FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
Hukum Perdata Internasional dapat diartikan sebagai seperangkat kaidah-kaidah,
asas-asas, dan aturan-aturan hukum nasional yang mengatur hubungan-hubungan
yang bersifat transnasional. Sedangkan, menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja,
Hukum Perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata melewati batas negara, atau dengan kata lain, hukum
yang mengatur hubungan antar pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada
hukum perdata (nasional) yang berbeda.
Dalam perkembangannya, Hukum Perdata Internasional melewati lima tahap
perkembangan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
2 Gautama, Sudargo (1987). Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
3 Pihak transferor adalah pihak yang memiliki piutang
b. Pertumbuhan di Eropa Selatan
Transformasi dari asas-asas personal-genealogis ke arah masyarakat
teritorialistik juga terjadi di kawasan Eropa bagian Selatan, tetapi disebabkan
oleh pertumbuhan kota-kota perdagangan di Italia. Dasar ikatan antara
manusia di kawasan ini tidak lagi karena ikatan personal-genealogis, dan
juga tidak karena kekuasaan seorang penguasa feodal tertentu, melainkan
karena tempat kediaman di kota yang sama.
Kota-kota yang dimaksud disini adalah :
kota-kota perdagangan, seperti Milan, Florence, Venetia, Bologna,
Padua, Genoa dan sebagainya, yang merupakan pusat-pusat
perdagangan yang maju;
dapat dianggap sebagai kota-kota yang otonom, dengan batas-batas
wilayah tertentu;
dan dengan sistem hukum lokalnya sendiri yang berbeda dari kota
ke kota, dan juga berbeda dari hukum Romawi yang berlaku secara
umum di seluruh Italia. 4
4 Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
(selanjutnya disebut Bayu Seto I), 2001, h. 22-23.
5 Ibid, h. 25.
1. Statuta-statuta suatu kota dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)
kelompok/jenis statuta, yaitu :
a. Statuta Personalia, yaitu statuta yang berkenaan dengan
kedudukan hukum atau status personal orang. 6
b. Statuta realia, yaitu statuta yang berkenaan dengan status benda.
c. Statuta Mixta, yaitu Statuta yang berkenaan dengan
perbuatan-perbuatan hukum.
2. Setiap jenis statuta itu dapat ditentukan lingkup atau wilayah
berlakunya secara tepat, yaitu :
a. Statuta Personalia objek pengaturannya adalah orang, dalam
persoalan hukum yang menyangkut pribadi dan keluarga.
b. Statuta Realia objek pengaturannya adalah benda / status hukum
dari benda.
c. Statuta Mixta adalah statuta-statuta yang berkenaan dengan
perbuatan-perbuatan hukum oleh subjek hukum atau terhadap
benda-benda.
6 Ibid, h. 26.
Teori Statuta Belanda ini adalah kedaulatan eksklusif negara yang berlaku
didalam teritorial suatu negara.7
Berdasarkan ajaran D’Argentre, Ulrik Huber mengajukan tiga prinsip
dasar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan perkara-perkara Hukum
Perdata Internasional, yaitu:
a. Hukum dari suatu negara mempunyai daya berlaku yang mutlak
hanya di dalam batas-batas wilayah kedaulatannya saja;
b. Semua orang baik yang menetap maupun sementara, yang berada di
dalam wilayah suatu negara berdaulat harus menjadi subjek hukum
dari negara itu dan terikat pada hukum di negara itu;
c. Berdasarkan alasan sopan santun antar negara (comitas gentius),
diakui pula bahwa setiap pemerintah negara yang berdaulat
mengakui bahwa hukum yang sudah berlaku di negara asalnya akan
tetap memiliki kekuatan berlaku dimana-mana sejauh tidak
bertentangan dengan kepentingan subjek hukum dari negara yang
memberikan pengakuan itu.8
7 Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
(selanjutnya disebut Bayu Seto I), 2001, h. 32.
8 Ridwan Khairandy. 2007. Pengantar Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta: FH-UII Press, h. 21-22.
9 Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
10Ridwan Khairandy. 2007. Pengantar Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta: FH-UII Press, h. 23.
11Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, (selanjutnya disebut Bayu Seto I), 2001, h. 36-37.
Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional di Indonesia
Berbagai Negara kerajaan terdapat di nusantara zaman bahari, maka hubungan
antara warga-warga Negara atau kaula kerajaan yang satu dengan yang lainnya
merupakan kebiasaan. Dapat dimaklumi bahwa warga suatu negara seorang warga
negara lainnya adalah orang asing pendatang sementara.12
Di wilayah nusantara yang penghuninya berbahasa Jawa maka kepada orang
asing yang datang (dari Negara kerajaan lain di Nusantara) untuk berdagang diberikan
sebutan khusus yaitu Wong Dagang Nusantara sebagai sebutan orang asing. Tidak
dapat disangkal bahwa hubungan hukum dagang yang terjadi antara mereka sebagai
warga berbagai Negara lain itulah hubungan Hukum Perdata Internasional.
Demikian pula halnya ketika orang Eropa berdagang di seantero wilayah
nusantara, maka hubungan antara orang pribumi dan orang asing Eropa merupakan
hubungan Hukum Perdata Internasional.
12 Sunaryati Hartono. 1989. Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional Indonesia. Binacipta: Bandung, h. 31.
DAFTAR PUSTAKA
Seto, Bayu. 2001. Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi
Ketiga. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, (selanjutnya disebut Bayu Seto I).
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hukum_perdata_internasional