23
Ius gentium dibedakan menjadi ius privatum dan ius publicum,
ius privatum menjadi cikal bakal HPI dan ius publicum menjadi
cikal bakal HI (Publik)
Pada Masa Romawi yang dilandasi asas teritorial, yaitu hukum
yang berlaku bersifat teritorial, (berdasar wilayah, tempat
tertentu), Asas HPI yang penting adalah:
Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs), hukum yang harus diberlakukan
atas suatu benda adalah hukum tempat benda itu
berada/terletak (ingat Ps. 17 AB)
24
Pada akhir abab 6 M kekaisaran Romawi Hancur/runtuh. Bekas
wilayah kekaisaran Romawi diduduki oleh berbagai bangsa.
Asas HPI yang tumbuh pada masa ini dikategorikan sebagai asas
HPI yang berlandaskan asas personal, (orang, para pihak):
1. Asas yang menetapkan hukum yang berlaku dalam suatu
perkara adalah hukum personal tergugat.
2. Asas tentang kemampuan untuk melakukan perbuatan
hukum, ditentukan oleh hukum personal yang
bersangkutan.
3. Asas tentang pewarisan ditentukan oleh hukum personal si
pewaris.
4. Asas tentang pengesahan perkawinan, ditentukan
berdasarkan hukum personal suami.
25
D. Teori Statuta di Italia, abad 13-15 M
Makin berkembangnya perdagangan, membuat asas
teritorial tidak dapat dipertahankan lagi.
Situasi tersebut mendorong para ahli hukum untuk mencari
asas hukum yang dianggap lebih adil dan wajar.
Diantaranya dengan menapsirkan dan mengembangkan
ketentuan hukum Romawi (Corpus Iuris) yang berlaku di Italia.
26
STATUTA adalah kaidah hukum lokal yang berlaku dan memjadi
ciri khas kota (di Italia) yang berbeda dari kaidah hukum umum
yang berlaku di seluruh Italia.
Berdasarkan lingkup berlakunya orang membedakan statuta
dalam tiga jenis, yaitu: S. Realia, S. Personalia, S. Mixta.
Lihat Bayu Seto, h. 21
Statuta Realia adalah statuta yang berkenaan dengan benda,
hanya berlaku di dalam batas teritorial hukumnya sendiri,
tetapi berlaku bagi setiap orang yang melakukan transaksi di
dalam batas-batas wilayah itu.
27
Usaha untuk secara tegas menetapkan kapan harus
diklasifikasikan sebagai S. Realia, S. Personalia, S. Mixta,
ternyata tidak selalu mudah. Contoh:
Apakah ketentuan tentang “kemampuan seseorang untuk
mengalihkan hak milik atas tanah” harus diklasifikasikan
sebagai statuta personalia atau statuta realia?
Apakah perbuatan melawan hukum yang sasarannya benda
tetap, diberlakukan hukum tempat perbuatan atau hukum
tempat benda berada?
Bartolus menjawab pertanyaan semacam dengan penafsiran
gramatikal: Suatu statuta adalah realia bila dalam rumusan
statuta itu disebutkan istilah benda terlebih dahulu, dan suatu
statuta adalah personalia bila diawali penyebutan tentang
orang terlebih dahulu.
28
personalia, karena kebebasan untuk memilih hukum adalah
semacam status perorangan/personal.
AJARAN UMUM
Titik-titik Taut
Titik-titik Pertalian
Aanknopingsputen
Point of Contact
Connecting Factors
29
Titik Taut Primer: Unsur/faktor yang menunjukkan bahwa suatu
peristiwa hukum merupakan peristiwa hukum internasional,
bukan peristiwa hukum nasional biasa.
30
Titik Taut Sekunder (Titik Taut Penentu), misalnya:
1. Pilihan Hukum
Dalam hukum perjanjian/kontrak orang bebas
menentukan kehendaknya (ingat asas kebebasan
berkontrak)
Pilihan Hukum dapat ditentukan dengan
a. Tegas-tegas
b. Diam-diam
Diam-diam, misalnya melakukan perbuatan hukum tertentu
yang hanya dikenal dalam sistem hukum tertentu.
Pengangkatan anak dikenal dalam hukum adat, tetapi tidak
dikenal dalam KUHPdt. Pisah meja dan ranjang dalam hukum
perkawinan tidak selalu dikenal dalam setiap sistem hukum.
2. Tempat benda terletak (lex situs, lex rei sitae)
3. Tempat dilangsungkannya (dibuatnya) perbuatan (lex loci
aktus, lex loci contractus) Ingat dengan perkembangan
teknologi dibidang komunikasi, tempat dibuatnya perjanjian
sering sulit ditentukan.
4. Tempat pelaksanaan perjanjian (lex loci solutionis)
5. Tempat diresmikannya pernikahan (lex loci celebrationis)
31
Penerapan/Pemanfaatan/Fungsionalisasi Titik Taut:
1. Ditentukan dahulu titik taut primer yang menentukan
adanya peristiwa HPI
2. Kualifikasi fakta (akan dibicarakan tersendiri, singkatnya
mengalih bahasakan dari fakta sehari-hari ke katagori
hukum )
3. Penentuan titik taut sekundernya
4. Ditentukan kaedah hukum yang akan digunakan
5. Perkara diputuskan.
Kualifikasi
Qualificatie (Belanda)
Qualification/Classification (Inggris)
32
Contoh lain: Bagong pedagang eceran beras, membeli satu ton
beras dari Petruk (grosir beras) dengan harga sepuluh juta
rupiah yang akan dibayar enam hari kemudian. Saat jatuh
tempo, Petruk mengutus pegawainya untuk menagih, tetapi
Bagong tidak bisa membayar, setelah melalui somasi Bagong
tetap tidak membayar. Secara hukum terjadi apa?
34
Setelah suami meninggal, jandanya menuntut ¼ bagian dari
hasil tanah (sebagai hak janda atas harta perkawinan)
Perkara diajukan di Pengadilan Perancis (Aljazair).
35
Teori Kualifikasi:
Kualifikasi Lex Fori
Kualifikasi Lex Causae
Kualifikasi Bertahap
Kualifikasi Otonom/Analitik
Kualifikasi HPI
(Bayu Seto h. 62 sd. 74)
36
Kualifikasi bila ada pengertian khusus yang digunakan
mahkamah internasional
37
Kemudian B menikah dengan seorang lelaki C warganegara
Inggris. Pernikahan dilaksanakan di Inggris.
Belakangan C merasa bahwa B masih terikat perkawinan
dengan A, karena menurut hukum Inggris perkawinan B dan A
belum bubar (ijin orang tua hanya persyaratan formal).
C mengajukan pembatalan perkawinannya dengan B di Inggris.
Hakim Memutuskan:
Perkawinan antara A dan B dinyatakan tetap sah sebab ijin
orang tua menurut hukum Inggris (Lex Fori) hanya sebagai
persyaratan formal.
38
Karena itu perkawinan antara B dan C dianggap tidak sah dan
harus dinyatakan batal (permohonan C dikabulkan) hakim
menggunakan Lex Fori.
39
Gugatan itu masalah apa, harta perkawinan atau warisan?
Bila dikualifikasi menurut hukum Perancis (negara asal) maka
masalahnya tentang harta perkawinan. Bila dikualifikasi
menurut hukum Inggris (lex Fori) maka termasuk masalah harta
warisan. Hakim memutus berdasarkan hukum Perancis.
Menurut kaidah HPI Inggris, hak milik atas benda sepasang
suami istri, harus diatur dalam suatu kontrak (tertulis maupun
diam-diam). Bila kontrak tersebut tidak ada, maka hukum yang
harus berlaku adalah hukum tempat dilaksanakan pernikahan
(Lex Loci Celebrationis) dalam hal ini hukum Perancis.
Teori Kualifikasi Bertahap
Tokohnya Adolph Schnitzer
Teori ini bertitik tolak dari keberatan-keberatan terhadap
kualifikasi lex causae.
Lex causae yang akan ditetapkan juga harus melalui kualifikasi
dulu.
Jadi mau tidak mau kualifikasi harus ditetapkan berdasar lex
fori dulu.
Maka yang dimaksud bertahap adalah mula-mula dengan lex
fori kemudian dengan lex causae.
40