Tahun 2007
Materi : Hukum HAM Internasional
Pengantar
Yang dimaksud dengan hukum HAM hukum ini seringkali disebut sebagai
internasional di sini adalah hukum perlindungan internasional terhadap HAM,
mengenai perlindungan terhadap hak-hak atau hukum HAM internasional. Walaupun
individu atau kelompok yang dilindungi tidak terdapat kesepakatan mengenai
secara internasional dari pelanggaran yang peristilahan ini, tetapi istilah-istilah tersebut
terutama dilakukan oleh pemerintah atau seringkali digunakan secara bergantian
aparatnya, termasuk di dalamnya upaya dalam berbagai kepustakaan.
penggalakkan hak-hak tersebut. Cabang
masalah HAM merupakan urusan dalam di dalam suatu negara. Namun demikian,
negeri setiap negara sehingga negara lain masih terdapat pengecualian terhadap
tidak berhak bahkan dilarang untuk turut aturan ini dalam bentuk intervensi
campur tangan terhadap pelanggaran HAM humaniter.
Intervensi Humaniter
Doktrin intervensi humaniter yang memperkenankan penggunaan tindakan
dikemukakan oleh Grotius pada abad ke-17 pemaksaan berdasarkan Bab VII Piagam
dan diikuti oleh banyak pendukungnya, PBB. Ketentuan ini hanya berlaku terhadap
diartikan sebagai penggunaan kekuatan keadaan yang mengancam atau
yang sah yang dilakukan oleh suatu atau membahayakan perdamaian dan terhadap
beberapa negara terhadap negara lainnya tindakan agresi. Tindakan Dewan
guna menghentikan perlakuan yang Keamanan ini antara lain adalah yang
menyimpang terhadap warga negaranya, dilakukan untuk melindungi Suku Kurdi di
khususnya terhadap perlakuan brutal dan Irak, pada Negara Bekas Yugoslavia, dan di
berskala besar yang bertentangan dengan Haiti. Karena resolusi-resolusi yang
keyakinan masyarakat bangsa-bangsa. mengesahkan tindakan Dewan Keamanan
Doktrin ini pada kenyataannya sering tersebut secara hukum dan secara faktual
disalahgunakan oleh negara-negara besar masih dianggap mendua (ambiguous), maka
tertentu untuk menginvasi atau tindakan tersebut masih sulit untuk
mengokupasi negara-negara yang lebih dikatakan sebagai suatu versi modern dari
lemah. Namun demikian, doktrin ini doktrin intervensi humaniter secara kolektif.
merupakan pernyataan pertama yang Namun demikian, dapatlah dikatakan
membatasi kebebasan negara berdasarkan bahwa peran Dewan Keamanan tersebut
hukum internasional dalam telah mengarah ke sana. Pendirian
memperlakukan warga negaranya. Pengadilan Internasional untuk Bekas
Berdasarkan doktrin ini pula, suatu Yugoslavia oleh Dewan Keamanan yang
organisasi internasional atau kelompok dimaksudkan untuk mengadili orang-orang
negara-negara menggunakan kekuatannya yang bertanggung jawab atas kejahatan
untuk mengakhiri suatu pelanggaran berat terhadap kemanusiaan, pembunuhan
terhadap HAM di suatu negara. massal, dan kejahatan perang di wilayah
tersebut, dapat pula dianggap sebagai suatu
Dewasa ini, Dewan Keamanan PBB sering bentuk modern dari intervensi humaniter
mengambil tindakan terhadap negara- secara kolektif terhadap pelanggaran berat
negara yang dianggap telah melakukan terhadap HAM.
pelanggaran berat terhadap HAM dengan
1. Sistem Mandat
Pasal 22 Covenant membentuk Sistem Komisi Mandat LBB. Komisi Mandat LBB
Mandat LBB yang diterapkan terhadap kemudian secara bertahap memperoleh
bekas wilayah-wilayah jajahan negara- kewenangan untuk mengawasi
negara yang kalah perang dalam Perang pemerintahan di daerah Mandat termasuk
Dunia ke-I. Berdasarkan sistem ini, bekas mengawasi perlakuan terhadap
koloni tersebut ditempatkan di bawah penduduknya.
Mandat LBB dan dikelola oleh negara-
negara pemenang perang. Para Pemegang Ketika LBB digantikan PBB , Sistem Mandat
Mandat ini setuju untuk memerintah ini digantikan dengan Sistem Perwalian,
berdasarkan prinsip bahwa kehidupan dan dimana PBB mempunyai kewenangan
pembangunan penduduk daerah Mandat untuk mengawasi daerah-daerah Mandat
merupakan “a sacred trust of civilization …”. yang masih tersisa dan wilayah-wilayah
Negara Pemegang Mandat berkewajiban yang tidak berpemerintahan sendiri. Salah
memberikan laporan tahunannya kepada satunya adalah Namibia (Afrika Barat Daya)
Liga mengenai tanggung jawab yang ditempatkan di bawah Sistem Mandat
diberikannya, yang kemudian dibahas oleh dengan Pemegang Mandat Afrika Selatan
yang pada masa PBB selama bertahun- PBB. Bahkan Afrika Selatan pada masa itu
tahun tidak mentaati segala aturan yanag menerapkan sistem politik apartheid dan
ditetapkan berdasarkan Sistem Perwalian sangat rasialist.
3. Sistem Minoritas
LBB sangat berperan pula di dalam Polandia yang ditandatangani di Versailles
pengembangan sistem perlindungan bagi pada tanggal 29 Juni 1919, yang kemudian
golongan minoritas. Walaupun tidak dijadikan model bagi perjanjian-perjanjian
tercantum di dalam Covenant, namun serupa. Pada intinya, perjanjian-perjanjian
kewenangan untuk melindungi kaum tersebut mengharuskan negara-negara yang
minoritas ini diperolehnya melalui menganut sistem minoritas untuk
serangkaian perjanjian yang dibuat setelah menerapkan prinsip non-diskriminasi
usainya Perang Dunia ke-I. Berakhirnya terhadap anggota golongan minoritas yang
perang tersebut telah merubah peta bumi dilindungi dan menjamin hak-hak khusus
politik Eropa dan Timur Tengah dimana untuk melestarikan integritas etnis, bahasa,
lahir beberapa negara baru atau dan agamanya, termasuk hak untuk
menyebabkan beberapa negara menggunakan bahasanya secara resmi, hak
mendapatkan kembali kemerdekaannya. untuk menjalankan pendidikan dan hak
Diantaranya adalah Polandia, untuk menjalankan peribadatan. Untuk
Chekoslovakia, Hongaria, Yugoslavia, menjamin penataan terhadap perjanjian-
Bulgaria, Albania, dan Rumania, termasuk perjanjian ini, setiap perjanjian berisikan
kantong-kantong golongan minoritas klausula yang menyatakan bahwa
berdasarkan etnis, bahasa, dan agama. kewajiban untuk melindungi kaum
Golongan minoritas ini mempunyai cukup minoritas ini merupakan kewajiban
alasan berdasarkan sejarah atas kekuatiran internasional serta menempatkan LBB
bahwa tata politik yang baru dapat sebagai penjamin penataan kewajiban
mengancam kelangsungan budaya mereka. tersebut.
Untuk itu pemerintah-pemerintah dari
negara-negara pemenang perang (Principal LBB bersedia menjadi penjamin dari
Allied and Associated Powers) dan negara- kewajiban-kewajiban yang ditetapkan oleh
negara baru membentuk perjanjian khusus para pihak peserta perjanjian-perjanjian
untuk melindungi kaum minoritas tersebut. tersebut yang pelaksanaannya dijalankan
dengan mengembangkan suatu institusi
Perjanjian pertama yang membentuk sistem untuk menangani petisi yang diajukan
perlindungan ini adalah Perjanjian antara kaum minoritas atas pelanggaran terhadap
Principal Allied and Associated Powers dan hak-haknya. Petisi tersebut dibahas oleh
Komite III LBB dan memberikan Untuk beberapa tahun sejak berdirinya PBB
kesempatan kepada negara-negara yang tampak bahwa perhatian PBB dan lembaga
bersangkutan untuk mengemukakan internasional lainnya terhadap
pandangannya. Apabila diperlukan, perlindungan kaum minoritas sangatlah
Mahkamah Internasional Permanen dapat kecil. Mereka lebih memusatkan
memberikan pendapatnya dari segi hukum. perhatiannya kepada hak-hak individu,
non-diskriminasi, dan perlindungan yang
Walaupun beberapa perjanjian mengenai sama (equal protection). Dengan berakhirnya
perlindungan minoritas ini masih berlaku Perang Dingin dan munculnya gelombang
hingga kini, tetapi Sistem Minoritas LBB nasionalisme di berbagai bagian dari dunia
tidak dikenal lagi dalam kerangka PBB. ini, masyarakat internasional kembali mulai
Namun demikian, di dalam memberikan perhatiannya kepada
perkembangannya kemudian tampak pengembangan norma-norma dan institusi
bahwa kelembagaan hukum HAM internasional yang diperlukan untuk
internasional yang modern ternyata melindungi hak-hak minoritas. Dalam hal
menyerupai kelembagaan yang pertama kali ini, telah dilakukan berbagai langkah baik
dikembangkan oleh LBB khususnya dalam dalam kerangka PBB ataupun organisasi
menangani sistem minoritas. regional Eropa.
Hukum Humaniter
Hukum humaniter yang merupakan cabang dan perawatan kombatan yang luka dan
dari hukum internasional, sekarang dapat sakit. Konvensi ini kemudian diikuti oleh
diartikan sebagai komponen HAM di dalam Konvensi Hague III tahun 1899 yang
hukum perang. Hukum ini lebih tua berisikan aturan-aturan kemanusiaan bagi
usianya dibandingkan dengan hukum peperangan di laut. Konvensi-konvensi ini
HAM. Perkembangannya yang modern kemudian diperbaiki dan disempurnakan
dapat ditelusuri dari serangkaian gagasan beberapa kali, yang kemudian sekarang
yang dikemukakan oleh Swiss pada abad merupakan suatu hukum yang secara
ke-19 yang kemudian melahirkan perjanjian lengkap mencakup hampir semua aspek
internasional mengenai aturan-aturan sengketa bersenjata yang modern.
kemanusiaan yang diterapkan dalam Kesemuanya itu dituangkan ke dalam
melakukan peperangan. Konvensi Jenewa 1949 dengan dua
protokolnya. Walaupun hukum humaniter
Gagasan ini telah melahirkan Konvensi modern lebih dahulu lahir dibandingkan
Jenewa 1864 yang ditujukan untuk dengan hukum HAM internasional, namun
melindungi tenaga-tenaga medis dan rumah pengaruh hukum HAM dapat ditemukan di
sakit serta mengharuskan penampungan dalam hukum humaniter. Sebagai contoh,
tetapi penegakkan hukumnya masih lemah. internasional untuk melindungi HAM dan
Dengan demikian tugas kita adalah memperluas yurisdiksinya agar dapat
memberikan “gigi” kepada hukum yang menjangkau seluruh pelosok dunia.
antara lain dengan memperkuat mekanisme