NIM : 20103040032
Program Studi/Kelas : Ilmu Hukum/Hukum Perdata Internasional B
Beberapa asas HPI yang tumbuh dan berkembang pada masa ini dan menjadi asas penting
dalam HPI modern adalah:
a. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs), yang berarti perkara-perkara yang menyangkut benda-
benda tidak bergerak (immovables) tunduk pada hukum dari dimana benda itu
berada/terletak.
b. Asas Lex Domicilii yang menetapkan bahwa hak dan kewajiban perorangan harus
diatur oleh hukum dari tempat seseorang berkediaman tetap. Yang menjadi
persoalan, dalam hukum Romawi kedudukan seseorang dapat dikaitkan dengan dua
titik taut, yaitu kewarganegaraan (origo) yang dapat ditentukan karena tempat orang
tua (ayah / ibu), adopsi, penerimaan atau pemilihan; atau Domicili adalah komunitas
yang telah dipilih seseorang sebagai tempat kediaman tetap. Perbedaan titik taut ini
menyebabkan adanya persoalan tentang hukum mana yang harus digunakan. Hukum
Origo atau Domicili ?
c. Asas Lex Loci Contractus yang menetapkan bahwa terhadap perjanjian-perjanjian
(yang melibatkan pihak-pihak warga dari propinsi yang berbeda) berlaku hukum dari
tempat pembuatan perjanjian.
B. SEJARAH HPI PADA KONSEP AWAL HUKUM ANTAR TATA HUKUM
Dalam sejarahnya HATAH (Hukum Antar Tata Hukum) adalah salah satu mata kuliah
tertua yang sudah diajarkan sejak pendidikan tnggi hukum diselenggarakan di Nusantara. Di
masa Hindia Belanda, HATAH mempunyai dua nama – Intergentel Recht (Hukum
Antargolongan) dan Internatonaal Privaatrecht (Hukum Perdata Internasional).
HATAH adalah nama ilmiah yang diciptakan Sudargo Gautama untuk menggantkan,
sekaligus mencakup, hukum perselisihan (collisierecht), hukum pertkaian (confictenrecht,
confict of laws), dan hukum perdata internasional (private internatonal law). Harapan beliau,
nama ilmiah tersebut dapat memberikan gambaran tentang lingkup permasalahan hukum yang
menjadi bahasan. Secara ilmiah, lingkup pembahasan HATAH di Indonesia terbagi menjadi
dua.HATAH Intern, yang menganalisis permasalahan di lingkup nasional akibat adanya
pluralisme hukum, mencakup hukum antargolongan (intergentel recht, interpersonal law,
interracial law), hukum antarwaktu (intertemporal law), dan hukum antartempat (interlocal
law).
Sementara HATAH Ekstern adalah nama ilmiah Indonesia untuk menggantkan istilah
hukum perdata internasional. Berbeda dengan HATAH Intern yang berkutat dengan masalah-
masalah hukum secara nasional, HATAH Ekstern menganalisis permasalahan hukum yang
mempunyai unsur asing. Gautama mendefnisikannya sebagai: “Keseluruhan peraturan dan
keputusanhukum yang menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang
merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristwa-peristwa antara warga (warga)
negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan ttk-ttk pertalian dengan stelsel-stelsel dan
kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan-
kuasa-tempat, (pribadi) dan soal-soal.”