Anda di halaman 1dari 11

PERSPEKTIF

Volume XX No. 2 Tahun 2015 Edisi Mei

MASYARAKAT DAN HUKUM INTERNASIONAL


(TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUBAHAN-PERUBAHAN
SOSIAL DALAM MASYARAKAT INTERNASIONAL)

Levina Yustitianingtyas
Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya
e-mail: firman.yustisi86@gmail.com

ABSTRAK
Hukum internasional tercipta karena adanya suatu masyarakat internasional, karena
masyarakatlah yang menjadi dasar pembentukan hukum internasional. Masyarakat internasional
dijadikan suatu landasan sosiologis dalam pembentukan hukum internasional. Masyarakat
internasional terdiri dari sejumlah negara-negara di dunia yang sederajat dan merdeka yang
mempunyai kepentingan-kepentingan untuk melakukan hubungan secara tetap dan terus-menerus.
Hubungan internasional timbul karena adanya faktor saling membutuhkan antar negara dalam
berbagai kepentingan, misalnya kepentingan politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan,
sosial dan masih banyak lagi kepentingan-kepentingan dalam masyarakat internasional yang
dapat dijadikan dasar atau menimbulkan hubungan antar negara. Untuk mengatur hubungan
internasional ini diperlukan hukum guna menjamin adanya kepastian dalam masyarakat
internasional. Hukum dijadikan dasar untuk mentertibkan dan mencipkatakan keamanan dalam
melakukan hubungan-hubungan antar negara agar tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Kata Kunci: masyarakat internasional, negara, hukum internasional, perubahan sosial.

ABSTRACT
International law created by the existence of an international society, because society
is the basis for the establishment of international law. The international community made a
sociological foundation in the formation of international law. The international community is
made up of a number of countries in the world are equal and independent who have interests
to engage regularly and continuously. International relations arise due to factors between
countries need each other in a variety of interests, such as political interests, economic, cultural,
scientific, social and many more interests in the international community that can be used as
the basis or cause inter-state relations. To regulate international relations is necessary in order
to ensure legal certainty in the international community. Law as the basis for creating security
in conducting inter-state relations so that there are no parties who feel aggrieved.
Keywords: the international community, state, international law, social change.

PENDAHULUAN
Hingga dewasa ini di antara para ahli hukum proses peradilan dalam sidang-sidang di pengadilan,
masih sukar untuk mengenal hukum dengan berarti yang dilihat adalah penjelmaan dari hukum.
penglihatannya. Untuk mengenal hukum dengan baik Bila demikian halnya maka setiap orang akan dapat
sama halnya usaha untuk mengenal udara dengan melihat hukum. Namun apabila hukum itu dilihat
penglihatannya. Udara hanya dapat dikenal atau sebagai penjelmaan dari pergaulan hidup manusia
dilihat melalui penjelmaan dari udara itu sendiri, dalam masyarakat yang teratur, maka gambaran atau
seperti dalam balon, dalam ban mobil atau motor, penglihatan tentang hukum akan berbeda.
hembusan udara sejuk dan sebagainya. Jadi yang Hukum bukan merupakan serangkaian pasal-
dapat dikenal bukan dari wujud udara itu sendiri. pasal yang diam pada setiap peraturan perundangan
Demikian halnya dengan hukum, apabila hukum atau bukan merupakan pasal-pasal yang “diadu”
dilihat dari serangkaian pasal-pasal dalam undang- dalam proses peradilan, namun hukum merupakan
undang atau peraturan perundangan atau melalui sesuatu yang hidup, merupakan serangkaian kaidah

90
Yustitianingtyas, Masyarakat dan Hukum Internasional ....

yang hidup dalam masyarakat. Sehingga manfaat METODE PENELITIAN


hukum dapat segera dirasakan dalam kehidupan Dalam penelitian hukum ini, tipe penelitian yang
masyarakat. digunakan penulis adalah tipe penelitian normatif,
Demikian juga dengan hukum internasional. yaitu pertama meneliti Konvensi Internasional dan
Untuk mendapatkan gambaran tentang hukum Peraturan perundang-undangan yang ada, kemudian
internasional tidak cukup bila hanya mengenal pasal- peneliti juga melakukan pengkajian terhadap berbagai
pasal dalam Konvensi atau Perjanjian Internasional literatur yang terkait guna mencari solusi atau
saja, namun juga melihat pada serangkaian kaidah pemecahan permasalahan dari penelitian hukum ini
yang hidup dalam pergaulan antar negara. Hukum atas permasalah-permasalahan yang timbul.2
internasional harus diasosiasikan dalam kehidupan Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
masyarakat internasional. Hukum internasional adalah studi kepustakaan (library reseach) yang
terjelma dalam masyarakat internasional yang dilakukan untuk mendapat data sekunder. Metode
tertib dan teratur. Sekalipun sering didengar adanya analisis yang digunakan adalah setelah semua
perkosaan terhadap perdamaian, adanya sengketa antar data yang berupa informasi terkumpul, maka oleh
negara, bahkan aturan-aturan hukum internasional peneliti data yang berupa informasi tersebut akan
justru dipakai sebagai alasan pembenar atas tindakan diedit terlebih dahulu guna meminimalisir kesalahan.
suatu negara dalam rangka melawan negara lain;1 Setelah itu data akan dikelompokkan menurut kategori
adanya pelanggaran hak asasai manusia dimana- masing-masing data. Dalam mengkaji ketentuan dan
mana. Dalam kondisi yang demikian maka sering prinsip hukum peneliti menggunakan metode induksi
hukum internasional dianggap bukan sebagai hukum, dan deduksi dan juga melakukan penafsiran hukum
karena pada kenyataannya hukum internasional tidak atau interpretasi hukum.
dapat bekerja secara efektif.
Namun apabila dicermati, banyaknya pelanggaran PEMBAHASAN
terhadap hukum internasional sama halnya yang terjadi Hakikat Hukum Internasional
pada hukum nasional. Sekalipun sudah ada hukum Hukum Internasional merupakan bagian dari
pidana nasional, namun masih banyak pencurian, suatu sistem hukum secara keseluruhan.3 Secara
perkosaan, pembunuhan dan sebagainya. Terhadap umum, sistem adalah suatu kesatuan yang bersifat
pelanggaran-pelanggaran hukum (internasional) kompleks, yang terdiri dari bagian-bagian yang
hendaknya dianggap sebagai suatu gejala luar biasa berhubungan satu sama lain. Masing-masing
atau perkecualian atas norma-norma atau kaidah- bagian tersebut bekerja bersama secara aktif utuk
kaidah standar yang berlaku dalam masyarakat mencapai tujuan pokok dari kesatuan tersebut.
(internasional). Pelanggaran, pada hakikatnya hanya Sehingga apabila dikatakan hukum sebagai suatu
menyangkut efektifitas hukum, bukan menyangkut sistem, ini berarti bahwa atas peraturan-peraturan
validitas hukum. hukum yang tampaknya berdiri sendiri tanpa ikatan
itu, sesungguhnya diikat oleh beberapa pengertian
PERUMUSAN MASALAH yang lebih umum sifatnya, yang mengutarakan suatu
Dengan masih adanya keragu-raguan terhadap tuntutan atau penilaian etis tertentu.
eksistensi hukum internasional, maka melalui tulisan Apabila Hukum Internasional diterima sebagai
ini akan dibahas tentang bagaimana eksistensi hukum bagian dari sistem hukum secara keseluruhan, yang
internasional, dengan menggunakan pendekatan sosio- masih menimbulkan pemasalahan adalah apakah
yuridis. Pendekatan yang demikian dimaksudkan hukum internasional itu benar-benar merupakan
untuk melihat perkembangan hukum internasional hukum atau bukan. Untuk menjawab permasalahan
dalam masyarakat internasional yang mengalami tersebut tentunya kita harus kembali pada apa yang
perubahan. menjadi hakikat hukum itu sendiri; syarat apa yang

2
Michel Salter and Julie Mason, 2007, Writing Law
1
Perhatikan tindakan Amerika Serikat di Timur Tengah, Dissertations: an Introduction and Guide to the Conduct of Legal
dengan tidak mengindahkan ketentuan hukum internasional Reseach, Edisi Pertama, Pearson Education, Limited, England.
3
melakukan penyerangan terhadap Irak pada bulan April 2003 Demikian paham monisme menempatkan hukum
dan penyerangan terhadap sekelompok masyarakat di Afganistan. internasional sebagai bagian dari hukum pada umumnya.

91
PERSPEKTIF
Volume XX No. 2 Tahun 2015 Edisi Mei

harus dipenuhi oleh sesuatu untu dapat dikatakan dari kehendak manusia, karena yang menentukan
sebagai hukum. Apabila hakikat hukum itu telah jenis-jenis ketertiban dalam manusia;
diketahui, maka akan diketahui pula hakikat hukum Kedua, Kaidah hukum memiliki kemandirian
internasional. dalam berhadapan dengan kenyataan dan ideal, yaitu
Berbicara tentang hakikat hukum, berarti disini mampu mengambil jarak antara kenyataan dengan
ingin mengetahui apa itu hukum. Untuk mengetahuinya ideal;
dapat digunakan pendekatan menemukan pengertian Ketiga, Bedanya dengan kaidah kebiasaan,
hukum dan menemukan syarat-syarat yang harus kaidah hukum sudah semakin melepaskan diri dari
dipenuhi oleh hukum. Sebagaimana dimaklumi, keterikatannya pada dunia kenyataan; dan
bahwa hingga dewasa ini belum diperoleh kesatuan Keempat, Kalau dalam kaidah hukum ditentukan
pendapat tentang pengertian hukum, belum ada oleh unsur kehendak manusia, maka kaidah kesusilaan
pengertian hukum yang dapat berlaku umum. Hal tidak demikian. Unsur kehendak manusia tidak turut
ini dapat dimengerti, karena dalam hukum terkandung menentukan. Kaidah kesusilaan bukanlah sesuatu
banyak aspek. Namun tidak berarti tidak diperlukan yang diciptakan oleh kehendak manusia, melainkan
usaha untuk mencari pengertian hukum. Beberapa yang tinggal diterima begitu saja oleh manusia.
ahli (hukum) telah mencoba memberikan batasan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hukum
atau pengertian hukum yang tentunya sesuai dengan merupakan res dari suatu genus kaidah-kaidah sosial
pengamatan atau pandangan dari para ahli itu sendiri yang memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-ciri tersebut
dan sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada pada merupakan pembeda dari species kadiah kebiasaan
masanya. dan kaidah kesusilaan, dalam genus kaidah sosial.
Terlepas dari itu semua, menentukan pengertian Demikian juga halnya dengan kehidupan negara
atau definisi tetang sesuatu (hukum) memang tidak dalam masyarakat internasional, bahwa negara dalam
mudah. Menurut Ross ada dua syarat formil yang hubungannya dengan negara lain juga diikat oleh
harus mutlak dipenuhi sutu definisi, yaitu: tidak boleh norma-norma atau kaidah-kaidah yang hidup dalam
bertentangan dengan perumusannya itu sendiri; dan masyarakat internasional. Seperti halnya dalam
tidak boleh berputar dalam lingkaran yang tak kenal masyarakat nasional, dalam masyarakat internasional
ujung pangkalnya. pun terdapat kaidah hukum, kaidah kebiasaan dan
Sedangkan menurut pendapat Paton, dalam kaidah kesusilaan atau kesopanan (courtesy). Apabila
membuat definisi secara logis haruslah ditemukan dihadapkan dengan kaidah-kaidah yang lain, hukum
terlebih dahulu genus-nya, pada genus dimana res internasional juga menunjukkan ciri-cirinya yang
termasuk dan sifat-sifat khusus apa yang membedakan khusus, antara lain:
dari species lain pada genus yang sama.4 Pertama, Kaidah hukum internasional sengaja
Seperti telah disinggung di atas, bahwa manusia dibuat oleh anggota masyarakat internasional untk
dalam hidup bermasyarakat diikat oleh nilai-nilai atau mengatur ketertiban dalam masyarakat internasional.
kaidah-kaidah sosial yang hidup dalam masyarakat. Seperti dibentuknya beberapa perjanjian internasional;
Kaidah-kaidah tersebut berupa kaidah kebiasaan, Kedua, Dalam pembuatan perjanjian internasional
hukum, dan kesusilaan. Kaidah-kaidah tersebut adakalanya hanya merumuskan kaidah-kaidah
dipakai sebagai pedoman dalam menciptakan kebiasaan,5 disamping pembentukan aturan-aturan
hubungan yang tetap dan teratur di antara anggota baru. Disini menunjukkan adanya kemandirian kaidah
masyarakat. hukum internasional;
Kaidah hukum berbeda dengan kaidah kesusilaan Ketiga, Kalau kaidah kebiasaan hanya diangkat
dan kaidah kebiasaan. Terdapat beberapa ciri yang dari apa yang biasa atau sering dilakukan oleh
membedakan antara kaidah hukum dengan kaidah- negara dalam masyarakat, sedangkan kaidah hukum
kaidah lainnya, yaitu: disamping didasarkan pada hal tersebut, juga
Pertama, Kaidah hukum secara sengaja dan
sadar dibuat untuk menegakkan ketertiban dalam
masyarakat. Dengan kata lain kaidah hukum lahir 5
Beberapa perjanjian internasional yang bersifat meng-
kodifikasian atau merumuskan hukum kebiasaan antara lain
4
Paton, 1955, A Texbook of Jurisprudence, Yayasan Penerbit Konvensi Genewa 1949, Konvensi Wina 1961, Konvensi Wina
Gadjah Mada, Yogyakarta, h. 74. 1963, dan sebagainya.

92
Yustitianingtyas, Masyarakat dan Hukum Internasional ....

didasarkan adanya keharusan apa yang semestinya syarat-syarat bagi adanya hukum. Jadi berdasarkan
dilakukan; pendapat mereka syarat untuk adanya hukum
Keempat, Pada kaidah kesopanan (courtesy), adalah harus ada: masyarakat, yang berupa aturan
didalamnya mengandung sesuatu yang masih harus tingkah laku, ada jaminan pelaksanaan yang berupa
diwujudkan dalam tingkah laku negara dalam external power, dan terkandung didalamnya hak dan
masyarakat internasional. Jadi berlakunya tergantung kewajiban.
pada pribadi negara yang bersangkutan. Kemudian bagaimana halnya dengan hukum
Jadi dengan demikian hukum internasional juga internasional, apakah persyaratan-persyaratan
merupakan res dari genus kaidah-kaidah yang hidup tersebut dapat dipenuhi oleh hukum internasional.
dalam masyarakat internasional, dengan ciri-ciri Apabila dapat tentunya hukum internasional
sebagaimana disebutkan di atas. Ciri-ciri tersebut merupakan hukum, demikian sebaliknya.
merupakan pembeda dari species dalam genus kaidah- Pertama, apabila dikatakan bahwa syarat
kaidah yang ada dalam masyarakat internasonal. untuk adanya hukum harus ada masyarakat. Seperti
Selanjutnya, apabila telah diketahui bahwa hukum telah diuraikan, bahwa di samping masyarakat
merupakan salah satu norma atau kaidah yang hidup nasional ada masyarakat internasional, dan adanya
dalam masyarakat kemudian syarat-syarat apa yang masyarakat internasional merupakan suatu kenyataan
harus dipenuhi oleh suatu kaidah untuk dinamakan yang tidak dapat dibantah. Adapun yang menjadi
hukum. anggota masyarakat internasional di samping negara
Banyak sudah di antara para ahli (hukum) yang (terutama) juga individu dan organisasi internasional.
menentukan suatu persyaratan bagi adanya hukum, Kedua, bahwa hukum internasional terdiri
seperti pendapat Austin, Oppenheim, dan Malinowski. dari aturan tingkah laku (kaidah-kaidah) yang
Menurut Austin terdapat empat unsur penting bagi mengatur hubungan antar negara atau antar subyek
adanya hukum, yaitu perintah, sanksi, kewajiban, dan hukum internasional satu sama lain. Aturan tingkah
kedaulatan. Menurut pendapat Oppenheim, terdapat laku tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian
tiga syarat essensial bagi adanya hukum yaitu: adanya internasional atau aturan kebiasaan, atau prinsip
persekutuan hidup atau masyarakat, dan sekumpulan hukum umum.
aturan tingkah laku manusia dalam masyarakat, serta Ketiga, di dalam masyarakat internasional ternyata
adanya kesepakatan bahwa aturan tersebut akan telah ada suatu kesepakatan untuk mempertahankan
dijamin pelaksanaannya dengan external power.6 aturan tingkah laku tersebut yang berupa kekuatan
Sedangkan berdasarkan pendapat Malinowski, dari luar (external power). Seperti, tindakan negara
hukum dipandangnya sebagai suatu kewajiban lain, adanya badan pengadilan internasional8 (akan
dari seseorang dan merupakan suatu hak bagi diuraikan lebih lanjut).
yang lain. Dari berbagai pendapat tersebut apabila Keempat, hukum internasional (baik yang berupa
diperhatikan ternyata mereka menggunakan sudut perjanjian internasional atau hukum kebiasaan
pandang yang berbeda dan didasarkan pada situasi internasional) terkandung didalamnya hak dan
dan kondisi pada masanya, serta disesuaikan dengan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh negara
kebutuhan mereka masing-masing. Cara demikian atau subyek hukum internasional lain.9 Sebagaimana
tidak bisa dipersalahkan karena hukum berada dalam diatur dalam Konvensi Wina 1961, bahwa pejabat
masyarakat, sedangkan masyarakat sendiri sifatnya diplomatik memiliki kewajiban untuk menghormati
tidak statis. Menurut Paton, pengujian sesungguhnya hukum setempat, sedangkan haknya adalah untuk
atas suatu definisi adalah apakah definisi itu berguna mendapatkan perlindungan dari negara penerima;
atau tidak untuk tujuan tertentu yang ada dalam Demikian juga dalam Konvensi Jenewa 1959, hak bagi
pikiran penulis.7 tawanan perang untuk diperlakukan secara manusiawi
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka
penulis lebih condong untuk menerima pendapat 8
International Court of Justice, International Criminal
Oppenheim dan Malinowski untuk menentukan Court, Arbitration.
9
Dalam UNCLOS 1982, kewajiban negara kepulauan untuk
6
Oppenheim, 1976, International Law A Treaties, Vol. 1 menetapkan alur laut kepulauan, dan hak kapal asing untuk
Peace, Eight Edition, Edited by Lauterpacht, Longmans, h. 10. melintas perairan kepulauan melalui alur laut kepulauan tanpa
7
Paton, Loc.Cit. hambatan; dan sebagainya.

93
PERSPEKTIF
Volume XX No. 2 Tahun 2015 Edisi Mei

dalam hukum internasional terdapat kewajiban negara Kemudian pendapat Austin tentang hukum
untuk memperlakukan tawanan perang pihak musuh internasional yang demikian, apabila diperhatikan
secara manusiawi. Jadi berdasarkan uraian di atas lebih mendalam ternyata kurang didukung oleh
ternyata empat persyaratan untuk adanya hukum kenyataan yang ada, seperti:
dapat dipenuhi oleh hukum internasional, dengan Pertama, teori hukum internasional merujuk
demikian hukum internasional adalah hukum dalam pada pendapat Austin bila dihadapkan dengan hukum
arti yang sebenarnya. kebiasaan internasional atau international costum law
Sebelum meninjau lebih lanjut karakteristik dan prinsip hukum umum atau general principles
hukum internasional, perlu diutarakan atas dasar of law maka kedudukannya lemah. Sebab, kedua
apa penulis tidak mengikuti pendapat Austin untuk jenis hukum tersebut tidak dibuat oleh badan yang
menentukan persyaratan bagi adanya hukum pada berwenang namun ditaati oleh negara;
umumnya, khususnya hukum internasional. Kedua, pada kenyataannya negara menerima dan
Seperti diuraikan di atas, bahwa salah satu menghormati hukum internasional sebagai hukum.
unsur bagi adanya hukum adalah adanya perintah Negara mentaati atau mematuhi hukum internasional
sebab menurut Austin pada hakikatnya hukum untuk mengatur hubungan dan mencapai kepentingan
merupakan perintah dari penguasa yang berwenang. mereka bersama;12
Lebih konkritnya hukum identik dengan undang- Ketiga, pada kenyataannya apabila negara dituduh
undang.10 Pendapat Austin yang demikian tentunya melanggar hukum internasional maka mereka tidak
dalam analisis modern sudah kurang tepat lagi, akan membela diri dengan mengeluarkan pendapat
sebab akan menghilangkan fungsi badan pengadilan pribadinya, melainkan akan menggunakan hukum
sebagai salah satu pembentuk hukum. Di Amerika internasional sebagai dasar pembelaannya. Bahkan
Serikat, keputusan pengadilan merupakan hukum sering terjadi negara berlindung di balik hukum
yang sangat dihormati. Demikian juga di Indonesia internasional sebagai alasan pembenar tindakan
(sekalipun tidak menganut sistem precedent secara politiknya.
ketat) keputusan pengadilan dapat digunakan sebaga Keempat, Dalam sistem hukum internasional
salah satu sumber hukum dalam penyelesaian dikenal prinsip hukum umum sebagai salah satu
sengketa. Demikian juga dalam sistem hukum sumber hukum internasional, di samping perjanjian
modern yang demikian kompleks, tidak mungkin internasional dan hukum kebiasaan internasional;13
untuk mengadakan identifikasi atas pemberi perintah Kelima, Bila dikatakan bahwa dalam sistem
atau penguasa. Hukum tidak identik dengan perintah, hukum internasional tidak dikenal atau tidak memiliki
hukum akan terus berlaku sekalipun pemberi perintah sanksi adalah tidak benar. Sanksi hendaknya diartikan
(pembuat undang-undang) sudah tidak ada. Di secara luas, tidak hanya berupa nistapa, namun
samping itu tampaknya Austin juga lupa, kalau di meliputi setiap langkah-langkah, prosedur atau
dalam masyarakat juga ada hukum yang hidup, yang syarat yang dapat diterapkan kepada siapa saja yang
keberadaannya tidak ditentukan oleh adanya badan melanggar hukum (internasional). Adapun bentuk
yang berwenang atau penguasa. Seperti hukum adat sanksi dalam hukum internasional dapat berupa
atau hukum kebiasaan. sanksi ekonomi (embargo perdagangan), pencabutan
Demikian juga tesis Austin tentang hukum hak-hak tertentu, dikeluarkan dari keanggotaan
internasional, menegaskan bahwa hukum internasional organisasi,14 sanksi yang ditetapkan berdasakan Bab
itu bukan hukum dalam arti yang sebenarnya, VII Piagam PBB,15 Self-help,16 pembayaran ganti
melainkan moral internasional positif.11 Pendapat
yang demikian tentunya tidak tepat. Bukankah di 12
Akerhust, M. 1983, A Modern Introduction to International
atas telah dibuktikan bahwa hukum internasional Law, George Allen and Unwin, London, h. 2-5.
merupakan hukum dalam arti yang sebenarnya. 13
Lihat Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional.
14
Lihat Pasal 5 dan 6 Piagam PBB.
15
Menyangkut wewenang Dewan Keamanan PBB untuk
10
Friedmann, 1990, Teori dan Filsafat Hukum, Bagian I, mengambil langkah-langkah tertentu manakala perdamaian dan
Rajawali Pers, Jakarta, h. 150. keamanan internasional terganggu, seperti embargo, sanksi militer.
11
Starke, 1989, Introduction to International Law, Tenth Lihat Pasal 40-41 Piagam.
16
Edition, Butterworths, London, h. 18. Bentuk sisa-sisa self-help berupa reprisal dan retorsi.

94
Yustitianingtyas, Masyarakat dan Hukum Internasional ....

kerugian, dikucilkan dari usaha-usaha atau fasilitas Pada diri manusia terdapat berbagai kebutuhan
umum, dan sebagainya. atau kepentingan yang memerlukan pemenuhan
Kembali pada karakteristik hukum internasional, dalam hidupnya. Dari berbagai kebutuhan atau
sekalipun hukum internasional telah diterima sebagai kepentingan tersebut menimbulkan berbagai corak
hukum, namun hukum internasional mempunyai kehidupan dalam hubungannya dengan manusia lain,
karakteristik yang berbeda dengan hukum nasional. yang pada gilirannya akan melahirkan persekutuan
Perbedaan ini disebabkan oleh adanya struktur hidup manusia yang dikenal dengan masyarakat. Jadi
masyarakat yang berbeda. pada hakikatnya masyarakat merupakan sekelompok
Struktur masyarakat internasional dewasa ini manusia yang saling berinteraksi dalam rangka untuk
didasarkan pada asas-asas kedaulatan, kemerdekaan memenuhi kebutuhan hidupnya.
dan persamaan derajat antar negara-negara. Ini berarti Dalam suasana saling berinteraksi di antara
tidak ada badan yang bersifat supranasional, dan manusia, tidak jarang timbul perselisihan diantara
hukum internasional sebagai hukum koordinasi. mereka. Hal ini bisa timbul karena adanya persamaan
Hukum koordinasi tidak bermaksud to exploit kebutuhan atau kepentingan di antara mereka, dan
disparities dalam posisi kekuatan, namun mencari pada hakikatnya tiap-tiap manusia berusaha untuk
kesesuaian antagonistic interests atas dasar memenuhi kebutuhan atau kepentingannya tersebut
resiprositas. Hukum koordinasi mempunyai peran secara maksimal, tanpa memperdulikan kebutuhan
mengkoordinir usaha-usaha individual untuk atau kepentingan manusia yang lain. Kondisi yang
mencapai tujuan-tujuan bersama yang lebih baik.17 demikian pada hakikatnya merupakan benih-benih
Dengan menggunakan sudut pandang sosiologis, timbulnya kekacauan atau ketidakteraturan dalam
struktur hukum internasional pada tingkat masyarakat hidup bermasyarakat.
yang tak terorganisir bersifat: Universal, yaitu scope Dalam pergaulan, manusia menginginkan keadaan
geografis berlakunya hukum internasional menyebar tenteram, damai, dan teratur dalam masyarakat.
ke seluruh dunia; dan Eksklusif, yaitu dalam tingkat Dengan suasana yang demikian mereka berharap
integrasi yang bagaimanapun hukum internasional dapat memenuhi kebutuhan serta kepentingannya
tetap merupakan hukum, yang subyeknya negara dengan baik. Oleh karena itu baik secara sadar
entities yang diberi status international personality atau tidak, manusia dalam hidup bermasyarakat
dan individu sepanjang telah diperjanjikan; serta memerlukan adanya suatu tatanan atau nilai-nilai
Individualistis, yaitu negara hanya terikat pada asas- yang dapat digunakan sebagai pegangan agar supaya
asas fundamental hukum internasional dan prinsip- tercipta kondisi kehidupan yang teratur dan damai.
prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa yang Sebagaimana digambarkan oleh Kuntjoroningrat,
beradab.18 bahwa nilai-nilai tersebut merupakan suatu rangkaian
konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup dalam alam
Hukum dalam Masyarakat pikiran bagian terbesar atau golongan tertentu dalam
Sesuai dengan kodratnya, manusia di samping masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan apa
sebagai makluk biologis juga sebagai makhluk sosial, yang dianggap buruk atau apa yang diinginkan dan
yaitu makhluk yang senantiasa berinteraksi dengan apa yang dicela.19
sesamanya. Dalam rangka mempertahankan dan Nilai-nilai sosial terhimpun dalam suatu sistem
mengembangkan kehidupannya, manusia memerlukan yang berperan sebagai pedoman dan pendorong
bantuan atau kerjasama dengan manusia lain. Di bagi perikelakuan manusia dalam proses interaksi
antara mereka saling membutuhkan. Oleh karena itu sosial, sehingga di dalam konkritisasinya berfungsi
manusia tidak mungkin dapat mempertahankan serta sebagai suatu sistem kaidah-kaidah atau sistem tata
mengembangkan hidupnya secara sempurna dengan kelakuan.20 Adapun salah satu dari kaidah tersebut
cara menyendiri atau mengisolasikan diri pada suatu adalah kaidah hukum. Sehingga disini antara manusia,
tempat yang terpencil. masyarakat, dan hukum merupakan sesuatu yang

17 19
G. Schwarzenberger, 1967, A Manual of International Soerjono Soekanto, 1989, Kegunaan Sosiologi Hukum
Law, Sixth edition, professional, Book Limited, h. 10. bagi Kalangan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 67.
18 20
Ibid., h. 7-8. Ibid.

95
PERSPEKTIF
Volume XX No. 2 Tahun 2015 Edisi Mei

tidak dapat dipisahkan satu sama lain.21 Bahkan antara suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi
hukum dan masyarakat bagaikan dua sisi mata uang, dan bahwa didalamnya negara menduduki tempat
dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Hukum terkemuka.24 Merupakan kebutuhan dari negara atau
tidak akan dapat bekerja efektif bila tidak dikenal atau pelaku hubungan internasinal yang lain, bahwa pada
tidak sesuai dengan konteks sosial dalam masyarakat. saat mereka mengadakan hubungan satu sama lain,
Hukum mempunyai fungsi konkrit dalam masyarakat, secara sadar segera memerlukan adanya norma atau
yaitu untuk mengatur hubungan-hubungan antara aturan tingkah laku yang dapat digunakan untuk
manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam mengatur hubungan diantaranya. Norma atau aturan
kehidupan mereka bersama di dalam masyarakat.22 tingkah laku yang dimaksud adalah hukum, dalam
Dalam perkembangannya hukum telah masuk hal ini hukum internasional.25
atau membaur pada hampir setiap bidang kehidupan Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum
manusia. Dengan hukum dimungkinkan terjadinya internasional adalah fakta, karena hukum internasional
hubungan atau komunikasi yang efektif di antara ada berdasarkan suatu fakta atau kenyataan adanya
sesama anggota masyarakat. Kiranya sulit untuk pergaulan antar negara. Jadi hukum internasional ada
memikirkan suatu masyarakat dapan berjalan tanpa dalam pergaulan antar negara atau dalam masyarakat
menerima kehadiran hukum, sekalipun hukum bukan internasional.
satu-satunya kaidah atau norma yang hidup dalam Pada uraian sebelumnya seperti yang telah
masyarakat. Keadaan yang demikian semakin jelas disampaikan di atas, hukum internasional pada
apabila dihadapkan pada masyarakat modern, dimana intinya diberi pengertian sebagai kumpulan kaidah,
hubungan pribadi dan konflik kepentingan terjadi asas-asas, atau ketentuan yang mengikat negara
lebih intensif. dalam hubungannya dengan negara lain atau antar
Analog dengan kehidupan manusia dalam subyek hukum internasional. 26 Adapun tujuan
masyarakat, demikian juga yang terjadi dalam dari hukum internasional sendiri adalah untuk
kehidupan negara dalam masyarakat internasional. menciptakan ketertiban masyarakat internasional
Negara tidak dapat hidup dengan mengisolasikan diri, dan keadilan dalam masyarakat internasional.
mereka selalu melakukan hubungan satu sama lain. Hukum internasional menciptakan kerangka dan
Adanya rasa saling membutuhkan diantara negara- pola hubungan internasional yang disepakati oleh
negara dalam berbagai kehidupan, menimbulkan masyarakat internasional dengan mengakomodasi
adanya hubungan yang tetap dan terus menerus dari masyarakat internasional itu sendiri. Hukum
diantara mereka. Apabila dilihat secara politis– internasional juga menyediakan sarana penyelesaian
yuridis, negara-negara dengan kekuasaan teritorialnya jika terjadi konflik kepentingan di antara anggota
yang mutlak dan memonopoli dalam penggunaan masayarakat internasional.27 Jadi dengan demikian
kekuasaan, merupakan pelaku primer dalam kebiasaan pada dasarnya hukum internasional dimaksudkan
masyarakat internasional.23 Dalam perkembangannya untuk menciptakan harmoni di dalam masyarakat
pelaku kehidupan dalam masyarakat internasional internasional.
tidak hanya negara, namun meliputi individu dan
organisasi internasional. Jadi yang dapat dikatakan Berlakunya Hukum Internasional
masyarakat internasional itu pada hakikatnya adalah Dengan telah diterimanya hukum internasional
hubungan kehidupan antar manusia. sebagai hukum, tentunya negara-negara atau subyek
Masyarakat internasional sebenarnya merupakan hukum internasional yang lain merasa terikat atau
suatu kompleks kehidupan bersama yang terdiri dari menghormati hukum internasional tersebut. Negara
aneka ragam masyakat yang jalin menjalin dengan
24
erat. Adanya masyarakat internasional merupakan Ibid.
25
Ibid., h. 24.
21
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan 26
Pengertian yang demikian didasarkan pada fakta sejarah,
Hukum dalam Pembangunan Nasional, Binacipta, Bandung, h. 3. bahwa negara merupakan subyek hukum internasional yang
22
Ali Sastroamidjojo, 1971, Pengantar Hukum Internasional, pertama dan utama. Sesuai dengan perkembangannya, subyek
Bharata, Jakarta, h. 9.; Brierly, 1963, Hukum Bangsa-Bangsa, hukum internasinal meliputi individu, lembaga atau organisasi
Terjemahan Moh. Radjab, Bharata, Jakarta, h. 45. internasional, perusahaan multinasional.
23 27
Mochtar Kusumaatmadja, 2003, Pengantar Hukum Tim Penyusun, 2013, Pengantar Hukum Internasional,
Internasional, Binacipta, Bandung, h. 12-13. Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, h. 2.

96
Yustitianingtyas, Masyarakat dan Hukum Internasional ....

mentaati atau mematuhi hukum internasional untuk suatu kehendak bersama, yang lebih tinggi dari
mengatur hubungan dan guna mencapai kepetingan kehendak masing-masing negara untuk tunduk pada
mereka. Seperti halnya hukum pada umumnya, suatu hukum internasional.31
hukum yang baik dan akan efektif berlaku dalam Aspek sosiologis, yaitu mendasarkan pada
masyarakat didasarkan pada aspek filosofis, aspek kegiatan kenyataan hidup manusia sebagai makhluk
sosiologis, dan aspek yuridis.28 Aspek filosofis pada sosial. Dikatakan bahwa, fakta-fakta kemasyarakatan
intinya didasarkan pada cita-cita hukum sebagai (fait social) merupakan dasar dari pada kekuatan
nilai positif yang tertinggi.29 Untuk mengkaji lebih mengikatnya segala hukum, termasuk hukum inter-
lanjut dasar kekuatan kekuatan mengikat hukum nasional. Menurut teori ini persoalan tersebut dapat
(internasional) secara filosofis, harus memperhatikan dikembalikan pada sifat alami manusia sebagai
pula teori atau aliran hukum alam dan teori atau aliran makluk sosial, hasratnya untuk bergabung dengan
positivis. manusia lain dan kebutuhannya akan solidaritasnya.
Pertama, teori atau aliran Hukum Alam. Dengan Naluri demikian juga dimiliki oleh negara-negara.
segala kebenaran dan kekurangannya, teori ini Jadi dasar kekuatan mengikat hukum internasional
mengatakan bahwa, dalam bentuknya yang telah terdapat dalam kenyataan sosial bahwa mengikatnya
disekularisir maka hukum alam diartikan sebagai hukum internasional itu perlu mutlak bagi dapat
hukum ideal, yang didasarkan atas hakikat manusia terpenuhinya kebutuhan negara untuk hidup
sebagai makluk berakal, atau kesatuan kaidah-kaidah bermasyarakat.32 Atau dengan kata lain bahwa
yang diilhamkan alam pada akal manusia. Tentang kaidah-kaidah hukum tadi berlaku karena diterima
berlakunya hukum internasional penganut teori ini atau diakui oleh masyarakat.33
mengatakan, bahwa hukum internasional itu mengikat Aspek yuridis, yaitu berlakunya hukum, termasuk
karena hukum internasional itu tidak lain dari pada hukum internasional didasarkan pada kaidah yang
hukum alam yang diterapkan pada kehidupan lebih tinggi tingkatannya. Menurut Hans Kelsen,
masyarakat bangsa-bangsa. Dengan kata lain, negara sebagai Bapak dari mahzab Wiena, bahwa kekuatan
tunduk atau terikat pada hukum internasional karena mengikat suatu kaidah hukum internasional
hubungan-hubungan mereka diatur oleh hukum yang didasarkan pada suatu kaidah yang lebih tinggi,
lebih tinggi, yaitu hukum alam. Hukum internasional yang pada gilirannya didasarkan pada kaidah yang
hanya merupakan bagian (kecil) dari pada hukum lebih tinggi lagi, dan demikian seterusnya. Akhirnya
alam.30 sampailah pada puncak piramida kaidah khusus yang
Kedua, teori atau aliran Positivis. Dengan segala merupakan kaidah dasar (grundnorm), dimana norma
kelebihan dan kekurangannya, para penganut positivis dasar itu sendiri tidak dapat dideduksi sehingga harus
mengatakan bahwa, kekuatan mengikat hukum dianggap sebagai hipotesa permulaan.34
internasional itu pada hakikatnya didasarkan pada Untuk adanya norma dasar atau asas fundamental
kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum dalam hukum internasional harus dipenuhi tiga syarat,
internasional. Aturan-aturan hukum internasional yaitu: punya arti penting dan luar biasa bagi hukum
pada analisis terakhir mempunyai sifat yang sama internasional, dan meliputi scope yang lebih luas dan
seperti hukum positif nasional, karena muncul dari di bawah judul yang sama, serta harus menjadi bagian
kemauan negara. Terhadap asumsi yang demikian essensial dari hukum internasional dan mempunyai
itu oleh tokoh positivis yaitu Triepel, kemudian karakteristik yang merupakan refleksi dari hukum
dikembangkan menjadi common consent theory. internasional.
Menurut Triepel, hukum internasional itu mengikat Apabila ketiga syarat itu diterapkan maka
bagi negara-negara bukan karena kehendak mereka akan muncul tujuh asas fundamental dalam hukum
satu persatu untuk terikat melainkan karena adanya internasional kebiasaan, yaitu asas kedaulatan,
28
Hal ini sesuai dengan teori-teori hukum dalam hal
31
berlakunya hukum sebagai kaidah. Soerjono Soekanto, Op.Cit., Mochtar Kusumatmadja, Op.Cit., h. 45-47.; Starke,
h. 56-57. Op.Cit., h. 23.; Sam Suhaedi Admawiria, Op.Cit., h. 44-47.
32
29
Ibid. Mochtar Kusumaatmadja, 2003, Op.Cit., h. 49-50.
33
30
Mochtar Kusumaatmadja, 2003, Op.Cit., h. 43-44.; Starke, Soerjono Soekanto, Loc.Cit.
34
Op.Cit., h. 22.; Lili Rasjidi, 1990, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit., h. 48-49; Friedman,
Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 34. Op.Cit., h. 171.

97
PERSPEKTIF
Volume XX No. 2 Tahun 2015 Edisi Mei

pengakuan, persetujuan, itikad baik, kebebasan di Hukum Internasional) tersebut sebagai subyek hukum
laut lepas, pertanggungjawaban negara, dan membela internasional.37 Dalam perkembangannya, hukum
diri.35 internasional tidak hanya mengatur kepentingan
Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut negara saja, namun juga mengatur kepentingan
di atas, maka baik secara sosiologis, filosofis individu,38 lembaga atau organisasi internasional,39
maupun yuridis, hukum internasional mempunyai juga perusahaan multinasional atau transnasional.40
kekuatan mengikat bagi negara-negara. Tinggal Dengan melihat bertambahnya subyek hukum
bagaimana sikap negara-negara tersebut terhadap dalam hubungan internasional, maka membawa
hukum internasional. Karena, negaralah yang banyak perkembangan masyarakat internasional yaitu
memainkan peran dalam hubungan internasional. menimbulkan kebutuhan baru yang berdampak
nyata pada hukum internasional. Lebih lagi dengan
Perkembangan Hukum Internasional hadirnya sejumlah organisasi internasional. Tidak
Hukum Internasional yang dikenal dewasa ini bisa dipungkiri kehadiran PBB mempunyai peran
merupakan hasil proses perkembangan yang di mulai dalam pembaharuan hukum internasional yang sangat
pada sekitar abad 15 melalui proses kebiasaan. Pada mendasar, sebagai nampak dari perumusan Pasal 13
awalnya hukum internasional merupakan aturan yang Piagam PBB, yaitu Majelis Umum membuat prakarsa
berlaku antar kerajaan atau antar polis (negara kota). untuk mengadakan penyelidikan dan mengajukan
Kemudian dalam perkembangannya, yaitu dengan rekomendasi-rekomendasi dengan tujuan memajukan
ditandatanganinya Perdamaian Westphalia36 yang kerjasama internasional di lapangan politik dan
merupakan peristiwa penting dalam sejarah hukum mendorong berkembangnya kemajuan hukum
internasional modern. Bahkan dianggap sebagai dasar internasional dan kodifikasinya.41
masyarakat internasional modern yang didasarkan atas
negara-negara nasional atau berdaulat. Karena, sejak Penegakan Hukum Internasional
diadakannya perdamaian Westphalia, bermunculan Sistem hukum internasional sebagai hukum
negara-negara merdeka. Sehingga pada gilirannya koordinasi, tidak dikenal adanya polisi internasional,
hukum internasional digunakan untuk mengatur sekalipun ada hakim, atau pengacara internasional
hubungan di antara mereka. pada Mahkamah Internasional, namun mereka
Dalam pengertian hukum internasional secara tidak dapat banyak berbuat sesuatu (bersifat
Klasik, dapat dikatakan bahwa hukum internasional memaksa) kepada negara yang melanggar hukum
digunakan untuk mengatur hubungan antar negara internasional. Sekalipun demikian kondisinya tidak
atau dikatakan negara sebagai aktor dalam hubungan
37
internasional artinya bahwa negara (sebagai subyek Subyek hukum dapat diartikan sebagai pemegang hak dan
kewajiban, atau pemilik kepentingan yang di atur oleh hukum,
35
pemegang hak procedural untuk berperkara di depan pengadilan,
Schwarzenberger, Op.Cit. h. 7, 35-36. Asas hukum dan atau mereka yang memilki kemampuan membuat perjanjian
hukum kebiasaan merupakan sumber hukum internasional. internasional dengan negara atau organisasi internasional, Starke,
Sebagaimana dirumuskan dalam Article 38 (1) Statute of the Op.Cit., hlm. 58
International Court of Justice; The Court whose function is to 38
Telah banyak perjanjian yang mengatur kepentingan
decide in accordance with international law such disputes as are
individu, seperti Declaration Human Right, 1948; Jeneva
submitted to it, shlml apply:a. international conventions, whether
Convention, 1949 tentang Perlindungan Korban Perang,; Konvensi
general or particular, establishing rules xpressly recognized by
mengenai Status Pengungsi, 1951; Konvensi Sehubungan
the contesting states; b. international custom, as evidence of a
dengan Status Perang yang Tidak berkewarganegaraan, 1954;
general practice accepted as law; c. the general principles of
dan sebagainya. Bahkan kini Individu dapat berperkara di depan
law recognized by civilized nations; d. subject to the provisions
pengadilan internasional sejak didirikannya International Criminal
of Article 59, judicial decisions and the teachings of the most
Court (Mahkamah Pidana Internasional). Kalau sebelum itu
highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary
Individu dapat berperkara melalui pengadilan pidana sifatnya
means for the determination of rules of law.
36
ad-hoc, seperti pembentukan Pengadilan Pidana ad-hoc untuk
Dalam Perdamaian Wesphalia tercapai hal-hal sebagai Rwanda dan Yugoslavia.
berikut: mengakhiri perang tiga puluh tahun di daratan Eropa; 39
Sejak diakuinya PBB sebagai legal personality dalam
mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Romawi Suci (The Holy Roman
hukum internasional, melalui Advisory Opinion International
Emperor); urusan-urusan keagamaan (gereja) dipisahkan dari
Court of Justice, 11-1-1949 tentang Reparation for Injuries Case.
urusan kenegaraan, dan hubungan antara negara-negara lebih
40
didasarkan pada kepentingan nasional negara yang bersangkutan; Sebagaimana dikatakan oleh Friedman, yang dikutip oleh
kemerdekaan Negara Nederland, Swiss, dan negara-negara kecil di Hatta, Hukum Internasional, Setara Press, Malang, 2012, h. 1.
41
Jerman diakui. Mochtar Kusumaatmadja, 2003, Op.Cit., h. 29-30. Lihat Pasal 13 Piagam PBB.

98
Yustitianingtyas, Masyarakat dan Hukum Internasional ....

berarti tidak ada penegakan dalam sistem hukum tertentu terhadap negara yang melanggar hukum
internasional. Menurut B. Malinowski, bahwa Hukum interrnasional.46
internasional dapat dipertahankan melalui mekanisme Jadi sistem pengendalian sosial dan jaminan
pengendalian sosial atas dasar kemandirian timbal pelaksanaan yang berupa external power merupakan
balik sebagaimana ternyata dalam jalinan prinsip bentuk mekanisme di dalam mempertahankan atau
resiprositas.42 penegakan hukum internasional.
Di dalam setiap masyarakat senantiasa terdapat
suatu sistem pengendalian sosial, yang bertujuan PENUTUP
agar warga masyarakat mematuhi norma dan nilai Kesimpulan
yang berlaku di dalam masyarakat bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil
Demikian juga dalam masyarakat internasional, beberapa kesimpulan bahwa hukum internasional
adanya sistem pengendalian sosial yang demikian berkembangan sesuai dengan perkembangan yang
adalah sejalan dengan prinsip hubungan internasional terjadi dalam masyarakat internasional. Kalau dulu
yang selalu berlandaskan pada prinsip resiprisitas. masyarakat internasional itu hanya beranggotakan
Dengan prinsip ini, dalam hubungan internasional kerajaan atau Negara kota, namun kini anggota
pada hakikatnya negara saling melepaskan sebagian masyarakat internasional telah berkembang selain
kedaulatannya. Eksistensi hukum internasional tidak negara, juga individu, lembaga atau organisasi
akan dapat dipertahankan, apabila tiap-tiap negara internasional, juga perusahaan multinasional.
dalam hubungan internasional tetap mempertahankan Demikian juga persoalan yang diatur oleh hukum
kedaulatannya secara mutlak. internasional tentunya juga berkembang, tidak hanya
Sejalan dengan hal tersebut, sebagaimana menyangkut urusan dalam negeri suatu negara namun
dikemukakan oleh Oppenheim, bahwa di dalam menyangkut urusan-urusan luar negerinya, bahkan
hukum (internasional) terdapat jaminan pelaksanaan menyangkut urusan negara lain. Kalau dulu negara
yang berupa external power, yaitu kekuatan yang ada hanya berdaulat dalam batas-batas wilayahnya, kini
dalam masyarakat (internasional) itu sendiri,43 seperti: muncul hak berdaulat negara.
Pertama, Tindakan negara lain, maksudnya Namun demikian tidak bisa dipungkiri, bahwa
apabila ada suatu negara yang melanggar hukum efektifitas hukum internasional sebagai hukum
internasional, akan menimbulkan reaksi pada negara koordinasi, tergantung pada sikap pelaku hukum
lain. Seperti, mengadakan intervensi, pemutusan dalam hubungan internasional dalam masyarakat
diplomatik, mengadakan embargo, dan sebagainya;44 internasional. Jadi bukan didasarkan pada banyak
Kedua, Adanya badan peradilan internasional sedikitnya pelanggaran, ada tidaknya lembaga-
(Mahkamah Internasional dan Mahkamah lembaga tertentu dalam masyarakat internasional,
Pidana Internasional). Badan ini dibentuk untuk serta tidak didasarkan pada ada tidaknya sanksi.
menyelesaikan persoalan-persoalan hukum
internasional. Badan ini pun dalam bekerjanya selalu Rekomendasi
berlandaskan pada hukum internasional.45 Hubungan Internasional yang dilakukan atau
Ketiga, Tindakan Lembaga atau Organisasi dilaksanakan oleh masyarakat Internasional (Negara
internasional. Sesuai dengan kewenangan yang dengan Subyek Hukum Internasional Lainnya)
dimilikinya, badan-badan dari suatu organisasi diharapkan mampu untuk menjaga kedaulatan antar
internasional dapat mengambil langkah-langkah negara atau dengan subyek hukum internasional
lainnya.
42
Lili Rasjidi, 1991, Loc.Cit.
43
Oppenheim, Loc.Cit.
44
Seperti intervensi kolektif, intervensi pembelaan diri.
Pada waktu terjadi Perang Teluk, beberapa negara mengadakan 46
Lihat Pasal 41 dan 42 Piagam PBB, dimana Dewan
pemutusan hubungan diplomatik dengan Irak, sebagai reaksi atas Keamanan dapat menggunakan langkah-langkah paksaan
tindakan Irak yang menyerang Kuwait. yang bersifat kolektif terhadap negara yang melanggar hukum
45
Dalam Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional oleh internasional. Demikian juga berdasarkan Pasal 11 Piagam PBB,
para ahli hukum internasional dikatakan sebagai sumber hukum Majelis Umum dapat membicarakan hal-hal yang berkaitan
internasional. dengan adanya gangguan perdamaian dan keamanan internasional.

99
PERSPEKTIF
Volume XX No. 2 Tahun 2015 Edisi Mei

DAFTAR PUSTAKA Rasjidi, Lili. 1990. Dasar-Dasar Filsafat Hukum.


Buku: Bandung: Citra Aditya Bakti.
Admawiria, Sam Suhaedi. 1968. Pengantar Hukum _______. 1991. Filsafat Hukum, Apakah Hukum itu.
Internasional. Bandung: Alumni. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Akerhust, M. 1983. A Modern Introduction to Sastroamidjojo, Ali. 1971. Pengantar Hukum
International Law. London: George Allen and Internasional. Jakarta: Bhratara.
Unwin. Schwarzenberger. 1976. A Manual of International
Brierley. 1963. Hukum Bangsa-Bangsa. terjemahan Law. sixth edition. London: Profesional Books
Moh. Radjab. Jakarta: Bhratara. Limeted.
Friedman. 1990. Teori dan Filsafat Hukum. Jakarta: Starke. 1994. Introduction to International Law.
Rajawali Pers. London: Butterword.
Kusumaatmadja, Mochtar. 2003. Pengantar Hukum Sukanto, Surjono. 1989. Kegunaan Sosiologi Hukum
Internasional. Bandung: Binacipta. bagi Kalangan Hukum. Bandung: Citra Aditya
_______. 1986. Fungsi dan Perkembangan Hukum Bakti.
dalam Pembangunan Nasional. Bandung:
Binacipta. Konvensi :
Oppenheim. 1968. International Law of Treaties. Vol. Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa dan Statuta
1 Peace. Eight Edition. Edited by Lauterpacht. Mahkamah Internasional, Kantor Penerangan
Longmans. PBB, Jakarta.

100

Anda mungkin juga menyukai