Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

A. Akar Sejarah Hukum Internasional Publik


Pengertian hukum internasional (international law/al-qonun al-dauli) telah mencapai
konsensus umum untuk diartikan sebagai,sekumpulan peraturan dan norma-norma hukum
yang diberlakukan untuk mengatur hubungan-hubungan subyek hukum internasional
(bangsa-bangsa dan entitas lainnya, seperti lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi
internasional), yang menjelaskan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta batasan-
batasan relasi yg tercipta antara para subjek hukum internasional dan perusahaan
multinasional atau individu (Warga Negara).
Hukum internasional publik sangat terkait dengan pemahaman dari segi sejarah. Melalui
pendekatan sejarah ini, tidak sekedar proses evolusi perkembangan hukum internasional
dapat diketahui secara faktual kronologis, melainkan juga seberapa jauh kontribusi setiap
masa bagi perkembangan hukum internasioanal. Sejarah merupakan salah satu metode bagi
pembuktian akan eksistensi dari suatu norma hukum. Hal ini dapat dibuktikan antara lain
melalui salah satu sumber hukum internasional, yaitu kebiasaan/adat istiadat (custom/al-‘urf).
Sistem Hukum Internasional merupakan suatu produk, kasarnya dari empat ratus tahun
terakhir ini yang berkembang dari adat istiadat dan praktek-praktek negara-negara eropa
modern dalam hubungan serta komunikasinya dengan negara-negara lain. Tapi kita pun perlu
melihat jauh sebelum perkembangan zaman Eropa Modern yaitu pada periode klasik,
beberapa Negara telah melaksanakan Hukum Internasional secara tidak langsung, dan
adapun para ahli yang lahir sebelum zaman Eropa Modern tersebut dipandang telah
memunculkan dasar-dasar dari pemikiran mengenai adat-istiadat yang ditaati oleh
masyarakat serta adanya beberapa kasus sejarah, seperti penyelesaian arbitrasi (perwasitan)
pada masa Cina Kuno dan awal Dunia Islam yang memberikan sumbangan terhadap evolusi
sistem modern Hukum Internasional.
Sejarah Hukum Internasional dalam perkembangannya mengalami beberapa periode
evolusi yang terbilang berkembang dengan cepat dan menarik. Fase-fase tersebut dapat kita
bagi dalam 3 pembahasan; Periode Kuno, Periode Klasik dan Periode Modern:
1. Sejarah Hukum Internasional Kuno
Permulaan hukum internasional dapat kita lacak kembali mulai dari wilayah
Mesopotamia pada sekitar tahun 2100 SM, dimana telah ditemukannya sebuah perjanjian
pada dasawarsa abad ke-20 yang ditandatangani oleh Ennamatum, pemimpin Lagash dan
pemimpin Umma. Perjanjian tersebut ditulis diatas batu yang didalamnya mempersoalkan
perbatasan antara kedua negara kota tersebut, yang dirumuskan dalam bahasa Sumeria.
Bangsa-bangsa lain yang sangat berpengaruh dalam perkembangan hukum internasional
kuno adalah India, Yahudi, Yunani, Romawi, Eropa Barat, Cina dan Islam:
a. India
Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga hukum
yang mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang diatur oleh adat
kebiasaan. Menurut Bannerjce, adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara raja-raja
dinamakan Desa Dharma.
b. Yahudi
Dalam Kitab Perjanjian Lama, bangsa yahudi mengenal ketentuan mengenai perlakuan
terhadap orang asing dan cara melakukan perang. Perjanjian Lama adalah kitab suci bagi
umat Yahudi, yang sebagian besar ditulis dalam bahasa ibrani.
c. Yunani
Sumbangan terbesar dari masa ini adalah Hukum Alam, yaitu hukum yang berlaku
mutlak dimana saja dan berasal dari rasio/akal manusia.

d. Romawi
Pada masa ini orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis Hukum, yaitu Ius Ceville
(Hukum bagi Masyarakat Romawi) dan Ius Gentium (bagi Orang Asing). Hanya saja, pada
zaman ini tidak mengalami perkembangan pesat, karena pada saat itu masyarakat dunia
merupakan satu Imperium, yaitu Imperium Roma yang mengakibatkan tidak adanya tempat
bagi Hukum Bangsa-Bangsa. Hukum Romawi telah menyumbangkan banyak sekali asas atau
konsep yang kemudian diterima dalam hukum Internasional ialah konsep seperti occupatio
servitut dan bona fides, juga asas “pacta sunt servanda” (setiap janji harus disepakati) yang
merupakan warisan kebudayaan Romawi yang berharga.
e. Eropa Barat
Pada masa ini, Eropa mengalami masa-masa chaotic (kacau-balau) sehingga tidak
memungkinkannya kebutuhan perangkat Hukum Internasional Selain itu, Selama abad
pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu sistem feodal yang berpuncak pada kaisar
sedangkan kehidupan gereja berpuncak pada Paus sebagai Kepala Gereja Katolik Roma
f. Cina
Pencapaian yang menarik dari bangsa Cina adalah upaya pembentukan perserikatan
negara-negara Tiongkok yang dicanangkan oleh Kong Hu Cu, yang dianggap telah sebanding
dengan konsepsi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada masa modern.
g. Islam
.Pengaruh Islam terhadap sistem hukum internasional Eropa dinyatakan oleh beberapa
sejarawan Eropa diantaranya Marcel Boissard dan Theodor Landschdeit.
Hukum internasional islam telah muncul jauh sebelum hukum internasional barat ada. Di
zaman Rasulullah, praktek internasional telah diberlakukan dengan seadil-adilnya. Rasulullah
telah memuat pedoman hubungan antara negara Islam dengan non-Islam dalam perang dan
damai. Beliau juga telah mengadakan beberapa perjanjian-perjanjian internasional dengan
bangsa-bangsa lain.
B. Permulaan Hukum Internasional Klasik
Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi dan runtuhnya Kekaisaran Romawi Suci menjadi
kota mandiri, kerajaan dan bangsa-bangsa untuk pertama kalinya menyatakan kebutuhannya
akan aturan perilaku antara masyarakat internasional secara besar-besaran. Sebagian besar
Negara-negara Eropa meruju’ pada kode Justinian hukum dari Kekaisaran Romawi dan
hukum kanon Gereja Katolik untuk mencari inspirasi.
Perdagangan internasional adalah katalis nyata untuk tujuan pengembangan aturan-aturan
perilaku antar negara. Tanpa aturan dan kode etik, ada sedikit hal yang menjamin perda-gangan
dan melindungi para pedagang asing dari tindakan-tindakan yang mengancam. Kepentingan
ekonomi inilah yang mendorong terjadinya evolusi kebiasaan internasional untuk mengatur
perdagangan luar negeri, dan yang paling penting adalah aturan dan kebiasaan hukum maritim.
Seperti halnya dalam perdagangan internasional, eksplorasi dan peperangan menjadi
faktor yang menghalang distribusi kebutuhan untuk umum dan terealisasinya praktek-praktek
kebiasaan internasional. Di abad ke-13 M, muncul perhimpunan Liga Hanseatik untuk
memperkuat kesehatan ekonomi dari kota-kota Jerman Utara yang bersatu. Dari sini
perdagangan internasional berkembang pesat, dan Hamburg menjadi pelabuhan utama dalam
perdagangan antara Rusia dan Flandria dengan posisinya sebagai penguasa dan penjaga
sungai Elbe. Kota di Italia menjadi pengatur diplomatik negara-negara berkembang, ketika
mereka mulai mengirim duta besar modal asing. Perjanjian-perjanjian antara pemerintah
dimaksudkan untuk mengikat dan menjadi alat yang berguna untuk melindungi perdagangan.
Kengerian Perang Tiga Puluh Tahun Sementara itu melahirkan kecaman untuk menciptakan
peraturan-peraturan tempur yang akan melindungi masyarakat sipil.

C. Hukum Internasional Modern


Dalam Hukum internasional modern, keputusan pengadilan dan perjanjian/traktat lebih
berpengaruh dari pada pendapat ahli hukum. Ada beberapa sumber-sumber hukum
internasional yang turut mempengaruhi lahirnya hukum internasional tertulis. Secara
karakteristik, sumber hukum internasional dapat dibagi menjadi dua; Pertama adalah sumber
formil (al-mashadir al-syakliyah / formal source), kedua adalah sumber materil (al-mashodir
al-madiyah / material source). Secara singkat, sumber formil dapat diartikan sebagai segala
proses prosedural yang melegalisi hukum internasional secara nyata. Sedangkan sumber
materil adalah segala sesuatu di mana hukum internasional bersumber dari padanya dan
menjadi asas. Beberapa sumber valid yang dapat dijadikan sandaran hukum internasional
adalah sebagai berikut:
a. Adat istiadat/kebiasaan Internasional (al-'urf al-dauli/International Custom)
Asas kebiasaan merupakan suatu sumber hukum internasional yang tersepakati
keabsahannya dalam mendasari peraturan-peraturan antar negara. Para pakar hukum
internasional bersepakat bahwa perilaku kebiasaan internasional mempunyai dua
elemen. Pertama, adalah elemen psikologikal (al-'unshur al-ma'nawi) yaitu,
tercapainya suatu pengakuan dunia internasional akan legalitas suatu aksi kebiasaan
tertentu dan tumbuhnya komitmen untuk menghormatinya. Kedua, adalah elemen
materil (al-'unshur al-maadi), elemen kedua ini akan terpenuhi dalam suatu perilaku
tertentu bila di dalamnya terdapat dan terpenuhinya beberapa sub elemen sebagai
berikut:
1. Kecukupan Temporalistis (Fatroh Zamaniah Mu'ayyanah/Duration of Practice)
2. Generalitis ('Umumiyah al-Suluk/ Extend of Practice)
3. Keterpaduan (Ittisaqi/Uniform)
b. Perjanjian Internasional (Mu'ahadat/Treaties)
Perjanjian internasional adalah suatu kesepakatan yang tunduk di bawah peraturan
hukum internasional, baik berupa kesepakatan umum ataupun khusus yang
melibatkan dua Negara atau lebih. Sebuah perkembangan penting dalam hukum
internasional modern adalah konsep "persetujuan/perjanjian". Sebelum Perang Dunia
II, negara tidak akan dipertimbangkan untuk terikat dengan aturan tertentu, kecuali
setelah adanya persetujuan resmi atau sudah menjadi hal yang lazim untuk
mematuhinya.
Perjanjian modern ditafsirkan sesuai dengan Konvensi Wina tahun 1969 tentang
Hukum Perjanjian. Konvensi ini sangat diterima secara luas, bahkan bangsa yang
tidak berpihakpun mengikuti konvensi ini. Dalam konvensi ini, aturan yang paling
penting dan masuk akal adalah bahwa suatu perjanjian harus ditafsirkan sesuai
dengan makna polos bahasanya, dengan konteks tujuan dan dengan itikad yg baik.
Hal ini untuk mencegah terjadinya pertikaian dan pertengkaran seputar penafsiran
perjanjian atau dalam istilahnya nit-picking.
Dalam dunia modern, perjanjian internasional merupakan sumber hukum yang
lebih penting dari yang lainnya. Bahkan negara yang paling kuat bergantung padanya
dan berusaha untuk memenuhinya. Dan apabila mengabaikannya maka kerugian
adalah konsikuensinya.
c. Prinsip Hukum Umum (Al Mabadi' al Ammah Lil Qonun/General Principles of
Laws).
Meskipun bukan merupakan sumber pokok hukum internasional sebagaimana dua
sumber yang telah disebutkan di atas, sumber yang ketiga ini juga diakui publik
internasional sebagai salah satu sumber hukumnya. Walaupun devinisi tentang
sumber hukum ini belum mencapai kata sepakat, setidaknya pengertian yang biasa
dipakai dalam mengartikan sumber hukum ini adalah prinsip-prinsp umum yang
diakui legalitas dan kekuatan hukumnya oleh semua bangsa-bangsa masyarakat
internasional, sebagai contohnya adalah tentang prinsip tanggung jawab atas tindakan
yang merugikan pihak lain dan semacamnya.
d. Keputusan Hukum Internasional (Ahkamu al-Qodlo al Dauli/ Judicial Decisions).
Sumber ke empat ini sebenarnya adalah sumber hukum internasioanal yang
bersifat cabang/sub (al mashdar al ihtiyathi / subsidiang source), sehingga meskipun
keputusan ini hakikatnya hanya berlaku bagi Negara-negara yang menjadi subyek
penghakiman, namun keputusan yang diambil atas Negara tersebut bisa dijadikan
sebagai argumentasi pada suatu kasus yang sama pada Negara yang berbeda.
KESIMPULAN

Dari pembahasan-pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa, hukum internasional adalah
suatu kaidah atau prinsip-prinsip hukum yang mengatur hubungan internasional antara para
subyek hukum internasional. Hukum internasional telah muncul sejak berabad-abad lamanya,
namun bukan berarti kajian Hukum internasional berumur tua dan bersifat absolut. Hal ini
disebabkan karena hukum internasional telah, sedang dan akan terus mengalami sentuhan
perubahan selaras dengan pergeseran iklim politik, sosial dan budaya yang melanda dunia
internasional.

Para pakar hukum internasional sepakat bahwa sejarah merupakan salah satu metode bagi
pembuktian akan eksistensi dari suatu norma hukum. Hal ini dapat dibuktikan antara lain melalui
salah satu sumber hukum internasional, yaitu kebiasaan / adat istiadat (custom/al-‘urf). Sejarah
Hukum Internasional dalam perkembangannya mengalami beberapa periode evolusi, yaitu;
periode kuno, klasik dan modern.

Hukum internasional modern tidak murni sebagai hukum yang secara eksklusif adalah warisan
Eropa, akan tetapi ada pengaruh-pengaruh yang indispensable dari peradaban-peradaban lain,
yang diantaranya adalah peradaban Islam. Ajaran islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Hadis telah menjadi pedoman penting munculnya kaidah dan prinsip dasar tentang kelangsungan
hubungan internasional dalam teori dan praktek kaum Muslimin. Wallahu A'lam......

*sumber-sumber referensi:
diktat kuliah al-qonun al dauli/international law
diktat kuliah al-munadzamat dauliyah / internationals organization
Pengantar Hukum Internasional
Fikrotul Islam fil 'alaqat dauliyah
Makalah-makalah
Surat Kabar Republika
Wikipedia
“ SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL “
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
SURYANI RAHMAN
X1.IPA3

SMA NEGERI 2 PAREPARE

Anda mungkin juga menyukai