Anda di halaman 1dari 35

SEJARAH PERKEMBANGAN HPI

KULIAH : KE 3
SEJARAH PERKEMBANGAN HPI
1. ZAMAN ROMAWI (ABAD KE 2 – 6)
2. MASA PERTUMBUHAN ASAS PERSONAL
( ABAD KE KE 6 – 10 )
3. MASA PERTUMBUHAN PRINSIP TERITORIAL (ABAD
KE 11 - 12)
4, MASA PERKEMBANGAN TEORI STATUTA DI ITALIA
(ABAD KE 13 – 15)
5. TEORI STATUTA DI PERANCIS
(ABAD KE 16)
6. TEORI STATUTA DI NEGERI BELANDA
( ABAD KE 17 – 18 )
7. TEORI HPI UNIVERSAL ( ABAD 19 )
1. ZAMAN ROMAWI
(ABAD KE 2 – 6)
• Zaman Kekaisaran Romawi, dapat dianggap sebagai awal
perkembangan HPI
• Pada zaman ini, ada suatu Peradilan Khusus utk menyelesaikan
sengketa antara warga (cives) Romawi dengan penduduk kota-kota
di provinsi (Yg dianggap orang asing) . Peradilan khusus itu
dinamakan “Praetor Peregrinis”.
• Dasar Peradilan khusus : Ius Civile yang diadaptasi dengan pergaulan
Internasional, selanjutnya disebut Ius Gentium yang terdiri dari :
a. Ius Privatum (inilah yang berkembang menjadi HPI) dan
b. Ius Publicum (Ini berkembang menjadi Hk.Internasional
Publik).
Prinsip Hukum yg dpt dianggap sbg prinsip HPI pd waktu ini, dilandasi
oleh Prinsip Teritorial. Artinya, utk perkara yg menyangkut
hubungan hukum antar warga propinsi (Yg dianggap orang asing itu)
akan ditundukan kpd Ius Gentium sebagai bagian dari Hukum
Kekaisaran Romawi.
.
ASAS ASAS HPI ROMAWI
1. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs)
yang menyatakan bahwa hukum yang harus diberlakukan atas suatu
benda tdk bergerak adalah hukum di tempat benda itu berada.
Penetapan azas ini hanya thd benda tetap saja. Sekarang penetapan
azas ini sdh tdk wajar lagi, karena semakin tingginya mobilitas benda-
benda ttt. Maka azas yg tepat saat sekarang adalah azas personal.
2. Asas Lex loci Contranctus
yang menyatakan bahwa terhadap perjanjian perjanjian (yang
bersifat HPI) berlaku kaidah-kaidah hukum dari tempat pembuatan
perjanjian.
3. Asas Lex Domicili
yang menyatakan bahwa hukum yang mengatur hak serta kewajiban
perorangan adalah hukum dari tempat seseorang
berkediaman tetap.
2. Masa Pertumbuhan Azas Personal
(Abad ke 6 - 10)
• Pada abad ke 6 kekaisaran Romawi ditaklukkan
bangsa Barbar dari Eropah.
• Bekas daerah kekuasaan Romawi diduduki oleh
berbagai suku bangsa yang satu sama lain berbeda
secara geneologis.
• Kedudukan Ius Civil menjadi kurang penting,
masing masing suku bangsa memberlakukan hukum
personal, hk adat, hk keluarga serta hk agama
mereka.
lanjutan
• Dalam menyelesaikan sengketa yang
menyangkut dua suku yang berbeda
ditentukan oleh kaidah-kaidah hukum adat
masing-masing untuk kemudian ditentukan
hukum adat mana yang akan diberlakukan.
• Cara penyelesaian seperti itu melahirkan asas
personal.
2. ASAS PERSONAL
(Abad 6 – 10)
• Asas yang menetapkan bahwa Hukum yang berlaku dalam suatu
perkara adalah Hukum personal dari pihak tergugat.
• Azas yg menyatakan untuk membuat perjanjian ditentukan oleh
hukum masing-masing pihak.
• Asas yang menyatakan bahwa kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum seseorang ditentukan oleh Hukum personal orang
tersebut atau kapasitas para pihak dalam suatu perjanjian harus
ditentukan oleh hukum personal dari masing masing pihak.
• Asas yang menetapkan bahwa masalah pewarisan diatur
berdasarkan asas personal dari si pewaris.
• Azas Personal untuk Peralihan milik suatu benda hrs dilakukan sesuai
dg hukum pihak transferor.
• Pengesahan suatu perkawinan harus dialkukan berdasarkan hukum
personal sang suami
3. Pertumbuhan Azas Teritorial
(Abad 11 – 12 )
• Di Eropah, azas Personal Geneologis semakin sulit
dipertahankan, karena terjadinya formasi struktur masy, yg
condong kpd masy teritorialistik.
• Masyarakat di Eropa dibedakan dalam 2 region yaitu :
1. Eropa Utara :
Feodalistis, khususnya di
wilayah inggris, Prancis dan Jerman.
Semakin banyak penguasa tanah (landlords) yang
berkuasa dan memberlakukan hukum mereka
terhadap semua orang dan semua hubungan
hukum yang berada di wilayahnya.
2. Eropa Bagian Selatan
• Di Italia tumbuh kota perdagangan seperti Florencia, Pisa,
Perugia venetia, Milan, Padua, Genoa, yang merupakan
kota perdagangan yang otonom dengan :
- batas – batas teritorial sendiri
- sistem hukum lokal sendiri yang berlainan satu
sama lain dan berbeda pula dari hukum Romawi
dan Lombardi yang berlaku umum di Italia.
- Keanekaragaman (diversity) sistem-sistem hukum lokal
(municipal Law) ini seringkali menimbulkan problem
tentang pengakuan terhadap hukum dan hak-hak asing
(kota lain) di dalam wilayah suatu kota. Situasi ini
merupakan cikal bakal dari kaidah-kaidah HPI.
- Hukum yg digunakan dlm perselisihan antar kota ini, yg
dianggap sbg pemicu tumbuhnya teori HPI yg penting, yaitu
- dikenal dg teori Teritorial atau Teori Statuta (abad 13 – 15).
4. TEORI STATUTA DI ITALIA
(Abad ke 13 – 15)
• Teori ini dipelopori oleh kelompok kaum POST
GLOSSATORS, yang mencari hukum baru untuk
mengatur hubungan-hubungan hukum diantara
pihak – pihak yang tunduk pada dua sistem hukum
yang berlainan.
• Menurut Accursius (1228) :
Bila seseorang dari suatu kota tertentu dituntut
secara hukum di suatu kota lain, maka ia tidak
dapat diadili berdasarkan hukum di kota lain itu.
Karena dia bukan subjek hukum dari kota lain tsb...
lanjutan
• Bartolus de Sassoferrato (1314-1357) berusaha
mengembangkan asas-asas untuk menentukan
wilayah berlaku di setiap aturan hukum yang
berlaku dengan pertanyaan utama, yaitu :
Hubungan-hubungan hukum apa sajakah yang
dapat dimasukkan ke dalam lingkup pengaturan
suatu hukum ?
• Ini merupakan awal dari perkembangan TEORI
STATUTA.
Pengertian Statuta
• Adalah : semua kaidah hukum lokal yang berlaku dan
menjadi ciri khas suatu kota (di Italia) yang berbeda dari
kaidah – kaidah hukum umum yang berlaku di seluruh
Italia.
• Teori statuta yang dikembangkan oleh Bartolus dan Post
Glassators dimaksudkan untuk menyelesaikan perkara-
perkara yang menyangkut perselisihan :
- antara kaidah-kaidah hukum lokal dari berbagai
kota di Italia.
- antara kaidah-kaidah hukum lokal dengan kaidah
hukum umum.
Jenis-Jenis Statuta
• berdasarkan lingkup berlakuknya, maka statuta
terbabagi menjadi 3 jenis/kelompok, yaitu :
1. statuta Realia
2. Statuta Personalia
3. Statuta Mixta.
 Teori Statuta yg dikembangkan oleh Bortalus hanya
2 saja (Statuta Realia dan Statuta Personalia).
Sedangkan Teori Statuta Mixta adalah jenis ke tiga
yg dilengkapi oleh para ahli Post Glosators lainnya
karena dianggap sesuai dg kebutuhan.
1. STATUTA REALIA
• Yaitu Statuta yang berkenaan dengan benda,
• berasaskan territorial. Artinya hanya berlaku di
dalam daerah penguasa yang
memberlakukannya.
• Menurut Graveson, statuta Realia terutama
berkenaan dengan benda dan hanya diberlakukan
di dalam batas-batas territorial hukumnya
sendiri, namun berlaku bagi setiap orang yang
melakukan transaksi di dalaam batas-batas
wilayah itu.
2. STATUTA PERSONALIA
• Yaitu : statuta yang berkenaan dengan orang
dalam peristiwa -peristiwa hukum yang
menyangkut pribadi dan keluarga.
• Ditinjau dari lingkup berlakunya, kaidah-kaidah
hukum yang dikategorikan ke dalam Statuta
Personalia hanya berlaku terhadap orang yang
berkediaman tetap di wilayah penguasa yang
memberlakukan statuta itu, dan tetap berlaku
terhadap orang itu meskipun ia sedang berada di
wilayah/yurisdiksi negara lain.
3. STATUTA MIXTA

• Yaitu :kaidah – kaidah hukum yang lebih banyak


berkenaan dengan perbuatan – perbuatan
hukum daripada suatu subjek hukum atau suatu
benda.
• Kaidah-kaidah hukum yang dikategorikan statuta
mixta ini berlaku terhadap semua perbuatan
atau peristiwa yang dilakukan/terjadi di dalam
wilayah penguasa yang memberlakukan statuta
itu, walaupun perbuatan itu menimbulkan
tuntutan hukum dari subjek hukum perdata
negara lain.
Metode Berpikir HPI Berdasarkan Teori Statuta
Dalam menentukan Lex Causae = Hk yg dipilih), jika perkara
dikualifikasikan sbg perkara tentang ;
1. Persoalan Statuts Benda, maka kedudukan hukum benda
itu harus diatur berdasarkan Statuta Realia dari tempat
di mana benda berada.
Hal ini hanya berlaku terhadap benda tetap, sedangkan
untuk benda-benda bergerak tunduk pada asas Mobilla
Sequntuur Personam (status benda bergerak mengikuti
status personal orang yg menguasai benda itu).
Contoh : jual beli antara A dari Milan dan B dari Venesia,
yang objeknya adalah sebidang tanah di Genoa, maka
statuts peralihan hak dan status pemilikan tanah itu harus
diatur berdasarkan kaidah Statuta Realia dari Genoa.
lanjutan
2. Persoalan Status personal seseorang, maka status
personal orang itu harus diatur berdasarkan statuta
personalia dari tempat dimana orang tersebut
berkediaman tetap.
(asas Lex Domicili).
misalnya : A berasal dari kota Milan, di Milan ia
dianggap sebagai orang yang mampu melakukan
perbuatan hukum sendiri. Namun kalau sekiranya A
berada di kota Venesia, disini kemampuan orang untuk
melakukan perbuatan hukum diatur dengan cara yang
berbeda (di Venesia A dianggap belum mampu
melakukan perbuatan hukum sendiri). Tetapi karena A
dari Milan, maka yang harus digunakan untuk menilai
kemampuan A adalah Statuta Milan.
Lanjutan
3. Persoalan ttg Status Perbuatan-perbuatan Hukum, maka
hukum yg hrs diperlakukan sbg Lex Causae adalah Hukum
dari Tempat di mana perbuatan hukum itu dijalankan (Lex
Loci Actus). Hal ini berlaku, baik utk perbuatan yg tdk
melanggar hukum maupun yg melanggar hukum (Trots
atau onrechtmatigedaad).
Contoh :
A WNI, ketika berada di Perancis dia mlkkn prbtn mrugikan
B (WN Perancis). B menuntut ganti rugi di PN Perancis. Sbg
perkara Mixta PN Perancis, akan menetapkan apakah A
telah melakukan perbuatan melawan hukum ? B berhak
atas ganti rugi ? Dlm hal ini sbg perkara Mixta, maka
Pengadilan perancis akan mntapkan berdasarkan hk
Perancis (brdsrk tempat perbuatan dilakukan)
5. TEORI STATUTA PERANCIS
(Abad ke 16)
• TOKOH TOKOHNYA :
1. Dumoulin (1500 – 1566)
2. D’ Argentre (1523 – 1603)
- Latar belakang Statuta di Prancis :
a. Struktur kenegaraan Perancis, dimana Propinsi- propinsi
menjadi berkembang sbg pusat kegiatan perdagangan.
b. Propinsi-propinsi ternyata memiliki sistem hukumnya
masing- masing yang disebut Coutume.
Yang dimaksud Statuta disini adalah Hukum Lokal dari
Provinsi- provinsi.

Meningkatnya aktifitas perdagangan antar privinsi,


mengakibatkan bertemunya kaedah-kaedah hukum berbagai
propvinsi dalam konflik-konflik hukum antar provisi.
Pendapat Dumoulin
• Pengertian Statuta Personalia harus diperluas ruang
lingkupnya sehingga mencakup pengertian bahwa : “
• Hukum yang seharusnya mengatur suatu perjanjian adalah
hukum yang dikehendaki oleh para pihak. (Freedom of
Contract, contractsvrijheid).
• Kebebasan untuk memilih hukum adalah semacam statuta
perseorangan.
• Dumoulin, sebenarnya memperluas ruang lingkup Status
Personalia Bartolus dan memasukan perjanjian
kedalamnya.
• Pendapat Dumoulin ini penting artinya dlm mengintrodusir
lembaga Pilihan Hukum (Choice of Law) dlm perjanjian
HPI.
Pandangan D’Argentre
• Statuta- statuta yang benar – benar mengatur kecakapan
seseorang adalah Statuta Personalia, misalnya kaidah yang
menyangkut kemampuan seseorang untuk melakukan
tindakan hukum , tetapi walaupun demikian :
- ada statuta-statuta yang dimaksudkan untuk
mengatur orang, tetapi dalam kaitannya dengan hak
milik orang itu atas suatu benda (realia).
- ada pula statuta – statuta yang mengatur perbuatan
perbuatan hukum (statuta mixta) yang dilakukan di
tempat / wilayah propinsi tertentu.
Statuta-statuta semacam itu harus dianggap sebagai
Statuta Realia.
Yang dikehendaki oleh D’Argentre, adalah memperluas
Ruang Lingkup Statuta Realia, dg memasukan perjanjian
dan perbuatan hukum lain ke dalam ruang liungkup
Statuta Realia.
6. TEORI STATUTA BELANDA
(ABAD KE 17 – 18)
• TOKOH : Ulrik Huber dan Johannes Voet
• Ulrik Huber mengajukan tiga prinsip dasar yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah perselisihan
sengketa/perkara HPI, yaitu :
1. Hukum dari suatu negara mempunyai daya
berlaku yang mutlak, hanya dalam batas-batas
wilayah kedaulatannya saja.
2. Semua orang (sbg Subjek Hukum) yg scr tetap atau
sementara, berada di dalam wilayah suatu negara yang
berdaulat, harus :
- sebagai subjek hukum dari negara itu dan ;
- tunduk serta terikat pada hukum negara itu.
3. ttg Komitas Gentium......dst......(disebelah)
lanjutan
3. Berdasarkan alasan SOPAN SANTUN ANTAR
NEGARA (asas COMITAS GENTIUM) diakui pula
bahwa setiap pemerintahan negara yang
berdaulat mengakui bahwa hukum yang sudah
berlaku di negara asalnya, akan tetap memilki
kekuatan berlaku dimana-mana, sejauh tidak
bertentangan dengan kepentingan subjek
hukum dari negara yang memberikan
pengakuan itu.
Maka utk menyelesaikan perkara HPI ketiga prinsip
di atas, hrs ditafsirkan dengan memperhatikan dua
prinsip lain, yaitu :
1. Suatu perbuatan hk yg dilakukan di suatu tempat
ttt, dianggap sbg perbuatan hk yg sah menurut hk
setempat, hrs diakui / dianggap sah juga di negara
lain.
2. Suatu perbuatan hk yg dilakukan di suatu tempat
ttt, dianggap sbg perbuatan hk yg batal menurut
hk setempat, hrs dianggap batal pula dimanapun.
Jadi dlm HPI, menurut HUBER :
1. Setiap negara memiliki kedaulatan, shg
negara memiliki kewenangan penuh utk
menetapkan kaedah-kaedah HPI-nya, tetapi
2. Dalam kenyataan negara-negara itu, tidak
dpt bertindak secara bebas, dlm arti bhw
berdasarkan azas comitas gentium negara
itu hrs mengakui pelaksanaan suatu hak yg
telah diperoleh scr sah di negara lain.
Pendapat Johannes Voet
• Johannes Voet , menegaskan kembali ajaran comitas gentium, dg
penjelasan sbb :
• Pada dasarnya tidak ada negara yang wajib menyatakan bahwa
suatu kaidah hukum asing akan berlaku di dalam wilayah
yurisdiksinya karena bukan kewajiban hukum internasional (publik)
atau karena sifat hubungan HPI-nya.
• Bila suatu negara mengakui kaidah hukum asing, maka itu
dilakukan hanya demi asas Comitas Gentium (Sopan Santun antar
bangsa).
• salah satu asas yang didasarkan pada teori Comutas Gentium
adalah LOCUS REGIT ACTUM (tempat perbuatan menentukan
bentuk perbuatan).
• Azas` Comitas Gentium, hrs ditaati olh setiap negara dan hrs
dianggap sbg bagian hukum nasional negara itu.
TEORI COMITAS GENTIUM DEWASA INI
• Banyak ahli yang menolak Teori Comitas Gentium.
• Wolff dan Brakel, menolak dg alasan HPI tdk mengenal ttg
keharusan comitas gentium, sedangkan Chesire dg alasan
bahwa hukum asing hanyalah disebabkan utk mencari
penyelesaian yg seadil-adilnya , bukan sebagai sopan
santun internasional.
• Gouwgioksiong, megatakan bahwa Teori Comitas Gentium
tidak bisa dipertahankan dengan baik, karena berlakuknya
hukum asing bukan berdasarkan comitas gentium semata-
mata.
• Von Savigny, berpendapat bahwa pengakuan thd hukum
asing itu bukan semata-mata berdasarkan comitas
gentium, tetapi berdasarkan kebaikan/kegunaan (manfaat)
bagi semua pihak yang bersangkutan.
7. TEORI HPI UNIVERSAL atau TEORI HPI MODERN
(ABAD 19)

• TOKOH : Fredrich Carl von savigny


• Didahului oleh Von Wachter dengan Choice of Rule, atau
kaidah pilihan hukum, ia membantah teori statuta.
• Teori Savigny menjadi dasar dari seluruh sistem HPI Eropa
Kontinental.
• Fokus HPI Eropa Kontinental menjadi “Hubungan hukum
tertentu” dengan bantuan titik taut (tempat kedudukan
hukumnya).
• Di dalam sistem HPI Eropa Kontinental, yang penting untuk
memutus perkara adalah menentukan sistem hukum ,
bukan memilih aturan hukum substantif.
Lanjutan
• Titik Tolak faham Von Savigny adalah, bhw suatu
hubungan hukum yg sama harslah memberikan
penyelesaian yg sama pula, baik perkara diputus
oleh hakim negara A maupun diputus oleh hakim
negara B.
• HPI timbul karena adanya pergaulan internasional
yg menimbulkan sitem hukum sbg sistem hukum
supra-nasional yaitu HPI.
• Pengakuan thd hukum asing itu bukan semata-
mata berdasarkan comitas gentium, tetapi
berdasarkan kebaikan/kegunaan (manfaat) bagi
semua pihak yang bersangkutan.
Lanjutan
• Uasaha Von Savigny dalam penyelesaian Perkara HPI
adalah dengan melakukan Kwalifikasi atas hubungan-
hubungan hukum. Akhirnya ditemukan kaedah hukum yg
paling cocok utk setiap hubungan hukum yang terjadi.
• Cara yang dilakukan adalah menyelidiki semua sistem
hubungan hukum Eropah Continental dan semua hubungan
hukum yg dikenal oleh sistem-sistem hukum itu, yang
diklasifikasirnya secara sistematis.
• Pdpt Von Savigny berpengaruh di Austria, AS, Itali,
Perancis dan Inggris.
• Penngaruhnya di Inggris, bahwa hukum personil seseorang
ditentukan berdasarkan domicilinya, bukan berdasarkan
kewarganegaraannya.
Pasquale Stanislao Manchini
• Manchini, mengemukakan bhw semua nasion (nation)
mempunyai kedudukan yg sama dlm msy antar bangsa.
Maka timbulnya HPI, krn hidup bersama antar bangsa.
• Menurut Manchini, Hk Nasional seseorang ditentukan
olh nasionalitasnya. Pdptnya ini menjadi dasar mashab
Itali dan berkembang kemudian.
• Mnrt Mazhab Itali, ada dua macam kaedah dlm setiap
sistem hukum, yaitu :
– 1. Kaedah Hk menyangkut kepentingan perseorangan.
– 2. Kaedah hk menyangkut kepentingan umum (public
order)
Berdasarkan dua kaedah tsb,
maka tdp 3 azas HPI, taitu :
1. Kaedah Hk utk kepentingan perorangan, berlaku bagi
setiap WN dimanapun dan kapanpun (Prinsip
Personal).
2. Kaedah Hk utk menjaga kepentingan umum, bersifat
teritorial dan berlaku bg setiap orang yg berada di
wilayah kekuasaan suatu negara (Prinsip Teritorial).
3. Kaedah kebebasan yg menyatakan bhw pihak ybrs
boleh memilih hukum manakah yg akan diberlakukan
thd transaksi antara mereka (Prinsp Pilihan Hukum).
BEDA PANDANGAN SAVIGNY DG
MONCHINI
• Manchini mencitakan unifikasi HPI melalui Perjanjian
Internasionnal, sedangkan Savigny menghendaki
terwujudnya HPI yg bersifat universal.
• Dlm kenyataan hingga kini, belum dpt diciptakan HPI
yg berlaku umum, krn setiap hubungan hukum hrs
diselesaikan menurut caranya sendiri masing-masing
masyarakat HI, menurut sistem hukum yg mereka anut
dinegaranya.
• Namun demikian dari waktu kewaktu perjanjian
Internasional yang menyeragamkan kaedah HPI
semakin bertambah.
MAKA KITA TUNGGU
APAKAH
HPI BERDASARKAN UNIFIKASI HUKUM ?

ATAU

APAKAH
HPI BERDASARKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL ?

Anda mungkin juga menyukai