Anda di halaman 1dari 5

Nama : HANANTO SETYO NUGROHO

NIM : 160710101473
Kelas : G

SEJARAH & PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Secara umum sejarah perkembangan hukum perdata internasional terbagi atas :

I. Masa Kekaisaran Romawi (abad ke 2 sampai dengan abad ke 6 )


Masa Kekaisaran Romawi dapat dianggap sebagai awal perkembangan Hukum Perdata
Internasonal. Pada masa ini pola hubungan internasional dalam wujud sederhana sudah mulai
tampak dengan adanya hubungan-hubungan antara : Warga (cives) Romawi dengan
penduduk propinsi-propinsi atau Municipia (untuk wilayah di Italia, kecuali Roma) yang
menjadi bagian dari wilayah kekaisaran karena pendudukan. Penduduk asli propinsi-propinsi
ini dianggap sebagai orang asing, dan ditundukkan pada hukum mereka sendiri. Penduduk
propinsi atau orang asing yang berhubungan satu sama lain di wilayah kekaisaran Romawi,
sehingga masing-masing pihak dapat dianggap sebagai subjek hukum dari beberapa
yurisdiksi yang berbeda.

Untuk menyelesaikan sengketa dalam hubungan-hubungan tersebut, dibentuk peradilan


khusus yang disebut Praetor Peregrinis. Yang diberlakukan oleh hakim Praetor Peregrinis
adalah hukum yang dibuat untuk para cives Romawi, yaitu Ius Civile, tetapi yang telah
disesuaikan untuk kebutuhan pergaulan “antar bangsa”, yang kemudian berkembang menjadi
Ius Gentium. Ius Gentium terdiri dari :
 Ius Privatuum, mengatur persoalan-persoalan hukum orang-perorangan.
Ius Privatuum inilah yang menjadi cikal bakal Hukum Perdata Internasional yang
berkembang dalam tradisi Eropa Kontinental.
 Ius Publicum, mengatur persoalan-persoalan kewenangan negara sebagai kekuasaan
publik.
Ius Publicum berkembang menjadi sekumpulan asas dan kaidah hukum yang
mengatur hubungan antara Kekaisaran Romawi dengan negara-negara lain (cikal
bakal Hukum Internasional Publik).

Prinsip Hukum Perdata Internasional pada masa ini dilandasi asas teritorial, artinya perkara-
perkara yang menyangkut warga-warga propinsi tunduk pada Ius Gentium sebagai bagian
dari hukum kekaisaran. Asas-asas Hukum Perdata Internasional yang tumbuh dan
berkembang pada masa ini dan menjadi asas-asas penting Hukum Perdata Internasional
modern :
a. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs)
Perkara-perkara yang menyangkut benda-benda tidak bergerak (immovable) tunduk
pada hukum dari tempat benda itu berada / terletak.
b. Asas Lex Domicili
Hak dan kewajiban perorangan harus diatur oleh hukum dari tempat seseorang
berkediaman tetap.
c. Asas Lex Loci Contractus
Terhadap perjanjian-perjanjian berlaku hukum dari tempat pembuatan perjanjian.

II. Masa Pertumbuhan Asas Personal Hukum Perdata Internasinal (abad ke 6


sampai dengan abad ke 10)

Pada akhir abad ke-6 Kekaisaran Romawi ditaklukkan oleh bangsa-bangsa barbar dari
wilayah-wilayah bekas propinsi-propinsi jajahan Romawi. Wilayah bekas jajaran Romawi
diduduki oleh pelbagai suku bangsa yang dibedakan secara genealogis dan bukan territorial.
Masing-masing suku bangsa memberlakukan kaidah-kaidah hukum adat, hukum personal,
hukum keluarga serta hukum agama mereka. Dalam menyelesaikan sengketa antar suku
bangsa, ditetapkan terlebih dahulu sistem-sistem hukum adat mana yang relevan dengan
perkara, kemudian baru dipilih hukum mana yang harus diberlakukan. Tumbuh beberapa
prinsip Hukum Perdata Internasional yang dibuat atas dasar asas Genealogis :
Asas umum yang menetapkan bahwa dalam setiap proses penyelesaian hukum, maka hukum
yang digunakan adalah hukum dari pihak tergugat; Penetapan kemampuan untuk membuat
perjanjian bagi seseorang harus dilakukan berdasarkan hukum personal dari masing-masing
pihak; Proses pewarisan harus dilangsungkan berdasarkan hukum personal dari pihak
pewaris; Peralihan hak atas benda harus dilaksanakan sesuai dengan hukum dari pihak
transferor; Penyelesaian perkara tentang Perbuatan Melawan Hukum harus dilakukan
berdasarkan hukum dari pihak pelaku perbuatan yang melanggar hukum; Pengesahan suatu
perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum dari pihak suami.

III. Pertumbuhan Asas Teritorial (abad ke 11 - 12 M)


Pertumbuhan asas personal genealogis semakin sulit untuk dipertahankan mengingat
terjadinya transformasi struktur masyarakat yang semakin condong ke arah masyarakat yang
teritorialistik di seluruh wilayah Eropa.

Dua Kawasan Eropa yang sangat mencolok proses transformasinya :


 Pertumbuhan di Eropa Utara
Di kawasan ini (Jerman, Prancis, Inggris) masyarakat bertransformasi menjadi
masyarakat teritorialistik melaui tumbuhnya kelompok-kelompok feodalistik. Unit-
unit masyarakat yang berada di bawah kekuasaan feodal (tuan-tuan tanah) cenderung
memberlakukan hukum mereka secara eksklusif. Tidak ada pengakuan terhadap hak-
hak asing dan tidak ada perkembangan Hukum Perdata Internasional yang berarti.
 Pertumbuhan di Eropa Selatan
Transformasi berlangsung ke arah masyarakat teritorialistik disebabkan oleh
pertumbuhan kota-kota perdagangan di Italia. Dasar ikatan manusia dikarenakan
tempat kediaman di kota yang sama.
Asas-asas hukum yang digunakan untuk menjawab perkara-perkara hukum perselisihan
antara kota inilah yang dianggap sebagai pemicu tumbuhnya teori Hukum Perdata
Internasional yang penting, yang dikenal dengan sebutan teori Statuta.

IV. Pertumbuhan Teori Statuta (abad ke 13 - 15)

Semakin meningkatnya intensitas perdagangan antar kota di Italia menyebabkan asas


teritorial perlu ditinjau kembali. Misalnya : Seorang warga Bologna yang berada di Florence,
dan mengadakan perjanjian di Florence. Karena berdasarkan prinsip teritorial, selama ia
berada di kota Florence ia harus tunduk pada kewenangan hukum di kota Florence.
Pemasalahannya :
 Sejauh mana putusan hukum atau hakim Florence memiliki daya berlaku di Bologna ?
 Sejauh mana perjanjian jual beli tersebut dapat dilaksanakan di Bologna ?
Di abad ke-14 s/d abad ke-15 penafsiran dan penyempurnaan terhadap kaidah-kaidah hukum
di dalam Corpus Iuris dilakuakn khusus untuk membangun asas-asas hukum yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan persoalan hukum perselisihan (antarkota). Hal ini dilakukan
oleh kelompok Post Glossators, dengan memusatkan perhatian pada upaya mencari dasar
hukum baru untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang melibatkan kewenangan
hukum dari dua atau lebih kota, dalam hal ini Muncul teori Statuta.

Dasar-dasar Teori Statuta


Tumbuhnya teori statuta diawali oleh seorang tokoh Post Glassator : Accursius yang
mengatakan:

“Bila seseorang yang berasa dari kota tertentu di Italia, digugat di sebuah kota lain,
maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum dari kota lain itu, karena ia bukan subjek
hukum dari kota lain itu”.

 Gagasan Accursius menarik perhatian Bartolus de Sassoferato (Bapak Hukum Perdata


Internasional).
 Bartolus mencetuskan Teori Statuta, yang dianggap sebagai teori pertama yang
mendekati persoalan-persoalan hukum perselisihan secara metodik dan sistematik.

Upaya yang dilakukan oleh Bartolus :


a. Mengembangkan asas2 yang dapat digunakan secara praktis untuk mementukan
wilayah berlaku dari setiap aturan hukum yang berlaku di sebuah kota di Italia.
b. Mengklasifikasi tentang jenis-jenis hubungan atau persoalan hukum apa saja yang
mungkin dimasukkan ke dalam lingkup berlaku statuta2 sebuah kota.
c. Menyimpulkan apakah statuta dari sebuah kota di Italia :
- dapat diberlakukan juga bagi orang-orang yang bukan warga kota yang
bersangkutan?
- dapat memiliki daya berlaku juga di wilayah kota yang bersangkutan (ekstra-
teritorialitas)
Kesimpulan Teori Statuta :
1. Statuta-statuta suatu kota dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok :
a. Statuta Personalia
Statuta-statuta yg berkenaan dengan kedudukan hukum atau status personal orang
b. Statuta Realia
Statuta-statuta yang berkenaan dengan status benda.
c. Statuta Mixta

2. Statuta-statuta yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan hukum.


Setiap jenis statuta dapat ditentukan ruang lingkup atau wilayah berlakunya secara tepat,
yaitu :
A. Statuta Personalia
 Objek pengaturan : orang dalam persoalan-persoalan hukum yang menyangkut
pribadi dan keluarga.
 Lingkup berlaku : ekstra-teritorial, berlaku juga di luar wilayah.
 Statuta personalia hanya berlaku terhadap warga kota yang berkediaman tetap di
wilayah kota yang bersangkutan, namun statuta ini akan tetap melekat dan berlaku
atas mereka, diamana pun mereka berada.
B. Statuta Realia
 Objek pengaturan : benda dan status hukum dari benda.
 Lingkup berlaku : prinsip territorial, hanya berlaku di dalam wilayah kota kekuasaan
penguasa.
C. Statuta Mixta
 Ojek pengaturan : perbuatan-perbuatan hukum oleh subjek hukum atau perbuatan-
perbuatan hukum terhadap benda-benda.
 Lingkup berlaku : prinsip teritorial, berlaku atas semua perbuatan hukum yang terjadi
atau dilangsungkan dalam wilayah pengusaan kota.
 Statuta ini berlaku terhadap siapa saja (warga kota ataupun pendatang / orang asing)
yang berada di wilayah kota yang bersangkutan.

Penggunaan Teori Statuta dalam Hukum Perdata Internasional

Pembedaan ke dalam statuta Personalia, Realia, dan Mixta tidak lagi dilihat sebagai hukum
yang mengatur suatu kota akan tetapi sebagai kategori untuk mengkualifikasikan pokok
perkara yang sedang dihadapi dan kemudian digunakan sebagai titik tolak untuk menentukan
lex cause. Statuta ini akan tetap berlaku terhadap siapa saja (warga kota ataupuan pendatang
atau orang asing) yang berada dalam teritorial yang bersangkutan. Dalam menentukan Lex
Cause, maka bila perkara dikualifikasikan sebagai perkara tentang:
 Status benda, maka lex causenya adalah hukum dari tempat dimana benda terletak /
berada (lex situs).

Dalam perkembangan Hukum Perdata Internasional, asas di atas hanya cocok untuk benda
tidak bergerak (immovables). Sedang untuk benda-benda bergerak digunakan asas lain, yaitu
Mobilia Sequntuur Personam, yaitu mengenai benda-benda bergerak maka hukum yang
mengatur adalah hukum dari tempat pemilik benda bergerak tersebut.
 Status orang / badan hukum, maka lex cause yang harus digunakan adalah hukum dari
tempat dimana orang atau subjek hukum itu berkediaman tetap (lex domicili) (atau
berkewarganegaraan / Lex patriae).
 Status perbuatan-perbuatan hukum, maka lex cause-nya adalah hukum dari tempat
dimana perbuatan itu dijalankan (lex loci actus).

Contoh :
1. Misalkan A berasal dari kota Milan, berdasarkan statuta Milan melakukan transaksi
jual beli dengan B dari Venesia. Objek jual beli adalah sebidang tanah di kota Roma.
Bila timbul perkara tentang status pemilikan tanah di Roma tersebut, bagaimana
penyelesaiakn menurut teori statuta?
Perkara akan dikualifikasi sebagai perkara realia, perkara ini harus diselesaikan berdasarkan
hukum tanah Roma.

2. Misal C adalah warga yang berkediaman tetap di kota Genoa. Di kota ini, C dianggap
sebagai orang yang sudah mampu melakukan perbuatan hukum secara mandiri.
Namun dimikian di kota Florence, karena kaidah-kaidah hukum yang berbeda, C
dianggap belum mampu melakukan perbuatan hukum sendiri. Seandainya pekara ini
dipersoalkan di Pengadilan Florence, maka bagaimana penyelesaian berdasarkan teori
statuta ?
Perkara akan dikualifikasi sebagai perkara Personalia, dan status personal C akan ditentukan
berdasarkan hukum Genoa sebagai Lex Cause.

Perkembangan Teori Statuta

Perkembangan Teori Statuta Di Perancis (Abad 16 M)


Struktur kenegaraan prancis pada abad ini, mendorong untuk mempelajari hubiungan
perselisihan secara intensif. Para ahli hukum pernacis berusaha menjalanindan memodifikasi
teori statuta italkia dan menerapkannya dalam konflik antar propinsi diprancis.

Teori Statuta Belanda (Abad 17 M)


Prinsip dasar yang dijadikan pedoman adalah kedaulatan eksklusif negara. Statuta yang
dimaksud adalah negara yang berlaku dalam teritorial di suatu negara.

Teori Hukum Perdata Internasional Universal (Abad 19 M)


Dicetuskan oleh Fredrich Carl V. Savigny dijerman. Dengan mengembangkan pemikiran-
pemikiran dari ahli hukum jerman lain (C.G. Von Wachter). Inti pemikiran C.G. Von
Wachter yaitu meninggalkanklasifikasi alat statuta dan memusatkan perhatian pada
penetapan hukum yangberlaku terhadap hubungan hukum (legal Relationship) tertentu.
Intinya penentuan hukumyang harus diberlakukan dalam perkara Hukum Perdata
Internasional sebenarnya adalah hukum dari tempat yang merupakan legal seat (tempat
kedudukan)

Anda mungkin juga menyukai