Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN

Disusun Oleh :
Tommy Effendi
2006200239
III/E1 Pagi

Hukum Internasional
Dosen Pengasuh :
Harisman, S.H, M.H

Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara
2021
Perkembangan Hukum Internasional Hingga Saat Ini Setelah PD II
Jawab : Hukum internasioal merupakan hukum yang memiliki usia cukup tua. Berbagai buku
referensi memperlihatkan bahwa keberadaan hukum internasional sudah ada sejak pada zaman
India kuno, zaman yunani kuno dan zaman romawi. Hukum internasional yang ditemukan pada
zaman ini masih dalam bentuk hubungan yang sangat sederhana dan masih sebatas hubungan
antara raja-raja atau bangsa-bangsa. (Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, 1999,
p. 18)
Seperti dalam lingkup kebudayaan India kuno ditemukan aturan-aturan sebagai berikut:
adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara raja-raja atau kerajaan, atura kedudukan dan
hak istimewa diplomatik atau utusan raja yang dinamakan duta, aturan perjanjian (treaties),
hak dan kewajiban raja, dan aturan perang berkaitan dengan perbedaan combatant dan non
combatant, aturan perlakuan tawanan perang dan cara melakukan perang. Hal ini
memperlihatkan pada zaman India Kuno telah ada ditemukan semacam hukum yang dikenal
dengan nama hukum bangsa-bangsa. Pada zaman ini pengaturan hukum bangsa-bangsa belum
dipisahkan dengan persoalan agama, kemasyarakatan dan negara. (Kusumaatmadja, Pengantar
Hukum Internasional, 1999, p. 19)
Sangat berbeda dengan sejarah hukum internasional di zaman Romawi Kuno yang dianggap
lebih maju dari zaman sebelumnya. Dikarenakan hubungan internasional sudah ditandai
dengan adanya negara-negara dalam arti kata sebenarnya. Yang sebelumnya di zaman Yunani
Kuno masih berbentuk negara-negara kota yang membagi penduduk menjadi 2 (dua) golongan,
yaitu: orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orang-orang biadab (barbar).
(Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, 1999, p. 20) Praktek hubungan
internasional yang ada berbentuk perjanjian-perjanjian antara kerajaan Romawi dengan
negara-negara lain, seperti: perjanjian-perjanjian persahabatan, persekutuan dan perdamaian.
Disamping itu kerajaan Romawi juga mengembangkan ketentuan-ketentuan yang berhubungan
dengan perang dan damai. (Mauna, 2000)
Hukum internasional di abad pertengahan tidak mengalami perkembangan sama sekali
disebabkan struktur masyarakat eropa pada abad itu berada dibawah satu kekuasaan besar
Imperium Romawi. Tidak ada kesempatan bagi wilayah-wilayah yang berada dibawah
kekuasaan imperium Romawi untuk mengadakan hubungan hubungan hukum secara mandiri
dan sama derajat antara satu dengan lainnya. (Parthiana, 1990, p. 30) Masa ini sering juga
disebut dengan abad kegelapan (dark eges) masyarakat eropa.
Selain itu di abad pertengahan di masyarakat Eropa juga berlaku adanya kekuasaan yang
berpusat kepada gereja yang berpuncak pada Paus sebaga Kepala Gereja Katolik Roma. Hal
ini dipengaruhi oleh ajaran Ketuhanan yang memandang hukum berasal dari Tuhan sehingga
kehidupan hukum-hukum lainnya tidak memungkinkan untuk berkembang termasuk hukum
internasional.
Grotius mendasarkan sistem hukum internasional ini atas berlakunya hukum alam
yang telah dilepaskannya dari pengaruh unsure-unsur agama dan kegerejaan. Disamping itu
Grotius memberikan tempat bagi praktek negara-negara nasional dan perjanjian antar negara
sebagai sumber hukum internasional di samping hukum alam yang diilhami oleh akal manusia.
(Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, 1999, pp. 23-24) Begitu besarnya pengaruh
pemikiran Grotius terhadap perkembangan hukum interasional sehingga disebut sebagai Bapak
Hukum Internasional.
Sebelumnya terdapat pula para sarjana lain yang memberikan sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan hukum internasional antara lain sebagai berikut:
1. Francisco Vittoria (Spayol) melalui bukunya berjudul Relectio de Indis memuat
tentang hubungaan Spanyol dan Portugis dengan orang India Amerika. Dalam
buku ini dikemukakannya bahwa negara dalam tingkah lakunya tidak bisa
bertindak sekehendak hatinya. Dengan demikian, maka hukum bangsa-bangsa
yang ia namakan ius intergentes tidak hanya terbatas pada dunia Kristen Eropa,
melainkan meliputi seluruh umat manusia.
2. Francisco Suarez (Spanyol) menulis De legibus ae Deo legislatore (on Law and
God as Legislator) yang mengemukakan adanya suatu hukum atau kaidah obyektif
yang harus dituruti oleh negara-negara dalam hubungan antara mereka. Dalam
tulisan ini Francisco Suarez meletakkan dasar ajaran hukum internasional yang
meliputi seluruh ummat manusia.
Kedua pemikiran yang diberikan di atas memperlihatkan bahwa hukum internasional
masih di dasarkan pada hukum alam yang sangat berbeda dengan dasar pemikiran Grotius yang
sudah memurnikan hukum alam dari unsur keagamaan. Apalagi hukum internasional dalam
kedua pemikiran tersebut belum ada pemisahan antara unsur-unsur etika, agama dan hukum.
Setelah masa Grotius bermunculan pula berbagai pemikiran tentang hukum
internasional yang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan antara lain sebagai berikut:
1. Penganut Ajaran Hukum Alam
a. Pufendorf memandang hukum internasional merupakan bagian dari hukum alam
yang sebagian hukum yang berpangkal pada akal manusia mengatur kehidupan
manusia kapan saja dan dimana saja ia berada, apakah ia hidup berorganisasi dalam
negara atau tidak.
b. Christian Wolf mengemukakan teori mengenai Civitas Maxima yang sebagai suatu
negara dunia meliputi negara-negara di dunia.
2. Penganut ajaran Hukum Positivis, antara lain Zouche, Bynkershoek dan Von Martens
memandang bahwa hukum internasional sebagai praktek negara sebagai sumber
hukum sebagaimana terjelma dalam adat kebiasaan dan perjanjian-perjanjian.
3. Penganut jalan tengah dengan melihat sisi-sisi baik dari dua aliran hukum alam dan
hukum positivis dinamakan seorang ecclectic yaitu: Emerich Vattel yang dalam
tulisannya banyak mengadung adat kebiasaan dan perjanjian-perjanjian antar negara
yang berharga sebagai sumber atau bukti hukum.

Peperangan yang terjadi memberikan pelajaran berarti bagi masyarakat internasional


sehingga ada keinginan bersama membentuk dan mendirikan suatu lembaga sebagai
upaya untuk mencegah agar Perang Dunia I tidak terulang yang dikenal dengan nama
Liga Bangsa-Bangsa disingkat LBB (The League of Nations) pada tahun 1919. Tujuan
utama LBB adalah mewujudkan ketertiban, keamanan dan perdamaian duni. Demikian
pula LBB berfungsi sebagai badan pembentuk hukum internasional dan mengatur
hubungan-hubungan internasional beradasarkan pada kaedah-kaedah hukum
internasional.
Berdirinya PBB yang menandai berakhirnya Perang Dunia II membawa angin positif bagi
perkembangan struktur masyarakat internasional kearah yang lebih maju dari sebelumnya
menuju apa yang dinamakan dengan tahap emansipasi bagi negara-negar baru merdeka dan
bangsa-bangsa terjajah. Kemajuan masyarakat internasional dimasa ini ditandai antara lain:
1. Lahirnya negara-negara baru;
2. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
3. Penghormatan terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia
4. Munculnya dan berkembangnya Organisasi-Organisasi Internasional
Semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia serta kebutuhan yang semaki
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai