Dosen Pengampu :
Hatoli, S.,Sy, M.H
OLEH:
NUZUL FIRDAUS
NIM 302.2019.027
RIKI WINARTA
NIM 302.2019.056
SEMESTER : 2B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata Islam program studi Hukum Tata
Negara. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga maupun para pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hatoli,
S.Sy., MH selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata Islam yang telah
mempercayakan dan memberi penulis tugas makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman:
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Terminologi Perceraian Dalam Hukum Islam......................................2
B. Tata Cara Perceraian.............................................................................2
1. Menyiapkan Dokumen Yang Dibutuhkan......................................2
2. Mendaftarkan Gugatan Cerai Ke Pengadilan.................................3
3. Membuat Surat Gugatan.................................................................3
4. Menyiapkan Biaya Perceraian........................................................3
5. Mengetahui Tata Cara dan Proses Persidangan..............................4
6. Menyiapkan Saksi ..........................................................................4
7. Ikuti Seluruh Instruksi dari Pengadilan..........................................5
C. Waktu Tunggu (‘Iddah)........................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pernikahan, perceraian merupakan suatu peristiwa yang
kadang tidak dapat dihindarkan oleh pasangan menikah, baik mereka yang
baru saja menikah atau mereka yang sudah lama menikah. Perceraian
merupakan salah satu sebab putusnya ikatan perkawinan di luar sebab lain
yaitu kematian dan atau atas putusan pengadilan seperti yang terdapat di
dalam Pasal 38 UU Perkawinan. Dalam hal perceraian dapat dilakukan dan
diputuskan apabila memiliki alasan-alasan, baik dari pihak suami maupun
istri.
Saat berproses atau berperkara di pengadilan, baik itu di
Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri, sangat disarankan pihak
penggugat dan pihak tergugat dapat didampingi oleh advokat (pengacara).
Advokat selain dapat mendampingi para pihak yang beracara, ia juga dapat
menjembatani dialog antara para pihak yang akan bercerai terkait dengan
kesepakatan-kesepakatan, seperti harta gono gini, tunjangan hidup, hak
asuh anak, dan hal-hal penting lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Terminologi Perceraian Dalam Hukum Islam?
2. Bagaimana Tata Cerai Perceraian?
3. Kapan waktu Tunggu (‘iddah)?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Goode,William J. 1991. “Sosiologi Keluarga”. Jakarta: PT Bina Aksara.
2
3
2
Ibrahim Lubis, Agama Islam; Suatu Pengantar, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hlm. 145.
4
Tapi, hal ini kembali lagi tergantung pada jumlah ketidakhadiran pihak
yang bercerai.
5. Mengetahui Tata Cara dan Proses Persidangan
Saat proses persidangan berjalan, kedua belah pihak harus
menghadiri persidangan untuk mengikuti mediasi. Dengan adanya
mediasi, diharapkan kedua belah pihak bisa berdamai dan menarik
gugatannya. Akan tetapi, kalau keputusan untuk bercerai sudah bulat,
maka akan dilanjutkan dengan pembacaan surat gugat perceraian.
Jika pihak tergugat tidak pernah memenuhi panggilan dari pihak
pengadilan untuk mengikuti sidang, maka pihak pengadilan dapat
membuat amar putusan yang berisi pemutusan sah antara suami dan
istri.
Amar putusan ini kemudian akan dikirimkan kepada pihak tergugat
sebagai bukti kalau pernikahan sudah berakhir. Apabila pihak yang
tergugat sama sekali tidak memberi tanggapan mengenai amar putusan,
maka pihak pengadilan berhak membuat surat akta cerai.
6. Menyiapkan Saksi
Gugatan perceraian dapat berjalan lancar jika pihak penggugat
memberikan alasan yang jelas terkait pengajuan gugatan cerai. Alasan
ini juga akan disampaikan di pengadilan, termasuk menghadirkan
saksi-saksi yang dapat memperkuat alasan perceraian. Saksi-saksi
tersebut bakal dihadirkan saat sidang perceraian.
Jika Anda masih bingung, tidak mau ribet mengurus sendiri
gugatan cerai, Anda bisa menyewa jasa pengacara yang akan
melancarkan semua masalah perceraian Anda. Dengan adanya
pengacara, Anda setidaknya sudah memiliki shield untuk melindungi
diri dari adanya ancaman yang datang dari pasangan secara tiba-tiba.3
7. Ikuti Seluruh Instruksi dari Pengadilan
Selengkap apapun dokumen perceraian yang Anda serahkan ke
pengadilan, tetap tidak akan berguna jika Anda tidak mengikuti
3
Hadi Mufaat Ahmad, Fiqh Munakahat, Jakarta: Dutra Grafika, 1992, hlm. 201-206.
5
seluruh instruksi dari pengadilan dengan baik dan benar. Oleh karena
itu, ikuti seluruh instruksi pengadilan dan selalu memenuhi panggilan
sidang, apalagi jika Anda sebagai penggugat.
C. Waktu Tunggu (‘Iddah)
Waktu Tunggu (‘iddah) adalah sebuah masa di mana seorang
wanita yang telah diceraikan oleh suaminya, baik cerai karena suaminya
mati atau karena diceraikan ketika suaminya hidup, untuk menunggu dan
menahan diri dari menikahi laki-laki lain. Kompilasi Hukum Islam (KHI)
sendiri ternyata mengatur beberapa jenis masa iddah tergantung pada
kondisi yang menyebabkan terputusnya perkawinan.
Berikut ini adalah rincian masa waktu iddah yang terdapat dalam
Pasal 153 KHI:
1. Apabila suami meninggal dan perempuan tersebut sedang
hamil, maka masa iddahnya hingga bayi melahirkan.
2. Jika suami meninggal dan perempuan tersebut tidak dalam
keadaan hamil, maka masa iddahnya selama 4 bulan 10 hari.
3. Apabila bercerai, maka dibagi menjadi cerai yang bisa rujuk
(talak 1 dan talak 2) serta cerai yang tidak bisa rujuk (talak 3).
Inipun dibagi lagi menjadi yang masih haid ataupun sudah
tidak haid (menopause), yaitu:4
a. Untuk kasus bisa rujuk dan masih haid, masa iddahnya 3
kali haid.
b. Untuk kasus bisa rujuk dan tidak haid, masa iddahnya 3
bulan.
c. Untuk kasus bisa rujuk dan sedang hamil, masa iddahnya
sampai melahirkan bayi.
d. Untuk kasus tidak bisa rujuk (talak 3), maka masa iddahnya
hanya 1 kali haid (1 bulan).
4
Ihromi, T.O (Penyunting). 1999. “Bunga Rampai Sosiologi Keluarga”. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
6
5
KN. Sofyan Hasan, Dasar-dasar Memahami Hukum Islam di Indonesia, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hal. 118.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perceraian hukumnya halal, tapi sangat dibenci oleh Allah. Oleh
karena itu jangan menjadikan perceraian sebuah jalan keluar untuk
sebuah masalah dalam keluarga. Karena bukan hanya suami dan istri
yangmenderita kerugian. Tetapi juga anak hasil pernikahan tersebut.
Bagi pasangan suami-isteri hendaknya saling memahami, saling
terbuka dalam rumah tangga untukmemecahkan masalah yang
dihadapi, sehingga tidak terjadi disharmonis dalam keluarga. Langkah
yang ditempuh adalah dengan cara mengemukakan permasalahan yang
ada, kemudian permasalahan tersebut dibicarakan bersama dan dicari
jalankeluarnya bersama-sama, salah satunya adalah harus ada yang
mengalah dan saling menyadari satu sama lain, sehingga perselisihan
cepat terselesaikan dengan damai.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan agar pembaca mengetahui
apa itu tentang perceraian, apa saja yang termasuk dalam persyaratan
dan apa itu perceraian pada masa kini dan dapat memahami perceraian
pada masa kini tersebut.
7
DAFTAR PUSTAKA