OLEH
SHINTIA MODIKA
1910112027
KELAS 2.3
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan dan persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang
bukan bersifat perdata.1 Analisis terminologi Hukum Internasional dapat dilihat pada
dan dibuat oleh negara-negara berdaulat secara eksklusif yang dapat didefinisikan
sebagai Sekumpulan peraturan hukum yang sebagian besar mengatur tentang prinsip-
prinsip dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara (subjek hukum
internasional), dan hubungannya satu sama lain. Saat ini, Hukum Internasional telah
Ketika membahas tentang hukum, tentu saja kita tidak bisa terlepas dari subjek
hukum nya. Menurut I Wayan Parthiana subjek hukum pada umumnya diartikan
sebagai pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dengan kemampuan sebagai
pemegang hak dan kewajiban tersebut, berarti adanya kemampuan untuk mengadakan
hubungan hukum yang melahirkan hak-hak dan kewajiban. Secara umum yang
dipandang sebagai subjek hukum adalah : (a) individu atau orang perorangan atau
disebut pribadi alam dan (b) badan atau lembaga yang sengaja didirikan untuk suatu
maksud dan tujuan tertentu yang karena sifat, ciri, dan coraknya yang sedemikian
1
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal.2
2
I Wayan Parthiana, 1990, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung, h. 58.
Internasional dapat diartikan sebagai pemegang hak-hak dan kewajiban menurut
hukum internasional, namun lebih dari itu, subjek hukum internasional juga memiliki
arti berupa pemegang hak istimewa procedural untuk mengajukan tuntutan dimuka
oleh ketentuan hukum internasional. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
subjek hukum internasional adalah pemegang atau pendukung hak dan kewajiban
menurut hukum internasional; dan setiap pemegang atau pendukung hak dan
Pada awal mula, dari kelahiran dan pertumbuhan Hukum Internasional, hanya
internasional itu sendiri. Selain negara, yang termasuk subjek hukum internasional
antara lain: tahta suci (vatikan), Palang Merah Internasional. Organissi internasional,
dan pihak dalam sengketa (belligerent). Pada makalah ini, penulis akan membahas
B. RUMUSAN MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum subyek hukum diartikan sebagai pendukung / pemilik hak dan
kewajiban. Pada awal mula dari kelahiran dan pertumbuhan hukum internasional,
hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum internasional. Akan tetapi
pada saat ini ternyata tidak terbatas pada Negara saja tetapi juga meliputi subyek
kompleks.3
Jadi subyek hukum internasional dapat diartikan sebagai negara atau kesatuan-
kesatuan bukan negara yang dalam keadaan tertentu memiliki kemampuan untuk
multilateral dengan berbagai kepentingan dan latar belakang yang mendasari pada
akhirnya mampu untuk dianggap sebagai subyek hukum internasional. Begitu juga
dengan keberadaan individu atau kelompok individu (belligerent) yang pada akhirnya
pemegang hak dan kewajiban tersebut, berarti adanya kemampuan untuk mengadakan
hubungan hukum yang melahirkan hak-hak dan kewajiban. Secara umum yang
dipandang sebagai subjek hukum adalah : (a) individu atau orang perorangan atau
disebut pribadi alam dan (b) badan atau lembaga yang sengaja didirikan untuk suatu
3
Haryomataram, KGPH, Pengantar Hukum Internasional, RajaGrafindo Persada,Jakarta, 2005, hal 78
maksud dan tujuan tertentu yang karena sifat, ciri, dan coraknya yang sedemikian
rupa dipandang mampu berkedudukan sebagai subjek hukum. Dengan kata lain dapat
hak dan kewajiban menurut hukum internasional; dan setiap pemegang atau
pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional adalah Subjek Hukum
Internasional.4
1. Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, dan telah
demikian halnya sejak hukum internasional. Bahkan, hingga sekarangpun masih ada
anggapan bahwa hukum internasional itu pada hakekatnya adalah hukum antar
negara.5 Negara adalah merupakan subjek utama dari hukum internasional, baik
ditinjau secara historis maupun secara faktual. Secara historis, yang pertama-tama
merupakan subjek hukum internasional pada awewal mula lahir dan tumbuh hukum
internasional adalah negara. Suatu negara sebagai pribadi subjek hukum internasional
c. Pemerintah
Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci
pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci
4
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990, hal. 58.
5
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal.95
sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas
pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral
saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik
tersendiri dalam sejarah hukum internasional. Bahkan dapat dikatakan bahwa Palang
Merah Internasional sebagi subjek hukum (dalam arti terbatas) lahir karena sejarah;
walaupun pada akhirnya badan ini keberadaannya dan statusnya dikukuhkan dengan
4. Organisasi Internasional
tidak diragukan lagi. Organisasi internasional sudah mendapatkan hak dan kewajiban
konvensi tadi. 8
5. Perusahaan Internasional
6
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal. 100
7
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal. 101
8
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal. 101
Eksistensi MNC dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa
terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu
sendiri.
Dalam arti yang terbatas, orang perorangan sudah lama dapat dianggap sebagai
yang mengakhiri perang dunia I antara Jerman dengan Inggris dan Perancis, dengan
dengan demikian sudah ditinggalkan dahlil lama bahwa hanya negara yang bisa
Menurut hukum perang, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai
10
pihak yang bersengketa dalam beberapa keadaan tertentu. akhir-akhir ini timbul
perkembangan baru yang mrip dengan pengakuan status pihak yang bersengketa
dalam perang, memiliki ciri lain yang khas, yakni pengakuan terhadap gerakan
gerakan pembebasan demikian merupakan penjelmaan dari suatu konsepsi baru yang
terutama dianut oleh negara-negara duni ketiga yang didasarkan atas penegtian bahwa
bangsa-bangsa dianggap mempunyai beberapa hak asasi sepeti (1) hak menetukan
9
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal. 104
10
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal. 110
nasib sendiri, (2) hak secara bebas memilih sistem ekonomi, politi, dan sosial sendiri
dan (3) hak menguasai sumber kekakyaan alam dari wilayah yang didudukinya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Negara Sebagai Subjek Hukum Internasional
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, dan telah
demikian halnya sejak hukum internasional. Bahkan, hingga sekarangpun masih ada
anggapan bahwa hukum internasional itu pada hakekatnya adalah hukum antar
negara. Negara adalah merupakan subjek utama dari hukum internasional, baik
ditinjau secara historis maupun secara faktual. Secara historis, yang pertama-tama
merupakan subjek hukum internasional pada awewal mula lahir dan tumbuh hukum
Peranan negara sebagai subjek hukum internasional lama kelamaan juga semakin
hukum internasional lainnya adalah negara mempunyai apa yang disebut dengan
yang dimiliki oleh suatu negara mempunyai dua sisi, yaitu sisi intern dan ekstern. Sisi
intern dari kedaulatan sebuah negara untuk mengatur masalah intern atau masalah
dalam negaranya sendiri. Sedangkan sisi ekstern berupa kekuasaan tertinggi untuk
lainnya.
sebagai berikut:
atau permanen mendiami atau bermukim dalam suatu wilayah yang sudah pasti
luasnya. Soal penduduk atau rakyat, pada zaman sekaran ini tidak dikaitkan dengan
soal agama, ras, etnik atau sub etnik, waran kulit dan lain-lain faktor yang secara fisik
mengandung perbedaan-perbedaan.
untuk dapat mendirikan suatu negara. Karena itu, di dunia sekarang ini kkita dapat
menjumpai negara-negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar seperti: RRC,
India, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan lai-lain. Sebaliknya, ada pula negara-negara
yang jumlah penduduknya sangat kecil bahkan ada yang dibawah seratus ribu orang.
Negara-negara semacam itu disebut sebagai micro-states, seperti : Fiji, New Hebrides
Wilayah yang pasti maksudnya adalah suatu wilayah yang dimaklumi oleh
penduduk atau rakyat dari negara itu. Agara wilayah itu dapat dikatan tetap atau pasti
sudah tentu harus jelas batas-batasnya. Pada umumnya, wilayah yang di maklumi oleh
penduduk adalah wilayah daratan, tetapi wilayah negara tidak hanya terdiri dari
daratan. Sebagian dari laut yang dihadapkan pantainya disebut Laut Teritorial. Selain
itu juga ada sungai, danau, dan terusan disebut sebagai wilayah perairan. Selain itu
adalagi macam wilayah negara jenis yang ketiga yaitu ruang udara. Ruang udara
3. Pemerintah
11
I Wayan Parthiana, 1990, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung, hal 63
12
I Wayan Parthiana, 1990, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung, hal 64
wilayah yang tidak mempunyai pemerintahan tidak dapat disebut sebagai negara
pemerintahan di dalam suatu negara, namun tidak ditentukan mengenai bentuk dari
Unsur ini sebgai unsur non-physic, merupakan penentu terakhir dari keberadaan suatu
negara. Artinya, apakah rakyat yang berada atau bermukim dalam suatu wilayah
negara atau tidak adanya unsur kemampuan untuk mengadakan hubungan ini.
Kemampuan itu dalam pengertian yang faktual yakni secara nyata dan secara physic
mampu, ataukah dalam pengertian yuridis bagaimanakah kriteria tau ukuran untuk
negara lain. 13
Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci
pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci
sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas
pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral
13
I Wayan Parthiana, 1990, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung, hal. 65
saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik
Tahta Suci (Vatican) merupakan suatu contoh dari suatu subjek hukum
bertindak sebagai kepala gereja Roma tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi.
merupakan subjek hukum dalam arti penuh dan kedudukan sejajar dengan negara.
Hal ini terjadi terutama setelah dibuatnya perjanjian antar Italia dan Tahta Suci
pada di Roma kepada Tahta Suci yang selanjutnya dengan perjanjian ini dibentuk
negara Vatikan, sekaligus di akui oleh Italia. Hingga sekarang Tahta Suci memiliki
tersendiri dalam sejarah hukum internasional. Bahkan dapat dikatakan bahwa Palang
Merah Internasional sebagi subjek hukum (dalam arti terbatas) lahir karena sejarah;
walaupun pada akhirnya badan ini keberadaannya dan statusnya dikukuhkan dengan
konvensi Jenewa 1949 ini Palang Merah Internasioanl memiliki kedudukan sebgai
14
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal. 100
Organisasi internasional adalah organisasi yang dibuat atas perjanjian-perjanjian
anggota yang bersifat lintas batas negara, baik itu diikuti oleh negara-negara maupun
Ketika telah lahir suatu organisasi internasional, maka saat itu juga dia telah menjadi
internasional, maka dirumuskanlah suatu instrumen yuridik yang diberi nama akte
konstitutif.
itu harus merupakan wakil dari suatu negara. Artinya hanya negaralah yang berhak
untuk menerima suatu bentuk lain selain negara, seperti yang terjadi kepada PLO,
Hak-hak istimewa dan kekebalan ini diatur didalam KonvensiMajelis Umum PBB
tanggal 13 Februari 1946 dan Konvensi Majelis Umum PBB tanggal 21 November
hak-hak istimewa yang dimiliki oleh organisasi internasional adalah tidak boleh
15
Mukhsan, 2015, Tinjauan umum tentang organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional dan
penyelesaian sengketa internasional, hal.18
Kekebalan yurisdiksi yang dimiliki memungkinkan organisasi internasional bebas
dari tuntutan hukum peradilan nasional negarasetempat, yang berlaku untuk semua
pegawai organisasi pada dasarnya sama dengan yang diberikan kepada organisasi itu
kegiatan pegawai-pegawai tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi mereka. Namun kekebalan ini dapat dicabut oleh organisasi itu sendiri.
Eksistensi MNC dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa
terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu
sendiri. Subyek hukum internasional juga dapat didefinisikan sebagai pihak yang
dapat dibebani hak dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional atau setiap
negara, badan hokum (internasional) atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban
of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa
16
Kusumaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., Pengantar Hukum Internasional, P.T.ALUMNI, 2018, hal. 102
terbatas. Hal ini dapat dilihat dari Keputusan Mahkamah Internasional Permanen
mengenai Kasus Danzig Railway Official’s Case. Dalam kasus ini diputuskan bahwa
maka hak itu harus diakui dan mempunyai kekuatan hukum dalam Hukum
internasional yang khusus diadakan oleh negara-negara sekutu yang menang dalam
peperangan. Hal ini diputuskan oleh Mahkamah Penjahat Perang yang dilakukan di
Nurnberg dan Tokyo. Dan selanjutnya diikuti dalam Mahkamah Eropa tentang Hak
Asasi Manusia yang menjamin hak individu yang diberikan oleh Konvensi Eropa
tersebut. Dalam konvensi ini disebutkan bahwa individu dapat mengajukan negaranya
Internasional
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam
negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan
negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil adalah mengakui eksistensi
atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun
sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara
tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut
pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai
perang, namun lebih identik dengan suatu “pemberontakan” terhadap Negara tertentu.
while the word rebellion is more frequently confined to efforts on the part of portion
of a state to throw off the authority of the remainder. Insurrection usually refers to
movements smaller in scope and purpose than those described by the other terms.
radikal suatu susunan politik atau sosial diseluruh wilayah negara, rebeli adalah
lainnya dan insurreksi adalah kegiatan-kegiatan yang luas dan tujuannya lebih sempit
Berdasarkan uraian Schuman tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa timbulnya suatu pihak berperang (belligerent) dalam suatu negara didahului
kemudian meluas menjadi rebellion (rebelli) selanjutnya rebelli ini untuk dapat
atas, maka para pemberontak baru berada pada taraf rebelli (rebellion). Apabila pada
taraf ini ada negara ketiga yang memberikan dukungan atau pengakuan, maka
internal armed conflict” yang merupakan suatu konflik non international armed
conflict yang dianggap telah diinternasionalkan karena Negara yang diberontak
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan dan persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang
bukan bersifat perdata. Menurut I Wayan Parthiana subjek hukum pada umumnya
diartikan sebagai pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dengan kemampuan
sebagai pemegang hak dan kewajiban tersebut, berarti adanya kemampuan untuk
negara, yang termasuk subjek hukum internasional antara lain: tahta suci (vatikan),
B. SARAN
Pada penulisan makalah ini, penulis memiliki saran kepada pembaca bahwa kita,
sebagai masyarakat atau rakyat dalam sebuah negara, terutama negara Indonesia yang
merupakan negara hukum. Hal ini berarti bahwa segala seuatu yang dilakukan, baik
oleh Pemerintah maupun rakyat harus berdasarkan dengan hukum yang berlaku di
negara Indonesia. Tidak hanya Hukum Nasional tetapi juga Hukum Internasional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusmuaatmadja Mochtar, Agoes Etty R., 2018, Pengantar Hukum Internasional,
Bandung: P.T.ALUMNI
Indonesia
P.T.ALUMNI
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/fd0f8611f3e985d2c51369e56c3c1332.p
pukul 18:11
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/12152/06bab2_Mukhsan_1
pukul 20:02
10. Mulyana Budi, Subjek Hukum Internasional, diakses melalui :
https://repository.unikom.ac.id/52333/1/Materi%206%20-%20Subjek%20Hukum