Anda di halaman 1dari 177

Bahan Kuliah Hukum Internasional

oleh :

Dr. Muh.Risnain,SH.,MH
FH-UNRAM
Pertemuan Ke-I
Pendahuluan
Pengertian dan Ruang Lingkup
Istilah dan Pengertian Hukum Internasional
Beragam istilah yang digunakan untuk penyebutan Hukum
Internasional
 Hukum bangsa-bangsa berdasarkan fakta sejarah bahwa Hkm.Int
mengatur hubungan antara orang Romawi dengan bukan orang
Romawi (ius gentium) dan juga bukan orang Romawi satu sama lain
maka menjadi hukum antar bangsa (law among the nation), yang
merupakan cikal bakal Hukum Internasional
 Hukum Internasional (International Law) pertama kali dikemukakan
oleh Jeremmy Bentham
 Hukum Lintas bangsa (Transnational Law) dikenalkan oleh Philip C.
Jessup
 Hukum bersama umat manusia (the common law of the mankind)
dikemukakan oleh C.W Jenks karena norma yang diembannya
mengalami Humanisasi dan Internalisasi (Isu Lingkungan, Hak asasi
Manusia dan Demokratisasi)
Pengertian Hkm.Internasional

Mochtar Kusumaatmadja
Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang
mengatur hubungan dan persoalan yang melintasi batas negara
antara negara dengan negara, dan negara dan subyek hukum lain
yang bukan negara atau subyek hukum bukan negara sama lain.

Mochtar Kusumaatmadja memberikan definisi secara negatif terhadap


hukum internasional sehingga membedakannya dengan Hukum
perdata Internasional
Hukum Internasional didefinisikan sebagai keseluruhan kaidah dan
asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan
bersifat hukum perdata.
Ivan A Shearer
Hukum Internasional adalah sekumpulan peraturan hukum
yang sebagian besar mengatur tentang prinsip-prinsip dan
aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara
(subjek hukum internasional) dan hubungannya satu sama
lain dan juga meliputi :

a) Aturan-aturan Hukum yang berhubungan dengan fungsi-fungsi


institusi atau organisasi, hubungan di antara institusi dan
organisasi tersebut, serta hubungan antara institusi dan organisasi-
organisasi tersebut dengan negara dan individu ; dan

a) Aturan-aturan hukum tertentu yang berhubungan dengan


individu-individu yang menjadi perhatian komunitas internasional
dan entitas negara
Menurut American Law Institute, Hukum
Internasional adalah “ the conduct of International
organization and with their relation inter se as well
as some of their relation with persons, whether
natural or personal”
Perwujudan Hukum Internasional
Hukum Internasional dapat berwujud :
 hukum Internasional regional : hukum yang berlakunya
pada regional tertentu, seperti Hukum Internasional yang
berlaku di Benua Amerika seperti konsep landas kontinen
(continental shelf) dan konsep perlindungan kekayaan
hayati laut (conservation of the living resources)
Hukum Internasional khusus : Hukum internasional yang
berlaku bagi negara-negara tertentu saja yang merupakan
pencerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan
dan tingkat integrasi yang berbeda-beda dari masyarakat
internasional lainnya. Contoh : Konvensi Eropa tentang Hak
Asasi Manusia
Perkembangan Hukum Internasional (HI)
Masa Klasik
Praktek hukum internasional telah ada seperti :
Perjanjian perbatasan antara Pemimpin Lagas dan pemimpin Umma
Perjanjian Aliansi antara Raja Ramsis II dari Mesir dengan Raja Hettiles
Code of Hammurabi tentang pembebasan tawanan perang dan penebusan
Agama Yahudi memberikan sumbangan Konsep deutronomy yaitu adanya larangan pembunuhan Anak2 dan wnita dalam perang
Bangsa Yunani : Praktek Arbitrase
Bangsa Romawi :Traktat perang “Collegium fetiulum” dan Bellum justum et pium (doktrin perang suci)

Masa pertengahan
Hukum Internasional tidak mengalami perkembangan yang pesat
Karena adanya campur tangan peran keagamaan dalam urusan kenegaraan
Di bidang hukum perang doktrin perang suci dipengaruhi oleh ajaran Kristen

Pada perkembangan Islam


Sumbangan Islam terhadap hukum Internasional yaitu hukum perang yang lebih manusiawi
Dan memelihara lingkungan hidup dan hukum diplomatik yaitu adanya praktek pengiriman
wakil ke negara lain
Dasa sila Bandung juga dianggap sebagai kontribusi Islam terhadap hukum internasional
negara-negara Afrika mendapatkan Kemerdekaannya setelah KAA Bandung 1955.

Hukum Internasional Modern


Perjanjian Westphalia meletakkan dasar masyarakat internasional modern
Karena didasarkan pada negara-negara nasional
Perjanjian perdamaian Den Haag 1899 dan tahun 1907 pembentukan Mahkamah Arbitrase Permanen
Tahun 1921 pembentukan Mahkamah Permanen Internasional sebagai lembaga penyelesaian sengketa antar negara
Perjanjian perdamaian Brian Kellog 1928
Tahun 1945 sebagai perkembangan mutakhir dalam hukum internasional mengakhiri penggunaan kekerasan dlm
Hukum internasional, PBB sebagai promoter hukum internasional
Hukum internasional tidak lagi menunjuk ciri Eurocentric karena besarnya peran negara berkembang dlm pembentukan
HI Baru
Hukum Internasional kontemporer mengalami perkembangan yang pesat terutama masalah HAM, Lingkungan dan globalisasi
Masa Klasik

• Praktek hukum internasional telah ada seperti :


• Perjanjian perbatasan antara Pemimpin Lagas dan pemimpin
Umma
• Perjanjian Aliansi antara Raja Ramsis II dari Mesir dengan Raja
Hettiles
• Code of Hammurabi tentang pembebasan tawanan perang
dan penebusan
• Agama Yahudi memberikan sumbangan Konsep deutronomy
yaitu adanya larangan pembunuhan Anak2 dan wanita dalam
perang
• Bangsa Yunani : Praktek Arbitrase
• Bangsa Romawi :Traktat perang “Collegium fetiulum” dan
Bellum justum et pium (doktrin perang suci)
Masa pertengahan

• Hukum Internasional tidak mengalami


perkembangan yang pesat
• Karena adanya campur tangan peran
keagamaan dalam urusan kenegaraan
• Di bidang hukum perang doktrin perang suci
dipengaruhi oleh ajaran Kristen
Pada perkembangan Islam

• Sumbangan Islam terhadap hukum Internasional


yaitu hukum perang yang lebih manusiawi
• Dan memelihara lingkungan hidup dan hukum
diplomatik yaitu adanya praktek pengiriman
• wakil ke negara lain
• Dasa sila Bandung juga dianggap sebagai kontribusi
Islam terhadap hukum internasional
• negara-negara Afrika mendapatkan Kemerdekaannya
setelah KAA Bandung 1955.
Hukum Internasional Modern
• Perjanjian Westphalia meletakkan dasar masyarakat internasional
modern
• Karena didasarkan pada negara-negara nasional
• Perjanjian perdamaian Den Haag 1899 dan tahun 1907 pembentukan
Mahkamah Arbitrase Permanen
• Tahun 1921 pembentukan Mahkamah Permanen Internasional sebagai
lembaga penyelesaian sengketa antar negara
• Perjanjian perdamaian Brian Kellog 1928
• Tahun 1945 sebagai perkembangan mutakhir dalam hukum internasional
mengakhiri penggunaan kekerasan dlm
• Hukum internasional, PBB sebagai promoter hukum internasional
• Hukum internasional tidak lagi menunjuk ciri Eurocentric karena
besarnya peran negara berkembang dlm pembentukan
• HI Baru
• Hukum Internasional kontemporer mengalami perkembangan yang
pesat terutama masalah HAM, Lingkungan Perdagangan
Internasional
Masyarakat dan Hukum Internasional
 Landasan sosiologis :Hukum Internasional ada karena adanya masyarakat Internasional
bukti adanya masyarakat Internasional :

 Adanya sejumlah negara


 Adanya hubungan tetap antara anggota masyarakat Internasional
 Adanya suatu kepentingan bersama
 Adanya hukum yang menjamin kepastian hubungan itu
 Adanya faktor pengikat yang non materil : kesamaan asas hukum (kedaulatan,
kemerdekaan, persamaan derajat, dll)

 hubungan masyarakat Internasional pada dasarnya hubungan kehidupan antar manusia :


Hubungan itu dapat dilakukan oleh negara maupun hubungan antara individu, perusahaan

 Masyarakat Internasional harus memenuhi syarat :


 Adanya negara,
 Adanya hubungan tetap (langsung/tidak langsung)
Hubungan langsung yaitu hubungan langsung individu negara, sedangkan hubungan tidak
langsung yaitu melalui pejabat-pejabat negara
masyarakat internasional mengadakan hubungan tetap yang continue
Landasan Materiil Hukum Internasional : adanya asas-asas hukum umum yang diakui secara bersama
oleh negara-negara sebagai dasar untuk hidup berdampingan secara damai bangsa-bangsa
(natuurrecht) dan naluri untuk mempertahankan diri (instinct for survival)
seperti :
asas pacta sunt servanda, good faith.

Masyarakat Internasional ditandai oleh adanya negara-negara merdeka (independence) yang


mempunyai kedaulatan (soverignty). Akibat negara yang merdeka dan mempunyai kedaulatan maka
negara di dunia memiliki persamaan derajat (equality).

Namun demikian kedaulatan negara dibatasi oleh Hukum Internasional


a. kekuasaan negara terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu
b. kekuasaan negara itu terakhir di mana kekuasaan suatu negara lain dimulai.
Masyarakat Internasional ditandai oleh adanya negara-
negara merdeka (independence) yang mempunyai
kedaulatan (soverignty). Akibat negara yang merdeka
dan mempunyai kedaulatan maka negara di dunia
memiliki persamaan derajat (equality).

Namun demikian kedaulatan negara dibatasi oleh


Hukum Internasional
a. kekuasaan negara terbatas pada batas wilayah negara
yang memiliki kekuasaan itu
b. kekuasaan negara itu terakhir di mana kekuasaan
suatu negara lain dimulai.
Perubahan masyarakat Internasional oleh :

1. Munculnya negara kebangsaan sebagai akibat emansipasi


politik/rehabilitasi
2. Perkembangan teknologi :Transportasi, persenjataan,
Teknologi Informasi,dan teknologipengolahan SDA
3. Munculnya organisasi-organisasi Internasional (PBB,
ASEAN, UNI Eropa, WTO, ICAO dll)
4. Perang dingin : Hukum Internasional senderung bersifat
bipolar (mencerminkan kompromi dua pihak/blok)
selama perang dingin (mencerminkan kepentingan AS
dan Rusia), perkembangan kontemporer Hukum
Internasional dipengaruhi oleh kepentingan negara maju
(developed states) dan negara berkembang (developing
states)
Bukti-bukti Eksistensi Hukum
Internasional
1. Penghormatan hukum internasioal oleh oragan-organ pemerintah
dari Negara-negara. Ex. Dalam pembuatan perjanjian internasional
organ pemerintah tunduk pada konvensi Wina 1969, di samping
itu Negara juga mentaati isi perjanjian internasional yang
dibuatnya
2. penggunaan mekanisme penyelesaian sengketa internasional oleh
subyek-subyek hukum internasional dalam menyelesaikansengketa
di antara mereka. Ex. Melalui Badan Internasonal, arbitrase,
mediasi, inqury, dll. Hasil keputsan lembaga tersebut ditaati oleh
Negara-negara yang bersengketa
3. Adanya sikap tunduk dan taatnya Negara terhadap hukum
internasional. Walaupun di sisi lain terdapat pelanggaran terhadap
norma HI,bukan berate HI tidak ada, tetapi kurang efektif
berlakunya HI. Hukum nasional di sisi lain juga banyak dilanggar
namun bukan berarti HN tidak ada.
Lanjut…
• Hukum nasional banyak mengadopsi kaidah-kaidah yang
berasal dari norma HI. UU anti Korupsi di Indoesia direvisi
dengan mencantumkan norma yang terdapat dalam Konvensi
pemberantasan Korupsi tahun 2003, UU perikanan Indonesia
mengadopsi KHL 1982, UU No.24/2000 tentang Perjanjian
Internasional mengadopsi Konvensi Wina 1969 tentang
Perjanjian internasional walaupun Indonesia belum
meratifikasi Konvensi tersebut.
• Bahkan ketika terjadi konflik bersenjata Negara-negara
mentaati Hukum Humaniter Internasional. Kasus penyerangan
Irak oleh AS ? Israil vs Hizbullah ? di mana HI ? HI Kurang
efektif berlaku.
Pertemuan Ke II

HAKIKAT DAN DASAR BERLAKUNYA


HUKUM INTERNSIONAL
Kekuatan Mengikat Hukum Internasional

Kekuatan mengikat (binding force) hukum internasional dapat dilihat


berdasarkan beberapa Teori :

TEORI HUKUM ALAM

Hukum alam ialah hukum yang diasumsikan berlaku bagi seluruh


umat manusia
Teori Hukum Alam menyatakan bahwa hukum internasional
mengikat karena hukum internasional itu tidak lain dari pada
hukum alam yang diterapkan pada kehidupan masyarakat
bangsa-bangsa dikarenakan hukum merupakan hukum yang
lebih tinggi.
Hukum alam merupakan hukum ideal yang didasarkan atas
kehendak manusia sebagai makhluk berakal/kesatuan kaidah-
kaidah yang diilhamkan alam kepada manusia.
Lanjut…
Teori ini mengalami sekulerisasi oleh
Grotius (bapak hukum internasional)
dengan mengatakan bahwa hukum
internasional merupakan hukum yang
mengandung nilai-nilai universal yang
bersumber dari akal manusia.
Teori ini mengandung beberapa kelemahan
yaitu : pengertianya abstrak dan
subjektif
Teori Kehendak negara (aliran
positivisme)

• Teori ini menyatakan bahwa hukum internasional mengikat


karena kehendak negara untuk tunduk pada hukum
internasional
• Hukum internasional perlu instrumen ratifikasi perjanjian
internasional dan negara juga dapat menarik diri untuk
tidak ikut dalam hukum internasional
• Teori juga mengandung kelemahan yaitu teori ini tidak
dapat menerangkan dengan memuaskan bagaimana
caranya hukum dapat mengikat negara-negara itu.
Teori Kehendak bersama (the individualism/pluarlisme
theory)
• Teori Kehendak bersama menyatakan bahwa hukum
internasional mempunyai kekuatan mengikat bukan
karena kehendak satu persatu negara tetapi, karena
adanya kehendak bersama yang lebih tinggi dari
kehendak masing-masing negara untuk terikat pada
hukum internasional
• Teori ini memandang bahwa hukum internasional yang
diakui hanyalah perjanjian internasional sebagai
perjanjian antara negara-negara
• Teori ini mengalami kelemahan karena menurut
Mochtar Kusumatmadja Hukum mengikat bukan saja
karena kehendak negara, karena negara dapat saja
melepaskan diri dari kekuatan mengikat hukum
dengan menarik kembali persetujuanya untuk pada
hukum itu.
Lanjut…
• Teori ini mengalami kelemahan karena
menurut Mochtar Kusumatmadja Hukum
mengikat bukan saja karena kehendak
negara, karena negara dapat saja
melepaskan diri dari kekuatan mengikat
hukum dengan menarik kembali
persetujuanya untuk pada hukum itu.
Mazhab Wina (Hans Kelsen)

• Kekuatan mengikat hukum bukan karena


kemauan negara tetapi, karena norma
hukumlah yang merupakan dasar terakhir
kekuatan mengikat hukum internasional
• Kekuatan mengikat kaidah hukum
internasional didasarkan pada suatu kaidah
yang lebih tinggi ,dan kaidah itupun merujuk
kepada kaidah hukum yang lebih tinggi.
Lanjut…
• Kaidah hukum tertinggi itu akhirnya berpuncak
pada kaidah dasar (grundnorm) yang tidak dapat
lagi dikembalikan pada suatu kaidah yang lebih
tinggi. Kaidah tersebut harus diterima sebagi
hipotesa asal yang tidak dapat diterangkan
secara hukum
• Asas Pacta sunt servanda sebagai kaidah dasar
(grundnorm) hukum internasional
• Teori ini tidak dapat menerangkan mengapa
kaidah dasar itu mengikat
Teori kenyataan sosial (Mazhab perancis)
• Teori ini menyatakan bahwa kekuatan mengikat
hukum internasional terdapat dlam kenyataan bahwa
mengikatnya hukum itu perlu mutlak bagi dapat
terpenuhinya kebutuhan manusia (bangsa) untuk
hidup bermasyarakat
• Kenyataan sosial melahirkan norma hukum yang
dibuat oleh kehendak masyarakat internasional
• Hukum lahir karena kebutuhan, hubungan
interdependensi
• Contoh Indonesia masuk WTO karena Indonesia
membutuhkan negara lain sehingga Indonesia
meratifikasinya
Materi Ke- III

Hubungan Hukum interasional dan Hukum


nasional
HUKUM NASIONAL
DAN HUKUM INTERNASIONAL

HUKUM NASIONAL ( Municipal Law) adalah ketentutan-ketnentuan


hukm yang mengatur kehidupan manusia dalam masing-masing
lingkungan kebangsaanya

Dua Teori yang berbeda melihat hukum internasional :


1. Pandangan Voluntarisme : Hukum Internasional berlaku
berdasarkan pada kemauan negara. Konsekuensinya hukum
nasional dan hukum internasional merupakan dua perangkat
hukum yang terpisah dan berdampingan
2. Pandangan Obyektivisme : Hukum Internasional berlaku lepas dari
kemauan negara. Konsekuensinya hukum nasional dan hukum
internasional merupakan satu kesatuan
DUA ALIRAN TENTANG HUBUNGAN
ANTARA HUKUM NASIONAL DAN HUKUM INTERNASIONAL

ALIRAN DUALISME
 Daya ikat hukum internasional bersumber pada kemauan negara
 Hukum nasional dan hukum internasional merupakan dua sistem/perangkat hukum
yang terpisah satu dari lainnya
 Konsekuensinya
 International law and municipal law are two separate legal system which exist
independently of each other ( HI dan HN merupakan dua sistem terpisah)
 The ideological background (latar belakang) to dualist is strongly coloured by an
adherence (ketaatan pengikut) to positivism and emphases on theory of souvereignty
 Hukum Internasional dapat berlaku apabila sudah sudah ditransformasi dalam
hukum nasional
 Mochtar Kusumaatmadja melihat kelemahan teori ini karena tidak dapat
menjelaskan dalam kenyataan bahwasanya hukum nasional tunduk pada hukum
internasional
HUKUM NASIONAL DAN HUKUM INTERNASIONAL BERBEDA KARENA

 Dari segi sumber hukum : Hukum nasional bersumber pada kemauan negara,
sedangkan hukum internasional bersumber pada kemauan masyarakat negara
 Dari segi subjek hukumnya : subjek hukum nasional adalah orang perorang,
sedangkan subyek utama hukum internasional adalah negara
 Dari struktur kelembagaan : hukum nasional memiliki lembaga-lembaga yang
diperlukan bagi pelaksanaan hukum (law enforcement) seperti : legislatif yang
membuat hukum, eksekutif yang melaksanakan hukum dan yudikatif yang
menegakkan hukum, sedangkan hukum internasional tidak mempunyai lembaga-
lembaga tersebut (hanya collective action)

Kritik Mochtar Kusumaatmadja : Faham dualisme tidak logis karena faham ini
menyangkal kenyataan bahwa hukum internasional juga sebagai sebuah sistem
hukum yang mengatur tentang hubungan antar negara sehingga tidak mungkin
dipisahkan.
Faham Monisme
Mazhab Bonn-Max Wenzel

• Hukum Nasional dan Hukum Internasional meruapakan suatu sistem hukum yang
satu
• Terdiri dari :
 Monisme dengan primat hukum nasional,
 Monisme dengan primat hukum Internasional
 Faham monisme menekankan adanya subkoordinasi dalam arti koordinasi, dalam
kenyataanya HI bersifat koordinatif
 Tunduknya negara pada hukum internasional tidak harus berarti bahwa suatu
negara tidak dapat menjamin kepentingan-kepentingannya melalui hukum
nasionalnya.
Monisme Dengan Primat Hukum Nasional
Hukum nasional lebih utama dari hukum internasional
A rules of international law were supreme over municipal law. A municipal law
inconsistent with international law is automatically null and void and that rules
international law are directly applicable in domestic sphere state
Konsekuensinya :
 Hukum internasional adalah kelanjutan dari hukum nasional
 HI merupakan HN untuk urusan luar negeri (auszetter staatsrecht)
 HI bersumber pada HN
Alasan penganut Monisme :
 Tidak ada supranational body yang mengatur kehidupan negara-negara. Kerangkan
berpikir dari Monisme berdasar pada pemikiran Austin bhw “law is command”,
sehingga harus ada supranational body , Hukum International tdk memilikinya
maka HI bukan “Hukum”
 Adanya kewenangan konstitusional bagi negara-negara untuk terikat pada hukum
internasional.
Monisme dengan Primat H I
mazhab Wina-Kelsen, Mazhab Francis Duguit, Scelle
Bourquin

• Hukum Internasional lebih utama


• Hukum nasional bersumber pada HI
• Pendelegasian wewenang dari Hukum Internasional kepada hukum nasional

Kelemahannya
- Hukum Internasional lebih dulu dari Hukum nasional (bertentangan dengan
Hukum sejarah Hukum nasional ada sebelum adanya HI)
- Hukum Nasional bukan Derivasi (turunan) dari HI sedangkan realitasnya demikian.
Kelemahan Dualisme dan Monisme

• Dualisme menyangkal adanya Hukum Internasional sedangkan Monisme


bertentangan dengan kenyataan sejarah.

National law in the international system generally national law has no effect on the
duties or obligation of state on the international level, thus a state may not plead its
own municipal law as an execute or justification for violating international law
Praktek Primat Hukum Internasional

• Penghormatan terhadap perjanjian tapal batas negara, tapal batas ditentukan


berdasarkan hukum internasional
• Penghormatan terhadap perjanjian internasional
• Hubungan diplomatik dan konsuler yang didasarkan pada HI
• Perlakuan terhadap orang asing dan hak milik orang asing (kasus tembakau
Bremen, penetapan kompenasasi berdasarkan pada prinsip prompt, effective dan
adequate). Menurut Mochtar Kususmaatmadja nasionalalisasi dapat dilakukan
untuk tujuan memperbaiki ekonomi dengan menerapkan prinsip effective yaitu
dengan dicicil.
Doktrin berlakunya HI dan HN

 DOKTRIN INKORPORASI
Hukum Internasional dapat diberalkukan sebagai hukum nasional tanpa melalui
pengesahan atau ratifikasi oleh lembaga yang diberikan wewenang, Hukum
Internasional dapat diberlakukan sebagai hukum nasional tanpa melalui Undang-
undag terlebih dahulu
 Doktrin Transformasi
Hukum Internasional dapat berlaku sebagai hukum nasional apabila telah
diratifikasi terlebih dahulu atau hukum internasional dapat diberlakukan sebagai
hukum nasional dengan terlebih dahulu melalui undang-undang
Pemberlakuan kedua doktrin tersebut tidak diberlakukan secara mutlak oleh negara-
negara.
Praktek negara pemberlakuan HI dlm HN

INGGRIS
Hukum Internasional adalah Hukum Negara (international law is the law of the land)
Incorporation Doctrine
The law of nations, wherever any questions arises which is properly the object of the
jurisdiction is here adopted in its full extent by the common law and it is held to be
part of the law of the land (Blackstone)
Dalam Customary International Law
Suatu ketentuan internasional berlaku asalkan tidak bertentangan dengan undang-
undang, apabila suatu hukum kebiasaan internasional ditetapkan oleh Mahkamah
Tinggi maka semua pengadilan di bawahnya terikat, dalam hal ini maka yang
supreme bukan hk.int melainkan mahkamah Tingginya.
Dalam International Treaty
Persetujuan parlemen (heavy parlement), bahwa suatu ketentuan internasional
berlaku mengikat tanpa persetujuan parlemen yaitu selain menyangkut :
 Perubahan dalam UU nasional
 Perubahan dalam status garis batas
 Mempengaruhi hak-hak sipil
 Menambah beban keuangan negara
Praktek AS

 Dalam Hukum Kebiasaan Internasional Law sama dengan praktek Inggris, bila
bertentangan dengan undang-undang maka yang berlaku adalah undang-undang
 Dalam perjanjian internasional : Konstitusi sebagai dasar utama,
 Pembedaan antara self executing dan non self executing treaties,
 jika tidak bertentangan dengan konstitusi maka langsung berlaku (self executing )
 Dapat dilakukan dengan undang-undang pemberlakuan (non-executing)
 Self executing ; ada persetujuan dari senat, sehingga mengikat
 Executing agreement, dalam hal ini langsung berlaku tanpa memerlukan
persetujuan badan legislatif
Materi Pertemuan Ke- IV
SUMBER HKM.INTERNASIONAL
Sumber Hukum Internasional

• sumber hukum formil : tempat ditemukannnya ketentuan hukum


internasional yang dapat diterapkan sebagai kaidah dala, satu
masalah konkrit.
• Sumber hukum formil merupakan jawaban atas pertanyaan di
mana kita menemukan hukum untuk memutuskan kasus konkret
• Sumber Hukum Materil : Sumber mengikatnya hukum
internasional dan dasar berlakunya hukum internasional
• Sumber Hukum Internasional : faktor-faktor kausal
 faktor yg membantu terbentuknya kaidah hukum internasional,
misal :yurisdiksi (kewenangan negara dalam menjalankan
hukum) terhdapa ruang tanpa batas 9cyberspace)
 Fakta ekstra yuridis, misal : banyaknya permasalahan dalam
perdagangan internasional menyebabkan negara-negara perlu
untuk membuat hukumnya, GATT/WTO
Sumber Hukum Formal HI

• SUMBER HUKUM INTERNASIONAL


Pasal 38 ayat 1
• Perjanjian Internasional
“ Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang
diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan
bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu”
• tidak dapat dianggap perjanjian internasional perjanjian
yang dilakukan oleh Negara dengan perusahaan
multinasional, begitu pula kontrak antara Negara dengan
perusahaan asing
Istilah-istilah Perjanjian Internasional
• Traktat (treaty) : Treaty Roma
• Pakta (pact) : Pakta atlantik
• Konvensi (convention) : KHL 1982
• Piagam (statute) : Piagam PBB
• Charter
• Deklarasi : Deklarasi Bankok tentang
pembentuka ASEAN
• Protocol : Protokol Kyoto tentang perubahan
iklim
• Arrangement
• Accord
• Modus vivendi
• Kovenan (covenant) : Kovenan Hak sipil dan Politik
(ICCPR)
PI sebagai Sumber Hukum Internasional, dibagi
a. Perjanjian yang bersifat treaty contract
Perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban hak dan
kewajiban bagi kedua bela pihak saja (kontrak perdata).
Ex. Perjanjian dwi-kewarganwgaraan antara RI-China,
perjanjian perbatasan, perdagangan, pemberantasan
penyelundupan dan Bajak laut antara RI-Philiphina
b. Perjanjian yang bersifat law making treaties
Perjanjian yang dimaksudkan untuk meletakan ketentuan
atau kaidah hukum bagi seluruh masyarakat internasional.
Contoh: Konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban
Perang, KHL 1982, Konvensi Wina 1969 tentang Hubungan
Diplomatik.
2. Kebiasaan Internasional (international custom)

• Hukum kebiasaan internasional adalah norma


kebiasaan internasional yang merupakan
kebiasaan umum yang diterima sebagai
hokum.
• Menurut Mochtar Kusumaatmadja tidak
semua kebiasaan internasional itu merupakan
sumber hukum.
Untuk menjadi sumber hukum internasional, kebiasaan
harus memenuhi dua syarat :

• Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum


(unsur material), jika memenuhi dua syarat :
– adanya pola tindak yang berlangsung lama, yang
merupakan serangkaian tindakan yang serupa
mengenai hal dan keadaan yang serupa pula.
– Syarat di atas harus bersifat umum dan bertalian
dengan hubungan internasional
• Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum (unsur
psikologis). Kebiasaan internasional dirasakan
memenuhi suruhan kaidah atau kewajiban hukum
(opinion juris sive necessitates).
• Contoh :
• 1. Penggunaan bendera putih (bendera parlementer)
• Bendera yang memberikan perlindungan utusan yang
dikirim untuk menghubungi pihak musuh. Konsep ini
diterima sebagai hukum.
• 2. Konsep landas kontinen (continental shelf) dalam
hukum laut internasional sebagai rezim hukum.
Konsep ini berasal dari proklamasi presiden Truman
tahun 1945, konsep ini kemudian diikuti oleh praktek
Negara-negara lain.
Di samping itu ada juga kebiasaan internasional yang
tidak dapat menjadi hukum kebiasaan internasional.
Contoh kebiaasaan kapal selam Jerman pada perang
dunia I dan II menenggelamkan kapal dagang pihak
lawan tanpa pemeberitahuan terlebih dahulu dan
tidak memberikan kesempatan kepada awak untuk
menyelamatkan dirinya. Kebiasaan ini bertentangan
dengan norma hokum perang di laut yang mengatur
sebaliknya. Kebiasaan tersebut tidak diterima sbg
hukum karena bertentangan dengan hukum perang.
Hubungan Hukum kebiasaan internasional dan
Perjanjian Internasional
• Hukum Kebiasaan internasional dapat menjadi
hukum internasional melalui peneguhanya dalam
perjanjian internasonal. Sebaliknya dapat pula terjadi
perjanjian internasional yang dilakukan berulang kali
dapat menjadi hukum kebiasaan internasional.
• Conto: hubungan konsuler dituangkan dalam
perjanjian bilateral, perjanjian itu terus dilakukan
oleh Negara-negara sehingga menjadi kebiasaan
internasional. Kebiasaan internasional itu dikodifikasi
dalam Konvensi internasional mengenai hubungan
konsuler tahun 1963.
Menurut Ian Brownlie, empat tingkat tes praktek
menjadi kebiasaan internasional :

– Durasi, adanya konsistensi dan kelaziman dari


praktek.
– Kesamaan dan konsistensi praktek : bukan
kesamaan secara keseluruhan tetapi kesamaan
substansi
– Adanya universalitas praktek Negara-negara
– Kebiasaan itu merupakan opinion juris.
Pendekatan praktis
Kebiasaan internasional diakatakan sebagai
hokum kebiasaan internasional sebagai
hukum apabila Negara-negara itu tidak
menyatakan keberatan terhadapnya.
Keberatan dapat dilakukan melalui keberatan
diplomatik atau mengajukan kebaeratan
hokum di Pengadilan.
Prinsip-Prinsip Hukum Umum
• Asas hukum yang mendasari berlakunya
sistem hukum modern, yaitu asas dan
lembaga hukum barat dan Romawi.
• Sumber asas hukum umum bukan hanya asas
dalam hukum internasional,termasuk juga
tetapi asas hukum nasional Negara-negara
yang diterima seluruh Negara.
• Contoh: asas hukum perdata : pacta sun servanda,
asas good faith/ bona fides (itikad baik) asas
penyalah gunaan hak. Termasuk asas hukum acara
dan pidana (non retraktif).
• Asas Hukum nternasional : asas kelangsungan
Negara, penghormatan kepada kemerdekaan Negara,
asas no intervensi dll.
• Adanya prinsip hukum umum ini mewajibkan MI
untuk dapat menyelesaikan semua kasus yang
diaajukan pada MI dan tidak adanya asas no liquest.
• Asas hukum umum memberikan kemungkinan bagi
MI untuk mengembangkan asas hukum umum yang
baru dalam menyelsaikan kasus Hukum
Internasional.
Sumber Hukum Tambahan
putusan Pengadilan

• putusan Pengadilan
• Doktrin
PERTEMUAN KE-V
SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL
Pengertian Subjek HI
Subjek HI adalah pemegang segala hak dan
kewajiban dalam hukum intenasional.

Subjek HI terbagi :
a). Subjek HI Penuh yaitu negara.
b). Subjek HI terbatas (individu,organisasi
internasional,dll)
Siapa saja Subjek HI ?

• Negara : Sebagai Subjek HI penuh tidak


ditentukan oleh atribut dari subjek HI lain
• Unsur2 yg hrus dipenuhi shingga entitas
hukum disebut negara mnurut konvensi
montevidio : a).penduduk yg tetap,b). Wilayah
yg jelas, c).pemerintah yg berdaulat, d).
Kemampuan utk mengadakan hubungan dgn
negara lain.
Palang Merah Internasional
• Diakui sebagai subjek HI karena peranannya
dalam memajukan hukum humaniter
• Perananya dalam mengsponsori lahirnya
konvensi-konvensi jenewa 1949
Organisasi Internasional
• Organisasi Internasional diakui sbg subjek HI karena
peranannya dalam pergaulan internasional yg
semakin meningkat.
• Organisasi internasional diakui kedudukannya sbg
biasanya dalam statuta/piagam pendirian organisasi
internasional.
• Organisasi internasional seperti PBB, ASEAN, Uni
Eropa, WTO merupakan subjek HI
• Organisasi internasional memiliki kemampuan utk
mengadakan perjanjian internasional dgn negara
maupun dgn organisasi internasional lainya
Individu
• Individu dapat diminta untuk bertanggung jawab
dalam hukum internasioanl ketika individu
melakukan pelanggaran hukum yg dilarang hukum
internasional.
• Mahkamah Penjahat Perang ad hoc yg dibentuk di
Tokyo, Nurenmberg,Rwanda, Yugoslavia, Serbia
mrpkan pengadilan utk mengadili pelaku kejahatan
perang, genosida, kejahatan kemanusiaan.
• Statuta Roma dibentuk utk mengadili individu yg
melakukan kejahatan : agresi, kejahatan
kemanusiaan, genosida dan kejahata perang.
Pemberontak dan pihak
bersengketa
• Hukum Humaniter memberikan status bagi
pembenrontak sbg subjek HI manakala
pemberontak diakui oleh negara dimana
pemberontak melakukan aktifitasnya
• Hukum intrnasional menetapkan hak dan
kewajiban khususnya hukum humaniter
internasional.
Materi pertemua ke VI

Pengakuan
Oleh :

Muh.Risnain,SH.,MH
Pengertian pengakuan
Menurut Huala Adolf, Pengakuan adalah tindakan
politis suatu negara untuk mengakui negara baru
sebagai subyek hukum internasional yang
mengakibatkan hukum tertentu.
Menurut J. B Moore Pengakuan adalah suatu jaminan
yang diberikan kepada suatu negara bahwa negara
tersebut diterima sebagai anggota masyarakat
internasional.
Latar belakang pengakuan
Pengakuan lahir karena kemungkinan-kemungkina peristiwa
berikut :
• Ada negara yang negara baru yang lahir baik karena proses
kemerdekaan, peperangan
• Ada juga pergantian pemerintah yang baru menggantikan
pemerintah yang sebelumnya baik dengan cara damai
maupun kekerasan
• Peristiwa tersebut merupakan peristiwa dalam negeri suatu
negara tetapi perlu mendapatkan perhatian masyarakat
internasional
• Sikap masyarakat internasional terhadap peristiwa dalam
negeri sebuah negara itulah yang disebut sebagai pengakuan.
Peranan Pengakuan dalam HI
• Pengakuan mempunyai peranan penting dalam hal masuknya
anggota baru masyarakat internasional
• Sebuah negara baru yang tidak mendapatkan pengakuan dari
negara lain sulit mengadakan hubungan dari negara lain
• Negara yang belum mendapatkan pengakuan dari negara lain
tidak dapat menjalankan hak dan kewajibannya dalam hukum
internasional
• Begitu pula pemerintah yang baru juga mengalami kesulitan
dalam mengadakan hubungan dengan negara lain jika tidak
ada pengakuan dari negara lain. Ex. Pemerintah HAMAS sulit
menjalankan pemerintahannya karena tidak terdapat
pengakuan dari AS, Israil dan Uni Eropa
Sifat dari Pengakuan

• Pengakuan merupakan tindakan politis dari


suatu negara yang bersifat subyektif
• Pengakuan berimplikasi politis dan yuridis
• Implikasi politis karena kedua negara dapat
mengadakan hubungan diplomatik
Implikasi yuridis pengakuan

• Merupakan pembuktian atas keadaan yang


sebenarnya dari lahirnya suatu negara atau
pemerintahan baru
• Akibat-akibat hukum tertentu dalam
mengembalikan tingkat hubungan diplomatik
antara negara yang mengakui dan negara yang
diakui
• Memperkukuh status hukum (judicial
standing)negara yang diakui di hadapan
negara yang mengakui.
Unsur Kepentingan dari Pengakuan

• Kepentingan Politik : keuntungan politik dan


ekonomi
• Kepentingan Hukum Internasional : negara
baru tersebut memenuhi unsur negara dalam
hukum internasional
• Kepentingan hukum nasional : kepentingan
pengadilan yang berkaitan dengan status
negara baru.
Teori Pengakuan
Teori Konstitutif : negara dapat menjadi subyek
HI hanya melalui pengakuan.
Alasannya :
1. Hukum Internasional lahir karena adanya
kesepakatan negara-negara. Lahirnya negara
baru krna ada kesepakatan dari negara-
negara yang telah telebih dulu ada
2. Suatu negara atau pemerintah yang tidak
diakui mempunyai status hukum sepanjang
atau negara itu berhubungan dengan dengan
negara yang tidak mengakuinya.
Teori Deklaratif
• Pengakuan hanyalah merupakan penerimaan
suatu negara oleh negara-negara lainnya.
• Negara mendapatkan status sebagai subyek HI
bukan krn kesepakatan dari negara-negara
yang telah terlebih dahulu ada, namun
berdasarkan pada suatu situasi tertentu
• Kemampuan negara dalam HI ditentukan oleh
usaha-usaha negara dan keadaan-keadaannya
yang nyata dan tidak perlu menunggu negara
lain mengakuinya.
Macam- Macam Pengakuan Pemerintah
baru

• Pengakuan de facto
• Pengakuan de jure
Pengakuan De Facto
• Diberikan kepada pihak yang diakui berdasarkan pada
fakta atau kenyataan bahwa pihak yang diakui telah
benar-benar ada.
• Tidak mempersolkan keabsahan pihak secara yuridis
• Pengakuan de facto bersifat sementara, karena ada
kemungkinannya kekuasaan phisik yang diperoleh
direbut kembali oleh pihak lawannya.
• Contoh pengakuan yang diberikan oleh Inggris secara
de facto pada tahun 1921 dan pengakuan de jure
diberikan paa tahun 1924.
Pengakuan de jure
Pengakuan de jure diberikan jika pihak yang
diberi pengakuan de facto semakin efektif
eksistensinya sehingga mampu menguasai
wilayah dan rakyatnya secara penuh
mendukungnya serta menunjukkan kesediaan
mentaaatai kewaijban internasional, maka
pihak yang semula memberikan pengakuan de
facto tersebut dapat melanjutkannya dengan
memberikan pengakuan de jure
Macam-macam Pengakuan Negara baru.

Pengakuan Kolektif :
• Dilakukan dengan :
• Deklarasi bersama oleh sekelompok Negara.
Misalnya, Helsinki treaty tentang pengakuan
terhadap Negara Negara Republik Jerman Timur dan
Negara-negara pakta warsawa mengakui pula
Republik Federal Jerman.
• Pengakuan yang diberikan melalui penerimaan suatu
Negara baru untuk menjadi pihak/peserta dalam
suatu perjanjian internasional multilateral.
PENGAKUAN TERPISAH
Pengakuan yang diberikan kepada Negara
baru tetapi tidak diberikan kepada
pemerintahanya atau sebaliknya pengakuan
diberikan kepada pemerintahnya namun tidak
pada negaranya.
Pengakuan Mutlak.
• Yaitu pengakuan yang telah diberikan kepada suatu
Negara baru tidak dapat ditarik kembali.
• Pengakuan mutlak merupakan konsekuensi dari
pengakuan de jure.sedangkan pengakuan de facto
masih dapat ditarik kembali.
• Seperti :pengakuan kasus pengakuan Belanda atas
Indonesia
• Dan Pengakuan de facto Inggris terhadap penaklukan
Italia atas Ethopia tahun 1936, pengakuan de jure
tahun 1938 dan Inggris menarik kembali
pengakuannya pada tahun 1940.
Pengakuan Bersyarat
• Yaitu suatu Pengakuan yang diberikan kepada suatu Negara
baru yang disertai dengan syarat-syarat tertentu untuk
dilaksanakan oleh Negara baru tersebut sebagaimana
imbangan pengakuan.
Memiliki dua Macam
• Pengakuan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum
pengakuan diberikan.
• pengakuan dengan syarat-syarat yang harus dilaksnakan
kemudian setelah pengakuan diberikan.
• Contoh : Pengakuan AS terhadap Pemerintah Uni Sovyet
dengan syarat USSR harus membayar tuntutan keuangan AS.
Pengakuan terhadap insurgensi
• Merupakan Kaum pemberontak yang masih dalam skala kecil dan belum
tersusun secara teratur.
• Peristiwa pemberontakan merupakan masalah internal sebuah negara,
maka negara lain tidak diperbolehkan intervensi urusan dalam negeri
negara lain (pelanggaran prinsip non intervensi)
• Negara lain perlu mengakui kaum insurgensi jika untuk kepentingan
melindungi warga negaranya sendiri
• Pengakuan diberikan jika wilayah tempat beradanya warga negara
tersebut secara de facto berada dalam wilayah kekuasaan kaum
insurgensi.
• pengakuan dapat memberikan akses negara dengan pimpinan kaum
pemberontak.
Pengakuan terhadap kaum Belligerensi
• Merupakan kaum pemberontak yang sudah mencapai tingkat
kemapanannya baik secara politik, organisasi dan militer
• Negara mempunyai kepentingan untuk mengakui kaum
pemberontak untuk mengadakan hubungan langsung dengan
kaum beligerensi
• Pemberian pengakuan terhadap kaum beligerensi oleh sebuah
negara dapat dianggap merupakan tindakan mencampuri
urusan dalam negeri negara lain (intervensi) yang juga
bertentangan dengan hukum internasional.
Pengakuan terhadap wilayah
• Pengakuan atas wilayah merupakan pengakuan yang diberikan
oleh sebuah negara karena negara tersebut memperoleh
wilayah yang baru yang diakui dalam hukum internasional
seperti penyerahan, pendudukan, perluasan wilayah, peristiwa
alam,penentuan nasib sendiri dan klaim/perluasan wilayah
secara sepihak
• Pengakuan tidak berarti mengakui keabsahan cara memperoleh
wilayah menurut hukum internasional tetapi hanya untuk
mendukung pengukuhan cara memperoleh wilayah dari negara
lain.
• Conroh : Deklarasi Djuanda 1957 tentang perluasan wilayah RI
sejauh 12 mil dan Integrasi Timor-Timur dalam wilayah RI pada
tahun 1975.
Pertemuan Ke-7
kedaulatan dan kesedarajatan negara

Pokok2 pembahasan :
• Pengertian kedaulatan negara
• Doktrin kedaulatan dan kederajatan nagara
• Konsekuensi hukum kedaulatan dan
kederajatan nagara
• Jurisdiksi domestik
Pengertian
• Kekuasaan tertinggi negara
• Memiliki 2 bentuk : 1).internal, supremasi
lembaga2 negara dlm konstitusi, 2).
Supremasi negara sbg subjek HI
Kesederajatan negara (equality of
states)
• Negara dalam hukum internasional subjek
hukum internasional yg equal dan berdaulat.
• Walaupun negara2 memilki perbedaan2 : luas
wilayah, jumlah penduduk, kekauatan atau
tingkat kemakmuran.
• Termaktub dalam pasal 2 ayat (1) piagam PBB
“ principle of the sovereign equality of all
states members”
Konsekensi yuridis kedaualatan
negara

Jurisdiksi
Bebas pengadilan
Bebas menjadi internasional
yurisdiksi
intervensi dri anggota tergantung
penuh thdp :
negara lain Organisasi pada
internasional kesepakatan
negara
Yurisdiksi
wilayah penduduk
eksklusif
Kewajiban non intervensi
atas wilayah negara lain
1. Tidak boleh ada satu negara yg dpt
mengkaim wilayah negara lain;
2. Pengadilan nasional tdk dpt menilai
keabsahan tindakan pemerintah negara lain;
3. Pengadilan nasional tdk dpt menerapkan
yurisdiksinya atas tindak pemerintah negara
lain dalam lapangan hukum publik
Kebebasan utk menjadi anggota
organisasi internasional
1. Dalam pengambilan putusan di OI pd
dassarnya satu negara satu suara
2. Suara negara kecil sama kuatnya dgn negara
besae
Hak veto DK PBB ????????????
Jurisdksi Pengadilan Internasional
brdsrkan kesepakatan negara
1. Pengadilan internasional tidak dpt
menerapkan juridksinya tanpa persetujuan
negara2 tsb
2. Pengakuan thdp jurisdiksi MI, ITLOS, ICC, DSB
WTO tergantung kesepakatan negara2 utk
memilih pengadian tsb utk mnyelesaikan
mslah.
Kesamaan hak dan kwjiban
negara2 berdaulat
1. Negara memiliki kesederajatan di depan hukum;
2. Setiap Negara menikmati hak yg melekat pda yurisdiksi;
3. Setiap negara berkewajiban utk menghormati status hukum
negara lain;
4. Setiap Negara memiliki hak atas kemerdekaan politik
5. Negara memiliki kemerdekaan utk memilih dan
mengembangkan sistem politik, sosial, ekonomi dan budaya
di negaranya
6. Kewajiban bagi negara2 utk mentaati dg itikad baik utuk
hdup damai dg negara lain.
Yurisdiksi domestik
• Kebebasan bagi negara utk menjalankan
yurisdiksi nasional di wilayahnya.
• Organisasi internasional tdk dpt
mengintervensi urusan dalam negeri negara
lain
• Ex. Negra memiliki kebebasan utk
menentukan kewarganegaraan penduduknya
dan perlakuan thdp warga negaranya.
Pertemuan Ke- VIII
WILAYAH NEGARA
Kedaulatan wilayah
ALASAN PENGATURAN WILAYAH LAUT:
• MENGOKOHKAN YURISDIKSI NEGARA PANTAI
: MENGATUR,MELAKSANAKAN DAN
MENEGAKAN HUKUM DI WILAYAH YURISDIKSI
SEBUAH NEGARA.
• MEMBERIKAN HAK DAN KEWAJIBAN KEPADA
NEGARA LAIN DAN WARGA NEGARA LAIN
PADA BAGIAN-BAGIAN LAUT TERTENTU.
WILAYAH KEDAULATAN NEGARA DI LAUT

• LAUT/PERAIRAN PEDALAMAN
(INTERNAL WATERS)
• LAUT TERITORIAL/LAUT WILAYAH
(TERRITORIAL SEA)
• PERAIRAN KEPULAUAN
(ARCHIPILAGIC WATERS)
BAGIAN LAUT YANG BERADA DI LUAR
YURISDIKSI NASIONAL

• ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (EXSLUSIVE


ECONOMIC ZONE)
• LAUT LEPAS (HIGH SEAS)
• KAWASAN/DASAR LAUT SAMUDERA DALAM
INTERNASIONAL (INTERNATIONAL SEA-BED
AREA)
z
Zona-zona Maritim menurut UNCLOS
1982

Continental margin
Bagian Laut yg Merupakan Wilayah
Negara/BERDAULAT

• Perairan 1. Laut yg terletak pada sisi darat dari


garis pangkal; atau
Pedalaman 2. Laut yg terletak pada sisi darat dari
(internal waters) garis penutup teluk

• Laut Teritorial Laut yg terletak pada sisi luar (sisi laut)


(territorial sea) dari garis pangkal dengan lebar
maksimum 12 mil
Perairan yg terletak pada sisi darat
• Perairan dari garis pangkal lurus kepulauan,
Kepulauan dan menghubungkan pulau-pulau
(archipelagic dari suatu Negara Kepulauan
waters)
BAGIAN LAUT DIMANA NEGARA MEMILIKI HAK-
HAK BERDAULAT ATAS SDA
• ZONA TAMBAHAN
• Bagian laut lepas yang berbatasan dengan laut
teritorial , dimana negara memiliki yurisdiksi
terbatas untuk bea-cukai,fiskal,imigrasi dan
saniter.lebar maksimal 24 mil dari garis pangkal

• Bagian dari laut lepas yg berbatasan dgn laut


• ZEE teritorial sampai dengan jarak 200 mil dari garis
(exclusive economic pangkal
zone)

• Landas Kontinen• Dasar laut dan tanah dibawahnya (sea-bed and


(continental shelf) subsoil) yg berbatasan dengan daerah dasar laut
dibawah laut teritorial, s/d minimal 200 mil;
maksimal 350 mil dari garis pangkal atau 100 mil
dari isobath 2000 meter.
Kebebasan di laut lepas
• Berlayar;
• Terbang di atasnya;
• Pemasangan kabel dan pipa di dasar laut;
• Pembagunan pulau buatan dan instalasi
lainnya;
• Penangkapan ikan di luar ZEE
• Riset ilmiah kelautan
BAGIAN LAUT STATUS HUKUM HAK PENGELOLAAN KEWAJIBAN
SUMBER DAYA ALAM PENGELOLAAN SDA
perairan pedalaman kedaualatan pemanfaatan penuh konservasi

perairan kepulauan kedaulatan pemanfaatan penuh konservasi, mengakui


hak tradisional ngr
ttangga
laut teritorial kedaulatan pemanfaatan penuh konservasi

zona tambahan yurisdiksi terbatas(hak pengawasan


berdaulat)
zona ekonomi ekslusif -hak2 brdaulat pemanfaatan ekslusif -konservasi
-yurisdiksi -memberi kesempatan
negara lain thdp
surplus perikanan
Laut lepas kebebasan Kebebasan -Konservasi
-Menghormati hak
negara lain
Landas kontinen Hak2 berdaulat Pemanfaatan eksklusif Memberi sumbangan
dri hsil produksi di luar
200 mil
Pertemuan ke-VIiI
Hukum Perjanjian Internasional

Oleh :
Muh. Risnain, SH.,MH
Pendahuluan
• Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional menentukan
bahwa dalam mengadili perkara yang diajukan kepadanya,
Mahkamah Internasional akan mempergunakan :

Perjanjian Internasional, baik bersifat umum maupun khusus,


yang mengandung ketentuan hukum yang diakui secara tegas
oleh negara-negara yang bersengketa ;
Kebiasaan internasional, sebagai bukti dari suatu kebiasaan
umum yang telah diterima sebagai hukum ;
Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang
beradab
Keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yang paling
terkemuka dari berbagai negara sebagai sumber hukum
tambahan untuk menetapkan kaidah hukum
• Perjanjian internasional merupakan sumber hukum
utama/primer di samping kebiasaan internasional dan
prinsip hukum. Sedangkan keputusan pengadilan dan
ajaran para sarjana hukum yang paling terkemuka
merupakan sumber hukum tambahan
• Perjanjian Internasional merupakan sumber hukum
terpenting karena banyaknya persoalan internasional
dewasa ini yang diatur dengan perjanjian internasional,
termasuk pula masalah yang sebelumnya merupakan
hukum kebiasaan kemudian mengalami perkembangan
menjadi perjanjian internasional (UNCLOS 1982)
• perjanjian internasional merupakan kajian menarik dalam
ranah hukum internasional kontemporer.
Istilah Perjanjian internasional

• Beragam istilah yang digunakan untuk penyebutan perjanjian internasional:


 Traktat (Treaties)
 Convention (Konvensi)
 Agreement (persetujuan)
 Piagam (Charter)
 Protokol (protocol)
 Deklarasi (declaration)
 Final Act
 Agreed minutes dan Summary Records
 Memorandum of Understanding
 Arrangement
 Exchange of Notes
 Process verbal
 Modus Vivendi
Definisi Perjanjian Internasional

Menurut Pendapat Pakar Hukum :


Mochtar Kusumaatmadja
Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota
masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum
tertentu.

Sinclair
A written agreement by which two or more states or international organization
create, or intend to create, a relation between themselves operating within the
sphere of international agreement

Lauterpacht
Treaties are agreement between states, including organization of states, intended
to create legal right and obligation of the parties
Definisi Yuridis
Menurut Pasal 2 Konvensi Wina (VLCT)
an international agreement between states in written form and governed by
international law, whether embodied in single instrument or in two or more related
instruments and whatever its particular designation (suatu persetujuan yang dibuat
antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur dalam hukum internasional,
apakah dalam instrumen tunggal atau lebih instrumen yang berkaitan dan apapun
nama yang diberikan padanya)
Pasal 1 ayat 3 UU No.39 tentang Hubungan Luar Negeri
Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun, yang
diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis oleh pemerintah
Republik Indonesia dengan satu atau lebih negara, organisasi internasional atau
subjek hukum internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada
pemerintah Republik Indonesia yang bersifat hukum publik
Berdasarkan UU No.24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang
diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbullkan
hak dan kewajiban di bidang hukum publik
an international agreement between states in
written form and governed by international
law, whether embodied in single instrument or
in two or more related instruments and
whatever its particular designation (suatu
persetujuan yang dibuat antara negara dalam
bentuk tertulis, an diatur dalam hukum
internasional, apakah dalam instrumen tunggal
atau dua atau lebih instrumen yang berkaitan
dan apapun nama yang diberikan padanya)
Berdasarkan UU No.24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah perjanjian
dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur
dalam hukum internasional yang dibuat secara
tertulis serta menimbullkan hak dan
kewajiban di bidang hukum publik
Pasal 1 ayat 3 UU No.39 tentang Hubungan Luar
Negeri
Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam
bentuk dan sebutan apapun, yang diatur oleh
hukum internasional dan dibuat secara tertulis
oleh pemerintah Republik Indonesia dengan
satu atau lebih negara, organisasi internasional
atau subjek hukum internasional lainnya, serta
menimbulkan hak dan kewajiban pada
pemerintah Republik Indonesia yang bersifat
hukum publik
Menurut Pasal 2 Konvensi Wina (VLCT)
an international agreement between states in
written form and governed by international
law, whether embodied in single instrument or
in two or more related instruments and
whatever its particular designation (suatu
persetujuan yang dibuat antara negara dalam
bentuk tertulis, an diatur dalam hukum
internasional, apakah dalam instrumen tunggal
atau dua atau lebih instrumen yang berkaitan
dan apapun nama yang diberikan padanya
Unsur-unsur perjanjian internasional

• an international agreement
• Concluded between state
• In written form
• Governed by international law
In written form

Perjanjian internasional harus dilakukan secara


tertulis bukan perjanjian dalam bentuk lisan
(oral agreement)
Concluded between state

• Perjanjian internasional harus dilakukan antar


negara
• Perjanjian antar negara dengan perusahaan
swasta internasional (MNC) bukan perjanjian
internasional, tapi kontrak internasional
an international agreement

• Perjanjian international harus mengandung


aspek persetujuan yang bersifat internasional
perjanjian antar negara, antar menteri, antar
pemerintah
• Berbentuk multilateral, bilateral, dan regional
Governed by international law
• Perjanjian international dimaksudkan untuk
menimbulkan hak dan kewajiban negara
dalam hukum internasional (intention to
create right and obligation under international
law)
Istilah-istilah umum PI
• Ratifikasi (ratification)
• Aksesi (accession)
• Penerimaan (acceptance)
• penyetujuan (approval)
• Surat Kuasa (full powers)
• Surat kepercayaan (credentials)
• Persyaratan (resevation)
• Deklarasi (declaration)
• Negara perunding (Negotianting State)
• Contracting state (negara peserta perjanjian)
• Party
• Negara ketiga
Negara perunding (Negotianting State)

Negara yang mengambil bagian dalam


perumusan dan pengadopsian naskah
Perjanjian Internasional (psl 1 (e) VLCT)
Contracting state

negara yang telah mengikatkan diri pada


perjanjian internasional (consent to be bound)
ketika perjanjian belum atau telah berlaku (psl
1(f) VLCT)
Party dan negara ketiga
Party (pihak) negara yang telah mengikatkan diri
dalam perjanjian internasional yang mulai
berlaku

Third state : negara yang tidak menjadi pihak


dalam perjanjian internasional
Ratifikasi (ratification)
Psl 2 (a) VCLT … international act so named whereby a
state establishes on international plans it consent to
be bound a treaty
Bentuk tindakan negara untuk mengikatkan diri dalam
hukum internasional atif
Ratifikasi meruapakan praktek umum yang dilakukan
oleh negara untuk terikat pada perjanjain
internasional
Aksesi (accession)
Bentuk pengikatan diri negara dalam perjanjian
internasional yang diberikan setelah
perjanjian internasional berlaku dan negara
tersebut tidak ikut merunding perjanjian
internasional tersebut.
Aksesi dapat dilakukan kalau negara pihak lain
menyepakati adanya aksesi dari negara lain
Biasanya dialkukan pada perjanjian multilateral (
Indonesia aksesi ICCPR da IICSR)
Penerimaan (acceptance)

Bentuk pengikatan diri negara terhadap


perjanjian internasional dengan cara
menerima ketentuan perjanjian internasional
tersebut. Negara tersebut tidak ikut berunding
dalam perjanjian internasonal
penyetujuan (approval)

Pengikatan diri negara dengan cara menyetujui


substansi perjanjian kr perjanjian itu penting
bagi negara tersebut maupun bagi masyarakat
internasional.
Surat Kuasa (full powers)
A document emanating from the component authority of state designating a
person or persons to represent the state for negating, adopting or
authenticating the text of treaty, for expressing the consent of the state to
be bound a treaty, or for accomplishing any other act to a treaty

Surat kuasa (full powers) adalah surat kuasa yang diberikan oleh presiden
atau menteri yang memberikan kuasa kepada satu atau beberapa orang
yang mewakili pemeritah RI
untuk menandatangani atau menerima naskah perjanjian, menyatakan
persetujuan negara untuk mengikatkan diri pada perjanjian. Dan/atau
menyelesiakan hal-hal lain yang diperlukan dalam pembutan perjanjian
internasional
Surat kepercayaan (credentials)

Surat kepercayaan adalah surat kuasa yang


diberikan oleh presiden atau menteri yang
memberikan kuasa kepada satu atau beberapa
orang yang mewakili pemeritah RI untuk
menghadiri, merundingkan, dan/atau
menerima hasil akhir pertemuan internasional
Persyaratan (reservation)
Pernyataan sepihak suatu negara untuk tidak
menerima berlakunya ketentuan tertentu
pada perjanjian internasional, dalam rumusan
yang dibuat ketika menandatangani,
menerima, menyetujui, atau mengesahkan
suatu perjanjian internasional yang bersifat
multilateral (psl 1 (5) UU No.24/2000
Deklarasi (declaration)
Pernyataan sepihak suatu negara tentang
pemahaman atau penafsiran mengenai suatu
ketentuan dalam perjanjian internasional yang
dibuat ketika
menandatangani,menerima,menyetujui atau
mengesahkan PI yang bersifat multilateral,
guna memperjelas makna ketentuan tersebut
dan tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi
hak dan kewajiban negara dalam perjanjian
internasional
Sistimatika Konvensi Wina 1969
– Ruang Lingkup (Psl 1-5)
– Cara pembentukan dan mulai berlakunya perjanjian
internasional (psl 6-25)
– Pentaatan, penerapan dan interpretasi perjanjian
internasional (psl 26-28)
– Perubahan perjanjian internasional (psl 39-41)
– Pemabtalan, penghentian dan penundaan berlakunya
perjanjian nternasional (psl 42-72)
– Ketentuan tambahan (ps 73-75)
– Penyimpanan piagam ratifikasi, notofikasi, koreksi dan
registrasi (psl76-85).
ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan proses
pembentukan perjanjian internasional

• Penyusunan perjanjian internasional (psl 6-8)


• Reservasi (psl 19-23)
• Berlakunya perjanjian internasional (psl 24-25)
Pertemuan Ke-IX
Hukum Humaniter Internasional
ISTILAH HUKUM HUMANITER
• HUKUM PERANG (THE LAW OF WAR) : TIDAK
DIGUNAKAN LAGI
• HUKUM SENGKETA BERSENJATA (LAW OF
ARMED CONFLICT) : TIDAK DIGUNAKAN LAGI
• HUKUM HUMANITER (INTERNATIONAL
HUMANITARIAN LAW) : ISTILAH YANG
DIGUNAKAN SAAT INI
SIFAT HUKUM HUMANITER (HARYO
MATARAM)
• BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK
• TIDAK MEMPERSOALKAN MENGAPA TERJADINYA PERANG
• TIDAK MEMUTUSKAN PIHAK YANG SALAH ATAU BENAR DALAM
BERPERANG
• TUJUAN HUKUM HUMANITER MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN
PERTOLONGAN KEPADA MEREKA YANG MENDERITA/MENJADI
KORBAN PERANG BAIK KOMBATAN MAUPUN NON KOMBATAN
• HANYA MENGATUR KONFLIK BERSENJATA SAJA, TIDAK MENGATUR
KONFLIK EKONOMI
• MENGATUR KONFLIK BERSENJATA BAIK YANG BERSIFAT
INTERNASIONAL (INTERNATIONAL ARMED CONFLICT) MAUPUN
YANG BERSIFAT NONINTERNASIONAL (NON INTERNATIONAL
ARMED CONFLICT)
• HUKUM HUMANITER TIDAK MELARANG PERANG TETAPI
MENGATUR ASPEK KEMANUSIAAN DALAM PERANG
PENGERTIAN HUKUM HUMANITER
• MOCHTAR KUSUMAATMADJA : BAGIAN DARI HUKUM
YANG MENGATUR KETENTUAN-KETENTUAN
PERLINDUNGAN KORBAN PERANG,BERALAINAN
DENGAN HUKUM PERANG YANG MENGATUR PERANG
ITU SENDIRI DAN SEGALA SESUATU YANG
MENYANGKUT CARA MELAKUKAN PERANG ITU
SENDIRI
• GEZA HERZEGH : PART OF THE RULES OF PUBLIC
INTERNATIONAL LAW WHICH SERVE AS THE
PROTECTION OF INDIVIDUALS IN TIME OF ARMED
CONFLICT.IT IS PLACE BESIDE THE TERM OF WARFARE
IT IS CLOSELY RELATED TO THEM BUT MUST BE
CLEARLY DISTINGUISH FROM THESE PURPOSE AND
SPIRIT BEING DIFFERENT
PEMBAGIAN HUKUM HUMANITER
• MOCHTAR KUSUMAATMADJA : HUKUM PERANG
DIBAGI 2 :
1. JUS AD BELLUM YAITU HUKUM TENTANG PERANG,
MENGATUR TENTANG DALAM HAL BAGAIMANA
NEGARA DIBENARKAN MENGGUNAKAN KEKERASAN
BERSENJATA. 2.JUS IN BELLO : HUKUM YANG BERLAKU
DALAM PERANG : a). HUKUM YANG MENGATUR CARA
DILAKUKANNYA PERANG (CONDUCT OF WAR)/THE
HAGUE LAWS.b). HUKUM YANG MENGATUR
PERLINDUNGAN ORANG-ORANG YANG MENJADI
KORBAN PERANG (THE GENEWA LAWS)
definisi
• HARYO MATARAM : HUKUM HUMANITER :
1. HUKUM YANG MENGATUR CARA DAN ALAT YANG BOLEH DIPAKAI
UNTUK BERPERANG (HUKUM DEN HAAG/THE HAGUE LAWS)
2. HUKUM YANG MENGATUR PERLINDUNGAN TERHADAP
KOMBATAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP PENDUDUK SIPIL DARI
AKIBAT PERANG (HUKUM JENEWA/THE GENEWA LAWS)
• ESBORN ROSENBLAND : 1).THE LAW OF ARMED CONFLICT :
MENCAKUP : PERMULAAN DAN BERAKHIRNYA PERTIKAIAN,
PENDUDUKAN WILAYAH LAWAN,HUBUNGAN PIHAK BERTIKAI
DENGAN NEGARA NETRAL, 2). LAW OF WARFARE MENCAKUP :
METODE DAN SARANA BERPERANG,STATUS KOMBATAN,
PERLINDUNGAN YANG SAKIT, TAWANAN PERANG DAN ORANG
SIPIL.
TUJUAN HUKUM HUMANITER
• HHI TIDAK MELARANG PERANG KARENA MERUPAKAN
SUATU KENYATAAN YANG TIDAK DAPAT DIHINDARI. HHI
MENGHENDAKI AGAR PERANG DILAKUKAN DENGAN
MEMPERHATIKAN PRINSIP-PRINIP KEMANUSIAAN DALAM
PERANG ATAU MEMANUSIAWIKAN PERANG (MOHAMMED
BADJOEI)
• TUJUAN HUKUM PERANG : 1). MEMBERIKAN
PERINDUNGAN TERHADAP KOMBATAN MAUPUN
PENDUDUK SIPIL DARI PENDERITAAN YANG TIDAK PERLU
(UNNECESARY SUFFERING) 2). MENJAMIN HAM YANG
SANGAT FUNDAMENTAL BAGI MEREKA YANG JATUH KE
TANGAN MUSUH.3).MENCEGAH DILAKUKANNYA PERANG
SECARA KEJAM TANPA MENGENAL BATAS (ASAS
PERIKEMANUSIAAN).
HUMANITY

PRINSIP-PRINSIP HUKUM HUMANITER

Proportionality Distinction

Military necessity
ASAS KEPENTINGAN MILITER (MILITARY NECESSITY)
Pihak yang bersengketa dibenarkan menggunakan
kekerasan untuk menundukkan lawan demi
tercapainya tujuan dan keberhasilan perang

ASAS PERIKEMANUSIAAN (HUMANITY)


Pihak yg brsekngeta wajib memperhatikan
perikemanusiaan, dilarang menggunakan
kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang
berlebih atau penderitaan yang tidak perlu
ASAS KESATRIAAN (CHIVALRY)
• Dalam perang para pihak harus
mengutamakan kejujuran. Para pihak dilarang
menggunakan alat-alat yg tdk terhormat,tipu
daya dan cara-cara yg bersifat khianat.
• ASAS PEMBEDAAN (DISTINCTION )
hukum humaniter membedakan pihak yang
terlibat dalam perang menjadi combatant dan
non combatan.
• Prinsip Larangan Menyebabkan Penderitaan Tidak
Perlu (prohibition of causing unnecessary suffering)
1. para pihak dalm memilih cara dan metode
berperang tidak tdak terbatas.
2. Larangan utk menggunakan alat berperang dan
cara yg mnyebabkan luka berlebihan atau
pnderitaan seharusnya.
3. Larangan utk mnggunakan metode perang yg
mrusak lingkungan scra meluas, berjangka panjg,
dan parah.

• Pemisahan antara jus ad bellum dan jus in bello


HHI tetap berlaku walaupun perang illegal
• Ketentuan minimal HHI
1. Nom Comabatan atau comabatan yang
tawanan perang yg sakit, luka ditahan atau sbab
lainya hrus diperlaukan scr manusaiwi tanpa
diskriminasi
2. Non combatan tidak boleh dilakukan tindakan
:kekersan khdupan pribadi, fisiknya khusunya
pembunuhan, perlakuan kejam dan
penganiayaan

• Tanggung jawab dalam pelaksanaan dan


penegakan HHI
SUMBER HUKUM HUMANITER
• Hague Law (pertaining chiefly to means of war)

• The Petersburg Declaration 1868


• Hague Regulations of 1899 and 1907
• Gas protocol of 1925
• NPT (non-proliferation of nuclear weapons) 1968
• Biological weapons 1972
• ENMOD convention 1977
• Convention on inhuman weapons (CCW) 1980
• Chemical weapons 1993
• Anti Personnel Mines 1997
• Cluster Munitions 2008
• Geneva Law (pertaining chiefly to protection)

• The four Geneva Conventions (1949):


• 1: Wounded and sick soldiers on land
• 2: Wounded and sick soldiers on sea
• 3: Prisoners of war
• 4: Protection of civilians and occupation

• The two Additional Protocols (1977):


Additional rules on means and protection
• 1) In international armed conflicts
• 2) In non-international armed conflicts
PERTEMUAN KE-X
HUKUM PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
Alasan ekonomi Perdagangan
Internasional
• keunggulan mutlak (absolute advantage)
• keunggulan komparatif (comparative
advantage)
• keunggulan kompetitif (competitive
advantage), dan
• keunggulan inovatif (inovative advantage).
keunggulan mutlak (absolute advantage)

Negara dikatakan memiliki keunggulan


mutlak/absolute jika negara tersebut memiliki
sumber daya yang tidak dimiliki oleh negara
lain. Contohnya, Indonesia sebagai negara
tropis mampu menyediakan karet dan lada
yang tidak dimiliki oleh negara lain karena dua
komoditas tersebut hanya dapat tumbuh di
Indonesia.
keunggulan komparatif (comparative
advantage)

Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang


dimiliki oleh suatu negara jika negara tersebut
mampu memproduksi komoditas lebih murah dan
lebih baik yang disebabkan adanya kombinasi faktor
produksi yang tinggi sehingga produktivitasnya lebih
tinggi. Contohnya produk tekstil Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dari negara lain karena
didukung olef faktor tenaga kerja dan bahan baku
yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
keunggulan kompetitif (competitive
advantage), dan
keunggulan produk suatu negara
ditentukan oleh faktor kompetitif dari
produk seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat menciptakan inovasi
yaitu menemukan metode baru, barang-
barang baru, model baru dan memasuki
pasar baru. Suatu negara tidak tidak lagi
harus membatasi diri dengan
memproduksi satu atau dua macam
produk saja, tetapi setiap negara dapat
menciptakan barang serupa yang
diproduksi negara lain, sehingga kedua
produk negara tersebut bersaing di pasar
keunggulan inovatif (inovative
advantage)
Keunggulan inovatif merupakan keunggulan
suatu negara menciptakan kreasi baru yang
sesuai dengan selera konsumen. Keunggulan
inovatif umumnya dimiliki oleh negara dengan
tingkat teknologi yang tinggi. Kretivitas
dianggap sebagai keungggulan karena
menyangkut pemenuhan kebutuhan
konsumen yang semakin meningkat.
Tujuan Hukum Perdagangan
Internasional (peter van de
bossche,2005 )
• Untuk mengentaskan kemiskinan dan kelaparan
masyarakat dunia(to eradicate poverty and hunger)
• Untuk mewujudkan itu maka perdagangan internasional
perlu dikelola (managed) dan diatur (regulated) pada
taraf internasional.
• Jika tidak diatur dengan instrumen hukum internasional,
maka perdagangan internasional dikhawatirkan
menimbulkan bencana kemanusiaan, ketidakmerataan
ekonomi, ketidakadilan sosial, kerusakan lingkungan, dan
rusaknya kebudayaan.
Alasan perlunya instrumen hukum
perdagangan internasional
• Untuk menghindari kebijakan negara-negara untuk
membatasi perdagangan;
• Memberikan adanya jaminan bagi pelaku usaha dan
investor adanya keamanan dan prediktibilitas
kebijakan perdagangan di negara lain;
• Untuk memberikan perlindungan kepada nilai-nilai
sosial masyarakat seperti, kesehatan publik,
lingkungan yang bersih, keamanan konsumen,
identitas budaya dan standar perburuhan
minimum;dan
• Untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam
hubungan ekonomi internasional.
WTO Based on law system
• Aturan-aturan hukum dalam kerangka WTO merupakan
suatu sistem pengaturan perdagangan internasional
yang berdasarkan pada hukum (rule-based system).
• Pendekatan pengaturan hukum sebagai suatu sistem
akan meminimalisir pengaruh negara-negara industri
maju dalam mempengaruhi perdagangan internasioanal
di mana mereka akan tampil mendominasi perdagangan
internasional.
WTO dan perdagangan
internasional
• WTO merupakan organisasi internasional di bidang
perdagangan yang didirikan pada 1 januari 1995.
• WTO menjadi organisasi terpenting dalam perdagangan
interrnasional sekaligus sangat kontroversi. Penolakan
terhadap WTO terjadi di berbagai negara.
• Di antara negara anggota (lebih kurang 143 negara)
terjadi kontroversi dalam setiap perundingan teruatama
kepentingan negara maju dan negara berkembang.
Sejarah WTO
• Sebelum menjadi organisasi internasional,
WTO merupakan sebuah kesepakatan antar
negara General Agreement on Tarif and Trade
(GATT) yang dibentuk tahun 1947.
• Pendiriannya satu paket dengan IBRD (bank
Dunia dan IMF (Bretton woods Systems)
• Tahun 1995 merupakan pengukuhan GATT
menjadi WTO.
Tujuan Pendirian WTO (preamble of
agreement)
• Meningkatkan standar hidup penduduk
negara anggotanya
• Menyediakan lapangan kerja
• Meningkatkan pendapatan dan kebutuhan
• Meningkatkan produksi perdagangan barang
dan jasa
• melindungi dan melestarikan lingkungan
Fungsi WTO (Pasal III WTO agreement)
• Mengimplementasi semua kesepakatan WTO
• Forum Negosiasi Persetujuan baru
• Lembaga Penyelesaian Sengketa antara negara
anggotanya (DSB)
• Mereviuw kebijakan perdagangan negara-negara
anggotanya
• Kerjasama dengan organisasi internasional lainnya (IMF
dan Bank Dunia)
• Memberikan bantuan teknis kepada negara-negara
berkembang yang menjadi anggota WTO
Anggota WTO
• Sampai oktober 2004 sebanyak 148 negara
telah menjadi anggota WTO dan lebih dari 25
negara dalam proses masuk menjadi anggota
WTO.
• Jumlah tersebut menunjukkan bahwa 92 %
populasi global dan 95 % perdagangan dunia
di bawah pengaturan WTO (quasi-universal).
Model keanggotaan WTO
• Negara
• Wilayah Pabean (customs union) yang berdiri sendiri dari
negara, seperti : Hong Kong, Taiwan, Penghu Kinmen
• Uni Eropa
• Kelompok negara berkembang (mayoitas di WTO)
• Kelompok Negara dan aliansi negara, seperti :
ASEAN,NAFTA,ACP,CARICOM dan MERCUSOR.
Kewajiban Negara Anggota WTO

• Setiap negara anggota WTO wajib menyesuaikan


hukum, regulasi dan prosedur administratif sesuai
dengan ketentuan WTO (Pasal XVI:4 WTO agreement)
• Negara anggota wajib menerima semua agreement
dalam WTO dan tidak diperkenankan untuk reservasi
• Penguduran diri dan keluarnya negara dari WTO
dimungkinkan dengan catatan harus dilakukan secara
tertulis dan berlaku setelah 6 bulan penguduran diri
dilakukan. Negara yang telah mengundurkan diri
WTO tidak dapat menjadi pihak lagi dalam perjanjian
multilateral WTO (Pasal XV WTO agreements).
PRINSIP-PRINSIP WTO
• Prinsip Most Favoured Nation
• Prinsip National Treatment
• Prinsip Perlindungan Melalui Tarif
• Prinsip Larangan Restriksi Kuantitatif
• Prinsip Transparansi
• Prinsip Perlakuan Khusus Bagi Negara
Sedang Berkembang
Prinsip Most Favoured Nation

• Kebijakan perdagangan yang diambil oleh negara anggota harus


dilakukan atas dasar tanpa diskriminasi.
• Negara anggota wajib memberikan perlakuan yang sama kepada
semua negara anggota dalam melaksanakan kebijakan import dan
ekspor serta biaya-biaya lainya
• Pasal I GATT yang berbunyi” “…Any advantage, favour, privilege or
imunity granted by any contracting party to any product originating in
or destined for any other country shall be accorded immediately and
unconditionally to the like product originating in or destined for the
territories of all other contracting parties”
Pengecualian Prinsip MFN
– Kebijakan yang diambil oleh negara anggota untuk mengkonter kebijakan dumping dan
subsidi dari negara lain sebagaimana diatur dalam Pasal VI
– Kebijakan dalam rangka pembentukan Customs Union dan Kawasan Pasar Bebas (Free
Trade Area) yang dapat dilakukan jika memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Pasal
XXIV. Jika pembentukan organisasi tersebut memenuhi persyaratan tersebut maka negara
anggota dapat memberlakukan secara berbeda negara lain dalam bentuk penurunan tariff
tertentu terhadap sesama negara anggota Customs Union dan sesama Kawasan Pasar
Bebas.
– Pembatasan-pembatasan dalam rangka perlindungan terhadap kesehatan masyaraklat,
keamanan (safety), kesejahteraan (welfare) dan keamanan nasional (national security)
sebagaimana diatur dalam Pasal XX dan Pasal XXI.
– Preferensi tarif yang diberikan negara maju terhadap negara berkembang atau negara-
negara kurang beruntung melalui fasilitas sistem preferensi Umum ( Generalized System of
Preference).
[
Prinsip National Treatment

• Prinsip National Treatment merupakan manifestasi dari prinsip


nondiskriminasi
• Berdasarkan prinsip national treatment bahwa negara anggota harus
memberikan perlakuan yang sama terhadap semua produk impor yang berasal
dari luar negeri sebagaimana perlakuan yang sama diberikan kepada produk
dalam negeri seperti pemberlakuan pajak yang sama terhadap barang
tersebut
• termuat secara eksplisit dalam Pasal III ayat (4) GATT
“ the products of the territory of any member state imported into the territory
of any other members state shall be accorded treatment no less favourable
that that accorded to like products of national origin in respect of laws,
regulations, and requirements affecting their internal sale, offering for sale,
purchase, transportation, distribution, or use..”
Pengecualian prinsip National Treatment

• diskriminasi dalam hal pelelangan barang oleh


Lembaga pemerintah untuk tujuan pemerintahan
semata
• diskriminasi dalam hal pembayaran subsidi kepada
produsen dalam negeri
• diskrimasi dalam screening terhadap produksi sinema
elektronik dalam negeri
• Dipertahankanya perlakuan khusus yang telah
diberikan sebelumm GATT 1947.
Prinsip Perlindungan Melalui Tarif

• negara anggota dapat melindungi industri dalam


negerinya hanya melalui instrumen tarif (tingkat tarif
bea masuk) yang dikenakan terhadap barang impor dan
tidak boleh dengan cara pembatasan lainya.
• Maksud prinsip ini adalah agar proteksi yang diberikan
terhadap produk dalam negeri dan pembatasan yang
diterapkan terhadap barang impor dapat diterapkan
dengan cara lebih transparan, dan dampak distorsi pasar
sebagai akibat proteksi tersebut terlihat lebih jelas.
Prinsip Larangan Restriksi Kuantitatif

• Menurut prinsip ini bahwa negara anggota GATT/WTO


dilarang untuk melakukan pembatasan kuantitaif
terhadap masuknya produk impor dari negara lain.
• Oleh karena itu pembatasan melalui penetapan kuota
impor dan ekspor, restriksi penggunaan lisensi impor
atau ekspor pembatasan kuantitatif lainya yang menjurus
pada kebijakan proteksionisme tidak diperkenankan
menurut pasal IX GATT
Pengecualian prinsip larangan penggunaan
kuantitatif
• Untuk mencegah terkurasnya produk pangan atau produk esensial
lainya
• Penggunaan pembatasan impor dan ekspor yang berhubungan
dengan pelaksanaan standard an pengaturan untuk tujuan
klasifikasi, grading, dan penamaan komoditas.
• Penggunaan pembatasan kuantitaif terhadap impor produk
pertanian dan perikanan untuk menstabilkan pasar pertanian
nasional
• Pengunaan pembatasan kuantitatif untuk menyelamatkan
keseimbangan neraca pembayaran negara (states balances
payments)
• Penggunaan pembatasan kuantitaif oleh negara berkembang untuk
pertumbuhan ekonominya
PERTEMUAN KE-XI
PENYELESAIAN SENGKETA
INTERNASIONAL
Peranan Hukum Internasional
• Hukum Internasional memberikan cara bagaimana
para pihak yg bersengketa menyelesaikan
sengketanya menurut hukum internasional.
• Sengketa internasional adalah situasi dimana kedua
negara mempunyai pandangan bertentangan
mengenai dilaksanakan atau kewajiban-kewajiban
yg tertuang dalam perjanjian internasional
Jenis Sengketa Internasional
• Sengketa Hukum : diselesaikan melalui Lembaga
Pengadilan
• Sengketa Politik : diselesaikan melalui mekanisme
politik
PENYELESAIAN MELALUI MEKANISME HUKUM

• PENGADILAN INTERNASIONAL
• ARBITRASE INTERNASIONAL
PENYELESAIAN MELALUI MEKANISME POLITIK

• NEGOSIASI
• PENCARIAN FAKTA
• JASA-JASA BAIK
• MEDIASI
• KONSILIASI
PENGADILAN INTERNASIONAL

• MAHKAMAH INTERNASIONAL
• MAHKAMAH HUKUM LAUT INTERNASIONAL
• MAHKAMAH INTERNASIONAL AD HOC UNTUK
KEJAHATAN DI RWANDA, YUGOLSLAVIA,
TOKYO DAN NERENMBURG
• MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL
(INTERNATIONAL CRIMINAL COURT)
Prinsip-prinsip penyelesaian
sengketa scr damai
• Prinsip Itikad baik (Good faith)
• Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan
• Prinsip kebebasan Memilih cara2 penyelesaian
sengketa
• Prinsip kebebasan utk memilih hkum yg dterapkan
dala pokok perkara
• Prinsip kesepakatan para pihak yg bersengketa
• Prinsip exchaucation of local remedies
• Prinsi HI ttg kedualatan dan integritas wialayah
negara

Anda mungkin juga menyukai