Anda di halaman 1dari 10

PENYEBAB HAPUSNYA SUATU PERIKATAN

Nama : Farhan Zuhdi Putra

NPM : 201000390

Kelas : H

Mata Kuliah : Hukum Perikatan

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS PASUNDAN

2021
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………………..........I

Daftar isi…………………………………………………………………………………............II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….............1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………...…..1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………..……..1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyebab hapusnya suatu perikatan……………………………………………….................2


2.2 Berakhirnya Suatu Perikatan Menurut Pasal 1381 KUHPer………………………………….5

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………...7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikatan pada dasarnya merupakan hubungan hukum yang artinya hubungan yang di
aturdan di akui oleh hukum, baik yang dapat dinilai dengan uang maupun tidak, yang di
dalamnyaterdapat paling sedikit adanya terdapat satu dan kewajiban, misalnya suatu
perjanjian padadasarnya menimbulkan atau melahirkan satu atau beberapa perikatan, keadaan
ini tentutergantung pada jenis perjanjian yang diadakan, demikian juga halnya suatu
perikatan dapatsaja dilahirkan karena adanya ketentuan undang-undang, dalam arti, undang-
udanglah yangmenegaskan, di mana dengan terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan telah
melahirkan perikatan atau hubungan hukum, misalnya, dengan adanya perbuatan melanggar
hukum. Perikatan berasal dari bahasa Belanda “Verbintenis” atau dalam bahasa Inggris “
Binding ”. Verbintenis berasal dari perkataan bahasa Perancis “Obligation” yang terdapat
dalam “codecivil Perancis”, yang selanjutnya merupakan terjemahan dari kata “obligation”
yang terdapatdalam Hukum Romawi ”Corpusiuris Civilis”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
iniadalah:
1. Apakah sebab-sebab hapusnya suatu perikatan?

1,3 Tujuan Masalah

Berdasarkan pernyataan masalah maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulisan makalah
iniadalah:

1. Untuk mengetahui mengenai sebab-sebab hapusnya suatu perikatan;

1 L.C. Hoffman, sebagaimana dikutip dari R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra Abardin, 1999,hal.2.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyebab hapusnya suatu perikatan

Hapusnya perikatan dalam kontrak yang timbul dari persetujuan maupun dari undang-undang
diatur dalam bab ke-IV buku ke-III KUH Perdata,yaitu pasal 1381. Dalam pasaltersebut, terdapat
beberapa cara hapusnya suatu perikatan, yaitu:

A. Pembayaran
B. Penawaran pembayaran diikuti oleh penyimpanan
C. Pembaruan utang (inovati)
D. Perjumpaan utang (konvensasi)
E. Percampuran utang
F. Pembebasan utangg.
G. Musnahnya barang yang terutang
H. Kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatani.
I. Syarat yang membatalkan (diatur dalam BAB I)
J. Kedaluarsaan (diatur dalam buku ke IV, BAB 7)

Jadi didalam KUH Perdata, ada sepuluh cara yang mengatur tentang hapusnya perikatan.Cara-
cara lainnya yang belum disebutkan, yaitu “ berakhirnya suatu ketetapan waktu(terjamin) dalam
suatu atau meninggalnya salah satu pihak dalam beberapa macam perjanjian”, seperti
meninggalnya seorang persero dalam suatu perjanjian firma dan pada umumnya dalam
perjanjian-perjanjian yang di dalamnya prestasi hanya dapat dilaksanakan oleh oranglain.Selain
sebab-sebab hapusnya perikatan yang ditentukan oleh Pasal 1381 KUH Perdatatersebut, ada
beberapa penyebab lain untuk hapusnya suatu perikatan, yaitu:

2M. Yahya Harahap,Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 7.

3Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1992, hal. 8.

4Mariam Darus Badrulzaman, Kerangka Dasar Hukum Perjanjian, dalam Hukum Kontrak Indonesia, ELIPS, Jakarta,1998, hal.

2
1. Berakhirnya suatu ketetapan waktu dalam suatu perjanjian.
2. Meninggalnya salah satu pihak dalam perjanjian, misalnya meninggalnya pemberi
kuasaatau penerima kuasa (Pasal 1813 KUH Perdata)
3. Meninggalnya orang yang memberikan perintah.
4. Karena pernyataan pailit dalam perjanjian maatschap.
5. Adanya syarat yang membatalkan perjanjian.

Menurut pasal 1313 KUHPerdata:“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Apabila

diperhatikan, adapun unsur-unsur dari perjanjian itu adalah:

A. Terdapat para pihak sedikitnya 2 (dua) orang.


B. Ada persetujuan antara para pihak yang terkait
C. Memiliki tujuan yang akan dicapai.
D. Memiliki prestasi yang akan dilaksanakan.
E. Dapat berbentuk lisan maupun tulisan.
F. Memiliki syarat-syarat tertentu sebagai isi dari perjanjian.

Sedangkan di dalam buku Yahya Harahap disebutkan menurut Sudikno Mertokusumo:


“Perjanjian adalah hubungan hukum/rechtshandeling dalam hal mana satu pihak atau lebih
mengikat diri terhadap satu atau lebih pihak lain”. Istilah perjanjian berkaitan dengan perikatan
(verbintenis). Menurut Subekti perikatan adalah suatu pengertian abstrak sedangkan perjanjian
adalah suatu peristiwa konkret. Menurut Sudikno Mertokusumo, asas-asas hukum dalam
perjanjian adalah pikiran dasaryang umum sifatnya, dan merupakan latar belakang dari peraturan
hukum yang konkrit yangterdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang
merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat dalam peraturan
konkrit tersebut.Asas-asas hukum perjanjian yang dikemukakan meliputi:

5Dr. Titik Triwulan Titik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Kencana Prenadmedia Group,2008,

3
1. Asas konsensualisme, diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan: “Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”
2. Asas kebebasan berkontrak, pada dasarnya manusia bebas mengadakan hubungan
denganorang lain. Termasuk di dalamnya adalah hubungan kerja sama maupun
mengadakan suatu perjanjian.
3. Asas kekuatan mengikat suatu perjanjian, perjanijan yang telah dibuat dan disepakati oleh
para pihak yang terlibat mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang bagi para
pihak.
4. Asas itikad baik, pada Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata dinyatakan: “Suatu perjanjian
harusdilaksanakan dengan itikad baik”
5. Asas kepribadian, pada Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi: “Pada umumnya tak seorang
dapat mengikatkan dirinya atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari
pada untuk dirinya sendiri”.

Di dalam pasal 1320 KUHPerdata juga dimuat tentang syarat sah nya suatu perjanjian,yaitu:

A. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;Suatu perjanjian bisa terlaksana apabila


terdapat kata sepakat antara para pihakmengenai obyek yang diperjanjikan, memiliki
kesesuaian paham dan kehendak atas perjanjian.
B. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;Yang dimaksud dalam syarat ini adalah cakap
menurut hukum sesuai yang diatur olehKUHPerdata, yang dewasa, dan sehat akal
pikirannya.
C. Suatu hal tertentu;Merupakan hal- hal yang diperjanjikan yang dituangkan dalam
perjanjian, mulai darihak dan kewajiban, obyek perjanjian, dan penyelesaian apabila
terjadi sengketanantinya.
D. Suatu sebab yang halal;Dalam perjanjian, klausula yang dituangkan harus bersifat halal,
artinya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, peraturan perUndang-
Undangan,maupun kebiasaan norma masyarakat yang telah diakui.

6.Wibowo T. Tunardy, S.H.,M.Kn. Sebab-Sebab Hapusnya Perikatan https://www.jurnalhukum.com/sebab-sebab-hapusnya-


perikatan/

4
Memperjelas keempat syarat itu, Subekti menggolongkannya ke dalam 2 (dua) bagian,yakni:

A. Mengenai subjek perjanjian, adalah orang yang cakap atau mampu melakukan
perjanjiansesuai peraturan perUndang-Undangan. Adapun sepakat (konsensus) adalah
dasar dariterbentuknya perjanjian, dimana para pihak memiliki kebebasan dalam
menentukankehendaknya tanpa ada paksaan.
B. Mengenai objek perjanjian, adalah apa yang dijanjikan oleh masing-masing pihak
yangtertuang dengan jelas di dalam perjanjian, dimana objek tersebut tidak bertentangan
denganundang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

Pada Pasal 1338 KUHPerdata dikatakan: “Perjanjian dibuat secara berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya”

2.2 Berakhirnya Suatu Perikatan Menurut Pasal 1381 KUHPer

Menurut ketentua Pasal 1381 KUHper, sesuatu perikatan baik yang lahir dari perjanjianmaupun
undang-undang dapat berakhir karena, beberapa hal antara lain:

1. Pembayaran (Betaling)
Pembayaran (betaling) yaitu jika kewajibannya terhadap perikatan itu telah dipenuhi
(pasal1382 KUHPerdata).
2. Penawaran bayar tunai diikuti penyimpanan/penitipan (Consignatie)
Penawaran bayar tunai diikuti penyimpanan/penitipan (consignatie), yaitu
pembayarantunai yang diberikan oleh debitor, namun tidak diterima kridior kemudian
oleh debitordisimpan pada pengadilan (pasal 1404 KUH Perdata).
3. Pembaharuan Utang (Novasi)
Pembaruan utang (novasi), yaitu apabila utang yang lama digantikan oleh utang yang
baru(Pasal 1416 dan 1417 KUH perdata).

7Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000.

5
4. Kompensasi atau imbalan (Vergerlijking)
Kompensasi atau imbalan (vergerlijking), yaitu apabila kedua belah pihak saling
berutang,maka utang mereka masing-masing diperhitungkan.
5. Pencampuran Utang (Schuldvermenginng)
Pencampuran utang (Schuldvermenginng), yaitu apabila pada suatu perikatan
keduduknkreditor dan debitor ada di satu tangan seperti pada warisan (pasal 1436 dan
Pasal 1437KUHPdt).
6. Pembebasan Utang (Kwitjschelding der schuld)
Pembebasan utang (kwitjschelding der schuld) yaitu apabila kreditor membebaskan
segalautang-utang dan kewajiban pihak debitor (Pasal 1438-1441 KUHPdt).
7. Hilangnya benda yang diperjanjikan (Het vergaan der verschuldigde zaak)
Hilangnya benda yang diperjanjikan (het vergaan der verschuldigde zaak) yaitu apabila
benda ang diperjanjkan binasa, hilang atau menjadi tidak dapat diperdagangkan (pasal
1444-1445 KUHPdt,).
8. Batal dan Pembatalan (Nietigheid ot te niet doening)
Batal dan Pembatalan (nietigheid ot te niet doening), yaitu apabila perikatan itu batal
ataudibatalkan; misalnya terdapat paksaan (pasal 1446 KUHPdt.).
9. Timbul syarat yang membatalkan (door werking ener ontbindende voorwaarde)
Timbul syarat yang membatalkan (door werking ener ontbindende voorwaarde),
yaituketentuan yang isi perjanjian yang disetujui kedua belah pihak.
10. Kedaluwarsa
Lewat waktu (daluwarsa) menurut Pasal 1946 KUH Perdata adalah suatu sarana
untukmemperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya
suatu waktutertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang.

8Op.Cit. Titik Triwulan, hlm. 243

6
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


1) Menurut Ketentuan Pasal 1381 KUHPer Hapusnya suatu perikatan itu terjadi
karena:
A. Pembayaran yaitu Pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara
sukarela, artinyatidak dengan paksaan atau eksekusi.
B. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
hanyadimungkinkan pada perikatan untuk membayar sejumlah uang atau
menyerahkan barang-barang bergerak.
C. Pembaharuan utang atau novasi adalah suatu persetujuan yang
menyebabkan hapusnyasutau perikatan dan pada saat yang bersamaan
timbul perikatan lainnya yangditempatkan sebagai pengganti perikatan
semulad.
D. Perjumpaan utang atau kompensasi yaitu salah satu cara hapusnya
perikatan, yangdisebabkan oleh keadaan, dimana dua orang masing-
masing merupakan debitur satudengan yang lainnya.
E. Pencampuran utang
F. Pembebasan utangg
G. Musnahnya barang yang terutang
H. Batal/pembatalani.

7
DAFTAR PUSTAKA

Badrulzaman, Mariam Darus. 1981.


Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya

.Bandung: Alumni.R. Setiawan. 1999.


Pokok-Pokok Hukum Perikatan

. Bandung: Putra Abardin.Dr. Titik Triwulan Titik. 2008.


Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional

. Jakarta: KencanaPrenadmedia Group.Wirjono Prodjodikoro. 2000.


Azas-azas Hukum Perjanjian

. Bandung: Mandar Maju.P.N.H Simanjuntak. 2009.


Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia

.Wibowo T. Tunardy, S.H.,M.Kn. Sebab-Sebab Hapusnya Perikatan


https://www.jurnalhukum.com.Diakses pada tanggal 2 September 2021
.

Anda mungkin juga menyukai