Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PRAKTEK PERADILAN

CARA MEMBUAT GUGATAN PERCERAIAN


(GUGAT/TALAK)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Praktek Peradilan

Dosen Pengampu : H. Hasan Basri, S.Ag., S.H., M.H.

Disusun Oleh :

Kelompok V IH-F

Muhammad Deo Anthoni Sya- 12020713886

Muhammad Zaki Pratama 12020714285

Nindi Restu Artati 12020723343

Nining Febri Yelfiza 12020724105

ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Cara Membuat Gugatan
Perceraian (Gugat/Talak)” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek
Peradilan kelas IH-F dari Bapak H. Hasan Basri, S.Ag., S.H., M.H.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk pembaca. Bahkan, penulis berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Terlepas dari segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, penulis dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaikinya dikemudian hari.

Pekanbaru, 02 April 2023

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Perceraian ............................................................................... 3

B. Alasan Membuat Gugatan Cerai Gugat dan Cerai Talak ......................... 3

C. Syarat-Syarat Pengajuan Gugatan Cerai Gugat dan Cerai Talak ............. 4

D. Pengertian Gugatan .................................................................................. 4

E. Prosedur Pengajuan Gugatan Cerai Gugat dan Cerai Talak di PA .......... 9

F. Contoh Surat Cerai Gugat dan Talak ..................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18

A. Kesimpulan ............................................................................................. 18

B. Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Surat Gugatan merupakan suatu risalah yang diajukan oleh Penggugat ke
Ketua Pengadilan yang berwenang. Isinya memuat tuntutan hak, yang di
dalamnya mengandung suatu sengketa dan sekaligus merupakan dasar
landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian kebenaran suatu hak. Pada
perkara gugatan terdapat dua pihak yang saling berhadapan, yaitu Penggugat
dan Tergugat. Sedangkan, dalam perkara permohonan hanya ada satu pihak
saja, yaitu Pemohon. Khusus pada Pengadilan Agama, terdapat permohonan
yang perkaranya mengandung sengketa sehingga di dalamnya ada dua pihak
yang disebut Pemohon dan Termohon. Hal ini terjadi dalam perkara
permohonan izin ikrar talak dan permohonan izin beristri lebih dari seorang.1
Pengadilan Agama berwenang memeriksa dan mengadili perkara cerai
bagi perkawinan yang dilakukan menurut agama islam yang diakui sah oleh
hukum negara Indonesia. Salah satu ciri utama bahwa perkawinan dilakukan
secara agama islam dan sah secara hukum negara Indonesia adalah adanya
Buku Nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA), maka saat
akan melakukan perceraian harus diajukan di Pengadilan Agama setempat..
Berdasarkan penjelasan di atas, pada makalah ini penulis mencoba
membahas sedikit hasil dari beberapa referensi yang penulis baca tentang
“Cara Membuat Gugatan Perceraian (Gugat/Talak”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang di atas, penulis sudah merumuskan beberapa
rumusan masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan perceraian?

1
Elza Syarief, Praktik Peradilan Perdata : Teknis dan Kiat Menangani Perkara di Pengadilan,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2020), hlm.88.

1
2. Apa saja alasan membuat gugatan cerai gugat dan cerai talak?
3. Apa saja syarat-syarat pengajuan gugatan cerai talak dan cerai gugat?
4. Apa yang dimaksud dengan gugatan?
5. Bagaimana prosedur tata cara pengajuan cerai gugat dan talak di
pengadilan agama?
6. Bagaimana contoh surat cerai gugat dan talak?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan perumusan masalah tersebut,
yaitu:
1. Mengetahui pengertian perceraian
2. Mengetahui alasan membuat gugatan cerai gugat dan cerai talak
3. Mengetahui syarat-syarat pengajuan gugatan cerai talak dan cerai gugat
4. Mengetahui pengertian gugatan
5. Mengetahui prosedur tata cara pengajuan cerai gugat dan talak di
pengadilan agama
6. Mengetahui contoh surat cerai gugat dan talak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perceraian
Perceraian adalah putusnya ikatan dalam hubungan suami istri (putusnya
hukum perkawinan), sehingga keduanya tidak lagi berkedudukan sebagai
suami istri dan tidak lagi menjalani kehidupan bersama dalam suatu rumah
tangga. Cerai gugat adalah gugatan cerai yang diajukan istri yang sudah
melangsungkan pernikahan yang sah (dibuktikan dengan surat nikah) dan
hendak mengakhiri perkawinan melalui Pengadilan. Sedangkan, cerai talak
adalah gugatan cerai yang diajukan suami kepada istrinya ke Pengadilan
Agama.

B. Alasan Membuat Gugatan Cerai Gugat dan Cerai Talak


1. Suami/istri berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya yang
sukar disembuhkan;
2. Suami/istri meninggalkan anda selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa
ada izin atau alasan yang sah. Artinya, suami dengan sadar dan sengaja
meninggalkan anda.
3. Suami/istri dihukum penjara selama (lima) 5 tahun atau lebih setelah
perkawinan dilangsungkan;
4. Suami/istri bertindak kejam dan suka menganiaya anda, sehingga
keselamatan anda terancam;
5. Suami/istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena
cacat badan atau penyakit;
6. Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa kemungkinan
untuk rukun kembali;
7. Suami melanggar taklik-talak yang dia ucapkan saat ijab-kabul;
8. Suami/istri beralih agama atau murtad yang mengakibatkan
ketidakharmonisan dalam keluarga.

3
C. Syarat -Syarat Pengajuan Gugatan Cerai Talak dan Cerai Gugat
Syarat-syaratnya, yaitu:2
a. Menyerahkan Surat Permohonan/Gugatan;
b. Asli Kutipan/Duplikat Akta Nikah;
c. Fotocopy kutipan/Duplikat Akta Nikah;
d. Fotocopy KTP bersangkutan yang masih berlaku;
e. Pihak yang berprofesi sebagai PNS, TNI/POLRI dan BUMN, harus
menyerahkan Surat Izin/Surat Keterangan dari pejabat yang berwenang;
f. Khusus Perkara Ghoib, menyerahkan Surat Keterangan dari Kepala Desa/
Kepala Kelurahan, yang menerangkan Tergugat/Termohon telah pergi dan
sekarang tidak diketahui tempat tinggalnya di dalam maupun di luar
wilayah Indonesia, disertai dengan fotocopy Kartu Keluarga;
g. Persyaratan nomor 3-6 di Nazegelen (dimaterai dan Cap POS);
h. Membayar Panjar Biaya Perkara.

D. Gugatan
Sebuah Gugatan adalah suatu tuntutan hak yang merupakan tindakan yang
bertujuan untuk memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh
pengadilan untuk mencegah Eigenrichting (Main Hakim Sendiri). Suatu
tuntutan hak harus mempunyai kepentingan hukum yang cukup, dan ini
merupakan suatu syarat utama agar dapat diterimanya suatu tuntutan hak oleh
pengadilan untuk diperiksa.3 Gugatan harus diajukan dengan surat gugat yang
ditandatangani oleh Penggugat atau Kuasa-nya yang sah dan ditujukan kepada
Ketua Pengadilan Negeri. Gugatan disampaikan ke Pengadilan Negeri,
kemudian akan diberi nomor dan didaftarkan dalam buku Register setelah
penggugat membayar panjar biaya perkara, yang besarnya ditentukan oleh
Pengadilan Negeri.

2
Sudirman, Hukum Acara Peradilan Agama, (Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2021),
hlm.31.
3
Herinawati, dkk, Modul Pengantar Hukum Acara Perdata, (Lhokseumawe: Unimal Press, 2015),
hlm.31-32.

4
Bagi Penggugat yang benar-benar tidak mampu membayar biaya perkara,
hal mana harus di buktikan dengan surat keterangan dari Lurah atau Desa
yang bersangkutan. Ia dapat mengajukan gugatannya secara prodeo.
Penggugat yang tidak bisa menulis dapat mengajukan gugatannya secara lisan
di hadapan Ketua Pengadilan Negeri, yang akan menyuruh mencatat gugatan
tersebut.4
1. Syarat Membuat Gugatan Perceraian
Bentuk gugatan adalah surat. Oleh karenanya harus memenuhi
syarat sebagai surat, seperti: tempat dan tanggal gugatan itu dibuat (ex:
Pekanbaru, 10 Maret 2015), kepada siapa/kemana gugatan itu ditujukan
(ex: Kepada Yth. Bapak Ketua Pengadilan Agama Pekanbaru di
Pekanbaru), isi gugatan, ditutup dengan mencantumkan siapa yang
membuat/mengirim gugatan atau kuasanya dan ditandatangani. 5 Syarat-
syarat surat gugatan dalam Rv (Read van Justitie), pada Pasal 8 ayat (3)
disebutkan, bahwa surat gugatan harus memuat:6
a. Identitas para pihak, adalah keterangan yang lengkap dari pihak-pihak
berperkara yaitu nama, tempat tinggal, agama, umur, dan
kewarganegaraan. Dalam cerai gugat, penggugatnya adalah istri dan
tergugatnya adalah suami. Dalam cerai talak, sebaliknya.
b. Fundamentum petendie (posita) adalah dasar atau dalil gugatan yang
berisi tentang peristiwa dan hubungan hukum antara pihak-pihak yang
berperkara (penggugat dan tergugat), yang terdiri dua bagian:
 uraian tentang kejadiankejadian atau peristiwa-peristiwa (eitelijke
gronden) dan
 uraian tentang hukumnya (rechtsgronden);
c. Petitum adalah yang dimohon atau dituntut supaya diputuskan
pengadilan. Jadi, petitum ini akan mendapat jawabannya dalam diktum

4
Elza Syarief, Op.cit. hlm.88-89.
5
Nyoman A. Martana, Buku Ajar Hukum Acara dan Praktek Peradilan Perdata, (Bali: FH Unud,
2016), hlm.9
6
Tanpa nama, Modul Raktikum Hukum Acara dan Praktek Peradilan Perdata, (Samarinda: FH
Universitas Mulawarman, 2021), hlm.23.

5
atau amar putusan pengadilan. Karena itu, penggugat harus
merumuskan petitum tersebut dengan jelas dan tegas, kalau tidak bisa
menyebabkan gugatan tidak dapat diterima.

2. Formulasi dalam Membuat Surat Gugatan Cerai (Talak/Gugat)


Maksud formulasi gugat, ialah rumusan dan sistimatika gugat yang
tepat menurut hukum dan praktek peradilan. Formulasinya, yaitu:
a. Pencantuman Tanggal Gugatan
Boleh pada bagian depan halaman pertama; atau boleh pada bagian
akhir di atas tanda tangan Penggugat. Kealpaan pencantuman tanggal
tidak mempengaruhi keabsahan gugat. Karena tanggal bukan syarat
formil surat gugatan.7

b. Pencantuman Alamat Ketua Pengadilan


Sesuai ketentuan pasal 118 ayat 1 HIR atau pasal 142 ayat 1 RBG.
Surat gugatan di alamatkan kepada Ketua Pengadilan. Oleh karena itu,
surat gugatan harus mencantumkan bahwa gugatan dialamatkan
kepada Ketua Pengadilan. Hal ini juga sesuai dengan maksud gugatan,
yaitu permintaan atau permohonan langsung kepada Pengadilan agar
memanggil dan memeriksa para pihak dalam pemeriksaan persidangan
Pengadilan. Pencantuman alamat ketua Pengadilan ini bukan syarat
formil keabsahan surat gugatan. Seandainya Penggugat lupa, tidak
mengakibatkan gugatan tidak sah. Kelalaian itu dapat dianggap sudah
tercantum apabila ditinjau dari segi kompetensi relatif memang tepat
gugatan ditujukan kepada Pengadilan yang bersangkutan.8

c. Pencantuman Lengkap dan Terang Nama dan Alamat para Pihak


Hal ini merupakan salah satu faktor esensial syarat formil surat
gugatan. Sedapat mungkin mengenai penulisan nama selengkapnya
7
Abdul Hamit Lubis, Pembuatan Gugatan/Permohonan dan Pengajuannya, (Rantaurapat, 2016),
hlm.1-2.
8
Ibid.

6
termasuk gelar atau panggilan sehari-hari, guna menghindari terjadinya
Error in Persona. Mengenai penyebutan alamat para Tergugat atau
tempat kediaman para pihak, terutama alamat para Tergugat, harus
cermat dan terang dengan tujuan tidak sematamata untuk memudahkan
juru sita melakukan pemanggilan, tapi juga agar Tergugat dapat
mempergunakan haknya untuk membantah gugatan dan membela
kepentingannya. Kecuali, memang benar-benar tidak diketahui alamat
tempat tinggal atau tempat kediaman pada saat gugat diajukan, dan hal
itu diperkuat keterangan Kepada Desa dan Camat, barulah Penggugat
dibenarkan menyatakan alamat tempat tinggal atau kediaman Tergugat
tidak diketahui.9 Tentang penyebutan pekerjaan, umur, agama, dan
kewarganegaraan tidak mesti, tetapi lebih tepat dicantumkan untuk
memperkuat kebenaran identitas Tergugat.

d. Penegasan Para Pihak


Dalam Perkara Formulasi penegasan para pihak dalam gugatan,
penulisannya langsung mengikuti penyebutan identitas. Penegasan ini
merupakan Syarat Formil. Kelalaian atas penulisannya dapat dianggap
Obscur Libel, sebab tujuan penegasan kedudukan para pihak berkaitan
erat dengan hak membela dan mempertahankan kepentingan para
pihak. Sekiranya surat gugatan hanya mencantumkan identitas
seseorang, tetapi tidak menegaskan posisinya dalam perkara apakah
sebagai Tergugat atau tidak, bagaimana mungkin orang yang
bersangkutan dapat membela dan mempertahankan hak dan
kepentingannya. Itu sebabnya disamping dalam posita diuraikan
hubungan hukum yang terjadi antara para pihak, harus ditegaskan satu
persatu kedudukan para pihak dalam surat gugatan. Jika tidak gugatan
dianggap kabur atau obscur libel.10

9
Ibid., hlm.6.
10
Ibid., hlm.7.

7
e. Uraian Posita atau Dalil Gugat
Posita gugat adalah penjelasan dalil atau alasan gugatan. Ini
merupakan esensi gugatan yang berisi hal-hal penegasan hubungan
hukum antara Penggugat dengan objek yang disengketakan pada satu
segi. Hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat serta
hubungan Tergugat dengan objek sengketa pada segi yang lain.
Contohnya pada kasus cerai gugat, yakni istri mengajukan gugat
perceraian terhadap suami atas alasan perselisihan dan pertengkaran,
yang menjadi dalil gugat terangkai dalam dua bagian, yaitu:
 Penggugat dan Tergugat adalah suami istri yang sah (adanya Akta
Nikah);
 Terjadinya peristiwa perselisihan dan pertengkaran.
Posita gugat dilandasi posita yang tegas, cukup ringkas, jelas dan
terinci peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan dalil dan
persengketaan.

f. Perumusan Hal-Hal Yang Bersifat Assesor


Dalil gugat dengan segala penjelasan yang membarenginya adalah
bagian dari pokok perkara atau materi perkara. Terkadang gugatan
pokok sering diikuti dengan gugatan atau permintaan yang bersifat
assesor. Maksudnya, dengan adanya gugatan pokok hukum
membenarkan Penggugat untuk mengajukan gugatan tambahan yang
melekat pada gugat pokok. Contohnya, gugat biaya pemeliharaan anak
dalam perkara perceraian. Gugat biaya anak assesor kepada kepada
gugat perceraian. Pada prisnsipnya, gugat pemeliharaan anak tidak
mungkin dilakukan kalau tidak ada gugat perceraian, namun demikian
sifat assesornya tidak mutlak murni, karena biaya pemeliharaan anak
dapat digugat istri secara tersendiri setelah putusan gugat perceraian
memperoleh kekuatan hukum tetap.11

11
Ibid., hlm.9

8
g. Pencantuman Permintaan untuk Dipanggil dan Diperiksa
Pencantuman permintaan agar para pihak dipanggil dan diperiksa
dalam persidangan adalah rumusan formil memenuhi ketentuan pasal
121 ayat 1 HIR atau pasal 145 ayat 1 RBG. Rumusan ini bukan syarat
formil yang menentukan keabsahan surat gugatan. Sekiranya lalai
mencantumkan, tidak mengakibatkan surat gugatan mengandung cacat.

h. Petitum Gugat
Petitum gugat disebut juga diktum gugat. Petitum gugat merupakan
kesimpulan gugatan yang berisi rincian satu persatu tentang apa yang
diminta dan yang dikendaki Penggugat untuk dinyatakan dan
dihukumkan kepada Tergugat. Dengan kata lain, petitum merupakan
kesimpulan khir gugatan yang berisi rincian tuntutan Penggugat
kepada para Tergugat.12 Petitum disebut juga tuntutan hukum yang
diminta Penggugat untuk dijatuhkan Pengadilan kepada Tergugat.
Kedudukan petitum dalam surat gugatan merupakan syarat formil yang
bersifat mutlak. Suatu gugatan yang tidak berisi perumusan petitum
dianggap kabur dan tidak sempurna, dan gugat dinyatakan tidak dapat
diterima.

E. Prosedur Tata Cara Pengajuan Cerai Gugat dan Talak di Pengadilan


Agama
Prosedur tersebut, yaitu:13
1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) / Pemohon
(Suami) atau Kuasanya:
a. Mengajukan gugatan/permohonan secara tertulis atau lisan kepada
Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah;

12
Ibid.
13
Mimika, “Prosedur Tata Cara Pengajuan Perkara di Pengadilan Agama”, (diakses dari
https://www.pa-mimika.go.id/pdf/prosedur%20tata%20cara.pdf)

9
b. Penggugat dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada Pengadilan
Agama/Mahkamah Syari‟ah tentang tata cara membuat surat
gugatan/permohonan;
c. Surat gugatan/permohonan dapat dirubah sepanjang tidak mengubah
posita dan petitum. Jika Tergugat/termohon telah menjawab surat
gugatan/permohonan ternyata ada perubahan, maka perubahan tersebut
harus atas persetujuan Tergugat/termohon;
2. Gugatan/permohonan tersebut diajukan kepada Pengadilan
Agama/Mahkamah Syari‟ah:
a. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
Penggugat/pemohon;
b. Bila Penggugat/pemohon meninggalkan tempat kediaman yang telah
disepakati bersama tanpa izin Tergugat/termohon, maka gugatan
permohonan diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat/ termohon;
c. Bila Penggugat/ pemohon berkediaman di luar negeri, maka gugatan/
permohonan diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat/ termohon;
d. Bila Penggugat/ pemohon dan Tergugat/ termohon bertempat
kediaman di luar negeri, maka gugatan/ permohonan diajukan kepada
Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah yang daerah hukumnya
meliputi tempat dilangsungkannya perkawinan atau kepada Pengadilan
Agama Jakarta Pusat;
3. Gugatan tersebut memuat:
a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Penggugat dan
Tergugat;
b. Posita (fakta kejadian dan fakta hukum);
c. Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita);
4. Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta
bersama dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan/permohonan

10
perceraian atau sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum
tetap;
5. Membayar biaya perkara, bagi yang tidak mampu dapat berperkara secara
CumaCuma (prodeo);
6. Penggugat/pemohon dan Tergugat/termohon atau Kuasanya menghadiri
persidangan berdasarkan panggilan Pengadilan Agama/MAhkamah
Syari'ah;
7. Tahapan persidangan
8. Putusan Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah atas gugatan/permohonan
cerai gugat/talak sebagai berikut
a. Gugatan/Permohonan dikabulkan;
b. Gugatan/Permohonan ditolak;
c. Gugatan/Permohonan tidak diterima.

F. Contoh Surat Cerai Gugat dan Talak


1. Cerai Gugat14
Trenggalek, 24 Februari 2012
Hal : Cerai Gugat

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama Trenggalek
Jl. Dr. Sutomo nomor 21
Trenggalek

Assalamu„alaikum War. Wab.


Yang bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama : SITI MUALIFAH binti PAIDIN
Umur : 25 tahun, agama Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pedagang
14
Umarwan Sutopo, dkk, Op.Cit., hlm.269-273

11
Tempat tinggal: Dusun Kayen RT.07 RW. 02 Desa Kayen Kecamatan
Karangan Kabupaten Trenggalek
Selanjutnya disebut sebagai “Penggugat“;
Dengan hormat, Penggugat mengajukan gugatan perceraian
berlawanan dengan:
Nama : YAHYA ABIDIN bin MUSDI
Umur : 41 tahun, agama Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh tambang
Tempat tinggal: Dusun Ngelo Desa Karangan Kecamatan Karangan
Kabupaten Trenggalek
Selanjutnya disebut sebagai “Tergugat“;
Dengan keterangan dan alasan/dalil - dalil gugatan sebagai berikut:
1) Bahwa pada tanggal 09 Juli 2006, Penggugat dengan Tergugat
melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek,
dengan Akta Nikah Nomor : 0225/016/VII/2006 tanggal 09 Juli 2006
sebagaimana tertera dalam Duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor :
03/03/II/2014 tanggal 18 Februari 2014;
2) Bahwa sebelum menikah Penggugat berstatus perawan dan Tergugat
berstatus jejaka;
3) Bahwa setelah pernikahan tersebut, Penggugat dengan Tergugat
bertempat tinggal di rumah orang tua Penggugat selama 5 tahun 11
bulan yaitu sampai bulan Juni 2012, selanjutnya pisah tempat tinggal
hingga sekarang ;
4) Bahwa selama menikah tersebut Penggugat dan Tergugat telah
berhubungan suami isteri dan sudah dikaruniai seorang anak yang
bernama ADAM umur 6,5 tahun, sekarang dalam asuhan Penggugat ;
5) Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan
harmonis, namun setelah mempunyai seorang anak yaitu sejak bulan
Juni 2007 rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai goyah dan

12
sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan masalah
ekonomi, karena Tergugat tidak pernah jujur masalah keuangan
sehingga nafkah yang diberikan kepada Penggugat kurang bisa untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari dan setiap diperingatkan Tergugat
malah marah-marah dan pernah sekali memukul Penggugat;
6) Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran tersebut terjadi pada
bulan Juni 2012 yang akibatnya Tergugat pulang kerumah orangtua
Tergugat dan Penggugat tetap tinggal bersama orang tuanya, sehingga
terjadi perpisahan antara Penguggat dengan Tergugat selama 1 tahun 8
bulan sampai sekarang;
7) Bahwa selama pisah tempat tinggal tersebut antara Penggugat dan
Tergugat sudah tidak pernah berkomunikasi dan kumpul serumah
layaknya suami istri;
8) Bahwa pihak keluarga telah berusaha menasehati dan merukunkan
baik Penggugat maupun Tergugat agar rukun lagi sebagaimana
layaknya suami istri dalam rumah tangga, namun tidak berhasil ;
9) Bahwa atas kondisi rumah tangga yang demikian itu, Penggugat
merasakan sudah tidak sanggup mempertahankan keutuhan rumah
tangga dengan Tergugat, karena kehidupan rumah tangga Penggugat
dan Tergugat sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan perkawinan. Oleh
karena itu Penggugat memutuskan untuk segera mengakhiri
perkawinan ini dengan perceraian;
10) Bahwa Penggugat sanggup membayar seluruh biaya yang timbul
dalam penyelesaian perkara ini ;
Berdasarkan alasan/dalil-dalil diatas, Penggugat merasa sudah
tidak sanggup lagi meneruskan hidup berumah tangga bersama Tergugat,
oleh karena itu Penggugat mohon agar Ketua Pengadilan Agama
Trenggalek memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya
menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi:
PRIMER:
1) Mengabulkan gugatan Penggugat;

13
2) Menjatuhkan talak ba'in sughro Tergugat terhadap Penggugat;
Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara
sesuai dengan peraturan yang berlaku;
SUBSIDER:
Bilamana Pengadilan Agama berpendapat lain, mohon perkara ini
diputus menurut hukum dengan seadil-adilnya;
Demikian atas terkabulnya gugatan ini, Penggugat menyampaikan
terima kasih.

Wassalamu'alaikum wr. wb.


Hormat Saya,

SITI MUALIFAH binti PAIDIN

2. Cerai Talak15
Pasaman, 24 Juni 2013
Hal: Cerai Talak
Kepada
Yth. Ketua Pengadilan Agama Lubuk Sikaping
Di
Kabupaten Pasaman
Assalamu‟alaikum wr. wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fuad Husein bin Permana,
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1 Pekerjaan : Pedagang

15
Aah Tsamrotul Fuadah, Hukum Acara Peradilan Agama Plus Prinsip Hukum Acara Islam
Dalam Risalah Qadha Umar Bin Khattab/Aah Tsamrotul Fuadah, (Depok: Rajawali Pers,
2019), hlm.220-222.

14
Tempat tinggal : Jl. Cempaka No. 28, Ambacang Anggang,
Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman.
Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON;
Dengan hormat, pemohon mengajukan permohonan cerai terhadap
istri: Nama : Rahayu Ningsih binti Syafrizal,
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat tinggal : Padang Gelugur, Kecamatan Padang Gelugur,
Kabupaten Pasaman;
Selanjutnya disebut sebagai TERMOHON;
Adapun alasan/dalil - dalil permohonan Pemohon sebagai berikut:
1) Bahwa Pemohon dengan Termohon adalah suami istri yang
melangsungkan pernikahan pada tanggal 16 Agustus 2010 di Lubuk
Sikaping, dihadapan Pejabat KUA Kecamatan Lubuk Sikaping,
Kabupaten Pasaman, sebagaimana kutipan Akta Nikah
No.101/22/IV/2010 tanggal 16 Agustus 2010.
2) Bahwa setelah pernikahan tersebut Pemohon dengan Termohon
sepakat tinggal bersama di Jl. Cempaka No.28, Ambacang Anggang,
Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman. Selama pernikahan
tersebut Pemohon dengan Termohon telah bergaul sebagaimana
layaknya suami istri namun belum dikaruniai anak.
3) Bahwa rumah tangga Pemohon dengan Termohon yang hidup rukun
dan damai hanya sekitar 1 tahun dan setelah itu sejak bulan September
2011, rumah tangga antara Pemohon dan Termohon mulai goyah
karena terjadi perselisihan dan pertengkaran yang didorong karena
masalah ekonomi. Termohon tidak terima terhadap nafkah wajib yang
diberikan Pemohon walaupun Pemohon telah memberikan seluruh
penghasilan Pemohon setiap minggu sebesar Rp400.000,- namun
Termohon selalu meminta lebih dari kemampuan Pemohon.

15
4) Bahwa Termohon sama sekali tidak mau mendengarkan nasehat
pemohon dan tidak lagi memperhatikan Pemohon, yakni ia lebih
mementingkan diri sendiri daripada kepentingan Pemohon seperti
dalam menyediakan makan untuk Pemohon atau mencuci pakaian
Pemohon sehingga tak jarang Pemohon sendiri yang melakukannya.
5) Bahwa Termohon lebih suka menghambur-hamburkan uang terhadap
kepentingan yang mubazir dan tidak bermanfaat dan Termohon tidak
pernah menuruti nasehat dari Pemohon selaku suami dan kepala
keluarga dalam rumah tangga.
6) Bahwa pada awal Januari 2012, menjadi puncak perselisihan dan
pertengkaran yang tidak dapat diselesaikan lagi terjadi antara Pemohon
dan Termohon dikarenakan Termohon melakukan perselingkuhan
dengan pria lain yang pemohon lihat langsung dan hal itu tidak dapat
Pemohon tolerir lagi. Dan setelah itu Termohon meninggalkan tempat
kediaman sampai sekarang.
7) Bahwa telah ada usaha dari Pemohon untuk mempertahankan
keharmonisan rumah tangga antara Pemohon dengan Termohon,
namun upaya tersebut tidak berhasil dikarenakan Termohon
melakukan perselingkuhan yang tidak bisa untuk Pemohon terima.
8) Bahwa rumah tangga Pemohon dengan Termohon tidak dapat
dipertahankan lagi karena telah terjadi perselisihan dan pertengkaran
secara terus-menerus yang tidak mungkin untuk dipersatukan lagi.
9) Bahwa atas dasar uraian di atas permohonan Pemohon telah memenuhi
alasan perceraian sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No.1
Tahun 1974 Jo. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf (f) Jo. Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 huruf (f).
10) Bahwa atas dasar alasan-alasan tersebut yang telah dikemukakan di
atas Pemohon bermohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama
Lubuk Sikaping berkenan membuka sidang guna memeriksa dan
mengadili permohonan Pemohon serta memberikan putusan sebagai
berikut:

16
PRIMAIR:
1) Mengabulkan permohonan Pemohon
2) Memberikan izin terhadap Pemohon (Fuad Husein bin Permana) untuk
menjatuhkan talak satu raj'i kepada Termohon (Rahayu Ningsih binti
Syafrizal) di depan sidang Pengadilan Agama Lubuk Sikaping.
3) Membebankan biaya perkara menurut Hukum
SUBSIDAIR:
Apabila Majelis Hakim Berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya.
Demikian atas terkabulnya permohonan ini, Pemohon
menyampaikan terima kasih.
Wassalamu‟alaikum wr. wb.

Hormat Pemohon,

(Fuad Husein bin Permana)

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gugatan cerai di Pengadilan Agama tersebut dapat diajukan baik oleh
Suami kepada Isterinya maupun oleh Isteri kepada Suaminya. Gugatan yang
diajukan Suami kepada Isterinya disebut dengan Permohonan Cerai Talak,
dimana nantinya suami menjadi Pemohon dan Isteri menjadi Termohon.
Sedangkan terhadap gugatan cerai yang diajukan oleh Isteri kepada Suaminya
disebut Gugatan Perceraian, dimana isteri sebagai Penggugat dan suami
sebagai Tergugat. Bentuk gugatan adalah surat. Oleh karenanya harus
memenuhi syarat sebagai surat, seperti: tempat dan tanggal gugatan itu dibuat
(ex: Pekanbaru, 10 Maret 2015), kepada siapa/kemana gugatan itu ditujukan
(ex: Kepada Yth. Bapak Ketua Pengadilan Agama Pekanbaru di Pekanbaru),
isi gugatan, ditutup dengan mencantumkan siapa yang membuat/mengirim
gugatan atau kuasanya dan ditandatangani.

B. Saran
Sehubungan dengan pembuatan gugatan, masih sering ditemukan gugat
yang tidak memenuhi syarat. Tidak terkecuali gugatan yang dibuat pengacara
sekali pun, masih sering didapati kurang sempurna formulasi dan
sistematikanya. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk membuat gugatan
harus lebih diperhatikan lagi unsur-unsur maupun persyaratan dari gugatan itu
sendiri agar gugat dapat diterima. Kelengkapan formal dan materil dari
gugatan harus lebih diperhatikan lagi agar gugatan sempurna. Selain itu,
sebelum membuat gugatan sebaiknya di minta dulu petunjuk kepada
pengadilan mengenai pembuatan surat gugatan cerai yang baik dan benar.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Fuadah, Aah Tsamrotul.2019. Hukum Acara Peradilan Agama Plus Prinsip


Hukum Acara Islam Dalam Risalah Qadha Umar Bin Khattab/Aah Tsamrotul
Fuadah. Depok: Rajawali Pers.

Herinawati, dkk. 2015. Modul Pengantar Hukum Acara Perdata. Lhokseumawe:


Unimal Press.

Lubis, Abdul Hamit. 2016. Pembuatan Gugatan/Permohonan dan Pengajuannya.


Rantaurapat.

Martana, Nyoman A. 2016. Buku Ajar Hukum Acara dan Praktek Peradilan
Perdata. Bali: FH Unud.

Sudirman. 2021. Hukum Acara Peradilan Agama. Parepare: IAIN Parepare


Nusantara Press.

Syarief, Elza. 2020. Praktik Peradilan Perdata : Teknis dan Kiat Menangani
Perkara di Pengadilan. Jakarta : Sinar Grafika.

Tanpa nama. 2021. Modul Raktikum Hukum Acara dan Praktek Peradilan
Perdata, Samarinda: FH Universitas Mulawarman.

Internet

Mimika. “Prosedur Tata Cara Pengajuan Perkara di Pengadilan Agama”, diakses


dari (https://www.pa-mimika.go.id/pdf/prosedur%20tata%20cara.pdf)

19

Anda mungkin juga menyukai