Disusun Oleh :
(02011181621120)
Mata Kuliah :
HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah hukum
internasional publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional terbagi menjadi dua,
yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata internasional. Hukum internasional
publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas negara, yang bukan bersifat perdata. Sedangkan hukum perdata
internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata
yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan hukum
perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata yang
internasional, antara lain yang dikemukakan oleh Grotius dalam bukunya De Jure Belli ac
Pacis (Perihal Perang dan Damai). Menurutnya “hukum dan hubungan internasional
didasarkan pada kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua negara. Ini ditujukan
internasional maka harus ada pula masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis. Pada
bagian lain dikemukakan juga bahwa, Hukum internasional dalam arti luas, termasuk hukum
bangsa-bangsa, maka sejarah hukum internasional itu telah berusia tua. Akan tetapi bila
hukum internasional diartikan sebagai perangkat hukum yang mengatur hubungan antar
negara, maka sejarah hukum internasional itu baru berusia ratusan tahun (Kusumaatmaja,
Dengan demikian sejarah hukum internasional sama tuanya dengan adanya masyarakat
internasional meskipun dalam taraf tradisional yang berbeda dengan masyarakat internasional
Dalam penulisan makalah ini mengunkan metode yuridis normatif dengan pendekatan
Pertengahan, Hukum Islam, HI Modern, HI Dalam Sistem Baru, Menuju Tata Pemerintahan
Global, dan Peta dan Paradigma lalu baru akan dilanjutkan Hukum Internasional pada masa
kontemporer. Sehubungan dengan pengunaan metode sejarah ini, Jawahir Tontowi dan
Pranoto Iskandar menyatakan bahwa Hukum internasional publik sangat terkait dengan
pemahaman sejarah. Melalui pendekatan sejarah ini, tidak sekedar proses evolusi
perkembangan hukum internasional dapat diruntut secara faktual kronologis, melaikan juga
seberapa jauh kontribusi setiap zaman bagi perkembangan hukum internasional (Tontowi,
Oleh karenanya hukum internasional telah mengalami perkembangan baik dilihat secara
BAB I
Masa Klasik
Permulaan dari Hukum Internasional dapat kita lacak kembali, mulai dari
wilayah Mesopotamia pada sekitar tahun 2100 SM. Dimana telah ditemukan sebuah
traktat pada dasawarsa abad ke-20 yang ditandatangani oleh Ennamatum, pemimpin
Lagash, dan pemimpin Umma. Traktat tersebut ditulis di atas batu yang di dalamnya
India
Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga hukum
yang mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang diatur oleh
adat kebiasaan. Menurut Bannerjce, adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara
raja-raja dinamakan Desa Dharma. Pujangga yang terkenal pada saat itu Kautilya atau
bidang hukum.
Yunani
yunani kuno dibagi kedalam dua Golongan, yaitu Golongan Orang Yunani dan Luar
Yunani yang dianggap sebagai orang biadab (barbar). Mereka juga sudah mengenal
Sumbangan terbesar dari masa ini adalah Hukum Alam, yaitu hukum yang berlaku
mutlak dimana saja dan berasal dari rasio/akal manusia. Menurut Profesor
Vinogradoff, hal tersebut merupakan embrio awal yang mengkristalisasikan hukum
Dalam prakteknya dengan hubungan negara luar, Yunani kuno memiliki sumbangan
yang sangat mengesankan dalam kaitannya dengan permasalahan publik. Akan tetapi,
sebuah hal yang sangat aneh bagi sistem arbitrase modern yang dimiliki oleh arbitrase
Yunani adalah, kelayakan bagi seorang arbitrator untuk mendapatkan hadiah dari
China
dianggap telah sebanding dengan konsepsi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada masa
modern.
Romawi
Pada masa ini orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis Hukum, yaitu Ius
Ceville (Hukum bagi Masyarakat Romawi) dan Ius Gentium (bagi Orang Asing).
Hanya saja, pada zaman ini tidak mengalami perkembangan pesat, karena pada saat
itu masyarakat dunia merupakan satu Imperium, yaitu Imperium Roma yang
telah menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang kemudian diterima dalam
hukum Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides, juga asas
“pacta sunt servanda” (setiap janji harus disepakati) yang merupakan warisan
istimewa atau yang disebut Fetiales, tergabung dalam sebuah dewan yang bernama
collegium fetialum yang ditujukan bagi kegiatan-kegiatan yang terkait secara khusus
BAB II
berakibat pada terpinggirkannya rasio, karena itu tidak mengherankan apabila zaman
yang berada di luar jangkauan kekuasaan Geraja Roma. Negara-negara ini antara lain
satu sistim organisasi masyarakat nasional yang terdiri dari pada negara-negara yang
tadi ternyata tidak seluruhnya benar. Memang benar selama abad pertengahan ini
Dunia Barat dikuasai oleh satu sistim feudal yang berpuncak pada Kaisar sedangkan
kehidupan Geraja berpuncak pada Paus sebagai kepala gereja katolik roma.
Masyarakat Eropah waktu itu merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari
beberapa negara yang berdaulat dan tekhta suci. Masyarakat Eropah inilah yang
macam isu (politik, pertahanan, dan militer) seiring dengan mulai melemahnya
tercermin dengan jelas pada tulisan Machiavelli yang berjudul Il Principe yang
pemisahan kekuasaan, di satu sisi wilayah spiritual dengan sekular di sisi lain. Lantas
kemudian terdapat Jean Bodin dengan konsep kedaulatannya melalui buku berjudul
Six Livres de la Republique (terbit 1576). Satu lagi tokoh asal Italia Alberico Gentili,
hak-hak budak dan kebebasan di laut dengan karya utamanya yang berjudul De Jure
Pada periode ini umat islam terbagi-terbagi pada beberapa Negara dan bangsa,
dapat mewakili semua kelompok yang terdapat didalamya. Beberapa sarjana memiliki
anggapan bahwa hukum internasional modern tidak murni sebagai hukum yang secara
peradaban Islam, yang pada saat itu merupakan kekuatan ekonomi di atas bangsa
Eropa. Ditinjau dari aspek sejarah, Islam memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap perkembangan Hukum Internasional, tidak saja pada tataran teoritis belaka
tetapi juga dalam dimensi praktis hubungan antara negara-negara Islam termasuk
tidak murni sebagai hukum yang secara eksklusif warisan dari Eropa, peradaban Islam
Sejarahwan Eropa yang menyatakan hal ini antara lain Marcel Boissard dan Theodor
Landschdeit.
dengan non-Islam dalam perang dan damai. Beliau juga telah mengadakan beberapa
hubungan internasional dalam teori dan praktek kaum Muslimin di masa lalu, yaitu:
(1) Islam menempatkan kehormatan dan martabat manusia sebagai makhluk
terhormat, ia sebagai Khalifah (wakil Tuhan) di muka bumi. (2) manusia sebagai umat
yang satu dan disatukan, bukan saja oleh proses teori evolusi historis dari satu
keturunan Nabi Adam, melainkan juga oleh sifat kemanusiaan yang universal. (3)
dan keadilan. (4) prinsip toleransi (tashomah) dan tidak merendahkan pihak lain. (5)
merupakan akar pertumbuhan dan kesempurnaan manusia. (6) akhlak yang mulia dan
keadilan. (7) perlakuan yang sama dan anti diskriminasi. (8) pemenuhan atas janji. (9)
kewajiban hukum dan agama. (10) prinsip kasih sayang dan mencegah kerusakan.
Selain itu, kontribusi Islam terhadap perkembangan Hukum Internasional dapat dilihat
pada konsepsi siyar yang merupakan cabang dari shari'ah. Pemahaman siyar dapat
dilihat pada hubungan antara negara-negara Muslim dan non-Muslim dan sesama
negara Muslim. Selain itu konsepsi siyar dapat juga dilihat dalam sikap netralitas dari
praktek Empat Khalifah pertama yang diklaim oleh ahli-ahli Hukum Islam dapat
melengkapi Al-Quran, selain itu sumber tambahan ini dapat berupa pendapat-
pendapat sarjana Hukum Islam, putusan Arbitrase, hukum nasional yang terkait
dengan materi siyar, deklarasi unilateral yang terkait dengan siyar, dan kebiasaan. Jika
Perdamaian West Phalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun (thirty Years
War) di Eropa.
untuk mendapatkan sistem hukum dan peraturan yang dapat mengatur dengan rapi
Martens, seorang Rusia Kluber dan Bluntsschli (Jerman), Phillimore dan Hall
(Inggris), Calvo (Argentina), Fiora seorang Italia dan Pradier-Fodore dari Prancis,
sarjana-sarjana ini cenderung menitikberatkan praktek Negara sudah ada pada waktu
itu dan mengabaikan konsep hukum kodrat. Pada abad ketujuhbelas dan delapan belas
semangat baru memasuki hukum internasional. Hugo de Groot atau Grotius, penulis
dari Belanda merupakan orang yang paling berpengaruh atas keadaan hukum
internasional modern. Buku Grotius yang berjudul On the law of War and Peace yang
diterbitkan di paris pada tahun 1625. Di sisi lain Grotius dianggap sebagai orang yang
paling berjasa dalam upaya sekularisasi hukum internasional yang tercermin dalam
pembukaan bukunya yang menyatakan bahwa ‘hukum alam akan tetap sama
antara hukum bangsa-bangsa tidak lagi dianggap sebagai sub- dari hukum alam. Akan
berasal dari kehendak negara-negara itu sendiri. Menurut Grotius, hukum ini tidak
namun hanya mengikat sikap luar dari Negara-negara dan pemimpinnya. Penulis lain
pandangan bahwa hukum Internasional dibentuk atas dasar hak-hak alamiah universal
dan beranggapan bahwa perang sebagai alat yang hanya dapat disahkan setelah
melalui syarat-syarat yang sangat ketat. Dengan kata lain perang hanya dapat
dilakukan dalam hal hukum alam telah dilanggar. Di samping itu, menurut Neff,
secara insidental pula, Pufendorf menjabat sebagai ketua akademik dalam hukum
peace) disbanding dengan hukum perang. Penerus Zouche dapat kita lihat pada
Cornelis van Bynkershoek yang menekankan pada pentingnya kebiasaan atau actual
practice dari Negara-negara disbanding pada hukum alam. Sumbangan yang besar
diberikan oleh Bynkershoek adalah teorinya mengenai hak-hak dan kewajiban yang
yang dikemukakan oleh Bodin dan Thomas Hobbes. Teori ini dikembangkan oleh
yang secara eksklusif mengatur hubungan-hubungan antar Negara. Pada akhir abad ke
dari filsuf jenial Inggris, Jeremy Bentham. Pengertian baru ini lebih lanjut
berpengaruh terhadap isi dari hukum Internasional itu sendiri. Hal yang paling
Pembedaan ini merupakan akibat dari munculnya konsep kedaulatan dari perjanjian
the Peace of Westphalia yang ditujukan untuk mengakhiri perang antar agama yang
telah berlangsung selam tiga puluh tahun di Eropa. Pada abad kesembilan belas
muncul kelompok dengan paham Positifistik yang bias dikatakan sebagai pewaris dari
diungkapkan sebagai ‘hukum yang mengikat negara adalah hukum yang mana negara
hukum internasional merupakan hukum antar negara bukanlah hukum yang diatas
yang menekankan pada kesatuan yang terdapat dalam hukum alam pertengahan.
Kemudian hukum internasioanal menjadi sangat kaku yang berbeda dengan hukum
alam pada masa sebelumnya oleh karena sangat terkait erat dengan kritik social.
Pada abad Sembilan belas, ditandai oleh berdirinya dua organisasi yang menampung
para ahli hukum internasional, the International Law Association dan Institut de droit
yang diantaranya George Friedrich de Martens. Yang berhasil menulis buku yang
semata-mata hanya didasarkan pada praktek dari negara-negara, tidak pada doktrin
hukum alam. Diikuti oleh Henry Wheaton, seorang diplomat dan Sarjana Hukum
Amerika Serikat yang menulis buku berjudul Elements of International Law yang
Paham hukum alam pada abad kesembilan secara menakjubkan masih dapat bertahan
yang sangat penting dalam hal ini adalah reprisals yakni suatu metode yang
melibatkan penggunaan kekerasan yang ditujukan pada suatu negara yang dituduh
atas pelanggaran hukum. Kelompok historisis, dengan George Wilhelm Friedrich
Hegel, merupakan versi lanjutan dari hukum alam, memiliki kesamaan pendapat
dengan pemahaman Positifis bahwa fundamental unit dari studi adalah negara-bangsa.
Lebih jauh, pemahaman Hegel ini menuntut individu untuk tunduk pada kehendak
aspirasi psikologis dan cultural dari suatu bangsa. Kelompok historisis ini hanya
memilki dua orang penulis utama yakni, James Lorimer dari Skotlandia dan Pasquale
Mancini dari Italia. Paham kelompok ini tak lama kemudian dilupakan oleh para ahli
hukum. Paham Historisis tidak terlepas dari nasionalisme yang pada saat itu mencapai
baru tersebut memiliki persoalan, yakni dalam hal pelaksanaan hubungan luar
negerinya.
BAB V
(a) The Inter Allied Declaration (12 Juni 1941-Inggris Raya menyatakan untuk
(e) Deklarasi Moskow (30 Oktober 1943-AS, Inggris, China dan Uni Sovyet
(f) Teheran (November 1943- Roosevelt, Churchill, dan Stalin menyetujui apabila
perdamaian),
(g) Bretton Woods (1-21 Juli 1944- awal pendirian rezim hukum ekonomi
internasional),
pendirian PBB),
perang), dan
(j) Konferensi San Fransisco (25 April-26 Juni 1945-penandatanganan Piagam PBB
Masa dimana PBB telah berdiri dan menjalankan tugasnya pasca perang yaitu
menciptakan kondisi damai dan saling menghormati yang timbul akibat perjanjian dan
Internasional.
Pada masa ini ditandai dengan munculnya blok-blok kekuatan di dunia yang
Traktat AtlantikUtara (NATO) pada tahun 1949), Blok Timur (China dan negara
Eropa Timur-kekuatan komunis), dan negara Dunia Ketiga (negara Asia-Afrika pasca
Dalam literatur lain, seperti yang terdapat dalam buku yang ditulis oleh Boer
Mauna, disebutkan bahwa dengan prinsip dasar: "Law exists only in a society, and a
society cannot exist without a system of law to regulate the relations of its members
with one another" (Brierly). Hukum Internasional telah ada sejak jaman dahulu. Ini
terbukti pada jaman Yunani kuno atau Romawi kuno, mereka sudah mengadakan
damai, persahabatan bahkan perjanjian perang sekalipun. Pada abad ke-15 dan 16, di
city-states Italia, seperti Venice, Genoa dan Florence berkembang praktek pengiriman
Hukum Internasional dalam arti modern, baru berkembang sejak abad ke-16
dan 17, dimana mulai bermunculan negara-negara dengan sistim hukum modern di
daratan Eropa. Pada saat itu bermunculan pendapat-pendapat atau pemikiran-
1. Golongan Naturalis
Menurut golongan ini, prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum bukan
berasal dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku secara
universal, sepanjang masa dan yang dapat ditemui oleh akal sehat. Hukum harus
dicari dan bukan dibuat. Golongan ini bersumberkan pada ajaran hukum Tuhan atau
bisa disebut sebagai Teori Hukum Alam. Salah satu tokohnya adalah seorang Belanda
bernama Hugo de Groot (Grotius), dimana karyanya yang terkenal dan memberi
jure belli ac pacis (Hukum Perang dan Damai). Karya tersebut berisikan dasar-dasar
baru yang mengatur hubungan antar negara. Teori hukum alam saat ini hampir jarang
2. Golongan Positivis
Menurut golongan ini, hukum yang mengatur hubungan antar negara adalah prinsip-
prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan mereka sendiri. JJ Rousseau
sebagai Teori Hukum Positif. Teori ini mulai berkembang di abad ke -18. Di abad ke-
19, Hukum Internasional berkembang dengan cepat karena beberapa faktor, antara
lain: (a) Negara- negara Eropa sesudah kongres Wina 1815 berjanji untuk selalu
memakai prinsip-prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu sama lain; (b)
karena: (a) Banyaknya negara-negara baru yang lahir; (b) IPTEK berkembang pesat
BAB VII
masalah Hubungan Internasional atau politik tertentu melalui suatu sistem kriteria, standar-
anarki, kompetitif, kerap kali konflik, dan kerjasamanya dibangun hanya untuk kepentingan
jangka pendek. Ketertiban dan stabilitas hubungan internasional hanya akan dicapai melalui
distibusi kekuatan (power politics). Paham realism ini dapat dilihat dari pelaksanaan politik
luar negeri yang bersifat unilateralis (unilateralism), nationalis (nationalism), dengan strategi
pertahanan (defence alliances). Tokohnya : Machiavelli, Hegel, Hans Morgenthau, E.H. Carr,
Paham idealis bersifat normatif, apa yang seharusnya terjadi, pentingnya peran
prinsip-prinsip, hukum dan organisasi internasional, dan adanya pengaruh opini publik yang
suka damai, bercita-cita membentuk world goverment. Dengan kata lain negara- negara
bekerja sama dalam berbagai organisasi internasional untuk mencapai tujuan-tujuan global
dan kemanusiaan. Dalam politik luar negeri suatu negara, paham idealis ini dapat dilihat dari
harmonis.
Tokohnya: Immanuel Kant, Woodrow Wilson, Bertrand Russel, Carter, Clinton, Gorbachev.
hubungan antar negara saja tetapi juga merupakan hubungan antara individu dan kelompok
kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor utama dan aktor tunggal.
2. Negara bukanlah unitary actor/aktor tunggal, karena aktor-aktor lain selain negara
juga memiliki peran yang sama pentinganya dengan negara dan menjadikan
politik internasional.
4. Masalah-masalah yang ada tidak lagi terpaku pada power atau national security,
Para penganut liberalism berpendapat bahwa negara bukan satu-satunya aktor dalam
hubungan internasional. Selain negara terdapat juga aktor non-negara (non-state actor) yang
mempunyai pengaruh dan legitimasi yang independen dari negara. Istilah lain untuk paham
sifat dasar sistem internasional adalah anarki yang tertib dan hirarki yang didukung oleh
aturan-aturan dan hukum internasional. Sifat dasar interaksi antar negara yakni kompetitif
dan kadang-kadang konflik tetapi lebih sering bersifat kerjasama pada bidang ekonomi dan
isu-isu lainnya.
bersaing untuk memenuhi kepentingan ekonominya masing-masing. Istilah lain yang dikenal
Dalam pelaksanaan politik luar negeri suatu negara, paham merkantilis kerap memunculkan
yang kesemuannya itu diarahkan untuk menghasilkan keuntungan (profit) dan surplus
hubungan internasional. Selain negara terdapat juga aktor non-negara (non-state actors) yang
mempunyai pengaruh dan kekuatannya melalui pertentangan kelas dalam hubungan ekonomi
trans-nasional (transnational economic classes). Istilah lain untuk paham ini yaitu Marxism
Kemudian sifat dasar sistem internasional adalah secara formal anarki, namun berbasis kelas-
kelas trans-nasional, dan hirarki yang bergantung pada tingkat distribusi kekayaan dunia.
Sifat dasar interaksi antar negara yakni kompetitif dan eksploitatif falam hubungan utara-
http://mylittlefairy.blogspot.com/2010/11/sejarah-singkat-perkembangan-hukum.html
http://www.negarahukum.com/hukum/sejarah-hukum-internasional.html
http://www.slideshare.net/izzaddict/hukum-internasional-sejarah-dan-perkembangan
Http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_internasional
http://www.academia.edu/5440419/Sejarah_dan_Perkembangan_Hukum_Internasional
http://www.academia.edu/6322038/HUKUM_INTERNASIONAL_Perkembangan_Sejarah_
Hukum_Internasional
Admawira Sam Suhaedi, dan Arthur Nussbaum, Sedjarah Hukum Internasional, 1970, Bina
Tjipta, Bandung.
Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era
Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes, 2002, Pengantar Hukum Internasional, Alumni,
Bandung
1-2
.G Starke, Pengantar Hukum Internasional (Bandung: Justitia Study Group, 1986) hlm 8-9
awahir Thontowi, Hukum Internasional Kontemporer (Bandung: PT Refika Aditama, 2006) hlm. 39.
http://devitahtgalung.blogspot.com/2017/03/paradigma-dalam-hubungsn-internasional.html