NIM : 160710101473
Kelas : G
Prinsip Hukum Perdata Internasional pada masa ini dilandasi asas teritorial, artinya perkara-
perkara yang menyangkut warga-warga propinsi tunduk pada Ius Gentium sebagai bagian
dari hukum kekaisaran. Asas-asas Hukum Perdata Internasional yang tumbuh dan
berkembang pada masa ini dan menjadi asas-asas penting Hukum Perdata Internasional
modern :
a. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs)
Perkara-perkara yang menyangkut benda-benda tidak bergerak (immovable) tunduk
pada hukum dari tempat benda itu berada / terletak.
b. Asas Lex Domicili
Hak dan kewajiban perorangan harus diatur oleh hukum dari tempat seseorang
berkediaman tetap.
c. Asas Lex Loci Contractus
Terhadap perjanjian-perjanjian berlaku hukum dari tempat pembuatan perjanjian.
Pada akhir abad ke-6 Kekaisaran Romawi ditaklukkan oleh bangsa-bangsa barbar dari
wilayah-wilayah bekas propinsi-propinsi jajahan Romawi. Wilayah bekas jajaran Romawi
diduduki oleh pelbagai suku bangsa yang dibedakan secara genealogis dan bukan territorial.
Masing-masing suku bangsa memberlakukan kaidah-kaidah hukum adat, hukum personal,
hukum keluarga serta hukum agama mereka. Dalam menyelesaikan sengketa antar suku
bangsa, ditetapkan terlebih dahulu sistem-sistem hukum adat mana yang relevan dengan
perkara, kemudian baru dipilih hukum mana yang harus diberlakukan. Tumbuh beberapa
prinsip Hukum Perdata Internasional yang dibuat atas dasar asas Genealogis :
Asas umum yang menetapkan bahwa dalam setiap proses penyelesaian hukum, maka hukum
yang digunakan adalah hukum dari pihak tergugat; Penetapan kemampuan untuk membuat
perjanjian bagi seseorang harus dilakukan berdasarkan hukum personal dari masing-masing
pihak; Proses pewarisan harus dilangsungkan berdasarkan hukum personal dari pihak
pewaris; Peralihan hak atas benda harus dilaksanakan sesuai dengan hukum dari pihak
transferor; Penyelesaian perkara tentang Perbuatan Melawan Hukum harus dilakukan
berdasarkan hukum dari pihak pelaku perbuatan yang melanggar hukum; Pengesahan suatu
perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum dari pihak suami.
“Bila seseorang yang berasa dari kota tertentu di Italia, digugat di sebuah kota lain,
maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum dari kota lain itu, karena ia bukan subjek
hukum dari kota lain itu”.
Pembedaan ke dalam statuta Personalia, Realia, dan Mixta tidak lagi dilihat sebagai hukum
yang mengatur suatu kota akan tetapi sebagai kategori untuk mengkualifikasikan pokok
perkara yang sedang dihadapi dan kemudian digunakan sebagai titik tolak untuk menentukan
lex cause. Statuta ini akan tetap berlaku terhadap siapa saja (warga kota ataupuan pendatang
atau orang asing) yang berada dalam teritorial yang bersangkutan. Dalam menentukan Lex
Cause, maka bila perkara dikualifikasikan sebagai perkara tentang:
Status benda, maka lex causenya adalah hukum dari tempat dimana benda terletak /
berada (lex situs).
Dalam perkembangan Hukum Perdata Internasional, asas di atas hanya cocok untuk benda
tidak bergerak (immovables). Sedang untuk benda-benda bergerak digunakan asas lain, yaitu
Mobilia Sequntuur Personam, yaitu mengenai benda-benda bergerak maka hukum yang
mengatur adalah hukum dari tempat pemilik benda bergerak tersebut.
Status orang / badan hukum, maka lex cause yang harus digunakan adalah hukum dari
tempat dimana orang atau subjek hukum itu berkediaman tetap (lex domicili) (atau
berkewarganegaraan / Lex patriae).
Status perbuatan-perbuatan hukum, maka lex cause-nya adalah hukum dari tempat
dimana perbuatan itu dijalankan (lex loci actus).
Contoh :
1. Misalkan A berasal dari kota Milan, berdasarkan statuta Milan melakukan transaksi
jual beli dengan B dari Venesia. Objek jual beli adalah sebidang tanah di kota Roma.
Bila timbul perkara tentang status pemilikan tanah di Roma tersebut, bagaimana
penyelesaiakn menurut teori statuta?
Perkara akan dikualifikasi sebagai perkara realia, perkara ini harus diselesaikan berdasarkan
hukum tanah Roma.
2. Misal C adalah warga yang berkediaman tetap di kota Genoa. Di kota ini, C dianggap
sebagai orang yang sudah mampu melakukan perbuatan hukum secara mandiri.
Namun dimikian di kota Florence, karena kaidah-kaidah hukum yang berbeda, C
dianggap belum mampu melakukan perbuatan hukum sendiri. Seandainya pekara ini
dipersoalkan di Pengadilan Florence, maka bagaimana penyelesaian berdasarkan teori
statuta ?
Perkara akan dikualifikasi sebagai perkara Personalia, dan status personal C akan ditentukan
berdasarkan hukum Genoa sebagai Lex Cause.