NOMOR 1856/PDT.G/2015/PA.PAS.
DISUSUN OLEH :
ETHA DHIYA ULHAQ (17410021)
NABILA IHZA NUR MUTTAQI (17410064)
ISNANTA AHMAD (17410124)
1
Retnowulan Sutanto dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam teori
dan Praktik, Bandung: Penerbit Alumni, 1986, hlm. 3.
Yang kedua, dalam putusan ini permasalahan hukum yang tejadi
adalah kasus perceraian lebih tepatnya cerai gugat. Istilah perceraian
terdapat dalam pasal 28 UU No. 1 Tahun 1974 yang memuat ketentuan
fakultatif bahwa “perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian,
dan atas putusan pengadilan”. Sedangkan dalam istilah fiqih disebut Talaq
yang berarti membuka ikatan, membatalkan perjanjian. Perceraian dalam
istilah fiqih juga sering disebut furqah, yang artinya bercerai, yaitu lawan
dari berkumpul. Kemudian kedua istilah itu digunakan oleh para ahli fiqih
sebagai satu istilah yang berarti “perceraian suami istri”.2
Putusnya perkawinan ini diatur juga oleh negara melalui Undang-
Undang Perkawinan, PP No. 9 Tahun 1975 sebagai aturan pelaksanaan
dari UU Perkawinan dan juga diatur dalam KHI. Pengertian talak
disebutkan dalam KHI pasal 117 yang menjelaskan bahwa talak adalah
ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu
sebab putusnya perkawinan.
Ketentuan tentang keharusan perceraian di pengadilan ini memang
tidak diatur dalam fiqh mazhab apa pun, termasuk Syi’ah Imamiyah,
dengan pertimbangan bahwa perceraian khususnya yang bernama talak
adalah hak mutlak seorang suami dan dia dapat menggunakannya di mana
saja dan kapan saja; dan untuk itu tidak perlu memberi tahu apalagi minta
izin kepada siapa saja. Dalam pandangan fiqh perceraian itu sebagaimana
keadaannya perkawinan adalah urusan pribadi dan karenanya tidak perlu
diatur oleh ketentuan publik.3
Yang ketiga, putusan hakim tekait kasus yang terjadi tersebut
adalah bahwa dalam amar putusan tersebut tertulis :
1. Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan
patut untuk menghadap di persidangan, tidak hadir;
2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek;
3. Menjatuhkan talak satu ba'in shughra Tergugat (TERGUGAT)
terhadap Penggugat (PENGGUGAT);
2
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), Yogyakarta: Liberty, 1982, Hlm. 103.
3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007,
Hlm. 228.
4. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Pasuruan untuk
mengirimkan salinan putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan dan Pegawai Pencatat
Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Panggungrejo Kota
Pasuruan, untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu;
5. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya
perkara ini sejumlah Rp. 271.000,00 (dua ratus tujuh puluh satu
ribu rupiah);
IV. Kesimpulan
Kesimpulan dari analisis terhadap kasus posisi Putusan Nomor
1856/Pdt.G/2015/PA.Pas yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut :
1. Para pihak dalam perkara ini adalah sesorang yang tidak disebutkan
namanya umur 20 tahun, agama islam, pendidikan terakhir SMP,
pekerjaan karyawan pabrik, tempat kediaman di Kota Pasuruan sebagai
Penggugat dan seseorang yang tidak disebutkan namanya umur 25
tahun, agama islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan jualan nasi
goreng, tempat kediaman di Kota Pasuruan sebagai Tergugat.
2. Dalam putusan ini permasalahan hukum yang tejadi adalah kasus
perceraian lebih tepatnya cerai gugat yang dilakukan oleh Istri sebagai
penggugat kepada suaminya sebagai tergugat.
3. Dalam amar putusan tersebut bahwa hakim menjatuhkan putusan
verstek sebab pihak Tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut
untuk menghadap di persidangan tetapi pihak Tergugat tidak hadir.
Dengan adanya putusan verstek tersebut, maka hakim memutuskan
menjatuhkan talak satu ba’in sughra tergugat terhadap penggugat.
Dengan berbagai pertimbangan hukum yang dipergunakan dalam
menjatuhkan putusan tersebut.
4. Isi susunan putusan dengan nomor register perkara
1856/Pdt.G/2015/PA.Pas sudah sesuai dengan susunan dan isi putusan
yaitu Judul dan nomor putusan, Tanggal Putusan, kepala putusan,
Nama dan tingkat pengadilan yang memutus, duduk perkara,
pertimbangan hukum, amar putusan, biaya perkara, hubungan amar
dan petitum, Tanggal putusan dan pengucapan putusan,
penandatanganan putusan.
5. Pendapat penulis terkait permasalahan dan putusan hakim tersebut
adalah bahwa permsalahan yang terjadi seperti halnya perceraian
merupakan permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Begitu
banyak faktor yang menyebabkan angka perceraian di Indonesia itu
tinggi, misalkan kehidupan keluarga yang tidak harmonis, terlalu dini
untuk melakukan pernikahan sehingga belum siap menghadapi
kehidupan setelah pernikahan, kekurangan dari segi ekonomi, maupun
penyebab yang lainnya. Terkait dengan putusan hakim tersebut,
pendapat penulis adalah bahwa putusan tersebut jika dilihat dari segi
penulisan dan kesesuaian dengan struktur dan isi putusan maka
putusan ini sudah sesuai.
V. Daftar Pustaka
Buku
Retnowulan Sutanto dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata
dalam teori dan Praktik, Bandung: Penerbit Alumni, 1986.
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), Yogyakarta: Liberty,
1982.
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana,
2007.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Kompilasi Hukum Islam