Anda di halaman 1dari 5

Keithy, Abigail

HUKUM

PENGERTIAN HUKUM :
Hukum adalah undang-undang yang dibuat dan ditegakkan melalui lembaga sosial atau pemerintah
untuk mengatur perilaku masyarakat. Hukum yang ditegakkan oleh negara dapat dibuat oleh legislatif
kelompok atau oleh seorang legislator tunggal, yang menghasilkan undang-undang.

Berikut adalah pengertian hukum menurut beberapa ahli:

 Sementara menurut Aristoteles, hukum adalah kumpulan peraturan yang tidak hanya
mengikat masyarakat tetapi juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu yang berbeda dari
bentuk dan isi konstitusi. Karena kedudukan itulah undang-undang mengawasi hakim dalam
melaksanakan jabatannya dalam menghukum orang-orang yang bersalah.
 Ernst Utrecht adalah seorang pakar hukum yang berasal dari Indonesia. Menurutnya, definisi
hukum adalah himpunan yang menjadi petunjuk hidup, berupa perintah atau larangan yang
bertujuan mengatur tata tertib di dalam masyarakat yang harus ditaati oleh masyarakat. Jika
masyarakat tersebut melanggar peraturan yang sudah ditetapkan, maka pemerintah atau
masyarakat itu harus mengambil tindakan.
 Immanuel Kant adalah seorang filsuf yang terkenal dari abad ke-18. Menurut Immanuel,
manusia akan tergerak untuk bertindak di bawah hukum, dan hal itu merupakan standar
otoritatif yang mengikat secara perasaan. Menurut Immanuel, hukum adalah syarat yang
secara keseluruhan memiliki kehendak bebas untuk bisa menyesuaikan dan mengikuti
peraturan.
 Mochtar Kusumaatmadja memandang hukum sebagai alat bantu untuk segala macam proses
perubahan yang ada di dalam masyarakat. Hukum menurut Mochtar hukum adalah sebuah
kaidah dan asas yang berguna dalam mengatur hubungan masyarakat yang dibuat dengan
keadilan.
 Thomas Hobbes adalah filsuf asal Inggris yang beranggapan bahwa hukum adalah alat
perekat yang formal, memiliki kegunaan dalam menyatukan masyarakat yang pada awalnya
tidak terorganisir. Menurut pandangannya, hukum adalah suatu aturan yang menguasai
kehidupan masyarakat baik secara paksa atau memerintah dan dibuat oleh pihak-pihak yang
berkuasa dalam lingkungan masyarakat tersebut.
 Hans kelsen, seorang ahli hukum dan juga filsuf asal Austria. Ia adalah seorang penggagas
bahwa hukum merupakan teori hukum yang murni. Hans berpendapat bahwa hukum
merupakan norma yang berisi tentang kondisi dan konsekuensi dalam tindakan tertentu.
Konsekuensi dari pelanggaran hukum bisa berupa ancaman sanksi dari penguasa di dalam
lingkungan masyarakat itu.

Bidang bidang di dalam hukum :


a) Hukum perdata
Keithy, Abigail

 Menurut Prof. Soebekti dalam bukunya pokok-pokok Hukum Perdata, hukum perdata dalam
arti luas adalah meliputi semua hukum pokok uang mengatur kepentingan perseorangan.
 Sementara Prof. Dr. Ny Sri Soedewi Mahsjhoen Sofwan, S.H. menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan hukum perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antarwarga
negara perseorangan yang satu dengan warga perseorangan yang lain.
2. Sistematika Hukum Perdata
Hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum sekarang ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu
hukum:
a. tentang diri seseorang (hukum perorangan);
Hukum perorangan memuat peraturan tentang manusia sebagai subjek hukum, peraturan
perihal percakapan untuk memiliki hak dan percakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan
hak-haknya itu serta hal yang mempengaruhi kecakapan.
b. kekeluargaan;
Hukum keluarga merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur hubungan hukum
bersumber pada pertalian keluarga, misalnya perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian,
dan pengampuan.
c. kekayaan terbagi atas hukum kekayaan yang absolut, hukum kekayaan yang relatif;
Hukum kekayaan merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur antara subjek hukum
dan harta kekayaannya atau mengatur mengenai hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan
uang. Hukum kekayaan yang relatif berisi hak perorangan, yaitu hak yang timbul dari suatu
perikatan dan hanya dapat dipertahankan terhadap pihak-pihak tertentu saja.
d. waris
Hukum waris merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur peralihan hak dan
kewajiban di bidang hukum kekayaan dari si pewaris kepada sekalian ahli warisnya beserta
akibat-akibatnya.

3. Sistematika Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


a. Buku I tentang orang
Ketentuan yang diatur dalam buku I ini mengatur tentang hukum orang dan hukum keluarga, hal
tersebut mengingat menurut pembuat undangundang pengertian hukum orang dalam arti luas, juga
meliputi hukum keluarga.
b. Buku II tentang benda
Ketentuan yang diatur dalam buku II KUHPerdata menyangkut tentang hak-hak kebendaan yang
merupakan bagian dari hukum kekayaan sebagaimana diatur dalam doktrin. Menurut doktrin hukum
kekayaan dibagi menjadi dua, yaitu hukum kekayaan yang absolut yang merupakan hak kebendaan
yang diatur dalam Buku II tentang Benda. Dan hukum kekayaan yang relatif merupakan hak-hak
perseorangan yang diatur dalam Buku III tentang Perikatan
c. Buku III tentang perikatan
Hukum perikatan yang diatur dalam buku III KUHPerdata sebagaimana disebutkan sebelumnya
merupakan bagian dari hukum kekayaan yang relatif (menurut doktrin). Hukum perikatan mengatur
tentang hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain untuk memberikan sesuatu,
berbuat sesuatu atau tidak berbuat dalam ruang lingkup hukum kekayaan yang bersumber dari UU
maupun perjanjian.
d. Buku IV tentang pembuktian dan daluwarsa
Keithy, Abigail

Dalam buku IV KUHPerdata diatur tentang alat-alat bukti yang digunakan untuk menuntut atau
mempertahankan hak-hak keperdataan seseorang di muka pengadilan. Selain itu, Buku IV
KUHPerdata juga mengatur tentang daluwarsa atau masa jangka waktu tertentu yang menyebabkan
seseorang dapat kehilangan hak-hak keperdataannya atau mendapatkan hak-hak keperdataan
3. SEJARAH TERBENTUKNYA KUHPERDATA
Keberlakuan dan keberadaan hukum perdata di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari sejarah
bangsa Indonesia. Sebelum bangsa penjajah atau Kolonial Belanda masuk ke Indonesia, Bangsa
Indonesia yang ketika itu terdiri dari kerajaan besar dan kecil telah memiliki sistem hukumnya
sendirisendiri. Sistem hukum tersebut dikenal dengan hukum adat yang umumnya berupa hukum
tidak tertulis.
Ketika Belanda menginjakkan kaki dan menjajah Indonesia keberlakuan hukum adat dan hukum
Islam di Indonesia tetap dipertahankan, hal tersebut tercermin dari politik hukum pemerintah Kolonial
Belanda ketika itu yang tertuang dalam Pasal 131 I.S.
Berdasarkan hal tersebut jelas pemberlakuan ketentuan Hukum Belanda di Indonesia tidaklah
menghapus sistem hukum yang telah ada sebelumnya. Hal ini sebenarnya berkaitan dengan politik
adu domba “device et ampera” yang dijalankan Pemerintah Kolonial Belanda. Dengan pemberlakuan
politik Hukum Belanda tersebut maka terjadi pengotak-ngotakan hukum dan golongan penduduk di
Indonesia. Hal ini tercermin dengan pemberlakuan Pasal 163 IS yang berasal dari Pasal 109 RR baru
yang menyatakan bahwa dalam hubungan berlakunya BW di Indonesia, penduduk di Hindia Belanda
dibagi dalam 3 golongan berikut ini9 . 1. Eropa. 2. Timur Asing. 3. Bumi Putera.

b. Hukum Pidana
1. Pengertian hukum pidana menurut beberapa ahli :
1. Prof. van Hamel : “semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu Negara dalam
menyelenggarakan ketertiban hukum, yaitu melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan
mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut”.
2. Prof. Simons : “kesemua perintah-perintah dan larangan-larangan yang diadakan oleh Negara yang
diancam dengan suatu nestapa (pidana) berangsiapa yang tidak menaatinya, kesemuanya aturan-
aturan yang menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturanaturan untuk
mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut”.
3. Prof. Pompe : “semua aturan-aturan hukum yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa
seharusnya dijatuhi pidana dan apakah macamnya pidana itu”.

2. Tujuan Hukum Pidana


Berkaitan dengan tujuan diadakannya ketentuan hukum pidana, dikenal 2 (dua) ajaran, yaitu
1. De Klassike School
Menurut ajaran klasik, tujuan diaturnya ketentuan hukum piadana adalah untuk melindungi
individu terhadap kekuasaan Negara. Hal ini sejalan dengan pernyataan Markies de Becaria,
dan Rouseu dan Montesque, bahwa hukum pidana harus diatur dalam Undang-Undang,
pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwa harus berkemanusiaan, kekuasaan raja harus
AYU EFRITADEWI-HUKUM PIDANA | 5 dibatasi, sehingga kepentingan prorangan
(individu) dari kekuasaan Negara dapat dilindungi oleh hukum.
Keithy, Abigail

2. De Modern Klasik
Menurut ajaran modern, tujuannya disusun hukum pidana adalah untuk melindungi
masyarakat terhadap kejahatan. Kejahatan merupakan penyakit masyarakat yang sangat
membahayakan, karena itu tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan
masyarakat.

3. Sejarah sistematika KUHP Indonesia dan sanksi pidananya


1. Sejarah KUHP Indonesia
Sumber hukum pidana yang kita gunakan sekarang ini masih menggunakan kodifikasi yang berasal
dari zaman Hindia Belanda Wetboek van Strafrecht, pada zaman hindia Belanda untuk hukum pidana,
berbeda dalam hukum perdata, telah ada unifikasi untuk semua golongan penduduk. Unifikasi ini
tercapai pada tanggal 1 Januari 1918. KUHP ini merupakan salinan dari WvS Belanda yang selessai
dibuat tahun 181 dan mulai berlaku pada tahun 1886. KUHP yang berlaku setelah kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945 adalah KUHP warisan zaman Hindia Belanda dengan perubahanperubahan
yang penting berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1946. Berdasarkan Undnag-Undang No. 73
tahun 1958 (LN No. 127 tahun 1958) yang antara lain menyatakan bahwa Undang-Undang No. 1
tahun 1946 tersebut berlaku untuk seluruh Wilayah Indonesia.
2. Sistematika isi KUHP dan sanksi pidananya
Sistematika ketentuan hukum pidana yang diatur dalam KUHP, terdiri dari:
1. Buku I : tentang ketentuan umum
2. Buku II : tentang kejahatan
3. Buku III : tentang pelanggaran
Sedangkan sanksi pidana yang diatur dalam KUHP dirumuskan dalam Pasal 10 KUHP, yaitu terdiri
dari :
Pidana pokok :
1. Pidana mati;
2. Pidana penjara;
3. Pidana kurungan;
dan 4. Pidana denda
Pidana tambahan :
1. Pencabutan hak-hak tertentu;
2. Perampasan barang-barang tertentu;
dan 3. Pengumuman hasil keputusan hakim.

c. Hukum Acara
1. Pengertian
Hukum acara atau Hukum Formal adalah peraturan hukum yang mengatur tentang cara bagaimana
mempertahankan dan menjalankan hukum materiil. Fungsinya menyelesaikan masalah yang
Keithy, Abigail

memenuhi norma-norma larangan hukum materiil melalui suatu proses dengan berpedomankankepada
peraturan yang dicantumkandalamhukumacara.
2.Fungsi Hukum Acara
1. Kepentingan umum, bahwa seorang yang melanggar suatu peraturan hukum pidana harus
mendapatkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya untuk mempertahankan keamanan umum,
dan
2. Kepentingan orang yang dituntut, bahwasanya orang yang dituntut perkara itu harus diperlakukan
secara jujur dan adil, artinya harus dijaga jangan sampai orang yang tidak bersalah dijatuhi pidana,
atau apabila ia memang bersalah, jangan sampai ia memperoleh pidana yang terlampau berat, tidak
seimbang dengan kesalahannya.
d. Hukum Internasional
1. Pengertian
Hukum internasional sebagai sebuah cabang ilmu hukum memiliki ragam penyebutan dalam
perkembangannya. Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya yang sangat terkenal di kalangan
akademisi hukum, Pengantar Hukum Internasional, membedakan tiga penyebutan istilah hukum
internasional, yaitu istilah hukum internasional (international law), hukum bangsa-bangsa (law of the
nations), dan hukum antar bangsa (law among the nations).
2.Fungsi
1. Menghormati keadilan dan kewajiban internasional ;
2. Menghormati kepentingan-kepentingan bersama ;
3. Menghormati kemerdekaan bangsa dan keutuhan wilayah negara;
4. Mengormati hak menentukan nasib sendiri dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain;
5. Menghormati persamaan kedudukan hukum dari semua bangsa sebagai negara yang berdaulat; dan
6. Menghormati martabat dan nilai-nilai manusia-pribadi.

Anda mungkin juga menyukai