Anda di halaman 1dari 4

HKUM4405-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4405/Hukum Acara Perdata
Tugas 2

No. Soal
1. Kasus:

Amin berumur 30 tahun, bertempat tinggal di Jalan Sutiyoso No. 10 Semarang, dia seorang pengusaha kuliner
ayam geprek. Usahanya berjalan sukses dan sangat laris. Amin berencana ingin membuka cabang untuk usaha
ayam gepreknya di daerah lain. Untuk memperluas usahanya tersebut, tanggal 20 Oktober 2019 Amin meminjam
uang kepada Ronal sebanyak Rp. 300,000.000- (tiga ratus juta rupiah). Ronal sendiri tinggal di Jalan Ngasem No.
20 Yogyakarta. Selanjutnya mereka berdua mengikat diri dalam surat perjanjian yang mana Amin berjanji akan
mengembalikan pinjaman tersebut pada tanggal 18 Juni 2020.
Setelah tanggal yang dijanjikan tiba, Amin tidak membayar hutang tersebut sesuai dengan yang diperjanjikan.
Ronal sudah berulangkali menghubungi dan melayangkan somasi kepada Amin untuk segera melunasi pinjaman
tersebut akan tetapi Amin tidak menggubrisnya dan tidak mau melunasi hutang tersebut. Berdasarkan hal tersebut,
Ronal berencana akan menggugat Amin melalui pengadilan.

Pertanyaan:
Uraikanlah syarat apa saja yang harus dipenuhi Ronal dalam menggugat Amin ke Pengadilan dan ke Pengadilan
mana sebaiknya Ronal mengajukan gugatan, karena antara Ronal dan Amin berbeda alamat tempat tinggal.
Berikan dasar hukumnya!

Jawab:

Dalam kasus ini, Ronal berencana untuk menggugat Amin ke pengadilan karena Amin tidak melunasi hutang pinjaman
sebesar Rp. 300,000,000 sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan dalam surat perjanjian antara keduanya.

Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh Ronal adalah mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri setempat. Menurut
Pasal 181 HIR, penggugat harus memenuhi persyaratan formil dan materil dalam mengajukan gugatan. Persyaratan
formil antara lain adalah gugatan harus diajukan ke pengadilan yang berwenang, menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, serta disertai dengan dokumen-dokumen pendukung yang memperkuat tuntutan penggugat. Persyaratan
materil adalah gugatan harus memiliki dasar hukum yang kuat dan bukti-bukti yang cukup.

Setelah gugatan diajukan, pengadilan akan melakukan proses pemeriksaan terhadap gugatan tersebut. Hakim akan
memeriksa dokumen-dokumen pendukung, mendengarkan keterangan saksi-saksi, dan menyelesaikan perselisihan
antara kedua belah pihak. Jika Ronal bisa membuktikan bahwa Amin memang meminjam uang dari dirinya dan tidak
membayar hutang tersebut, maka hakim dapat mengeluarkan putusan yang mewajibkan Amin untuk membayar hutang
1 dari 2
HKUM4405-3

piutang tersebut bersama dengan bunga dan biaya administratif lainnya.

Jika Amin masih menolak atau tidak mematuhi putusan pengadilan, maka Ronal dapat meminta eksekusi atas putusan
tersebut. Dalam hal ini, Ronal akan meminta bantuan badan keamanan agar dapat mengambil harta benda milik Amin
yang menjadi jaminan hutang piutang tersebut sebagai upaya untuk melunasi hutangnya.

Demikianlah uraian mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Ronal dalam menggugat Amin ke pengadilan
untuk menyelesaikan sengketa terkait hutang piutang.

2. Kasus:

Serli dan Budi suami istri yang menikah pada tanggal 12 Desember 2010, sejak awal perkawinan pasangan ini
tinggal di rumah kontrakan di Jl. Margondara Raya No. 220 Depok. Perkawinan tersebut tercatat di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Beji Depok (Jawa Barat) dengan akta nikah Nomor: 530/4/XII/2010 tanggal 12 Desember
2010. Selama perkawinan pasangan ini telah dikarunia 2 orang anak yang bernama: 1. Aris lahir pada tanggal 20
November 2011, anak nomor 2 bernama Intan lahir pada tanggal 10 Januari 2014. Pada tanggal 10 Februari 2013
Serli dan Budi membeli sebuah rumah yang beralamat di Jalan Brimob Kelapa Dua Nomor 50 Depok (Jawa Barat)
dan sejak tanggal 15 Februari 2013 mereka tinggal di rumah ini.
Sejak tahun 2015 rumah tangga pasangan ini sudah tidak harmonis lagi sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran yang disebabkan karena Budi (suami) bersifat temperamental, tidak jujur dan sering tidak pulang
kerumah. Sehingga Serli berencana mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Depok.

2 dari 2
HKUM4405

Pertanyaan:
Apabila Serli akan mengajukan gugatan cerai kepada Budi, apa saja yang harus dicantumkan/dibuat didalam
gugatan Serli tersebut sesuai dengan dalil-dalil (fundamentum petendi) dan syarat yang ada pada fundamentum
petendi tersebut! serta buatkan dalil-dalil gugatan berdasarkan kasus Serli tersebut!

Jawab:

Serli berencana mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama karena merasa tidak lagi dapat melanjutkan rumah
tangganya dengan Budi yang bersikap kurang baik dan sering membuat pertengkaran. Sebelum mengajukan gugatan
cerai, Serli dapat mencoba menyelesaikan masalah dengan cara kekeluargaan atau dengan bantuan mediator, namun jika
semua upaya tersebut tidak berhasil, maka langkah selanjutnya adalah mengajukan gugatan cerai.

Agar gugatan cerainya diterima oleh Pengadilan Agama, Serli harus memenuhi persyaratan formil dan materil yang telah
ditetapkan oleh hukum acara perdata, yaitu antara lain:

1. Memiliki dasar hukum yang kuat. Dasar hukum dalam hal ini adalah alasan yang melatarbelakangi pengajuan gugatan
cerai, seperti adanya perselisihan yang cukup serius antara pasangan yang belum dapat diatasi.

2. Melampirkan bukti-bukti yang mendukung tuntutan cerai, seperti surat pernyataan dari saksi atau barang bukti.

3. Mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama yang berwenang, sesuai dengan wilayah tempat tinggal pasangan
tersebut.

4. Mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh Pengadilan Agama, seperti pemeriksaan saksi, mediasi, dan
permohonan penetapan putusan.

Setelah gugatan cerai diterima oleh Pengadilan Agama, maka proses pemeriksaan akan dilakukan, termasuk
pemeriksaan bukti dan keterangan saksi-saksi. Kemudian hakim akan mempertimbangkan bukti-bukti yang ada sebelum
mengeluarkan putusan akhir.

Jika gugatan cerai diterima oleh Pengadilan Agama, maka hakim akan menjatuhkan putusan yang menetapkan
perceraian pasangan tersebut dan memutuskan tentang hak asuh anak, nafkah, harta bersama, serta hak-hak lainnya yang
masih menjadi kewajiban maupun tanggung jawab kedua belah pihak.

3. Kasus:

Serli dan Budi suami istri yang menikah pada tanggal 12 Desember 2010, sejak awal perkawinan pasangan ini
tinggal di rumah kontrakan di Jl. Margondara Raya No. 220 Depok. Perkawinan tersebut tercatat di Kantor Urusan

3 dari 2
HKUM4405

Agama Kecamatan Beji Depok (Jawa Barat) dengan akta nikah Nomor: 530/4/XII/2010 tanggal 12 Desember
2010. Selama perkawinan pasangan ini telah dikarunia 2 orang anak yang bernama: 1. Aris lahir pada tanggal 20
November 2011, anak nomor 2 bernama Intan lahir pada tanggal 10 Januari 2014. Pada tanggal 10 Februari 2013
Serli dan Budi membeli sebuah rumah yang beralamat di Jalan Brimob Kelapa Dua Nomor 50 Depok (Jawa Barat)
dan sejak tanggal 15 Februari 2013 mereka tinggal di rumah ini.
Sejak tahun 2015 rumah tangga pasangan ini sudah tidak harmonis lagi sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran yang disebabkan karena Budi (suami) bersifat temperamental, tidak jujur dan sering tidak pulang
kerumah. Sehingga Serli berencana mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama depok.

Pertanyaan:
Berdasarkan kasus di atas analisislah :
Apabila Serli akan mengajukan gugatan cerai kepada Budi, apa saja isi dari petitum dan subsidair yang
diajukan oleh Serli (penggugat) di dalam gugatan tersebut!

Jawab:

Serli berencana mengajukan gugatan cerai ke pengadilan karena hubungan rumah tangganya dengan Budi tidak
harmonis dan sering terjadi perselisihan. Sebelum mengajukan gugatan cerai, Serli dapat mencoba menyelesaikan
masalah dengan cara kekeluargaan atau melalui bantuan mediator.

Jika semua upaya tersebut tidak membuahkan hasil, maka Serli dapat mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama
yang berwenang, sesuai dengan wilayah tempat tinggal pasangan tersebut. Dalam mengajukan gugatan cerai, Serli
harus memenuhi persyaratan formil dan materil yang telah ditentukan oleh hukum acara perdata.

Setelah gugatan cerai diterima oleh Pengadilan Agama, maka sidang akan dilakukan dan hakim akan melakukan
pemeriksaan terhadap gugatan tersebut. Hakim akan mempertimbangkan bukti-bukti yang ada dan mendengarkan
keterangan dari kedua belah pihak.

Jika gugatan cerai diterima oleh Pengadilan Agama, maka hakim akan menjatuhkan putusan yang menetapkan
perceraian dan menyelesaikan perkara tentang hak asuh anak, nafkah, harta bersama, serta hak-hak lainnya yang
masih menjadi kewajiban kedua belah pihak.

Namun, jika pasangan tersebut memiliki kesepakatan untuk berpisah secara damai, maka dapat dilakukan mediasi dan
kesepakatan tersebut dapat diakui oleh Pengadilan Agama sebagai putusan akhir.

Demikianlah gambaran proses mengajukan gugatan cerai dan sidang di Pengadilan Agama dalam kasus Serli dan
Budi.

4 dari 2

Anda mungkin juga menyukai