Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL TRADISIONAL

DALAM PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL


MODERN

Abstrak
Hukum perdata internasional tradisional mempunyai ciri khasnya
sendiri. Namun hukum pedata internasional selalu dianggap sebagai bidang
hukum yang dinamis dan selalu berkembang menyesuaikan diri pada
perkembangan-perkembangan kebutuhan di dalam masyarakat modern.
Untuk memecahkan persoalan-persoalan yang disebabkan karena
hubungan-hubungan secara ”internasional”, yang memperlihatkan unsur
asing tersebut perlu dikembangkan ilmu hukum yang mengatur hubungan-
hubungan hidup antara warga negara dengan warga negara lain. Semakin
terbukanya hukum perdata internasional, baik karena adanya investasi dari
perusahaan-perusahaan, memungkinkan pula terjadinya hubungan-
hubungan hukum yang mempunyai pengaruh dalam hubungan perdata
internasional yang lain.

Kata kunci: Hukum Perdata Internasional, Modern, Nasional.


PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pengertian hukum perdata internasional sangatlah luas. Secara luas,
yang dimaksud dengan badan hukum yang mengatur interaksi antar negara,
yang meliputi organisasi negara dan non-negara, organisasi internasional,
dan bahkan individu atau perusahaan. Bidang ini dianggap sangat kompleks.
Bahkan bisa menjadi cukup rumit bagi pengacara tidak hanya untuk dapat
memahaminya tetapi juga untuk mengetahui apa yang mereka lakukan
ketika mereka berdebat di depan pengadilan internasional. Diantaranya
adanya hukum perdata internasional tradisional serta hukum perdata
internasional yang sudah berkembang modern. Ini juga hukum keperdataan
maupun non keperdataan yang mengandung unsur melampaui batas-batas
territorial negara dan unsur transnasional yang menjadi pusat perhatian
bidang hukum. Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan
antar individu dalam pergaulan masyarakat. Jika didalam suatu perkara
perdata tersimpul ada unsur asingnya (pihak atau substansi),maka disebut
sebagai Hukum Perdata International (HPI).

RUMUSAN MASALAH
Dari adanya latar belakang diatas, penulis menyimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Mencari sejarah umum mengenai perkembangan HPI dari masa
tradisional sampai masa modern!
2. Mencari pengaruh HPI tradisional dalam perkembangan HPI
modern!

TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami hukum perdata internasional.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Hukum Perdata
Internasional.
3. Untuk mengetahui pengaruh HPI tradisional dalam perkembangan
HPI modern
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Hukum Perdata Internasional (HPI)


Pengertian hukum perdata internasional sangatlah luas. Secara luas,
yang dimaksud dengan badan hukum yang mengatur interaksi antar negara,
yang meliputi organisasi negara dan non-negara, organisasi internasional,
dan bahkan individu atau perusahaan. Bidang ini dianggap sangat kompleks.
Bahkan bisa menjadi cukup rumit bagi pengacara tidak hanya untuk dapat
memahaminya tetapi juga untuk mengetahui apa yang mereka lakukan
ketika mereka berdebat di depan pengadilan internasional. Ada ratusan
badan berbeda yang membentuk bidang ini, dan hampir semuanya
dirancang untuk melakukan hal-hal yang sedikit berbeda. Namun, satu
kesamaan yang mereka miliki adalah bahwa mereka dirancang untuk
menyediakan semacam metode di mana sistem hukum dari berbagai negara
dapat berfungsi secara damai.
Perdagangan internasional merupakan inti dari banyak masalah
hukum internasional. Misalnya, seseorang yang memiliki pabrik di suatu
negara dapat dianggap bersalah karena mencuri dari seseorang di negara
lain. Agar hal ini terjadi, harus ada cara bagi pengadilan atau badan
internasional untuk mengevaluasi klaim masing-masing negara. Ini biasanya
dilakukan melalui proses yang disebut diplomasi. Pada dasarnya, ini terdiri
dari satu pihak berbicara dengan pihak lain tentang klaim hukum yang
terlibat.

Perkembangan Hukum Perdata Internasional


Masa ini adalah masa awal perkembangan hukum perdata
internasional. Wujud nyatanya adalah dengan tampaknya hubungan antara
warga romawi dengan penduduk provinsi atau municipia, dan penduduk
provinsi atau orang asing dengan satu sama lain didalam wilayah kekaisaran
romawi. Dalam hubungan hukum tersebut tentu memiliki sengketa, dan
untuk menyelesaikan sengketa dibentuklah peradilan khusus yang
disebut preator peregrines
Hukum yang digunakan adalah Ius Civile, yaitu hukum yang berlaku bagi
warga Romawi, yang sudah disesuaikan untuk kepentingan orang luar..
Asas HPI yang berkembang pada masa ini:
a.       Asas Lex Rei Sitae ( Lex Situs ) yang berarti perkara-perkara yang
menyangkut benda-benda tidak bergerak tunduk pada hukum dari tempat di
mana benda itu berada/terletak.
b.      Asas Lex Domicilii yang berarti hak dan kewajiban perorangan harus
diatur oleh hukum dari tempat seseorang berkediaman tetap.
c.       Asas Lex Loci Contractus yang berarti bahwa terhadap perjanjian-
perjanjian ( yang melibatkan para pihak-pihak warga dari provinsi yang
berbeda ) berlaku hukum dari tempat pembuatan perjanjian

Pencetus teori HPI modern adalah Freidrich Carl v. Savigny di


Jerman, didahului oleh pemikir ahli hukum Jerman lain, C. G.von Wachter
mengkritik teori statuta (Italia) yang dianggap menimbulkan ketidakpastian
hukum. Ia menolak adanya sifat ekstrateritorial dari suatu aturan karena
adanya aturan yang akan menyebabkan timbulnya kewajiban hukum di
negara asing lainnya. Wachter berasumsi bahwa hukum intern forum hanya
dapat diterapkan pada kasus-kasus hukum lokal saja. Karena itu, dalam
perkara-perkara HPI, forumlah yang harus menyediakan kaidah-kaidah HPI
(choice of law rules) atau yang menentukan hukum apa yang harus berlaku.
Sikap ini dianggap terlalu melebih-lebihkan fungsi forum (dan lex fori)
dalam menyelesaikan perkara HPI. Menurutnya harus dipahami bahwa
perkara-perkara HPI, sebagai suatu hubungan hukum, mulai ada sejak
perkara itu diajukan di suatu forum tertentu. Karena itu forum pengadilan
itulah yang harus dianggap sebagai tempat kedudukan hukum (legal seat)
perkara yang bersangkutan. Selanjutnya, titik tolak pandangan Von Savigny
adalah bahwa suatu hubungan hukum yang sama harus memberi
penyelesaian yang sama pula, baik bila diputuskan oleh hakim di negara A
maupun hakim di negara B. Maka, penyelesaian soal-soal yang menyangkut
unsur-unsur asingpun hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga
putusannya juga akan sama dimana-mana. Satunya pergaulan internasional
akan menimbulkan satu sistem hukum supra nasional, yaitu hukum perdata
internasional. Oleh karena titik tolak berpikir Von Savigny adalah bahwa
HPI itu bersifat hukum supra nasional, oleh karenanya bersifat universal,
maka ada yang menyebut pemikiran Von Savigny ini dengan istilah teori
HPI Universal. Menurut Savigny, pengakuan terhadap hukum asing bukan
semata-mata berdasarkan asas comitas, akan tetapi berpokok pangkal pada
kebaikan atau kemanfaatan fungsi yang dipenuhinya bagi semua pihak
(negara atau manusia) yang bersangkutan.

Pengaruh HPI Tradisional dalam Perkembangan HPI Modern


Perkembangan HPI Modern menghasilkan sistem hukum yang
berubah namun berdampak baik bagi pendekatan legal seat dalam suatu
peristiwa atau hubungan hukum. Dari asas hukum yang bersifat universal
menurut Savigny lalu berkembang menjadi menjadi asas HPI (choice of law
rules) yang menurut pendekatan tradisional menjadi titik taut sekunder atau
penentu yang harus digunakan dalam menentukan Lex Causae.
Menggunakan sebuah asas (yang ditentukan dengan bantuan titik pertautan)
untuk menyelesaikan berbagai perkara HPI sejenis itulah yang kemudian
menjadi pola dasar penyelesaian perkara HPI di dalam sistem Eropa
Kontinental. Menggunakan asas HPI yang bersifat tetap yang ditentukan
dengan bantuan titik-titik taut menjadi pola dasar penyelesaian perkara HPI
di Eropa Kontinental. Teori universal juga sempat menjadi pendekatan di
pengadilan Amerika Serikat yang ditokohi Joseph H.Beale yang dikenal
dengan restatement of conflict of laws. Beale berpendapat lokasi dari satu
titik penentu dalam sebuah transaksi seharusnya menunjukan tempat atau
negara yang sistem hukumnya harus diberlakukan atas transaksi tersebut.
Conflict of laws Amerika Serikat sejalan dengan pendekatan
multilateralistik Savigny, namun memperoleh banyak kritikan sehingga
pendekatan Beale mengawali perubahan-perubahan drastic dalam
perkembangan conflict of laws di Amerika Serikat sehingga sering kali
disebut dengan conflict of law revolution.

Kesimpulan
Menggunakan sebuah asas (yang ditentukan dengan bantuan titik
pertautan) untuk menyelesaikan berbagai perkara HPI sejenis itulah yang
kemudian menjadi pola dasar penyelesaian perkara HPI di dalam sistem
Eropa Kontinental, menjadikan pengaruh HPI tradisional dalam
perkembangan HPI modern. Asas hukum yang bersifat universal menurut
Savigny itulah yang berkembang menjadi asas HPI (choice of law rules)
yang menurut pendekatan tradisional menjadi titik taut sekunder atau
penentu yang harus digunakan dalam menentukan Lex Causae.

Referensi
Basuki, Z. D., Oppusunggu, Y. U., & Penasthika, P. P. (2014).
Hukum Perdata Internasional.
Gautama, Sudargo. (1987). Pengantar Hukum Perdata Internasional
Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
Hardjowahono, B. S. (2013). Dasar-dasar hukum perdata
internasional, buku 1.
Hardjowahono, Bayu Seto. (2013). Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Seto, B. (1992). Dasar-dasar hukum perdata internasional. Citra
Aditya Bakti.
Suparman, Eman. (2018). Hukum Perselisihan ("Conflictenrecht"):
Pertautan Sistem Hukum dan Konflik Kompetensi dalam Pluralisme Hukum
Bangsa Pribumi. Kencana.
Tempo. (2018, 7 Agustus). Tiga Kasus Sengketa Dagang Indonesia
yang Berakhir di Meja WTO. Diakses 10 November 2018.
https://bisnis.tempo.co/read/1114737/tiga-kasus-sengketa-dagangindonesia-
yang-berakhir-di-meja-wto
Tutik, D. T. T. (2015). Hukum Perdata dalam Sistem Hukum
Nasional. Kencana.

Anda mungkin juga menyukai