1. MARYEN KAHO
2. SISKA MAY 2021031054012
3. RIATH B. MANSNANDIFU 2021031054084
4. CENDRAWASIH A. MSIREN 2021031054022
5. FERNANDO K. SOROWAT 2021031054068
6. ERICA G. K. WOPARI 2021031054096
7. DELONIX B. R. TEGAI 2021031054047
8. CONZUELLO R. WARIKAR 2021031054099
Pengantar Hubungan Internasional
Organisasi internasional yang dibentuk melalui kesepakatan bersama antar Negara melalui suatu
instrument pokok, apakah itu berbentuk Kovenan, Piagam, Statuta, Akord atau instrument pokok
lainnya, telah memberikan ketentuan-ketentuan dasar yang penting yang mengatur tentang
prinsip dan tujuan, tugas dan fungsi, hukumnya, badan-badannya, hak dan kewajiban para
anggota serta masalah-masalah penting lainnya dari organisasi tersebut. Dengan adanya
instrumen pokok semacam itu organisasi internasional akan berjalan sesuai dengan
ketentuanketentuan yang mengatur mekanisme serta cara beroperasinya yang pada hakekatnya
telah menjadi bagian integral dari bangunan hukum internasional.
Setiap organisasi memiliki fungsi khusus yang berbeda, tetapi secara umum, organisasi
internasional memiliki delapan fungsi di bawah ini.
2. Fungsi Norma
Organisasi internasional dapat menetapkan nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan yang wajib
dipatuhi tidak saja oleh para anggotanya, tetapi juga seluruh dunia.
3. Fungsi Rekrutmen
Organisasi internasional juga memiliki fungsi penting dalam merekrut partisipan dalam
sistem perpolitikan internasional.
4. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi sebuah organisasi internasional dilakukan dengan cara mentransfer nilai-nilai
tertentu kepada seluruh anggotanya yang dijalankan secara sistematis.
7. Fungsi Informasi
Setiap negara anggota organisasi internasional memiliki peran yang sama dalam mencari,
mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi dalam rangka kepentingan umum.
8. Fungsi Operasional
Dalam organisasi PBB, terdapat beberapa organisasi yang menjalankan fungsi operasional,
seperti UNICEF (perlindungan anak) dan UNHCR (mengatasi masalah pengungsi). Selain itu,
ada juga organisasi internasional dengan fungsi pendanaan seperti World Bank.
Teori fungsionalisme struktural yaitu suatu kontruksi teori yang sangat agung pengaruhnya
dalam ilmu sosial di masa seratus tahun sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali menyalakan
fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural
fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap warga sebagai
organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan
tersebut adalah hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap mampu bertahan hidup.
Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga benar tujuan
untuk sampai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini awal mulanya berangkat dari
pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte
dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya tentang analogi organismik kemudian
dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kecocokan selang
warga dengan organisme, sampai belakangnya mengembang menjadi apa yang disebut dengan
requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan untuk analisis substantif Spencer dan
penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat
terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa warga yaitu suatu kesatuan
dimana di dalamnya terdapat proses – proses yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut
benar fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Proses tersebut saling
interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga bila benar yang tidak berfungsi
karenanya hendak merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih
Durkheim dalam teori Parsons dan Merton tentang struktural fungsional. Selain itu, antropologis
fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk bermacam perspektif
fungsional modern.
Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max
Weber. Secara umum, dua proses dari studi Weber yang benar pengaruh kuat yaitu
Dalam buku “Hukum Internasional dan Hukum Islam tentang Sengketa dan Perdamaian” karya
Prof. Dr Muhammad Ashri, S.H., M.H. dan Rapung Samuddin, Lc. M.A. disebutkan bahwa
Hukum internasional dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu hukum internasional publik dan
hukum perdata internasional.
Hukum perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan keperdataan yang melintasi batas negara, atau hukum yang mengatur hubungan
keperdataan antarsubjek hukum masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang
berlainan.
Sementara itu, Hukum Internasional Publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang
bukan bersifat perdata. Hukum Internasional Publik yang biasa disingkat menjadi “Hukum
Internasional” didefinisikan oleh J. G. Starke sebagai keseluruhan hukum yang sebagian besar
terdiri atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang mengikat dan ditaati negara-negara
dalam hubungan di antara mereka, meliputi:
2. Negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara
satu sama lain.
Sebelumnya, Hukum Internasional disebutkan dalam beragam istilah dan rumusan pengertian
yang berbeda. Setiap definisi turut dipengaruhi oleh waktu dan pandangan falsafah serta
teoriteori yang berkembang pada waktu definisi dirumuskan. Definisi hukum internasional yang
dikeluarkan oleh penulis pada abad XVIII memberi penekanan yang berlainan dengan definisi
yang diberikan oleh penulis-penulis lainnya pada pertengahan dan akhir abad XX yang telah
memasukkkan unsur-unsur baru dalam definisinya, yang pada masa sebelumnya belum
mempunyai arti penting.
Salah seorang dari penulis awal hukum internasional, Emmerich de Vattel (1714-1767)
menyatakan bahwa “the law of nations is the science which teaches the rights subsisting between
nations or states, and the obligations correspondent to those rights.” Sementara itu, Hackworth
mengatakan bahwa hukum internasional adalah sekumpulan aturan-aturan yang mengatur
hubungan antar negara.
Istilah lain yang sering digunakan untuk hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa (the
law of nations), hukum antarbangsa (the law among nations), dan hukum antarnegara (interstates
law). Dalam batas-batas tertentu, istilah-istilah itu juga menggambarkan ruang lingkup dan
substansi dari hukum internasional itu sendiri, bahkan juga menunjukkan masa lalunya. Sebagai
contoh, istilah hukum bangsa-bangsa dan hukum antarbangsa digunakan ketika mulai dikenal
negara-negara yang berdasarkan asas kebangsaan, ketika negara dan bangsa dipandang identik
dan dalam praktik digunakan silih berganti. Prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum yang
tumbuh dari hubungan hukum antarbangsa atau antarnegara yang berasaskan kebangsaan,
disebut hukum bangsa-bangsa atau hukum antarbangsa.
Sumber Hukum Internasional Menurut Article 38 (1) of The Statute of ICJ (International Court
of Justice) 16 December 1920
“ The court whoese function is to decide in accordance with international law such dispute as are
submitted to it, shall apply:
International conventions, whether general or particular, establishing rules expressly
recognized by the contesting States;
International custom, as evidence of a general practisce accepted as law;
The general principles of law recognized by civilized nations;
Judicial decisions and the teachings of the most qualified publicist of the various nations, as
subsidiary maens for the determination of rules of law.
Sumber Hukum Internasional Menuru Para sarjana HI:
1. Kebiasaan Internasional
2. Traktat-traktat Internasional
3. Keputusan-keputusan pengadilan atau pengadilan arbitrase
4. Karya-karya hukum
5. Keputusan-keputusan atau penetapan organ-organ lembaga internasional
Statuta Mahkamah Internasional tidak memberikan tata urutan dari masing-masing sumber
hukum dalam pasal 38 (1) statuta
Masing-masing sumber hukum bisa berdiri sendiri atau saling melengkapi artinya memiliki
kedudukan yang sederajat kecuali sumber hukum subsider
Statuta hanya membedakan ke dalam sumber hukum primer dan subsider saja