portugis dengan baik karena mereka tidak mengetahui bahwa saat
itulah proses masuknya penjajahan bangsa Eropa akan dimulai. Akibat ketidaktahuan tersebut
pihak Maluku berlomba lomba untuk menawarkan hasil rempah rempah mereka agar
kehidupan masyarakat dapat terbantu untuk menghadapi para musuh. Saat itu Ternate masih
dipimpin oleh Kaicil Darus. Sultan Ternate bahkan meminta bantuan kepada Portugis agar
dapat membantu mereka membuat sebuah benteng agar musuh tidak dapat menyerang. Pada
tahun 1552 permintaan mereka dikabulkan oleh Portugis dan dibuatkan sebuah beteng Saint
Jhon. Niat penjajahan bangsa Eropa tersebut masih belum dilaksanakan karena menunggu
waktu yang tepat.
Baca juga : Sejarah Munculnya Kerajaan Islam di Indonesia
Ternyata pembuatan benteng Saint Jhon oleh Portugis harus dibayar mahal oleh Sultan
Ternate. Beliau harus membayarnya dengan acara menandatangani sebuah perjanjian
monopoli perdagangan dengan Portugis. Proses penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia pun
dimulai. Akibat penandatanganan tersebut membuat kesengsaraan dalam hal perdagangan
rempah rempah. Bahkan rempah rempah tersebut harus diperjual belikan dengan pihak
Portugis saja, karena pihak Maluku dilarang memperdagangkan rempah rempah tersebut
secara bebas. Hal tersebut mengakibatkan rakyat menjadi rugi dan muncullah permusuhan
antara Ternate dengan pihak Portugis. Penjajahan bangsa Eropa (Portugis) tidak hanya
menguasai dalam hal rempah rempah saja melainkan Portugis juga menyebarkan agama
Khatolik secara aktif. Penyebaran tersebut dilakukan oleh Franciscus Xaverius.

Proses Masuknya Penjajahan Bangsa Spanyol

Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia selanjutnya dilakukan oleh bangsa
Spanyol. Bangsa Spanyol mulai tida di Maluku khususnya di kota Todore pada tahun 1521.
Mereka kemudian bersinggah di wilayah Bacan maupun Jailolo. Pihak Spanyol tergolong
kedalam ekspedisi yang bernama megelhaens del cano. Pihak Maluku tersebut juga
menyambut baik kedatangan bangsa Spanyol karena saat itu Maluku sedang bermusuhan
dengan bangsa Portugis. Sama seperti Portugis yang merencanakan untuk melakukan
penjajahan di Indonesia. Penjajajahan bangsa Spanyol ditutupi dengan sikapnya yang berpura
pura baik dan mendukung Maluku dalam permusuhannya dengan Portugis.

Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia selalu dikemas dengan tipu muslihat.
Penjajahan bangsa Spanyol kepada Maluku tersebut merupakan keberhasilan yang besar
karena Maluku ialah wilayah yang paling diinginkan untuk dikuasai. Para bangsa Eropa
mengidam idamkannya karena Maluku adalah sebuah kota penghasil rempah rempah yang
paling besar. Kedatangan bangsa Spanyol dianggap melanggar perjanjian monopoli antara
Portugis dengan Maluku. Pelanggaran tersebut membuat bangsa Portugis dan bangsa Spanyol
bersaing untuk mendapatkan rempah rempah dari Maluku. Kota Maluku dibagi atas Ternate
dan Tidore. Kedua kota tersebut melakukan persekutuan yang berbeda.
Baca juga : Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Pada akhirnya Sultan Ternate memihak kepada bangsa Portugis, sedangkan Sultan Tidore
memihak kepada bangsa Spanyol. Proses penjajahan bangsa Eropa ke indonesia yaitu antar
bangsa Spanyol dan Portugis diselesaikan dengan cara perundingan Saragosa pada tahun 1529.
Perundingan tersebut menghasilkan Perjanjian Saragosa yang berisi kesepakatan Spanyol dan
Portugis. Perjanjian tersebut berisi bangsa Portugis harus tetap melakukan aktivitas
perdagangan di Maluku dan bangsa Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Maluku dan
menjalin hubungan dagang dengan pihak Filipina. Dengan perjanjian tersebut akhirnya Portugis
berhasil menguasai perdagangan monopoli di Maluku dan Spanyol kemudian meninggalkan
kota Maluku.
Proses Masuknya Penjajahan Bangsa Belanda

Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia dimulai sejak Belanda membeli hasil
rempah rempah dari kota Lisabon Portugis. Bangsa Belanda pada masa tersebut masih dijajah
oleh Spanyol. Namun karena Portugis telah dikuasai Spanyol kemudian pada tahun 1585 pihak
Belanda tidak lagi mengambil rempah rempah ke Portugis lagi. Bangsa Belanda kemudian
melalukan pelayaran ke Indonesia pada April 1595 dengan empat buah kapal. Kapal tersebut
dipimpin oleh Cornelis de Houtman maupun De Keyzer. Pelayaran yang dipimpin oleh de
houtman memasuki Indonesia dengan melewati selat Sunda. Sedangkan bangsa Belanda
lainnya menuju Indonesia melalu jalur pelayaran Portugis. Penjajahan Bangsa Eropa tidak
berhenti seiring berkembangnya jaman.

Kedatangan bangsa Eropa untuk menjajah Belanda dipengaruhi beberapa faktor seperti :
Para pihak eropa memiliki jiwa petualang sehingga menyukai penjelajahan antar samudera.
Orang orang Timur Tengah menguasai jalur pelayaran maupun pusat perdagangan.
Menginginkan rempah rempah yang bersasal dari tanah aslinya serta ingin mendapatkannya
dengan harga yang murah kemudian dijual dengan harga yang mahal.
Mulai berkembangnya teknologi pengetahuan seperti alat peta maupun kompas yang dapat
memudahkan bangsa Eropa untuk menemukan sesuatu yang baru.
Bangsa Eropa ingin menyebarkan kembali agama agama Nasrani ke Indonesia demi
melanjutkan perang Salib yang pernah terjadi dimasa lampau.
Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa meninggalkan jejak kesengsaraan yang mendalam
bagi warga Indonesia. Pejajahan bangsa eropa ini dilakukan karena mereka menginginkan hasil
rempah rempah yang melimpah dengan harga yang cukup murah. Pihak Indonesiapun tidak
tinggal diam, mereka merencanakan untuk menyebarkn agama Islam dengan berlayar antar
Samudera. Pelayaran tersebut bertujuan agar Indonesia dapat lebih kaya dan jaya lagi.
Penjajahan indonesia ini diawali dengan proses berdagang. Namun dengan jalur perdagangan
maka kejayaan dan kekayaan akan terwujud. Indonesia mengalami proses penjajahan dari
serangan luar sekitar 350 tahun.
Baca juga : Biografi Cut Nyak Dhien Pahlawan Wanita Indonesia
Penjajahan bangsa Eropa Portugis dimulai ketika mereka bersaing untuk mendapatkan Malaka.
Pihak malaka dipimpin oleh Mahmud Syah (bertugas pada tahun 1488 ampai 1528 SM). Namun
pihak Belanda dipimpin Alfonco De Alberqueque. Setelah menguasai malaka kemudian Belanda
kembali berusaha untuk menakhlukkan Maluku yang memiliki hasil rempah rempah yang
banyak. Bangsa Eropa lainnya mengetahui bahwa Indonesia terutama diwilayah Maluku
memiliki aset yang cukup besar sehingga mereka bersaing untuk mendapatkan Maluku.
Akhirnya Belanda diusir dari Maluku pada tahun 1575.

Penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia mengakibatkan sistem imperalisme dan kolonialisme


Barat menjadi berkembang di Indonesia. Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa tersebut
disebabkan beberapa faktor yang mendukung adanya penjajahan. Penjajahan Indonesia juga
diakibatkan karena terjadinya perubahan politik yang meliputi Perang Salib, runtuhnya Kerajaan
Romawi Barat, serta hancurnya kerajaan Byzantium. Tidak hanya bidang politik saja yang
dipengaruhi melainkan bidang ekonomi dan sosial juga berpengaruh sehingga bangsa eropa
banyak menyebar dibelahan dunia termasuk di Indonesia.

Indonesia memiliki beberapa kerajaan Islam yang berdiri. Kerajaan tersebut sudah berdiri
sebelum penjajahan bangsa Eropa masuk ke Indonesia. Banyak sekali wilayah Indonesia yang
dijadikan sebagai pusat perdagangan seperti Banten, Demak, Aceh, Ternate, Cirebon, Banjar,
Tidore maupun Makasar. Namun akibat perdagangan tersebut mengakibatkan masuknya
penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia. Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia
ialah bangsa Portugis. Setelah itu dilanjutkan bangsa Spanyol datang ke Indonesia dengan
berlabuh di kota Maluku, Kalimantan, dan Tidore pada tahun 1521. Namun saat berada di
Maluku terjadi sebuah persaingan antara Portugis dengan Spanyol. Persaingan tersebut
mengakibatkan persekutuan Ternate yang memihak kepada Portugis dan wilayah Tidore
bersekutu dengan pihak Spanyol.

Penjajahan bangsa eropa tersebut diselesaikan dengan perjanjian Tordesilas antara bangsa
Spanyol dan Portugis pada tahun 1534. Dalam perjanjian tersebut menjelaskan bahwa bangsa
Spanyol merupakan bangsa jajahan Portugis dan Spanyol harus meninggalkan maluku serta
kembali ke Filipina. Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa eropa meninggalkan pengaruh
Kolonialisme serta Imperalisme dalam bidang budaya, sosial, politik maupun ekonomi.

Kedaulatan VOC atau Vereenigde Oost Indische Compagnie

Kedaulatan VOC berdiri dinegara Indonesia diakibatkan karena penjajahan Belanda pada tahun
1596 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia dilakukan
oleh pihak belanda yang pertama kali mendarat dikota Banten. Kedatangan Belanda dikota
Banten awalnya dicurigai, namun Belanda memiliki tipu muslihat dan meyakinkan pihak Banten
bahwa mereka hanya ingin melakukan kegiatan perdagangan saja. Kedatangan Belanda
tersebut disambut baik oleh penguasa Banten karena dianggap akan menambah pendapatan
dalam bidang perdagangan serta dapat membantu mereka untuk melawan Portugis. Namun
ternyata kerjasama tersebut tidak berlangsung lama karena bangsa Eropa mengalami
persaingan untuk mendapatkan kekayaan Indonesia.
Baca juga : Sejarah Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Persaingan tersebut membuat penjajahan bangsa Eropa semakin parah. Bangsa Belanda pun
yang awalnya bersikap baik kemudian berubah menjadi kasar dan membuat keonaran. Pihak
Bantenpun tidak tinggal diam dan menangkap semua orang Belanda termasuk Cornelis de
Houtman. Pihak Belanda yang tidak terima terhadap perlakuan Banten kemudian menembak
kapal kapal Banten. Suasana penjajahan bangsa Eropa tersebut semakin memanas. Akhirnya
permusuhan antara Banten dan Belanda diselesaikan dengan cara perjanjian. Perjanjian
tersebut berisi pihak Banten harus membebaskan semua tawanan Belanda namun mereka
meminta imbalan agar Belanda meninggalkan kota Banten. Belandapun meninggalkan Banten
dan melakukan pelayaran menuju Pantai Utara Jawa.

Penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia tidak berhenti begitu saja. Penjajahan yang sempat
mereka lakukan memberikan keuntungan yaitu Belanda mengetahui jalur pelayaran bangsa
Indonesia yang memiliki hasil rempah rempah yang banyak. Bangsa Belanda kembali ke kota
Banten yang kedua kalinya pada tahun 1598. Namun saat itu mereka dipimpin oleh Jacob Van
Neck. Kedatangan Belanda yang kedua kalinya juga disambut baik oleh pihak Banten walaupun
sebelumnya mereka telah membuat keonaran. Setibanya Jacob Van Neck bersama
kelompoknya di Banten kemudian diikuti oleh pedagang dari Belanda lainnya.

Namun ternyata kedatangan Belanda tersebut bertujuan untuk melakukan proses penjajahan
bangsa Eropa ke Indonesia. Mereka membuat sebuah rencana agar penjajahan tersebut dapat
berjalan dengan baik. Akhirnya pada tahun 1602 Belanda membuat sebuah perkumpulan
dagang yang bernama Vereeningde Oost Indische Compagnie atau VOC yang bertempat di
Amsterdam. VOC dibentuk dengan usulan dari Johan Van Oldenborneve. Pembentukan VOC
bertujuan agar tidak ada persaingan dagang diantara pedagang Belanda serta bertujuan untuk
menyaingi perdagangan Inggris yang terdapat di India. Kedatangan VOC ke Indonesia juga
bertujuan untuk menguasi monopoli perdagangan rempah rempah di Indonesia, menguasai
Indonesia serta menguasai pelabuhan yang paling berpengaruh di Indonesia.

Proses penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia yang dilakukan leh VOCpun berjalan dengan baik.
Namun pihak VOC memberikan Hak Oktroi kepada negara lain agar keberadaannya dapat
didukung. Hak tersebut berisi tentang :
Hak mempunyai benteng pertahanan dan angkatan perang.
Hak untuk mengadakan penjajahan dan peperangan.
Hak monopoli dagang yang terjadi diwilayah Afrika dan Amerika Selatan.
Hak untuk mengumpulkan pajak.
Hak untuk mengangkat pegawai.
Hak untuk mencetak uang dan mengedarkannya.
Hak untuk melakukan perjanjian dengan raja di Indonesia.
Hak untuk menjadi wakil Belanda menjajah Indonesia.
Penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia dimulai dengan adanya monopoli rempah rempah yang
memberlakukan hak eksterposi yatiu hak untuk mengurangi hasil rempah rempah dengan cara
mengurangi penebangan. Tidak hanya monopoli dagang saja yang dilakukan oleh pihak VOC
melainkan memberlakukan sistem tanam paksa di Indonesia. Penjajahan bangsa Belanda
tersebut membuat Indonesia menjadi sengsara. Namun pada tanggal 31 Desember 1799
organisasi VOC dibubarkan karena mengalami kebangkrutan.

Demikilanlah penjelasan mengenai proses masuknya penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia.


Penjajahan tersebut dilakukan oleh beberapa bangsa Eropa dengan membawa kesengsaraan
bagi Indonesia

SIFAT PENDUDUK JEPANG DI INDONESIA


Pendudukan Jepang di Indonesia memiliki karakteristik: - Dilakukan dengan cara memikat hati bangsa
Indonesia, pada dasarnya cara Jepang adalah dengan memperdengarkan lagu kebangsaan kita dari
Radio Tokyo secara terus-menerus disertai pidato para pahlawan bangsa yang membuat rakyat
Indonesia meyakini bahwa Jepang ingin untuk membawa Indonesia merdeka dari jajahan. - Dengan
membawa semboyan 3G yaitu gold, Glory, Gospel, Jepang mengatakan bahwa mereka adalah saudara
tua Indonesia dan datang untuk membawa Indonesia merdeka. - Melakukan propaganda kepada
masyarakat Indonesia mengenai 3A untuk memberi kesan kepada bangsa Indonesia bahwa Jepang
merupakan negara yang kuat dan mampu membantu Indonesia - Banyak terjadi rayuan, propaganda,
dan tipu muslihat, seperti banyak pahlawan Indonesia yang dibebaskan dari pengasingan dan juga
penggunaan bahasa Indonesia diperbolehkan, padahal pada dasarnya itu hanya untuk mendapatkan hati
bangsa Indonesia saja. KESIMPULAN Pada kesimpulannya bahwa Jepang memiliki karakteristik
penjajahan dengan cara propaganda dan tipu muslihat, sehingga seolah-olah Indonesia merasa
diuntungkan dengan kehadiran Jepang yang dinilai dapat membawa bangsa Indonesia kepada
kemerdekaan yang lebih dekat

Perlawanan Indonesia

1. Perlawanan rakyat demak terhadap portugis

Pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka dengan bantuan
Kerajaan Aceh. Penyerangan dipimpin oleh Adipati Unus yang terkenal dengan sebutan Pangeran
Sabrang Lor. Pada masa pemerintahan Adipati Unus, Demak melakukan blokade pengiriman beras ke
Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.

2. Perlawanan rakyat aceh terhadap portugis

Portugis mulai mengganggu kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam saat berada di Malaka. Portugis
berusaha menguasai Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi pusat perdagangan baru setelah jatuhnya
Malaka. Pada tahun 1513, Aceh bersama Demak melancarkan serangan ke Malaka, tapi gagal. Portugis
pun sama juga gagal melancarkan serangan ke Aceh. Aceh meminta bantuan persenjataan, militer, dan
ahli perang dari Turki. Dan bantuan dipenuhi oleh Turki pada tahun 1567. Setelah bantuan dari Turki
datang, pada tahun 1568 Aceh bersama Turki menyerang Portugis di Malaka. Portugis terpaksa bertahan
mati-matian dalam menghadapi serangan tersebut di Benteng A Famassa. Namun, Portugis dapat
menggagalkan serangan dari Aceh.

3. Perlawanan rakyat ternate pada portugis

Perlawanan ternate terhadap portugis Karena ulah orang-orang Portugis yang serakah, maka
hubungannya dengan Ternate yang semula baik menjadi retak. Portugis ingin memaksakan monopoli
perdagangan kepada rakyat Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan
terhadap kekuasaan Portugis di Ternate pada tahun 1533.

Untuk menghadapi Portugis, Sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau Jawa
bersatu melawan Portugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap Portugis. Kerajaan
Ternate dan Tidore bersatu. Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa terdesak, Portugis lalu
mendatangkan pasukan dari Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut
menyerbu beberapa wilayah di kerajaan Ternate.
4. Perlawanan Kraton Yogyakarta terhadap Penjajahan Bangsa Inggris

Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang mengisi kekuasaan di pusat adalah
Raffles, sedangkan Karesidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd. Saat itu, Karesidenan Yogyakarta
dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwana II atau Sultan Sepuh. Sultan HB II terkenal keras dan sangat
menentang pemerintah kolonial sehingga membuat orang Eropa (Inggris) terganggu. Sikap kerasnya
tersebut terlihat ketika Raffles untu pertama kali datang ke Yogyakarta pada bulan Desember 1811. Saat
itu, Sultan HB II berani bertengkar dengan Raffles. Selanjutnya, juga terjadi pada awal Januari 1812.

5. Perlawanan Rakyat Palembang terhadap Penjajahan Bangsa Inggris

Raffles mengirim 3 orang utusan yang dipimpin oleh Richard Philips ke Palembang untuk mengambil
alih kantor sekaligus benteng Belanda di Palembang dan meminta hak kuasa sultan atas tambang timah
di Pulau Bangka. Sultan Mahmud Badaruddin II menolak permintaan itu dengan merujuk pada surat
Raffles sebelumnya bahwa kalau Belanda berhasil diusir, Palembang akan menjadi kesultanan yang
merdeka. Raffles pun kaget luar biasa setelah mengetahui bahwa dengan cerdas Sultan Mahmud
Badaruddin II menjadikan isi suratnya dahulu sebagai legitimasi untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Inggris.

Raffles pun memilih untuk mengkhianati janjinya tersebut. Ia mengirim ekspedisi perang di tahun 1812
yang dipimpin Mayor Jenderal Robert Gillespie. Ekspedisi pun sampai dalam waktu 1 bulan di Sungai
Musi. Sultan Mahmud Badaruddin II juga sudah bersiap-siap menghadapi gempuran tersebut.

Strategi perjuangan bangsa indonesia melawan penjajahan barat sebelum dan sesudah abad ke-20

Pada abad ke-16 bangsa Eropa berlayar ke wilayah Timur, diantaranya Portugis, Spanyol, Inggris, dan
Belanda. Tujuan mereka adalah mencari rempah-rempah dan juga menyebarkan agama kristen. Setelah
sampai Nusantara keserakahan mereka timbul, yang awalnya hanya ingin berdagang tiba-tiba mereka
ingin menguasai Nusantara. Keinginan mereka itulah yang melatarbelakangi bangsa Indonesia
melakukan perjuangan.

Strategi perjuangan bangsa indonesia melawan penjajahan barat sebelum abad ke-20

Sebelum tahun 1908, banyak bangsa lain yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia. Banyak yang
memeras, menyiksa dan merebut hak-hak rakyat Nusantara. Perjuangan bangsa Indonesia terhadap
penjajah hampir dilakukan diseluruh wilayah, terutama di daerah yang menjadi pusat kekuasaan
penjajah.
Perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah VOC menggunakan senjata dimulai pada abad ke-17,
dimana perlawanan tersebut dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram, Sultan Hasanuddin dari
Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Untung
Surapati, Trunajaya, dan Ibnu Iskandar dari Minangkabau.

Strategi perjuangan bangsa indonesia melawan penjajahan barat sesudah abad ke-20

Perjuangan bangsa Indonesia setelah abad ke-20 merupakan perjuangan yang sudah menunjukkan
karakter yang bersifat nasional. Perjuangan nasional juga dikenal dengan istilah Pergerakan Nasional.

Tak hanya bersifat nasional, tapi bersifat perjuangan diplomasi dan organisasi. Corak perlawanan
berubah dari pola perjuangan fisik (memakai senjata) menjadi non fisik (diplomasi dan organisasi).
Berubahnya corak perlawanan terhadap penjajah pada masa pergerakan nasional terwujud berkat
meningkatnya pendidikan di masa itu yang kemudian melahirkan kelompok baru, yaitu kaum intelektual
atau golongan terpelajar.

Nilai-nilai sumpah pemuda

Nilai-Nilai Sumpah Pemuda

Tidak hanya ketiga makna penting didalam Sumpah Pemuda yang perlu diketahui, namun ada
pula nilai-nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda yang perlu anda pahami. Hal ini juga
menyangkut dengan keharusan para pemuda dan pemudi bangsa Indonesia untuk tetap
mengingat semangat para pemuda dan pejuang yang telah berjuang demi kemerdekaan
Indonesia. Apa saja nilai-nilai tersebut? berikut ini ada 7 nilai-nilai didalam Sumpah Pemuda:

Nilai Cinta Bangsa dan Tanah Air


Nilai dalam Sumpah Pemuda yang pertama adalah cinta bangsa dan tanah air. Mengapa
demikian? Karena dalam ikrar Sumpah Pemuda yang disampaikan pada tahun 1928 terdapat
makna akan satu tanah, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Hal ini lah yang
menjadi wujud dari adanya rasa cinta terhadap bangsa dan juga tanah air Indonesia, atau juga
dapat dipahami sebagai adanya suatu rasa nasionalisme. Memiliki rasa cinta terhadap bangsa
dan tanah air Indonesia juga berarti bahwa setiap warga Indonesia wajib untuk selalu setia dan
juga bangga terhadap satu satunya bangsa dan negara Indonesia.

Nilai akan Sikap Rela Berkorban


Terdapatnya nilai cinta bangsa dan tanah air juga tidak terlepas dari adanya nilai akan sikap rela
berkorban dalam Sumpah Pemuda. Rela berkorban berarti bahwa ikhlas atau rela untuk
memberikan apapun yang dimilikinya demi kepentingan bangsa dan negara, walaupun dapat
menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Hal ini juga ditunjukkan demi memperkuat
persatuan dan kesatuan para pemuda bangsa Indonesia dalam berjuang memperebutkan
kemerdekaan Indonesia. Itulah mengapa semangat juang para pemuda dalam peristiwa
Sumpah Pemuda yang telah mengorbankan banyak tenaga dan pikiran hanya demi
kemerdekaan Indonesia menciptakan nilai akan sikap rela berkorban demi bangsa dan negara
Indonesia didalam Sumpah Pemuda.

Nilai Persatuan
Sumpah Pemuda juga mengandung nilai persatuan, hal ini dapat dilihat dari dasar Sumpah
Pemuda sendiri yang dirumuskan dan di ikrarkan oleh seluruh pemuda yang berasal dari
berbagai daerah, suku, agama, hingga golongan yang berbeda-beda. Walaupun datang dari
suatu perbedaan, namun tidak menghalangi para pemuda untuk dapat merasakan persatuan
dalam satu bangsa Indonesia yang ditunjukkan dari perjuangan bersama mereka dalam
melawan penjajah demi merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perjuangan tersebut mencerminkan adanya sikap dan perilaku yang mencerminkan komitmen
persatuan, terutama bagi bangsa dan negara. Tanpa adanya rasa persatuan dari seluruh
pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, maka penjajahan pasti akan terasa sulit untuk
dihentikan. Itulah mengapa Sumpah Pemuda juga memiliki nilai persatuan didalamnya.

Nilai akan Dapat Menerima dan Menghargai Perbedaan


Nilai persatuan juga mengandung arti akan perbedaan yang dapat diterima oleh satu sama lain.
Hal ini yang mengarahkan tentang adanya nilai akan dapat menerima dan menghargai
perbedaan di dalam Sumpah Pemuda. Walaupun berasal dari berbagai macam latar belakang
yang berbeda, namun tidak menyurutkan semangat para pemuda bangsa Indonesia untuk tetap
bersatu dan menjunjung tinggi nilai persatuan demi mencapai cita-cita bersama. Berbagai
macam berbedaan latar belakang tersebut bukanlah merupakan hal untuk di permasalahkan,
namun justru wajib untuk diterima dan juga dihargai satu sama lain sebagai salah satu kekuatan
bangsa Indonesia. Para pemuda dapat menerima dan menghargai akan adanya perbedaan demi
terciptanya satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

Nilai akan Mengutamakan Kepentingan Bangsa


Nilai pada Sumpah Pemuda yang selanjutnya adalah nilai akan mengutamakan kepentingan
bangsa diatas kepentingan lainnya. Artinya bahwa ikrar Sumpah Pemuda dan juga para
perjuangan pemuda dalam usahanya merebut kemerdekaan Indonesia tidak mengutamakan
kepentingan diri sendiri maupun kepentingan golongan masing-masing, mereka selalu
mengutamakan kepentingan bangsa untuk dapat bersatu melawan para penjajah dan merebut
kemerdekaan Indonesia.

Nilai Semangat Persaudaraan


Nilai semangat persaudaraan didalam Sumpah Pemuda juga dilandasi akan adanya semangat
kekeluargaan didalamnya. Semangat kekeluargaan ini dapat dilihat dari adanya sikap saling
menyayangi dan bertanggung jawab atas satu sama lain dalam satu bangsa Indonesia yang juga
menjadi suatu makna nilai kekeluargaan. Semangat persaudaraan didalam para pemuda juga
yang mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa dan tanah air yang satu, yaitu satu
bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, selalu menjunjung semangat persaudaraan atas sesama
warga Indonesia juga penting adanya untuk selalu menjunjung tinggi kesatuan bangsa dan
terhindar dari adanya perpecahan didalamnya.

Nilai akan Meningkatkan Semangat Gotong Royong


Gotong royong atau bekerja sama demi mencapai satu tujuan yang sama merupakan suatu
kebudayaan yang kuat didalam bangsa Indonesia. Gotong royong merupakan salah satu usaha
atau upaya yang dilakukan bersama-sama tanpa pamrih atau mengharapkan suatu imbalan,
nilai gotong royong juga menjadi salah satu contoh nilai kemanusiaan. Nilai gotong royong ini
juga terdapat dalam Sumpah Pemuda, dimana para pemuda berjuang bersama-sama saling
membahu satu sama lain demi kemerdekaan Indonesia.

Dampak penjajahan
Bidang Politik

Pada masa pemerintahan kolonial, kekuasaan-kekuasaan kerajaan di Nusantara menurun


karena adanya intervensi dari pemerintah kolonial, lewat devide et impera (politik adu domba).
Melalui devide et impera, pemerintah kolonial Belanda berhasil memengaruhi penguasa-
penguasa di daerah untuk tunduk terhadap kekuasaannya.

Berhasil membuat penguasa daerah tunduk, berarti juga dapat “mengatur” beberapa kebijakan
baru, seperti:

membagi wilayah Hindia Belanda khususnya Jawa menjadi 9 prefektur dan 30 regentschap.
Tiap prefektur dipimpin oleh prefek yang merupakan orang Eropa sedangkan tiap regentschap
(kabupaten) dipimpin bupati yang berasal dari orang pribumi bangsawan.
Prefektur dan regent berada di bawah Gubernur Jenderal yang berkedudukan sebagai
pemimpin tertinggi pemerintah kolonial Belanda.
Gubernur Jenderal dibantu oleh enam departemen yaitu kehakiman, keuangan, dalam negeri,
kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi serta kesejahteraan rakyat.
Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik Pax Nederlanica
di akhir abad 19 menuju awal abad 20.
tahukah kamu perbedaan prefektur, karisidenan, dan kabupaten

Pax Nederlanica adalah perubahan sistem pemerintahan dari administrasi tradisional ke sistem
administrasi modern. Sistem ini diterapkan untuk menggantikan posisi penting pemerintah
daerah ke tangan pemerintah Belanda dengan cara mengangkat dan menggaji pegawai yang
menduduki jabatan struktur birokrasi. Dalam sistem tersebut jabatan tertinggi yang bisa
dipegang oleh masyarakat pribumi adalah bupati dan di bawahnya terdapat wedana dan patih.
Berikut bagan dari struktur pemerintahan kolonial Hindia Belanda:
Struktur Pemerintahan Hindia Belanda

Selain itu, sistem pemerintahan di Indonesia sekarang merupakan warisan dari penerapan
ajaran Trias Politica yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda. Dalam badan yudikatif di
struktur tersebut, pemerintahan kolonial Belanda membagi badan peradilan menjadi tiga
macam berdasarkan golongan masyarakat di Hindia-Belanda. Badan peradilan tersebut terdiri
dari peradilan untuk orang Eropa, peradilan orang Timur Asing, dan peradilan orang pribumi.
Dalam badan legislatif, pemerintah kolonial Belanda membentuk Volksraad atau Dewan Rakyat
pada tahun 1918.

Bidang Budaya

Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara memengaruhi kebudayaan bangsa Indonesia. Pengaruh


tersebut mulai dari kosakata bahasa, musik, seni tari, pakaian, arsitektur hingga cara berpikir.
Dampak dalam bidang budaya yang pertama adalah adanya kata-kata serapan. Kamu bisa lihat
kata-katanya di bawah ini:

kata serapan dalam bahasa indonesia

Selain itu, kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal baru ke bangsa kita.
Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun tarian seperti dansa. Selain itu,
ada juga bangunan-bangunan yang menjadi saksi bisu terhadap segala peristiwa masa lampau.
Semua bangunan tersebut punya ciri khas yang sulit dibuat saat ini. Seperti bangunan yang bisa
kita temui di Kota Tua, Jakarta. Dulunya, Kota Tua merupakan pusat pemerintahan Batavia.

gaya arsitektur pada bangunan zaman belanda menjadi dampak kedatangan Bangsa Eropa

Gaya arsitektur pada bangunan zaman belanda menjadi dampak kedatangan Bangsa Eropa yang
masih bisa kamu nikmati di masa kini. Jangan lupa dijaga, ya! (Sumber: coklatkita.com)

Bangsa Eropa, terutama Belanda, juga banyak mendirikan benteng-benteng untuk menghalau
serangan dari Inggris. Kamu bisa lihat benteng Fort de Kock di Bukittinggi, di Sumatera Barat,
Benteng Marlborough di Bengkulu, Benteng Spellwijk di Banten, Benteng Vredeburg di
Yogyakarta, dan lain-lain.

Bidang Sosial
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial ataupun
ekonomi. Salah satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang menganut
agama Katolik dan Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang membawa semangat 3G
memengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di Indonesia.

Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus Xaverius,
seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Di samping penyebaran
agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di Indonesia.

Ilustrasi Santo Fransiskus Xaverius

Fransiskus Xaverius, yang ditetapkan menjadi orang suci oleh gereja Katolik (Sumber:
youtube.com).

Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jendral
Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), yaitu
organisasi yang menyebarkan agama Kristen Protestan berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh
yang tergabung dalam NZG yang terkenal adalah Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian
Qanckaarts.

Bidang Ekonomi

Dengan datangnya Bangsa Eropa, masyarakat Indonesia diperkenalkan pada mata uang di masa
Raffles menjalankan kebijakan Sistem Sewa Tanah. Diperkenalkannya uang kertas dan logam
mendorong munculnya perbankan modern di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah de Javasche
Bank, bank modern di Hindia-Belanda yang muncul pertama kali dan didirikan di Batavia pada
tahun 1828.

Selanjutnya adalah bangkitnya kehidupan perekonomian akibat pembangunan jalan raya pos
Anyer-Panarukan. Keberadaan infrastruktur jalan didukung oleh jaringan transportasi
khususnya kereta api yang muncul dan berkembang pada masa Sistem Tanam Paksa. Jaringan
kereta api muncul dan berkembang di Hindia-Belanda sebagai sarana pengantaran hasil
perkebunan yang ada di Hindia Belanda serta transportasi masyarakat. Munculnya sistem
transportasi ini merupakan dampak kedatangan Bangsa Eropa bagi Indonesia yang masih bisa
kamu gunakan hingga hari ini.

Baca juga: Sejarah Kelas 11 | Hubungan Politik Etis dengan Tumbuhnya Kesadaran Kebangsaan
Indonesia.
Bidang Pendidikan

Masuknya bangsa Eropa ke Nusantara juga membawa pengaruh besar dalam bidang
pendidikan. Pendidikan dari Eropa pertama kali masuk ke Nusantara bersamaan dengan
masuknya agama Kristen Katolik. Kala itu dibangun sekolah yang mengajarkan ajaran agama
Katolik untuk para pribumi dari daerah Timur Indonesia di sekitar daerah Maluku.

Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh pemerintah
kolonial. Perhatian pemerintah kolonial Belanda terhadap pendidikan dikarenakan guna
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor swasta dan pemerintahan. Sekolah-sekolah
yang didirikan pemerintah menganut sistem pendidikan barat dan hanya bisa dimasuki oleh
kalangan bangsawan. Beberapa contoh sekolah yang didirikan pada masa awal pemerintah
kolonial Belanda, antara lain:

TINGKATAN_SEKOLAH_PADA_MASA_PEMERINTAHAN_HINDIA-BELANDA

Pendidikan selanjutnya yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda adalah sekolah-sekolah


kejuruan seperti sekolah calon pegawai negeri sipil yaitu OSVIA (Opleidingschool voor
Inlandsche Ambtenaren). Ada pula dua sekolah kejuruan medis selevel dengan tingkat
universitas yaitu School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), dan Nederland Indische
Artssenschool (NIAS). STOVIA didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda untuk
melahirkan dokter-dokter demi mengatasi berbagai penyakit berbahaya di wilayah jajahannya.
Sekolah ini didirikan untuk mendidik masyarakat pribumi, sehingga setelah mengenyam
pendidikan di STOVIA mereka mendapat gelar “Dokter Jawa”.

Fakultas Kedokteran UI dulunya adalah STOVIA

STOVIA, akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran
UI. (Sumber: fk.ui.ac.id).

Kemudian muncul kembali pendidikan tingkat universitas Technische Hoogeschool (THS,


Sekolah Tinggi Teknik). Melalui sekolah-sekolah bergaya pendidikan barat yang didirikan oleh
pemerintah kolonial Belanda nantinya melahirkan golongan elite baru dalam masyarakat
Indonesia. Golongan elite baru inilah yang membawa perubahan dalam perjuangan bangsa
Indonesia mencapai kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai