Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“SAINS DALAM TRADISI ISLAM”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Sains

Dosen Pengampu: Khoirul Anam

Disusun oleh Kelompok 4:

Naila Zahiyatur Rosyida (20103040032)


Farhan Fazabilamni Kho’ad (20103040048)
Dea Anjani (20103040053)
Arfan Syahbani (20103040121)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i

BAB I ........................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 1

C. TUJUAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 1

D. KERANGKA TEORI ................................................................................................... 1

BAB II .......................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3

A. KONSEP SAINS DALAM TRADISI ISLAM ............................................................ 3

B. KONTRIBUSI ISLAM DALAM PERKEMBANGAN SAINS ................................ 5

C. TOKOH-TOKOH SAINTIS MUSLIM DAN PERAN MEREKA ........................... 6

BAB III ........................................................................................................................................ 9

PENUTUP ................................................................................................................................... 9

A. KESIMPULAN.............................................................................................................. 9

B. SARAN ........................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 10

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sains dan agama merupakan sebuah contoh konkrit yang menggambarkan sebuah
hubungan komplementer suatu hal. Mengutip dari perkataan seorang ilmuwan Yahudi yaitu
Albert Einstein, yang mengatakan bahwa “ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu
adalah lumpuh.”. Dalam konteks ini ilmu atau pengetahuan merujuk pada sains dalam arti
sempit.
Seperti yang kita ketahui, islam sebagai agama yang telah dibawa Nabi Muhammad
SAW ini tidak hanya mengatur urusan agama saja melainkan juga segala urusan kehidupan
dunia, tak terkecuali tentang sains. Hubungan komplementer antara islam dan sains ini yang
merupakan satu hal yang menarik untuk dibahas lebih dalam mengenai bagaimana sains
dalam islam itu sendiri dan bagaimana islam mempengaruhi perkembangan sains.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana konsep sains dalam tradisi islam?
2. Bagaimana kontribusi islam dalam perkembangan sains?
3. Siapa saja tokoh-tokoh saintis muslim dan peran mereka?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Dari rumusan masalah diatas, dapat diambil beberapa pengetahuan tentang:
1. Konsep sains dalam tradisi islam.
2. Kontribusi islam dalam perkembangan sains.
3. Tokoh-tokoh saintis muslim dan peran mereka.

D. KERANGKA TEORI
a. Pengertian Sains
Mengenai pengertian sains dapat diklasifikasikan dengan tiga poin penting,
antara lain Content meliputi hal-hal yang berkaitan denga fakta, definisi, konsep,
model, teori dan terminologi. Process berkaitan dengan keterampilan atau kegiatan

1
untuk mendapatkan atau menemukan prinsip dan konsep. Context meliputi 3 hal
yaitu: individu, masyarakat, dan lingkungan sekitar.1
b. Sains Islam
Sains Islam adalah sains yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Sains Islam
punya pandangan berupa pandangan dunia dalam bentuk metafisika atau asumsi
filosofis Islami. Sedangkan sains modern mengabaikan bahkan menyangkal aspek
metafisika, spiritual dan entitas jagat raya.2

1
Prof.Haeruddin Harun,”Sains modern dan permasalahan manusia”, Jurnal filsafat
2
Rizqon Halal Syah Aji, “Khazanah Sains Dan Matematika Dalam Islam”, Salam: Jurnal Sosial dan Budaya
Syar-i, Vol.1 No. 1 (2014), 158.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP SAINS DALAM TRADISI ISLAM


Istilah sains dalam islam, jika dibandingkan dengan sains dalam pengertian barat
modern saat ini berbeda. Sains di barat memahami bahwa sains sebagai satu-satunya ilmu
dan agama di sisi lain sebagai keyakinan. Artinya ada pemisahan antara sains dengan
agama. Sedangkan dalam dunia islam ilmu merupakan satu kesatuan dengan agama, sebab
agama juga merupakan ilmu, yang berarti Islam disiplin agama merupakan sains. Menurut
analisa Prof. Syed Muhammad Naquib Al-attas, barat menafsirkan sains berdasarkan
skeptisisme dan rasionalisme sebagai alat untuk menafsirkan sains kontemporer. Dengan
kata lain, kedua pendekatan tersebut sebagai alat tafsir dari sains itu sendiri. Prof. Agus
Purwanto memberikan definisi sains Islam sebagai bangunan keilmuan yang tersusun dari
pengejewantahan prinsip tauhid bersumber dari wahyu. Menurutnya, terdapat tiga keadaan
fundamental dalam makhluk yaitu materiil, psikis, dan spiritual; sebagaimana hasil
renungan ayat Allah dalam Q.S al-Haqqah: 38-39. Al-qur’an memeiliki posisi sebagai
subjek petunjuk dalam kerangka imu pengetahuan dengan memberi petunjuk mengenai
sains dalam sains Islam yang selalu dikaitkan dengan speckrum metafisik dan spiritual. Ini
bermakna dalam Sains Islam, Wahyu dan Sunnah menjadi inspirasi dari bangunan ilmu
pengetahuan, jelas ini sangat berlawanan dengan prinsip sains barat.
Untuk memahami posisi sains atau ilmu dalm islam, kita harus memahaminya secara
bahasa. Terdapat hubungan yang erat antara ilmu (‘ilm), alam (‘alam), dan al-KhÉliq.
Untuk menggambarkan secara singkat, kata ‘ilm, sebuah istilah yang digunakan dalam
bahasa Arab untuk menunjukkan ilmu. Kata ilm yang berasar dari akar kata yang terdiri
dari 3 huruf, ‘a-l-m, atau ‘alam. Arti dasar yang terkandung dalam akar kata ini adalah
‘alEmah, yang berari “petunjuk arah”. Al-Raghib al-Isfahani (1997,s.v.” ‘a-l-m)
menjelaskn bahwa al-‘alam adlah “jejak atau tanda yang membuat sesuatu menjadi
diketahui (“the trace (or mark) by wich something is know” atau “al-astar alladzi yu’lam
bihii syai’ “). Kemudian a-l-m juga ternyata akar kata bagi istilah yang sudah menjadi
bahasa Indonesia, yaitu alam atau dalam bahasa arab ‘Élam yang secara umum berarti jagat
raya-alam semesta yang mencakup apa yang ada di luar kita ÉfÉq atau makrokosmos (al-
„Élam al-kabÊr) dan juga termasuk apa-apa yang ada di dalam diri kita atau anfËs atau

3
mikrokosmos (al-„Élam al-Îagir), yang dapat dipelajari dan diketahui. Hal ini juga
disebutkan dalam al-Quran dan al-Hadits, bahwa semua benda dan kejadian di alam raya
(universe) merupakan ÉyÉt Tuhan (tunggal, Éyah), yaitu petunjuk-petunjuk dan simbol-
simbol Tuhan. Contoh dari ayat-ayat Tuhan itu adalah QS. Ali-Imran/3: 190; QS.
Yunus/10: 5-6; QS. al-Hijr/15: 16, 19-23, 85; QS. an-Nahl/16: 3, 5-8, 10-18, 48, 65-69, 72-
74, 78-81; QS. al-Anbiya/21: 16; QS. al-Naml/27: 59-64; QS. al-Mu‟min/23: 61; QS. al-
Mulk/67: 2-5, 15, dan QS. Fushilat/41: 53.
Menurut Mohd Zaidi Ismail, seorang pakar sains Islam, ilmu fisika yang merupakan
bagian utama dalam natural science, dalam tradisi keilmuan dan sains Islam disebut sebagai
‘ilm al-tabÊ‟ah (the science of nature). Kata al-ÏabÊ‟ah diambil dari akar kata Ï-b-‟a atau
Ïab‟a, yang berarti “kesan atas sesuatu (ta‟Ïhir fii…), “penutup (seal), atau “jejak (stamp)”
(khatm), maka ia menyiratkan “sifat atau kecenderungan yang dengannya makhluk
diciptakan” (al-sajiyyah allatii jubila „alayha). Semua arti tersebut “mengasumsikan”
adanya Sang Pencipta yang dengan cara-Nya mencipta (sunnatullah), membuat aturan
(order), dan keberlangsungan (regularity) sejalan dengan universe sebagai kosmos-
bertentangan dengan ketidakteraturan atau chaos-dan memungkinkan adanya ilmu dan
prediksi. Kemampuan memprediksi sebagai salah satu karakteristik Natural Science
menjadi mungkin karena desain akliah (intelligent design) dan ketertiban yang terus-
menerus pada alam, sesuatu yang tersimpulkan dalam konsep Islam, Sunnatuallah. Dengan
demikian maka lm ini dn kejadian-kejadin yng membentuknya dalam al-Qur’an disebut
sebagai ayat-ayat Allah yaitu sebagai petunjuk, dan simbol-simbol Tuhan. Demikian pula
kaliat-kalimat dalam al-Qur’an pun disebut dengan istilah sama yakni ayat. Hal ini
menunjukan bahwa keduanya, baik alam maupun al-Qur’an adalah ayat yang berasal dari
sumber yang sama. Perbedaanya adalah bahwa alam adalah ayat yang diciptakan, sementar
al-Qur’an adalah ayat yang diturunkan (tanzil atau wahyu). Dengan demikian, bagi seorang
ilmuan muslim, seharusnya kegiatan sains pada dasarnya menjadi suatu usaha untuk
membaca dan menafsirkan kitab alam sebagaimana halnya membaca dan menafsirkan al-
Qur’an. Pandangan seperti inilah yang melandasi ilmuwan Mulim terdahulu.
Jadi bagi seorang saintis Muslim, melakukan kegiatan sains pada intinya menjadi
suatu usaha membaca, memikirkan, mengartikan “kitab alam” yang terbuka secara benar.
Dengan demikian seorang ilmuwan tidak dapat tidak untuk memperhatikan kitab yang
diturunkan dalam setiap aktivitasnya memperhatikan kitab ciptaan. Ketika membaca alam
raya ini yang disebut dalam al-Qur’an sebagai petunjuk (tanda-tanda) dan simbol-simbol
dari Allah, sebagimana ayat-ayat di dalamnya, maka kegiatan mempeajari, meneliti, dan

4
mengajarkan sains alam tidak boleh hanya dipahami sebagai sesuatu yang tersendiri, seolah
keberadaanya berdiri sendiri “science for the sake of science”, tapi makna di balik alam
raya inilah yang jauh lebih penting yakni Penciptanya. Dengan demikian kegiatan
mempelajari alam, tujuan akhirnya adalah mengenal Allah SWT. (ma’rifatullah), yang
harus dipandu dan dinauingi oleh kitab Allah yang lain, yakni al-Qur’an.
Pandangan Islam tentang sains, dan adanya keselarasan atau kesepadanan antara kitab
yang diturunkan dengan kitab ciptaan akan memberikan dampak dan akibat, baik secara
teoritis maupun praktis, terhadap tujuan utama pendidikan dan pembelajaran sains dalam
suatu masyarakat Muslim. Inilah mengapa para saintis muslim, menjadikan aktivitas
ilmiahnya sebagai ibadah dan dilandasi suatu pemahaman mendalam.

B. KONTRIBUSI ISLAM DALAM PERKEMBANGAN SAINS


Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan dan menjadi
pedoman bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Al-
qur’an dan As-sunnah memiliki peran penting dalam perkembangan kehidupan manusia
termasuk perkembangan sains dan teknologi.

Ajaran Islam tidak bertentangan dengan pemikiran modern selama tidak bertentangan
dengan dasar Al-qur’an. Ajaran Islam juga tidak anti terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemajuan sains dan teknologi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan
manusia. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa digali dalam Al-qur’an.

Pada ayat yang pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT
memrintahkan manusia untuk membaca. Ayat ini mengandung makna yang luas. Ayat ini
memerintahkan manusia untuk mempelajari, mengkaji, dan meneliti ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan perintah ini lah banyak tokoh-tokoh dan ilmuwan Islam yang
berkontribusi dalam perkembangan dunia sains.

Tokoh-tokoh Islam banyak yang berkontribusi dalam perkembangan dunia sains.


Kontribusi yang mereka berikan dapat ditemukan dalam berbagai bidang, diantaranya
sebagai berikut :

1. Bidang Optik
Dengan berbekal penguasaan ilmu matematika dan fisika yang baik, Ibnu al-
Haytham membuat sebuah penelitian. Beliau menggabungkan teori dan eksperimen
dalam penelitiaanya sehingga dapat meletakkan prinsip-prinsip optic pada asas yang

5
kokoh. Beliau mengkaji gerakan cahaya, ciri-ciri bayang dan gambar, serta
fenomena-fenomena optic lainnya. Karya Ibn al-Haytham dalam bidang optic ini
kemudian menjadi rujukan para ahli kajian optic setelahnya.
2. Bidang Kimia
Tokoh islam yang memberi kontribusi dalam bidang kimia salah satunya adalah
Jabir ibn Hayyan. G. Le Bon menyatakan bahwa banyak bahan kimia yang tidak
dikenal sebelumnya, namun berkat jasa para ilmuwan muslim bahan kimia tersebut
menjadi terkenal. Bebrapa zat kimia yang ditemukan ilmuwan muslim dan terus
dikembangkan menjadi senyawa penting antara lain asam sulfat, asam nitrat, aqua
regia, besi, dan alcohol.
3. Bidang Matematika
Al-Khawarizmi merupakan ilmuwan Islam yang pertama kali mengembangkan
teori nomor dalam matematika. Al-Khawarizmi menmukan metode-metode baru
tentang perhitungan numerik. Salah satu kontribusi paling penting al-Khawarizmi
adalah penciptaan system bilangan Arab.

Kontribusi yang telah dilakukan para saintis muslim membawa pengaruh yang sangat
besar dalam perkembangan sains modern. Banyak pemikir Barat yang menjadikan para
saintis muslim sebagai kiblat pemikiran mereka. Penemuan-penemuan para saintis muslim
membawa angin segar pada perkembangan sains di zaman modern ini.

C. TOKOH-TOKOH SAINTIS MUSLIM DAN PERAN MEREKA


1. Ibnu Qatir
Dalam bidang fisika – astronomi, ilmuwan muslim yang mempelajari gerak
melingkar planet Merkurius mengelilingi matahari. Karya dan persamaan
Matematikanya sangat mempengaruhi Nicolaus Copernicus yang pernah
mempelajari karya-karyanya. Ibn Firnas dari Spanyol sudah membuat kacamata dan
menjualnya keseluruh Spanyol pada abad ke-9. Christoper Colombus ternyata
menggunakan kompas yang dibuat oleh para ilmuwan Muslim Spanyol sebagai
penunjuk arah saat menemukan benua Amerika. Ilmuwan lain, Taqiyyuddin (m. 966)
seorang astronom telah berhasil membuat jam mekanik di Istanbul Turki.
2. Zainuddin Abdurrahman ibn Muiammad ibn al-Muhallabi al-Miqati
adalah ahli astronomi masjid (muwaqqit – penetap waktu) Mesir, dan penemu jam
matahari.
3. Ahmad bin Majid
6
seorang ilmuwan yang membuat kompas berdasarkan pada kitabnya berjudul Al
– Fawa’id
4. Abdurrahman Al-Khazini
Saintis kelahiran Bizantium atau Yunani adalah seorang penemu jam air sebagai
alat pengukur waktu. Para sejarawan sains telah menempatkan al-Khazini dalam
posisi yang sangat terhormat. Ia merupakan saintis Muslim serba bisa yang
menguasai astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika dan filsafat. Sederet buah
pikir yang dicetuskannya tetap abadi sepanjang zaman. Al-Khazani juga seorang
ilmuwan yang telah mencetuskan beragam teori penting dalam sains. Ia hidup di masa
Dinasti Seljuk Turki. Melalui karyanya, Kitab Mizan al-Hikmah, yang ditulis pada
tahun 1121-1122 M, ia menjelaskan perbedaan antara gaya, massa, dan berat, serta
menunjukkan bahwa berat udara berkurang menurut ketinggian. Salah satu ilmuwan
Barat yang banyak terpengaruh adalah Gregory Choniades, astronomYunani yang
meninggal pada abad ke-13.
5. Abu Rayian al-Biruni dalam Tahdad Hikayah Al-Makan.
Ia adalah penemu persamaan sinus dan menyusun sebuah ensiklopedi Astronomi
Al-Qanan Al-Mas'adiy, di dalamnya ia memperkenalkan istilah-istilah ilmu
Astronomi (falak) seperti zenith, ufuk, nadir, memperbaiki temuan Ptolemeus, dia
juga mendiskusikan tentang hipotesis gerak bumi. Ia menuliskan bahwa bumi itu
bulat dan mencatat “daya tarik segala sesuatu menuju pusat bumi”, dan mengatakan
bahwa data astronomis dapat dijelaskan juga dengan menganggap bahwa bumi
berubah setiap hari pada porosnya dan setiap tahun sekitar matahari.
6. Ibnu Sina, Ar-Razi, dan Abdul Qasim al-Zahrawi
Dalam bidang pengobatan dan kedokteran, peradaban Islam mencatatkan
sejarah yang gemilang, hal ini disebabkan karena pengobatan sangat erat kaitannya
dengan agama (Nasr 1976) . Berbagai bidang dalam ilmu pengobatan dan kedokteran
dipelajari, seperti ilmu obat-obatan, ilmu bedah, ophtamology, internal medicine,
hygiene dan kesehatan masyarakat, anatomi dan fisiology, bahkan dalam Islam
terdapat disiplin ilmu yang khas yang disebut dengan “Tib an-Nabawy” atau
“pengobatan cara Nabi”. Sebagai contoh, misalnya karya monumental Ibnu Sina al-
Qanun fi at-Tib yang merupakan buku teks bagi bagi pendidikan kedokteran di Eropa
selama beratus-ratus tahun sebelum mereka mengalami kebangkitan sains. Dalam
bidang ilmu bedah ada tokoh ilmu bedah Abdul Qasim al-Zahrawi dengan karya ilmu
bedahnya Kitab al-ta’rif (The book of concession), ia juga menciptakan berbagai alat

7
bedah yang masih digunakan para dokter bedah hingga saat ini. Dua ahli kedokteran
ar-Razi (865-925) atau Rhazes dan Ibn Sina (980-1037) adalah pelopor dalam bidang
penyakit menular. Ar-Razi telah mempelopori penemuan ciri penyakit menular dan
memberikan penanganan klinis pertama terhadap penyakit cacar, dan Ibn Sina adalah
salah satu pelopor yang menemukan penyebaran penyakit melalui air.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada uraian pembahasan yang telah kami sampaikan dalam bab-bab sebelumnya,
maka kami akan menyajikan kesimpulan yang kami peroleh yaitu yang pertama konsep
sains dalam islam, jika dibandingkan dengan sains dalam pengertian barat, istilah sains
dalam islam ini sangatlah berbeda. Sains di barat memahami bahwa sains sebagai satu-
satunya ilmu dan agama di sisi lain sebagai keyakinan. Artinya ada pemisahan antara sains
dengan agama. Sedangkan dalam dunia islam ilmu merupakan satu kesatuan dengan agama,
sebab agama juga merupakan ilmu, yang berarti Islam disiplin agama merupakan sains.

Pada ayat yang pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT
memrintahkan manusia untuk membaca. Ayat ini mengandung makna yang luas. Ayat ini
memerintahkan manusia untuk mempelajari, mengkaji, dan meneliti ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan perintah ini lah banyak tokoh-tokoh dan ilmuwan Islam yang
berkontribusi dalam perkembangan dunia sains.

Beberapa tokoh saintis islam yang terkenal yaitu Ibnu Qatir yang berkontribusi dalam
bidang fisika dan astronomi, Zainuddin Abdurrahman ibn Muiammad ibn al-Muhallabi al-
Miqati dalam bidang astronomi dan merupakan penemu jam matahari, Ahmad bin Majid
yang berkontribusi dalam pembuatan kompas, Abdurrahman Al-Khazini seorang penemu
jam air sebagai alat pengukur waktu, Abu Rayian al-Biruni seorang penemu persamaan
sinus dan menyusun sebuah ensiklopedi Astronomi Al-Qanan Al-Mas'adiy, Ibnu Sina dan
ar-Razi pelopor dalam bidang penyakit menular, dan Abdul Qasim al-Zahrawi dalam
bidang ilmu bedah.

B. SARAN
Pembahasan dalam makalah yang kami susun ini memang jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami mengharap kepada pembaca agar mencari Referensi dan Buku Bacaan
yang mendukung terhadap pembahasan yang mendukung mengenai “Sains dalam Tradisi
Islam” dan kami sangat mengharap saran dan kritikannya yang tak lain hal tersebut kami
butuhkan untuk memperbaiki makalah selanjutnya, kami ucapkan terima kasih, semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad, Peradaban Sains Dalam Islam, Kemenag Sumatera Selatan, hlm 5-
9.

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib al-Attas. Prolegomena To The Metaphysics of Islam.


ISTAC. hlm. 133-134)

Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dan Filsafat Sains, terj. Islam and Philosophy of
Science,penerjemah Saiful Muzani, (Jakarta: Mizan, cetakan pertama, 1995), h. 27

Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Al-Qur’an Yang Terlupakan, (Jakarta:


Mizan, cetakan ke-3, 2017), h. 188.

Jailani, I. A. (2018). Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Perkembangan Sains Modern,


Jurnal Theologia, 29 (1), 165-168.

Muhtar, F. (2014). Abu Abdullah Ibn Musa Al-Khawarizmi. Jurnal Beta, 7 (2), 82-97

Nasrul, F. & Chudzaifah, I. (2019). Pandangan dan Kontribusi Islam dalam


Perkembangan Sains, Jurnal Alfikr, 5(1), 1-8.

Abduh Muhammad, Peradaban Sains dalam Islam, Kemenag Sumatera Selatan.

10

Anda mungkin juga menyukai