Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM PERANCANGAN KONTRAK


Pengaturan Tentang Kontrak dan Teori-Teori Yuridis Tentang Kontrak

OLEH

Muhammad Ihsan (2210111104)

Sarah Mutiara Salsabila (2210111107)

Mhd. Daffa Syahrul.A (2210111117)

Hasan Aziz (2210112017)

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “Pengaturan Tentang Kontrak dan Teori-Teori Yuridis Tentang Kontrak”

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Hukum Perancangan Kontrak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan tentang Hukum Perancangan Kontrak bagi para

pembaca dan juga bagi penulis

Kami menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Padang, 13 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Asal Muasal Sengketa Kepulauan Natuna Oleh Negara Indonesia dengan
China Error! Bookmark not defined.
B. Dampak Sengketa Kepulauan Natuna Terhadap Wilayah Negara
Indonesia ............................................................ Error! Bookmark not defined.
C. Upaya Penyelesaian Sengketa Kepulauaan Natuna Antara Indoneisa
dengan China...................................................... Error! Bookmark not defined.
D. Penyelesaiaan Sengketa Indonesia Dengan China Dalam Tinjauan
Hukum Internasional .......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam Hukum Perjanjian, Perjanjian diatur dalam pasal 1313

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yaitu “suatu

perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang lain atau lebih”. Berbeda dengan perikatan yang merupakan

suatu hubungan hukum, perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum.

Perbuatan hukum itulah yang menimbulkan adanya hubungan

hukum perikatan, sehingga dapat dikatakan bahwa perjanjian merupakan

sumber perikatan.

Disamping perjanjian kita mengenal pula istilah kontrak. Secara

gramatikal, istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, contract. Baik

perjanjian maupun kontrak mengandung pengertian yang sama, yaitu suatu

perbuatan hukum untuk saling mengikatkan para pihak kedalam suatu

hubungan hukum perikatan. Istilah kontrak lebih sering digunakan dalam

praktek bisnis. Karena jarang sekali orang menjalankan bisnis mereka

secara asal-asalan, maka kontrak-kontrak bisnis biasanya dibuat secara

tertulis, sehingga kontrak dapat juga disebut sebagai perjanjian yang

dibuat secara tertulis

Hukum kontrak/perjanjian diatur dalam Buku III KUHPer, yang

terdiri atas 18 bab dan 631 pasal. Dimulai dari Pasal 1233 sampai dengan

Pasal 1864 KUHPer. Secara garis besar, perjanjian yang diatur/dikenal di

1
dalam KUHPer adalah sebagai berikut: Perjanjian jual beli, tukar-

menukar, sewa-menyewa, kerja, persekutuan perdata, perkumpulan, hibah,

penitipan barang, pinjam pakai, bunga tetap dan abadi, untung-untungan,

pemberian kuasa, penanggung utang dan perdamaian. Dalam teori ilmu

hukum, perjanjian-perjanjian diatas disebut dengan perjanjian nominaat.

Di luar KUHPer dikenal pula perjanjian lainnya, seperti kontrak joint

venture, kontrak production sharing, leasing, franchise, kontrak karya, beli

sewa, kontrak rahim, dan lain sebaginya. Perjanjian jenis ini disebut

perjanjian innominaat, yakni perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup, dan

berkembang dalam praktik kehidupan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang

akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan hukum perancangan kontrak ?

2. Apa saja teori-teori yuridis dalam hukum perancangan kontrak ?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaturan hukum perancangan kontrak

2. Mengetahui teori-teori yuridis dalam hukum perancangan kontrak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaturan Kontrak

Terkadang antara kontrak dengan perjanjian tersebut

terkadang sulit dibedakan, baik secara teoritis maupun perakteknya

dalam masyarakat, maka dalam pembahasan tentang ketentuan

pengayturan kontrak tersebut, pada dasarnya tetap mengacu pada

ketentuan pengaturan perjanjian yang terdapat dalam KUHPerdata.

Dengan demikian secara yuridis kontrak di atur dalam KUHPerdata

Buku III Bab II yang berjudul "Perikatan-perikatan yang

Dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian", walaupun sebenamya

pengaturan dalam perakteknya diserahkan pada para pihak yang

melahirkan kontrak tersebut karena dipengarubi oleh azas

kebebasan berkontrak, lihat ketentuan Pasal 1338 ayat (1), namun

secara sistematis pengaturan mengenai kontrak/perjanjian dalam

KUHPerdata ini terdiri dari empat bagian, yakni dari Pasal 1313 -

1351 KUHPerdata, yang terdiri dari :

1. Bagian Kesatu yang mengatur tentang ketentuan umum

(Pasal 1313-1319 KUHPerdata);

2. Bagian Kedua yang mengatur tentang syarat-syarat sahnya

suatu kontrak/ perjanjian (Pasal 1320 - 1337 KUHPerdata);

3. Bagian Ketiga yang mengatur tentang akibat-akibat dari

perjanjian (Pasal 1338-1341 KUHPerdata);

3
4. Bagian Keempai yang mengatur tentang penafsiran

perjanjianperjanjian (Pasal 1342 - 1351 KUHPerdata).

Selain itu, terdapat beberapa ketentuan tambahan mengenai

pengaturan perjanjian, yakni :

5. Pasal 1266 dan 1267 Bab I Buku III KUHPerdata yaitu

tentang perikatan-perikatan bersyarat yang merupakan

syarat-syarat pubis yakni wanprestasi;

6. Pasal 1446 -1456 KUHPerdata tentang kebatalan dan

pembatalan.

Dengan demikian kontrak dan atau perjanjian pada

sisi dan perikatan pada sisi lainnya mempunyai hubungan

yang sangat erat, hal itu dikarenakan mengenai perjanjian

ini diatur dalam Buku III KUHPerdata yang mengatur

tentang Perikatan, sedangkan pengertian perikatan itu

sendiri tidak ditegaskan pada salah satu pasalpun, padahal

secara yuridis perjanjian melahirkan perikatan sebagaimana

ditentuakan pada Pasal 1233 KUHPerdata tersebut, yang

menegaskan : "Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena

perjanjian dan atau baik karena Undang-undang"

B. Teori-Teori Yuridis Tentang Kontrak

Dalam ilmu hukum kontrak menurut Munir Fuady, terdapatnya

berbagai teori tentang kontrak tersebut, antara lain:

4
1. Teori Berdasarkan Prestasi Kedua Belah Pihak

Membicarakan teori berdasarkan piestasi kedua belah pihak

sebagaimana dimaksudkan, Munir Fuady juga mengemukakan,

bahwa terdapat beberapa teori sebagai pendukung teori ini, antara

lain:

a. Teori Hasrat (will theory)

Teori ini menekankan kepada pentingnya "hasrat"

(will alau intend) dari pihak yang memberikan janji, di

mana ukuran dari eksistensi kekuatan berlaku dan substansi

dari suatu kontrak di ukur dari hasrat tersebut, yang

terpenting dalam suatu kontrak bukan apa yang dilakukan

oleh para pihak, tetapi apa yang mereka inginkan, dalam

arti bukanlah kehendak yang aktual.

Jadi suatu kontrak mula-mula dibentuk dahulu

berdasarkan kehendak, sedangkan pelaksanaan kontrak

merupakan persoalan belakangan. Melihat teori ini, maka

dapat dikatakan bahwa teori ini bersifat subjektif, dikatakan

demikian, karena kontrak tidaklah cukup dengan kehendak

saja dan harus terdapatnya tindak lanjut dari kedua belah

pihak untuk mewujudkan prestasi yang telah disepakati,

oleh karenanya teori ini terdesak dengan adanya teori yang

bersifat objektif dan faktual.

b. Teori Tawar Menawar (Bargain Theory)

5
Menurut teori ini, bahwa suatu kontrak baru

mengikat sejauh apa yang dinegosiasikan (tawar menawar)

dan kemudian disetujui oleh para pihak.

c. Teori Sama Nilai (equivalent theory)

Teori ini mengajarkan bahwa suatu kontrak baru

mengikat jika para pihak dalam kontrak tersebut

memberikan prestasinya yang seimbang atau sama nilai

(equivalent), dalam arti pelaksanaannya lebih bersifat

kepermasalahan teknik dan konstruktif.

d. Teori Kepercayaan Merugi (injorious reliance theory)

Teori ini menyatakan bahwa, suatu kontrak sudah

dianggap ada jika kontrak yang bersangkutan sudah

menimbulkan kepercayaan bagi para pihak terhadap siapa

janji itu diberikan, sehingga pihak yang menerima janji

tersebut karena kepercayaannya itu akan menimbulkan

kerugian jika janji itu tidak terlaksana

2. Teori Berdasarkan Formasi Kontrak

Teori ini menurut ilmu hukum, terdapatnya empat teori

sebagai pendukungnya, Antara lain:

a. Teori Kontak Defacto

Kontrak merupakan suatu fakta, walaupun tidak

disebutkan secata tegas tetapi ada dalam kenyataan yang

pada prinsipnya dapat diterima sebagai kontrak yang

sempurna.

6
b. Teori Kontrak Ekspresif

Menurut teori ini, bahwa setiap kontrak yang

dinyatakan dengan tegas (ekspresif) oleh para pihak, baik

dengan tertulis ataupun secara lisan, sejauh memenuhi

syarat-syarat sahnya kontrak dianggap sebagai ikatan yang

sempurna bagi para pihak tersebut.

c. Teori Promissory Estoppel

Teori ini mengajarkan bahwa dianggap ada

kesesuaian kehendak di antara para pihak jika pihak lawan

telah melakukan sesuatu sebagai akibat tindakan- tindakan

pihak lainnya yang dianggap merupakan tawaran untuk

suatu ikatan kontrak.

d. Teori Kontrak Quasi

Teori ini mengajarkan bahwa dalam hal-hal tertentu

apabila dipenuhi syarat-syarat tertentu, maka hukum dapat

menganggap adanya kontrak diantara para pihak dengan

berbagai konsekuensinya, sungguhpun dalam kenyataannya

kontrak tersebut tidak pernah ada.

3. Teori Dasar yang Klasik

Teori ini juga terdapat beberapa teori lain sebagai

pendukungnya, antara lain adalah:

a. Teori Hasrat

Teori ini lebih mendasari kepada hasrat dari para

pihak dalam kontrak tersebut ketimbang apa yang secara

7
nyata dilakukan, dalam perkembangan teori ini tidak begitu

dianut oleh masyarakat, karena kontrak pada dasarnya tidak

bisa dilepaskan dari fakta sebenarnya.

b. Teori Benda

Menurut teori ini, kontrak adalah suatu benda yang

telah ada keberadaannya secara objektif sebelum dilakukan

pelaksanaan (performance) dari kontrak tersebut Maka

dengan demikian suatu kontrak adalah sebuah benda

(tertulis yang terdapat dalam kertas) yang dibuat, disamping

atau dibatalkan oleh para pihak, sehingga menurut teori ini

tidak ada hal yang salah dari konsep wanprestasi antisipatif

yakni suatu konsep yang menyatakan bahwa sebelum mulai

dilaksanakan kontrak tersebut.

c. Teori Pelaksanaan

Teori ini mengajarkan bahwa yang terpenting dari

suatu kontrak adalah pelaksanaan dari kontrakyang

bersangkutan, dalam hal ini dilaksanakan oleh badan-badan

pengadilan atau 17 badan penyelesaian sengketa lainnya,

sebab yang menjadi tujuan utama dari setiap pembuatan

kontrak adalah bahwa untuk mendorong para pihak untuk

membayar utangnya yakni melaksanakan janji-janjinya dan

bertindak secara benar.

d. Teori Prinsip Umum

8
Suatu kontrak menurut teori ini, harus mengacu

kepada efek general dari konsep kontrak itu sendiri, jadi

sungguhpun banyak kontrak yang sudah ada pengaturannya

yang detil dalm perundang-undangan atau dalam draft-draft

model kontrak yang diterima umum atau yang diatur sendiri

oleh para pihak berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak,

tetapi secara umum tetap mengacu dan tidak menyimpang

secara signifikan dari prinsip-prinsip umum dan universal

yang terdapat dalam konsep-konsep kontrak tradisional.

4. Teori Holmes Tentang Tanggung Jawab Hukum

Teori ini didasari oleh dua prinsip utama, yakni:

a. Tujuan utama dari teori hukum adalah untuk menyesuaikan

hal-hal eksternal kedalam aturan hukum;

b. Kesalahan-kesalahan moral bukan unsur dari suatu

kewajiban.

Berkaitan dengan kedua prinsip tersebut, kontrak

pada dasarnya mempunyai inti sarinya sebagai berikut:

a. Peranan moral tidak berlaku untuk kontrak;

b. Kontrak merupakan suatu cara mengalokasikan risiko yaitu

risiko wanprestasi;

c. Terpenting bagi suatu kontrak adalah standar

tanggungjawab yang eksternal, sedangkan maksud aktual

yang internal adalah tidak penting.

9
5. Teori Liberal Tentang Kontrak

Teori ini mengajarkan bahwa setiap orang mengingingkan

keamanan, sehingga seseorang harus menghormati kepada orang

lain dan hartanya, akan tetapi orang juga perlu suatu kerja sama

dan ini dapat dilakukan tanpa kehilangan kebebasannya, sehingga

dilakukan berdasarkan kepercayaan dan perjanjian. Jadi suatu

perjanjian memerlukan komitmen sehingga secara moral komitmen

tersebut hams dilaksanakan, padahal tanpa suatu komitmentersebut

maka tidak ada kewajiban moral untuk melaksanakan kewajiban

yang bersangkutan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara yuridis kontrak di atur dalam KUHPerdata Buku III

Bab II yang berjudul "Perikatan-perikatan yang Dilahirkan dari

Kontrak atau Perjanjian", walaupun sebenamya pengaturan dalam

perakteknya diserahkan pada para pihak yang melahirkan kontrak

tersebut karena dipengarubi oleh azas kebebasan berkontrak, lihat

ketentuan Pasal 1338 ayat (1), namun secara sistematis pengaturan

mengenai kontrak/perjanjian dalam KUHPerdata ini terdiri dari

empat bagian, yakni dari Pasal 1313 - 1351 KUHPerdata.

Dalam ilmu hukum kontrak menurut Munir Fuady,

terdapatnya berbagai teori tentang kontrak tersebut, antara lain:

1. Teori berdasarkan prestasi kedua belah pihak

Dalam teori ini terdapat beberapa teori pendukung yaitu

teori hasrat, teori tawar menawar, teori sama nilai, dan teori

kepercayaan merugi.

2. Teori berdasarkan formasi kontrak

Dalam teori ini ada empat pendukungnya yaitu teori

kontrak defacto, teori kontrak ekspresif, teori promissory esstopel,

dan teori quasi.

3. Teori dasar yang klasik

Terdapat teori lain sebagai pendukungnya yaitu teori hasrat,

teori benda, teori pelaksanaan, dan teori prinsip umum.

11
4. Teori holmes tentang tanggung jawab hukum

Teori ini didasari oleh dua prinsip utama yaitu tujuan utama

dari teori hukum adalah untuk menyesuaikan hal-hal eksternal ke

dalam aturan hukum dam kesalahan-kesalahan moral bukan unsur

dari suatu kewajiban.

5. Teori liberal tentang kontrak.

Suatu perjanjian memerlukan komitmen sehingga secara

moral komitmen tersebut harus dilaksanakan, padahal tanpa suatu

komitmentersebut maka tidak ada kewajiban moral untuk

melaksanakan kewajiban yang bersangkutan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N., Ramziati, & Kurniasari, T. W. (2015). Praktek Kemahiran Hukum


Perancangan Kontrak. Aceh: Unimal Press.

Fuady, M. (1999). Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis. Jakarta:
Citra Aditya Bakti.

H.S, S. (2019). Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta:
Sinar Grafika.

Hernoko, A. Y. (2014). Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dan Kontrak


Komersial. Jakarta: Kencana.

Salle. (2019). Hukum Kontrak Teori dan Praktek. Jakarta: CV. Social Politic
Genius (SIGn).

iii

Anda mungkin juga menyukai