Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“INTEGRASI SAINS DAN AGAMA DITINJAU DARI


PERSPEKTIF ISLAM”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Sains

Dosen Pengampu: Khoirul Anam, S.H.I., M.S.I.

Disusun oleh:

Nama : Naila Zahiyatur Rosyida


NIM : 20103040032
Program Studi/Kelas : Ilmu Hukum/A
Fakultas : Syari’ah dan Hukum

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i

BAB I ........................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 1

C. TUJUAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 2

D. KERANGKA TEORI ................................................................................................... 2

BAB II .......................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3

A. KONSEPSI ISLAM TENTANG SAINS ..................................................................... 3

B. INTEGRASI SAINS DAN AGAMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF ISLAM .... 5

BAB III ........................................................................................................................................ 8

PENUTUP ................................................................................................................................... 8

A. KESIMPULAN.............................................................................................................. 8

B. SARAN ........................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 9

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Integrasi antara sains dan agama kerapkali diperdebatkan dan berujung melahirkan
dikotomi yang menyebabkan kemacetan pembangunan suatu bangsa. Pertentangan antara
ilmuwan (saintis) dengan para ahli agama (teolog) mengenai integrasi tersebut telah terjadi
selama bertahun-tahun. Pertentangan tersebut bukanlah disebabkan oleh sains dan agama
itu sendiri, melainkan disebabkan oleh perbedaan pola pikir umat manusia yang satu dengan
yang lainnya.
Kendatipun demikian, pengkajian sains dan agama tetap menyumbangkan partisipasi
yang berharga dalam kehidupan umat manusia. Sains umumnya berangkat dari asumsi
bahwa alam ini berjalan di atas prinsip matematis yang bersifat apriori yang sudah clear
and distinct sehingga terpisah dari peran Tuhan karena perubahan terjadi atas prinsip
survival of life sehingga terjadi seleksi alam. Sementara Agama, sebagai teologi atau biasa
disebut dengan “keyakinan tradisional agama”, misalnya keyakinan atas kemahakuasaan
Tuhan, penciptaan alam, surga neraka, penyerahan diri dan ibadah. (Amstrong, 2011: 292-
293).
Namun, dalam perspektif islam, pandangan tentang sains dan agama dianggap
sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagai konsekuensi dari tidak
adanya pemisahan antara ilmu dan agama, dapat pula ditegaskan bahwa tidak ada
pemisahan antara apa yang disebut ilmu agama dan ilmu umum. Munir Mursi menyatakan
bahwa “seluruh ilmu adalah Islami sepanjang berada di dalam batasbatas yang digariskan
Allah SWT kepada kita”.1

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan beberapa pertanyaan tentang:
1. Bagaimana konsepsi islam tentang sains?
2. Bagaimana integrasi sains dan agama ditinjau dari perspektif islam?

1
Hasbi Indra, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, (Jakarta: Ridamulia, 2005), hal. 49

1
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Dari rumusan masalah diatas, dapat diambil beberapa pengetahuan tentang:
1. Konsepsi islam tentang sains.
2. Integrasi sains dan agama ditinjau dari perspektif islam.

D. KERANGKA TEORI
a. Pengertian Integrasi

Integrasi adalah sebuah sistem yang mengalami pembauran sehingga menjadi


suatu kesatuan yang utuh. Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang
berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Secara istilah integrasi adalah membuat
suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.2

b. Pengertian Sains
Mengenai pengertian sains dapat diklasifikasikan dengan tiga poin penting,
antara lain Content meliputi hal-hal yang berkaitan denga fakta, definisi, konsep,
model, teori dan terminologi. Process berkaitan dengan keterampilan atau kegiatan
untuk mendapatkan atau menemukan prinsip dan konsep. Context meliputi 3 hal
yaitu: individu, masyarakat, dan lingkungan sekitar.3
c. Pengertian Agama
Banyak ahli menyebutkan agama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “a”
yang berarti tidak dan “gama” yang berarti kacau. Maka agama berarti tidak kacau
(teratur). Dengan demikian, agama merupakan peraturan, yaitu peraturan yang
mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang gaib, mengenai budi
pekerti maupun pergaulan antar sesama.4
Menurut Daradjat (2005) agama adalah proses hubungan manusia yang
dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari pada
manusia. Sedangkan Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai sistem simbol,
sistem keyakinan, sistem nilai, dan system perilaku yang terlembaga, yang
kesemuanya terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling
maknawi (ultimate Mean Hipotetiking).5

2
https://www.scribd.com/document/83019545/pengertian-integrasi
3
Prof.Haeruddin Harun, ”Sains Modern Dan Permasalahan Manusia”, Jurnal Filsafat, Desember 1994.
4
Faisal Ismail. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis,(Yogyakarta, Titian Ilahi
Press: 1997). Hal 28.
5
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hal. 10.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEPSI ISLAM TENTANG SAINS


Sains dalam konsepsi Islam tidak dapat terlepas dari epistemologi atau teori ilmu
(nazariyat al-'ilm) dalam Islam atau al-Qur’an, sebab ilmu merupakan induk sedangkan
sains merupakan cabangnya. Sains memiliki hubungan organis dengan induknya, yaitu
ilmu. Dalam Islam hubungan itu terus dipertahankan, sementara Barat memisahkannya. Di
samping itu, perlu ditegaskan bahwa konsep sains dan ilmu dalam pandangan Barat dan
Islam di samping memiliki beberapa kesamaan, juga terdapat perbedaan yang fundamental,
baik dari segi interpretasi, definisi, sumber, metode, ruang lingkup, klasifikasi, dan
tujuannya.6
Dalam konsep Islam (Timur), semua yang dipikirkan, dikehendaki, dirasakan dan
diyakini, membawa manusia kepada pengetahuan dan secara sadar menyusunnya ke dalam
sistem yang disebut Ilmu.7 Dalam kenyatannya, Islam mengandung multi-disipliner ilmu
pengetahuan, baik ilmu-ilmu alam (natural sciences) seperti fisika, kimia, matematika,
biologi, astronomi, arkeologi dan botani. Ilmu-ilmu sosial (social sciences) seperti
sosiologi, ekonomi, hukum, pendidikan, politik, antropologi dan sejarah. Serta Humaniora
seperti psikologi dan filsafat. Dengan demikian, berarti Islam mempunyai ajaran yang
lengkap, integral, dan universal. Kelengkapan inilah sehingga Islam mampu menampung
segala persoalan dan dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.8
Dalam Islam terdapat kesatuan, antara ilmu, iman (ketauhidan), dan amal.
Sebaliknya, konsep ilmu Barat sekuler meniadakan dan memisahkan iman dari ilmu.
Sebagai konsekuensinya, ilmu tersebut melahirkan saintis tanpa iman. Ilmu pengetahuan
tanpa keyakinan terhadap keesaan Tuhan akan menyesatkan dan dapat melahirkan sikap
anti terhadap agama. Atau, ilmu tanpa hidayah dan hikmah hanya akan membuat para
ilmuwan kian jauh dari keimanan.9 Asas ilmu dalam tradisi peradaban Islam adalah konsep
seminal dalam al-Qur’an dan Sunnah. Konsep-konsep primordial tersebut diadopsi dan

6
Hadi Masruri, “FILSAFAT SAINS DALAM AL-QUR'AN: MELACAK KERANGKA DASAR INTEGRASI ILMU DAN
AGAMA”, Jurnal El-Qudwah: 2007, hal. 4.
7
Ali Mustopo, “INTEGRASI ILMU PENGETAHUAN DAN ILMU AGAMA”, Jurnal Al-Afkar: 2017, hal. 82.
8
Ibid, hal. 83.
9
Hadi Masruri, “FILSAFAT SAINS DALAM AL-QUR'AN: MELACAK KERANGKA DASAR INTEGRASI ILMU DAN
AGAMA”, Jurnal El-Qudwah: 2007, hal. 6.

3
dikembangkan menjadi berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Sebab, ilmu memiliki nilai
yang tinggi di dalam Islam.10
Dalam pandangan al-Qur’an, dasar interpretasi dari semua bentuk ilmu adalah tauhid,
dalam arti ia dikembangkan dalam bingkai dan spirit tauhid. Dalam al-Qur'an, khususnya
lima ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yakni surat al-'Alaq ayat 1-5,
disinyalir secara tegas bahwa ilmu mesti tidak dipisahkan dari Sang Pencipta, tetapi harus
selalu terkait erat dengan-Nya agar dapat mencapai kebahagiaan serta keselamatan di
dunia-akhirat. Oleh karenanya, ilmu harus dapat mendekatkan manusia kepada Khalik,
mengakui keagungan-Nya dan mendorongnya untuk beramal saleh. Wahyu merupakan
salah satu sumber ilmu pengetahuan paling signifikan yang dapat mengarahkan ilmu
pengetahuan ke arah yang benar. Secara aksiologis, tujuan akhir dari ilmu adalah
mengantarkan manusia untuk merealisasikan statusnya sebagai hamba Allah dan khalifah-
Nya di muka bumi, dan menyiapkan diri untuk memenuhi peranan serta tanggung jawab
atas amal dan perbuatannya di hadapan Allah.11
Salah satu aspek yang paling penting tentang Tuhan di dalam al-Qur'an adalah
afirmasi tentang keesaan Tuhan (tauhid), dimana merupakan aspek yang fundamental
dalam ajaran Islam. Dengan demikian, Islam memandang bahwa konsep ilmu tidak dapat
dipisahkan dari pemahaman tentang Tuhan, sebab semua ilmu datangnya dari Tuhan Yang
Maha Mengetahui. Pengetahuan Tuhan adalah absolut, ilmunya mencakup seluruh aspek,
yang tampak maupun tersembunyi, dan tidak ada sesuatu apapun di jagad raya ini yang
tidak diketahui oleh-Nya. Tuhan sebagai asal-usul ilmu pengetahuan muncul secara
berulang-ulang dalam al-Qur'an. Lantaran semua ilmu berasal dari Tuhan, maka setiap
cendekiawan muslim harus mencari, mengimplementasikan, dan menyebarkannya sesuai
dengan ketentuan-Nya. Itulah sebabnya mengapa Islam secara tegas menentang ide
pencarian ilmu hanya untuk ilmu saja. Bagi Islam, ilmu seharusnya ditemukan demi
memperoleh ridla Ilahi. Oleh karena itu, pencarian tersebut tidak boleh bertentangan
dengan perintah-Nya.12

Pada hakekatnya Islam bukan hanya sekedar agama. Islam tidak hanya urusan ritual.
Selain menyangkut kegiatan ritual, Islam juga berbicara tentang ilmu pengetahuan, kualitas

10
Sofian Hadi, “Mendudukkan Kembali Makna Ilmu dan Sains dalam Islam”, Tasfiyah Jurnal Pemikiran
Islam: 2020, hal. 92.
11
Hadi Masruri, “FILSAFAT SAINS DALAM AL-QUR'AN: MELACAK KERANGKA DASAR INTEGRASI ILMU
DAN AGAMA”, Jurnal El-Qudwah: 2007, hal. 5.
12
Ibid.

4
kehidupan manusia, keadilan, dan juga berbicara tentang beramal shaleh atau bekerja secara
profesional. Rasulullah SAW diutus ke dunia bukan hanya mengurusi ritual tapi li
utammima makarima al-akhlaq, untuk menyempurnakan akhlak. Dengan kata lain, Islam
tidak saja menyangkut agama tetapi juga peradaban. Namun sayangnya, ketika berbicara
tentang Islam, imajinasi orang (masyarakat) hanya tertuju kepada persoalan ritual.13

Para sarjana Muslim secara serius memberikan perhatian khusus pada ilmu-ilmu alam
(sains) secara serius pada abad ketiga Hijriah (abad kesembilan Masehi). Mereka bergelut
dengan serius mempelajari tentang ilmu pengetahuan hingga membahas esensi atau hakikat
dari ilmu pengetahuan. Karena pada dasarnya membahas pengetahuan berarti membahas
hakikat dari pengetahuan tersebut. Untuk itu, perlu memahami hal-hal Filsafat Ilmu
Pengetahuan. Dengan mempelajari dan memperdalam Filsafat Ilmu Pengetahuan, akan
mudah mengetahui hakikat dari ilmu tersebut, lantas kita tidak mudah terjebak pada ilmu
yang spesifik sehingga makin sempit lingkupnya dan terlihat eksklusif.14
Pada abad ke-14 kejayaan intelektual kaum muslimin berangsur memudar. Umat
mengalami kemunduran di bidang ilmu pengetahuan yang menurut para ahli banyak faktor
penyebabnya. Pada saat inilah, sains yang telah diislamkan oleh para ilmuwan Islam
kemudian diambil alih oleh ilmuwan-ilmuan Barat. Kemunduran umat Islam ketika itu
menjadi blessing in disguise bagi para ilmuwan Barat yang sejak awal memang ‘mengincar’
warisan intelektual kaum muslimin. Bermula dari interaksi dan kontak orang-orang Eropa
dengan Islam di Spanyol pada perkiraan tahun 711 Hijriyah.15
Tidak dapat disangkal bahwa Islam sangat menjunjung tinggi ilmu (sains). Al-Quran
dan As-Sunnah mengajak kita untuk terus mencari ilmu (sains) serta kearifan, kemudian
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Di dalam Al-
Quran, misalnya, kata al-‘ilm beserta kata jadiannya digunakan kurang lebih 780 kali. Hal
ini mengindikasikan posisi ilmu dalam agama Islam memiliki peran sentral guna menopang
religiusitas dan spiritualitas keseharian umat Islam. (Ghulsyani, 1990: 39-40).

B. INTEGRASI SAINS DAN AGAMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF ISLAM


Jika ditinjau dari perspektif islam, integrasi sains dan agama merupakan hal yang
memang sejalan dengan ajaran islam. Islam selalu mengajarkan bahwa antara kedua hal

13
Abu Darda, “Integrasi Ilmu dan Agama: Perkembangan Konseptual di Indonesia”, Jurnal At-Ta’dib:
2015, hal. 35.
14
Sofian Hadi, “Mendudukkan Kembali Makna Ilmu dan Sains dalam Islam”, Tasfiyah Jurnal Pemikiran
Islam: 2020, hal 93.
15
Ibid., hal. 106.

5
tersebut merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena di dalam islam
usaha untuk memperoleh ilmu yang memiliki manfaat positif bagi kehidupan umat manusia
merupakan suatu bentuk dari ibadah.

Dalam perspektif Islam, agama dan sains tidaklah harus berada pada keterkondisian
dan tempat yang berlawanan, seperti yang dikemukakan oleh Imam Suprayogo, pada satu
sisi sesunggahnya sains merupakan hasil temuan manusia yang memiliki kebenaran bersifat
relatif, berbeda dengan Al-Quran yang memilki kebenaran mutlak. Tapi pada hakikatnya,
baik sains maupun agama memiliki fungsi yang sama, yaitu memenuhi kehidupan dan
meraih kebahagian hidup manusia.16

Pandangan Islam, sains dan agama memilki dasar metafisika yang sama dan tujuan
pengetahuan yang diwahyukan maupun pengetahuan hasil sains adalah untuk mengungkap
ayat-ayat Allah dan sifat-sifat-Nya kepada manusia. Kita yakin bahwa bahwa dalam Al-
Quran Allah selalu menggunakan kalimat; afalaa ta‘qiluun, afalaa tatazdak-karuun, afalaa
tubshiruun, dll. Hal ini tentu saja mengandung makna bahwa kegiatan ilmiah adalah bagian
dari kewajiban agama.17 Kenyataan ini pernah diungkapkan oleh Charles Townes
(pemenang hadiah nobel dibidang fisika, ia mengatakan, Saya sendiri tidak membedakan
sains dan agama, tetapi memandang penjelajahan alam semesta bagian dari pengalaman
religius.18

Pandangan Islam ilmu pengetahuan dan alam adalah keseimbangan dengan agama,
hubungan ini menyiratkan aspek yang suci untuk mengejar pengetahuan ilmiah oleh umat
Islam, karena alam sendiri dilihat dalam Al-qur’an sebagai kumpulan tanda-tanda
menunjukan kepada Tuhan. Media pembuktian atas keesaan dan kekuasaan Allah yaitu
dengan teknologi yang telah ada. Karena kepercayaan umat modern dengan jika telah ada
pembuktiannya dan terdapat hasil yang akurat.19

Terdapat sebuah kajian yang dilakukan oleh Arqom Kuswanjono, Doktor filsafat
Universitas Gadjah Mada, dengan memilih studi kasus pandangan salah tokoh Islam, yaitu
Mullla Sadra, dalam mendiskusikan wacana integrasi sains dan agama. Berdasarkan hasil

16
Bagir, Inetegrasi Ilmu dan Agama, hal. 219.
17
Wira Hadikusuma, “MENDIALOGKAN SAINS DAN AGAMA DALAM UPAYA RESOLUSI KONFLIK”, Jurnal
Syi’ar: 2017, hal. 78.
18
Ibid.
19
Chanifudin dan Tuti Nuriyati, “INTEGRASI SAINS DAN ISLAM DALAM PEMBELAJARAN”, Jurnal Asatiza:
2020, hal. 219.

6
riset disertasinya, Koeswanjono menyimpulkan bahwa Sadra secara cerdas dan jernih
menempatkan ilmu dan agama pada posisi yang sangat harmonis, sehingga cukup
memberikan frame yang jelas bagi perkembangan pemikiran Islam pada umumnya. Frame
yang dirancang oleh pemikir Islam kelahiran Persia ini menjadi gambaran kontras dari
perkembangan pemikiran Barat, yang cenderung menempatkan sains dan agama secara
konfrontatif, dan, bahkan, konflik. Apa yang dialami oleh Galileo Galilei, seorang saintis
yang sezaman dengan Sadra, telah mengguncang dan mengoyak langit di Barat dengan
penguatan teori heliosentrisme; sebuah teori kosmologis yang bertentangan dengan teori
geosentrisme yang telah sekian abad menjadi kiblat keyakinan arus utama para saintis di
eranya dan dibakukan melalui dogma gereja. Perkembangan baru ini pada akhirnya memicu
relasi konflik berkepanjangan antara gereja dan para saintis, atau tepatnya agama dan sains
(2010: 5-7).20

20
Syarif Hidayatullah, “AGAMA DAN SAINS: SEBUAH KAJIAN TENTANGRELASI DAN METODOLOGI”,
Jurnal Filsafat: 2019, hal. 124-125.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan demikian, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil sesuai dengan
pembahasan pada bab sebelumnya, yakni dalam kenyatannya, Islam mengandung multi-
disipliner ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu alam (natural sciences) seperti fisika, kimia,
matematika, biologi, astronomi, arkeologi dan botani. Ilmu-ilmu sosial (social sciences)
seperti sosiologi, ekonomi, hukum, pendidikan, politik, antropologi dan sejarah. Serta
Humaniora seperti psikologi dan filsafat. Dengan demikian, berarti Islam mempunyai
ajaran yang lengkap, integral, dan universal. Kelengkapan inilah sehingga Islam mampu
menampung segala persoalan dan dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam perspektif islam, tidak ada pemisahan antara sains dan agama. Ilmu
pengetahuan dan alam adalah keseimbangan dengan agama, hubungan ini menyiratkan
aspek yang suci untuk mengejar pengetahuan ilmiah oleh umat Islam, karena alam sendiri
dilihat dalam Al-qur’an sebagai kumpulan tanda-tanda menunjukan kepada Tuhan. Media
pembuktian atas keesaan dan kekuasaan Allah yaitu dengan teknologi yang telah ada.
Karena kepercayaan umat modern dengan jika telah ada pembuktiannya dan terdapat hasil
yang akurat. Jadi dapat lagi ditarik kesimpulan bahwa integrasi sains dan agama dalam
perspektif islam merupakan kesatuan yang sejalan dengan ajaran islam.

B. SARAN
Topik integrasi sains dan agama dalam perspektif islam memiliki jangkauan pembahasan
yang sangat luas. Dalam hal ini, penulis ingin memperjelas bahwa topik integrasi sains dan agama
dalam makalah ini mungkin belum sepenuhnya menjelaskan tentang integrasi sains dan agama
secara menyeluruh. Masih terdapat banyak referensi terkait dengan pembahasan tentang integrasi
sains dan agama dalam perspektif islam, jadi penulis ingin memberi saran kepada para pembaca
untuk tidak memandang sempit tentang pembahasan integrasi sains dan agama dalam perspektif
islam hanya berdasarkan pada pembahasan dalam makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Masruri, Hadi. (2017). Filsafat Sains Dalam Al-Qur'an: Melacak Kerangka Dasar
Integrasi Ilmu Dan Agama, Jurnal El-Qudwah, 1-24.

Muhyiddin, Asep. (2016). Wawasan Dakwah Islam: Integrasi Sains Dan Agama, Jurnal
Anida, 15 (2), 171-186.

Hidayatullah, Syarif. (2019). Agama Dan Sains: Sebuah Kajian Tentangrelasi Dan
Metodologi, Jurnal Filsafat, 29 (1), 103-133.

Darda, Abu. (2015). Integrasi Ilmu dan Agama: Perkembangan Konseptual di Indonesia,
Jurnal At-Ta'dib, 10 (1), 34-46.

Mustopo, Ali. (2017). Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan, Jurnal Al-Afkar, 5 (2), 82-
110.

Chanifudin. Nuriyati, T. (2020). Integrasi Sains Dan Islam Dalam Pembelajaran, Jurnal
Asatiza, 1 (2), 212-229.

Hadikusuma, Wira. (2017). Mendialogkan Sains Dan Agama Dalam Upaya Resolusi
Konflik, Jurnal Syi'ar, 17 (1), 71-82.

Arifudin, Iis. (2016). Integrasi Sains dan Agama serta Implikasinya terhadap Pendidikan
Islam, Jurnal Edukasia Islamika, 1 (1), 161-179.

Aji, Rizqon Halal Syah. (2014). KHAZANAH SAINS DAN MATEMATIKA DALAM
ISLAM, Salam; Jurnal Filsafat Dan Budaya Hukum, 1 (1), 156-168.

Hadi, S. Ashari, A. (2020). Mendudukkan Kembali Makna Ilmu dan Sains dalam Islam,
Tasfiyah; Jurnal Pemikiran Islam, 4 (1), 91-112.

Anda mungkin juga menyukai