Pertumbuhan Teori Statuta di Italia (Abad ke-13 sampai dengan Abad ke-15)
Berhubung dengan perkembangan hubungan lalu-lintas dagang antara penduduk kota-
kota Italia semakin terasa bahwa doktrin feodal tersebut di atas merupakan penghambat bagi pemecahan konflik-konflik yang timbul sebagai akibat saling hubungan antar kota tersebut. Peningkatan intensitas perdagangan antar kota di Italia, ternyata asas teritorial (dalam arti: keterikatan karena tempat tinggal di wilayah suatu kota tertentu) perlu ditinjau kembali Persoalan-persoalan ini yang mendorong ahli hukum Italia untuk mencari asas-asas hukum yang lebih adil, wajar, dan ilmiah untuk menyelesaikan konflik-konflik semacam itu. Para ahli hukum jaman itu mulai mencari jalan penyelesaian secara ilmiah guna mengatasi keadaan yang tidak memuaskan itu. Masa ini dapat dikatakan renaissance (hidupnya kembali) hukum Romawi. Usaha ini dipelopori oleh universitas-universitas Italia, terutama sekolah hukum di Bologna, Padua, Perugia, dan Pavia. Teori Statuta diawali oleh seorang tokoh era Post Glossators, yaitu Accursius, beliau berpedapat “Bila seseorang yang berasal dari suatu kota tertentu di Italia, digugat di sebuah kota lain, maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum dari kota lain itu, karena ia bukan subyek hukum dari kota lain itu”. Gagasan ini menarik perhatian dan penelitian lebih lanjut oleh Bartolus de Sassoferato (1315-1357), yang kemudian menjadi pencetus Teori Statuta. Dia berusaha mengembangkan asas-asas untuk menentukan wilayah berlakunya setiap aturan hukum yang berlaku dengan mengajukan pertanyaan hubungan hukum seperti apakah yang diatur oleh suatu kaidah hukum tertentu. Jadi titik tolaknya adalah kaidahkaidah yang berlaku di suatu negeri atau kota tertentu. Bartolus meneliti setiap hubungan hukum menimbulkan konflik dan sekaligus menemukan statuta (hukum) yang paling tepat dan adil untuk diterapkan. Ia membagi statuta dalam statuta personalia dan statuta realia dan membeda-bedakan lingkungan berlakunya. Statuta realia lingkungan berlakunya teritorial, sedangkan statuta personalia extra-teritorial (personal). Sebagai kriterium pembedaan di dalam realia dan personalia, digunakan susunan kalimat secara gramatikal di dalam statuta yang bersangkutan. Kalau kalimatnya dimulai dengan kata “benda”, maka ini berarti statuta realia; kalau dimulai dengan “orang”, maka ini berarti statuta personalia. Bartolus sampai pada kesimpulan mengenai statuta-statuta di Italia 1. Statuta-statuta suatu kota dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) atau 3 (tiga) kelompok/jenis statuta, yaitu: a. Statuta personalia yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan kedudukan hukum atau status personal orang. b. Statuta realia yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan status benda. c. Statuta mixta yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan hukum (jenis statuta ini dilengkapi oleh para ahli Post Glossators lainnya karena dianggap sesuai dengan kebutuhan). 2. Setiap jenis Statuta itu dapat ditentukan lingkup atau wilayah berlakunya secara tepat, yaitu: a. Statuta personalia, obyek pengaturannya adalah orang dalam persoalan-persoalan hukum yang menyangkut pribadi dan keluarga. Lingkup berlaku bersifat ekstra- teritorial, karena ada kemungkinan untuk berlaku di luar wilayah penguasa kota yang memberlakukannya. Statuta personalia hanya berlaku terhadap warga kota yang berkediaman tetap di wilayah kota yang bersangkutan. Namun demikian, statuta ini akan tetap melekat dan berlaku atas mereka, di mana pun mereka berada. b. Statuta realia, obyek pengaturannya adalah benda dan statuta hukum dari benda. Berlaku prinsip teritorial, artinya hanya berlaku di dalam wilayah kekuasaan penguasa kota yang memberlakukannya, namun akan tetap berlaku terhadap siapa saja (warga kota/ pendatang/orang asing) yang berada di dalam teritorial kota yang bersangkutan. c. Statuta Mixta adalah berkenaan dengan perbuatan-perbuatan hukum oleh subyek hukum/perbuatan-perbuatan hukum terhadap benda-benda.