Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Nur Rohman

NIM : 202121043
Kelas : HKI 6C

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SINGAREJA


NOMOR No. 376/Pdt.G/2018/PN.Sgr

Seorang perempuan (nama disamarkan), lahir pada tanggal 31 Desember 1967,


pekerjaan swasta, agama Hindu, menggugat seorang laki-laki (nama disamarkan), lahir pada
tanggal 31 Desember 1969, pekerjaan petani, agama Hindu, kepada Pengadilan Negeri
Singareja pada 4 Juli 2018. Penggugat dan Tergugat telah melangsungkan perkawinan
menurut Hukum Adat atau Agama Hindu, di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng, pada tanggal 5 September 1995 yang saat ini belum mempunyai Akta
Perkawinan. Perkawinan antara Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai 2 (dua) orang anak.
Seiring dengan berjalannya waktu, Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan
dan kesalahpahaman, setiap ada pertengkaran Tergugat selalu mengeluarkan kata-kata yang
sangat menyakitkan dan selalu Tergugat mengajak Penggugat untuk bercerai. Puncaknya
adalah pada tanggal 6 April 2015 Penggugat dengan Tergugat sudah tidak ada kecocokan lagi
maka telah membuat Surat Pernyataan Perceraian Suami Istri yang disaksikan oleh Kelian
Banjar Dinas Pudeh, Kelian Desa Pakraman Tajun dan Perbekel Tajun.
Penggugat berharap Hakim Pengadilan Negeri Singareja dapat menjatuhkan amar
putusan yang mengabulkan seluruh gugatan penggugat, selain itu Penggugat juga berharap
Hakim dapat menjatuhkan amar putusan :
1. Menyatakan hukum bahwa Penggugat dengan Tergugat yang telah melangsungkan
perkawinan menurut Hukum Adat atau Agama Hindu, di Desa Tajun, Kecamatan
Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, pada tanggal 5 September 1995 adalah sah.
2. Menyatakan hukum bahwa Penggugat dengan Tergugat yang telah melangsungkan
perkawinan menurut Hukum Adat atau Agama Hindu, di Desa Tajun, Kecamatan
Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, pada tanggal 5 September 1995 adalah putus
karena perceraian dengan segala akibat hukumnya.
3. Menyatakan hukum anak yang lahir dari perkawinan antara Penggugat dengan
Tergugat telah dikaruniai 2 orang anak, dimana kedua anak tersebut sesuai dengan
musyawarah mufakat bahwa anak I (Pertama) berada dalam asuhan dan tanggung
jawab Tergugat dan anak II (Kedua) berada dalam asuhan dan tanggung jawab
Penggugat dengan tidak menutup kesempatan kepada Tergugat maupun Penggugat
untuk bertemu dengan kedua anak tersebut.
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil gugatannya, penggugat telah
mengajukan surat-surat bukti yang bermaterai cukup berupa Surat Keterangan Perkawinan
dari Perbekel Tajun, Asli surat keterangan lahir dari Perbekel Desa Tajun, dan Asli surat
Pernyataan Perceraian tertanggal 6 April 2015 antara Made Merta dengan Disamarkan yang
diketahui oleh Kelian Banjar Dinas Pudeh, Kelian Desa Pekraman Tajun, dan Perbekel
Tajun. Selain surat-surat bukti, Penggugat juga membawa 2 orang saksi.
Berdasarkan dalih-dalih diatas, hakim mengambulkan gugatan Penggugat seluruhnya
secara verstek, karena Tergugat tidak hadir dalam persidangan. Selain itu hakim juga
menetapkan :
1. Menyatakan hukum bahwa Penggugat dengan Tergugat yang telah melangsungkan
perkawinan menurut Hukum Adat atau Agama Hindu, di Desa Tajun, Kecamatan
Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, pada tanggal 5 September 1995, adalah sah.
2. Menyatakan hukum bahwa Penggugat dengan Tergugat yang telah melangsungkan
perkawinan menurut Hukum Adat atau Agama Hindu, di Desa Tajun, Kecamatan
Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, pada tanggal 5 September 1995 adalah putus
karena perceraian dengan segala akibat hukumnya.
3. Menyatakan hukum anak yang lahir dari perkawinan antara Penggugat dengan
Tergugat berada dalam asuhan dan tanggung jawab Penggugat dengan tidak menutup
kesempatan kepada Tergugat sebagai ayah kandungnya sewaktu-waktu untuk bertemu
dan memberikan kasih sayangnya kepada anak tersebut.
4. Memerintahkan kepada para pihak untuk melaporkan putusan perkara ini yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap tanpa meterai kepada Kepala Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng untuk
mendaftarkan/mencatatkan putusan perkara ini dalam register yang diperuntukkan
untuk itu.
Dengan dikabulkannya gugatan ini, menurut saya legalitas hukum adat masih
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pada Pengadilan Negeri. Ini menjadi suatu
kekuatan besar karena hukum adat tidak dipandang sebelah mata sebagai hukum yang kuno,
akan tetapi masih terus eksis dan menjadi salah satu pertimbangan hakim dalam pengambilan
keputusan. Seperti pada kasus diatas, meskipun perkawinan telah berlangsung sejak lama,
tetapi masih bisa diakui legalitasnya oleh negara karena ada bukti dari adat setempat.

Anda mungkin juga menyukai