Anda di halaman 1dari 3

Tugas Tutorial 1

Nama : Rinandi Trio Priambudi


NIM : 857916518
Nama Tutor : Saeun, S.Pd, MM
Mata Kuliah : Hak Asasi Manusia
Tugas Ke :1
Semester :3
Uraian Tugas
1. Jelaskan Pengertian HAM menurut UU No.39 tahun 1999?
2. Bagaimana perlindungan HAM di Indonesia berdasarkan sila kemanusiaan yang adil dan
beradab?
3. Jelaskan unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh negara sebagai subjek hukum internasional?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan kebiasaan Internasional?
Jawab
1. Menurut undang-undang nomor 39 tahun 1999, menyebutkan bahwa pengertian hak asasi
manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada diri pada setiap manusia sebagai
bentuk anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat setiap manusia.
2. Hubungan HAM dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah warga negara
Indonesia seluruhnya mempunyai hak yang sama rata. Sila ini menjelaskan jika setiap warga
memppunyai kedudukan yang sama dalam hukum. Selain itu, rakyat Indonesia juga
mempunyai hak yang sama juga untuk mendapatkan jaminan dan juga perlindungan hukum.
Secara lebih luas sila kedua ini membahas bila seluruh warga Indonesia itu mempunyai
persamaan derajat, persamaan hak dan juga kewajiban antara sesamanya seperti yang sudah
tercantum pada Deklarasi HAM bila tidak boleh ada diskriminasi di anatara sesama warga.
Semua orang di dunia ini berhak untuk diakui keberadaannya, mereka berhak diakui
kekurangan dan pula kelebihannya. Setiap orang yang hidup di dunia ini berhak mendapatkan
perlakuan yang layak dari pemerintah ataupun masyarkat lainnya.
3. Subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak dan
pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. subjek-subjek hukum internasional
yang diakui oleh masyarakat internasional, adalah:
• Negara
Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara,
kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional
adalah:
penduduk yang tetap, mempunyai wilayah (teritorial) tertentu; pemerintahan yang sah
dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
• Organisasi Internasional
Organisasi internasional mempunyai klasifikasi, yakni:
a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan
maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa
Bangsa;
b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan
tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO,
International Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;
c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan
global, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe
Union.
• Palang Merah Internasional
Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang
lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss,
yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan
kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati
dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di
masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian
dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Committee of the Red
Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.
• Tahta Suci Vatikan
Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat
Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan
mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi
lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai
pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas
pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral
saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik
sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia.
• Kelompok Pemberontak/Pembebasan
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri
suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan
negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan
terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan,
bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh
adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang
berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat
oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut,
berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak
menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional
• Individu
Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of
Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa
konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, menyatakan individu
adalah sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.
• Perusahaan Multinasional (MNC)
Eksistensi MNC dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa
disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional
mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian
melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh
terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu
sendiri.
4. Kebiasaan internasional adalah kebiasaan bersama negara-negara di dunia yang menjadi bukti
praktik umum yang diterima sebagai hukum. Kebiasaan internasional diakui sebagai salah
satu sumber hukum internasional oleh Pasal 38(1)(b) Piagam Mahkamah Internasional. Pasal
92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyatakan bahwa kebiasaan internasional
adalah salah satu sumber hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional.
Kebiasaan internasional terdiri dari aturan-aturan hukum yang berasal dari tindakan negara-
negara yang konsisten yang muncul dari keyaknian bahwa tindakan mereka itu diwajibkan
oleh hukum. Maka dari itu, terdapat dua unsur yang harus dipenuhi untuk membuktikan
keberadaan suatu kebiasaan internasional:
• Praktik atau kebiasaan negara-negara (usus)
• Keyakinan dari negara-negara bahwa kebiasaan tersebut dilakukan atas dasar
kewajiban hukum

Anda mungkin juga menyukai