Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

PRAKTEK PERADILAN H.HASANBASRI, S.Ag.,S.H..,M.H

CARA MEMBUAT SURAT KUASA DAN SURAT GUGATAN

PERBUATAN MELAWAN HUKUM

DISUSUN OLEH :

ELSI AGUS MELAN (12020723425)


FITRI YANI (12020723281)
FIVIEN AMRISYAH (12020723107)
FUAD FADILLAH (11920712761)
ILHAM RAHMAT SAPUTRA (12020714578)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM F

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur atas ke hadiran Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dari kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
mengenai " Cara Membuat Surat Gugatan dan Surat Kuasa" dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Praktek Peradilan. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak H. HASAN BASRI,
S.Ag.,S.H..,M.H selaku dosen pengampu Mata Kuliah Praktek Peardilan yang telah
memberikan dedikasinya kepada kami selama perkuliahan.
Kami juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu,saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum wr. wb.

Pekanbaru, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2

C. TUJUAN ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

1. SURAT KUASA ............................................................................................... 3

A. Pengertian Surat Kuasa .................................................................................. 3

B. Surat Kuasa Khusus ........................................................................................ 4

C. Tata Cara Pembuatan Surat Kuasa ................................................................. 5

D. Contoh Surat Kuasa ........................................................................................ 7

2. SURAT GUGATAN ....................................................................................... 10

A. Pengertian Surat Gugatan ............................................................................. 10

B. Isi Gugatan ................................................................................................... 11

C. Contoh Surat Gugatan .................................................................................. 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pesatnya perkembangan masyarakat dan semakin kompleksnya relasi
yang terjalin diantara mereka, baik di bidang sosial maupun ekonomi, perlu
diikuti dengan berbagai aturan hukum guna menjaga ketertiban dalam relasi
tersebut. Rumitnya aturan hukum yang berlaku membuat aturan hukum tersebut
tidak mudah dipahami oleh masyarakat Dalam kenyataannya jika para pihak
yang berperkara bukan seorang sarjana hukum atau ahli hukum maka dalam hal
beracara di muka Pengadilan akan mengalami kesulitan baik dalam membuat
surat gugatan, replik, duplik, membuat memori banding, atau kasasi, untuk
mempertahankan hak dan kepentingannya, dan surat gugatan yang diajukan
itupun mungkin tidak dapat diterima ataupun ditolak oleh hakim di Pengadilan.
Maka mereka kemudian bergantung kepada profesi advokat guna
menyelesaikan segala permasalahan hukum yang dihadapinya.
Gugatan adalah suatu tuntutan hak dari setiap orang atau pihak atau badan
hukum yang merasa hak dan kepentingannya dirugikan dan menimbulkan
perselisihan, yang ditujukan kepada orang lain atau pihak lain yang
menimbulkan kerugian itu melalui pengadilan negeri.
Pemberian kuasa diatur dalam Pasal 123 H.I.R (Herziene Indonesische
reglement) dan Pasal 147 R.Bg (Reglement voor de buitengewesten).
Perwakilan atau pemberian kuasa dapat diberikan kepada profesi Advokat
sesuai dengan pengertian pemberian kuasa harus disebutkan dengan jelas untuk
apa saja kuasa itu diberikan apakah hanya untuk pemeriksaan dalam pengadilan
pertama saja, atau kalau diperlukan untuk persidangan dalam tahap selanjutnya.
Pemberian kuasa semacam ini dengan lengkap harus dimuat dalam berita acara
pemeriksaan sidang.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Cara Membuat Surat Kuasa Dan Surat Gugatan Perbuatan
Melawan Hukum?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Cara Membuat Surat Kuasa Dan Surat Gugatan
Perbuatan Melawan Hukum
BAB II
PEMBAHASAN

1. SURAT KUASA
A. Pengertian Surat Kuasa
Surat kuasa adalah surat yang berisi pelimpahan wewenang dari
seseorang kepada seseorang lain. Pelimpahan wewenang dapat mewakili
pihak yang memberi wewenang dalam urusan pribadi ataupun masalah
hukum. Pemberian kuasa atau wewenang terhadap seseorang agar yang
bersangkutan dapat bertindak mewakili orang yang memberi kuasa karena
orang yang memberi kuasa tidak dapat melaksanakan sendiri. Fungsi dari
surat kuasa sebagai salah satu bukti bahwa orang yang disebutkan
namanya di dalam surat tersebut berhak atau berkewajiban untuk
melakukan sesuai dengan isi surat kuasa.

Terdapat tiga macam surat kuasa,

- Surat kuasa perseorangan yaitu surat yang dibuat oleh seseorang kepada
orang lain yang dipercayainya untuk melakukan sesuatu guna kepentingan
pribadi sang pemberi kuasa. Contoh dari surat kuasa perseorangan adalah
surat kuasa untuk mengambil pensiun gaji;
- Surat kuasa kedinasan yang dikeluarkan oleh instansi/ perusahaan,
yaitu surat kuasa yang dibuat oleh suatu instansi/perusahaan atau oleh
seorang pejabat/pimpinan yang diberikan kepada bawahannya untuk
melakukan sesuatu yang ada kaitannya dengan instansi. Contoh surat
kuasa untuk mengurus soal-soal ujian;
- Surat kuasa istimewa, yaitu surat kuasa yang diberikan oleh seseorang
kepada pihak lain, misalnya pengacara, untuk menyelesaikan suatu
masalah yang ada kaitannya dengan pengadilan.

3
4

Setiap beracara di Pengadilan maupun di lembaga-lembaga lain


yang sifatnya mewakili, maka setiap pihak yang mewakili salah satu
pihak harus dapat menunjukkan keabsahannya dalam mewakili tersebut.
Keabsahan tersebut diwujudkan dalam suatu surat pelimpahan yang
dikenal dengan sebutan Surat Kuasa. Surat Kuasa dilihat dari bentuknya
dikenal dua macam yaitu Kuasa yang diberikan secara lisan dan Surat
Kuasa yang diberikan secara tertulis.
Dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia, apabila seseorang ingin
mengajukan suatu gugatan perdata di Pengadilan Negeri mengenai
permasa- lahan hukum yang berkaitan dengan pemenuhan prestasi dalam
perjanjian ataupun perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
seseorang atau badan hukum terhadap dirinya, dan dia bermaksud
menunjuk seorang atau lebih advokat sebagai penerima kuasanya dalam
mewakili dan/atau memberikan bantuan hukum pada proses pemeriksaan
perkara di persidangan, maka orang tersebut harus memberikan kuasa
kepada advokat yang ditunjuk dalam bentuk Surat Kuasa Khusus yang
dibuat dan ditandatangani serta diperuntukkan khusus untuk itu. Hal
pemberian Kuasa dengan Surat Kuasa Khusus yang demikian ini, berlaku
pula bagi pihak yang digugat oleh pihak lain, yang pada akhirnya diwakili
oleh seorang advokat sebagai penerima kuasa1

B. Surat Kuasa Khusus


Surat kuasa khusus adalah pemberian kuasa yang dilakukan hanya
untuk satu kepentingan tertentu atau lebih. Dalam surat kuasa khusus, di
dalamnya dijelaskan tindakan-tindakan apa saja yang boleh dilakukan
oleh penerima kuasa. Jadi, karena ada tindakan-tindakan yang dirinci

1
Elza Syarief, Praktik Peradilan Perdata Teknis Dan Kiat Menangani Perkara Di Pengadilan,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2020), hlm 25-26
5

dalam surat kuasa tersebut, maka surat kuasa tersebut menjadi surat kuasa
khusus.
Bentuk kuasa yang sah di depan pengadilan untuk mewakili
kepentingan pihak yang berperkara, diatur dalam Pasal 123 ayat (1) HIR,
yaitu:
a) Kuasa secara lisan. Kuasa ini dinyatakan secara lisan oleh Penggugat di
hadapan Ketua Pengadilan Negeri, dan pernyataan pemberian kuasa
secara lisan tersebut dinyatakan dalam catatan gugatan yang dibuat oleh
Ketua Pengadilan Negeri;
b) Kuasa yang ditunjuk dalam Surat Gugatan. Penggugat dalam
suratgugatan nya, dapat langsung mencantumkan dan menunjuk kuasa
hukum yang dikehendakinya untuk mewakili dalam proses pemeriksaan
perkara. Dalam praktik, cara penunjukan seperti itu tetap saja didasarkan
atas surat kuasa khusus yang telah dicantumkan dan dijelaskan pada
surat gugatan.

C. Tata Cara Pembuatan Surat Kuasa


1. Pembuatan Surat Kuasa
Peristiwa hukum dan adanya kesepakatan mengenai pengajuan
gugatan ke pengadilan, maka dibuatlah surat kuasa yang nerupakan
perjanjian para pihak, sesuai Pasal 1792 KUH Perdata. Karena itu,
perjanjin yang harus dipahami bukan hanya obyek gugatan, tetapi juga
perjanjian antara pemberi kuasa dan yang dikuasakan. Yang dimaksud
perjanjian disini adalah perjanjian antara yang memberi kuasa, yang
mempunyai masalah yang dalam praktik disebut pemberi kuasa
(principal) atau klien dengan yang diberi kuasa disebut penerima kuasa,
yang berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
6

2003 tentang Advokat, yaitu dalam Pasal 1 diberikan kepada advokat


(lawyer).2
Pihak yang berperkara dipengadilan dapat menghadapi dan
menghadiri pemeriksaan persidangan sendiri atau mewakilkan kepada
orang lain untuk menghadiri persidangan di Pengadilan. Pemberi kuasa
kepada orang lain untuk menghadiri persidangan dapat dilakukan secara
lisan maupun tertulis. Pemberi kuasa secara lisan harus dinyatakan di
depan persidangan pengadilan dan dicatat di dalam berita acara sidang.
Pemberi kuasa secara tertulis dilakukan di dalam surat kuasa mewakili
pihak yang berperkara untuk mewakili di persidangan.
Orang yang dapat menjadi kuasa untuk mewakili para pihak dalam
persidangan adalah advokat atau orang yang mempunyai izin khusus
untuk beracara di persidangan, misalnya orang lain yang masih
mempunyai hubungan keluarga dengan para pihak. Keterangan masih ada
hubungan keluarga harus berupa surat keterangan dari lurah pihak yang
bersangkutan. Pemberi kuasa secara tertulis bagi orang yang buta
huruf/tidak bisa tanda tangan dilakukan dengan membubuhkan cap ibu
jari di depan pejabat yang berwenang yaitu Notaris setelah dibacakan dan
diterangkan maksudnya oleh pejabat tersebut kemudian ditandatangani
dan dicap ibu jari serta dilegalisasi oleh Notaris.
Pemberi kuasa dapat disertai dengan hak substitusi atau hak untuk
melimpahkan kuasa kepada orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan. Apabila dalam suatu kuasa tidak terdapat hak substitusi
maka penerima kuasa tidak adapat melimpahkan kuasa kepada orang lain
baik sebagian maupun seluruhnya. Pemberi kuasa dapat diberikan untuk
mewakili pihak pada Peradilan Tingkat Pertama saja dan boleh pemberian

2
V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil, (Jakarta:
Erlangga, 2015), hlm 66.
7

kuasa sampai Pengadilan Tingkat Kasasi atau bahkan sampai selesainya


perkara.
Pemberian kuasa dapat dilakukan sebelum sidang maupun pada
waktu sidang sedang berjalan. Dengan pemberian kuasa tidak menutup
kemungkinan hakim untuk memerintahkan pihak yang bersangkutan
untuk hadir sendiri dalam persidangan, misalnya untuk keperluan
sumpah.
Surat kuasa biasanya memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Identitas, pemberi kuasa dan penerima kuasa. (Nama, alamat, umur,
agama, pekerjaan, dan kewarganegaraan).
b. Hal yang dikuasakan. (Disebutkan hal apa saja yang dikuasakan,
kedudukan para pihak sebagai penggugat/tergugat, nomor perkara,
pengadilan mana).
c. Hak yang diberikan kepada penerima kuasa.
d. Hak substitusi untuk seluruhnya atau sebagian.
e. Tempat dan tanggal surat dibuat.
f. Tanda tangan penerima kuasa di atas materai yang cukup dan tanda
tangan penerima kuasa.

D. Contoh Surat Kuasa

SURAT KUASA
NOMOR : 50/SKK/I/2004

Yang bertandatangan dibawah ini :


Ir. AHMAD JUMINA, Jabatan Direktur PT. AXY Tempat lahir Bandung,
Tanggal 12 Februari 1961, Agama Islam, jenis Kelamin Laki-laki, Kewarganegaraan
Indonesia, Beralamat Jalan Patimura RT. 015 RW. 004, Desa/Kelurahan Bunga,
Kecamatan Kupu-Kupu, Kabupaten Merah Menyala, Provinsi Jawa Barat.
8

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT. AXY, selanjutnya disebut
sebagai-----------------PEMBERI KUASA;
Dalam hal ini Pemberi Kuasa menentukan untuk memilih domisili hukumnya
dan memberikan kuasa kepada:
ADV. MAHDIANUR, S.H.,M.H.
ADV. EDI ROSANDI, S.H.,M.Hum
ADV. RUSNAWATI, S.H.
Adalah Advokat/Penasihat Hukum pada LAW FIRM MAHDI &
ASSOCIATES, beralamat di Wisma N.H. Lt. 1 Jalan Raya Pasar Minggu, Pancoran,
Jakarta Selatan, Phone: 082154858888, E-mail: mahdiannur69@gmail.com
Selanjutnya disebut sebagai----------------PENERIMA KUASA;

----------------------- K H U S U S ----------------------

Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa mewakilinya sebagai Penggugat dalam
perkara Gugatan Perbuatan Melawan Hukum melalui Pengadilan Negeri Bandung,
Provinsi Jawa Barat.
BERLAWAN:
AMPUH BANGET, Pekerjaan Petani/Pekebun, Tempat Lahir di Cirebon,
Tanggal Lahir 06 Agustus 1973, Jenis Kelamin Laki-Laki, Bertempat tinggal di Jalan
Poros Barat RT. 08 RW. 01 Kelurahan Bukit Makmur, Kecamatan Jurang Tajam,
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat;
Selanjutnya Penerima Kuasa berhak sepenuhnya untuk menghadap dan
menghadiri semua acara persidangan di Pengadilan Negeri Bandung, menerima
panggilan persidangan, 2 mengajukan dan menandatangani surat-surat, mengajukan
perdamaian atau menolak tawaran perdamaian, mengajukan replik, mengajukan
akta/alat bukti tertulis, mengajukan saksi-saksi termasuk saksi ahli dan menolak
akta/alat bukti tertulis dan saksi-saksi termasuk saksi ahli yang diajukan oleh pihak
lawan, mengajukan kesimpulan, menerima putusan, menyatakan banding, kasasi.
9

Peninjauan Kembali (PK) dan membuat serta mengajukan memori-memorinya


dan/atau kontra memori-memorinya, serta dapat berbicara seluas-luasnya dengan
pihak lain yang memerlukan keterangan. Pokoknya Penerima Kuasa dapat melakukan
tindakan-tindakan hukum lainnya penting dan berguna sehubungan dengan maksud
kuasa ini.
Kuasa ini diberikan dengan Hak Retensi dan Hak Substitusi (melimpahkan)
baik sebagian maupun seluruhnya menurut hukum, serta hak kolaborasi yakni hak
untuk menarik serta melibatkan pihak lain dalam menjalankan kuasa ini, baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri atas sebagian maupun maksud kuasa ini.

Bandung, 29 April 2015

Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

Ir. AHMAD JUMINA


ADV. MAHDIANUR,S.H.,M.H.,.

ADV. EDI ROSANDI, S.H.,M.Hum

ADV. RUSNAWATI, S.H.


10

2. SURAT GUGATAN
A. Pengertian Surat Gugatan
Surat Gugatan merupakan suatu risalah yang diajukan oleh
Penggugat ke Ketua Pengadilan yang berwenang. Isinya memuat tuntutan
hak, yang di dalamnya mengandung suatu sengketa dan sekaligus
merupakan dasar landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian
kebenaran suatu hak. Pada perkara “gugatan” terdapat dua pihak yang
saling berhadapan, yaitu Penggugat dan Tergugat. Sedangkan dalam
perkara “permohonan” hanya ada satu pihak saja, yaitu Pemohon. Khusus
pada Pengadilan Agama, terdapat permohonan yang perkaranya
mengandung sengketa sehingga di dalamnya ada dua pihak yang disebut
Pemohon dan Termohon. Hal ini terjadi dalam perkara permohonan izin
ikrar talak dan permohonan izin beristri lebih dari seorang.
Gugatan harus diajukan dengan surat gugat yang ditandatangani
oleh Penggugat atau Kuasa-nya yang sah dan ditujukan kepada Ketua
Pengadilan Negeri. Gugatan disampaikan ke Pengadilan Negeri,
kemudian akan diberi nomor dan didaftarkan dalam buku Register setelah
penggugat membayar panjar biaya perkara, yang besarnya ditentukan
oleh Pengadilan Negeri.17 Bagi Penggugat yang benar-benar tidak
mampu membayar biaya perkara, hal mana harus di buktikan dengan
surat keterangan dari Lurah atau Desa yang bersangkutan. Ia dapat
mengajukan gugatannya secara prodeo. Penggugat yang tidak bisa
menulis dapat mengajukan gugatannya secara lisan di hadapan Ketua
Pengadilan Negeri, yang akan menyuruh mencatat gugatan tersebut. 3

3
Elza Syarief, Op.cit,hlm. 88-89
11

B. Isi Gugatan
Dalam sebuah gugatan terdiri dari syarat formil dan syarat materil,
sebagai berikut:
1) Syarat Formil
Syarat formil terdiri dari:
a. Tempat dan tanggal pembuatan surat gugatan Suatu kebiasaan
dalam sebuah surat mencantumkan tempat dimana surat tersebut
dibuat dan mencantumkan tanggal dibuatnya surat dimaksud.
b. Materai
Dalam praktek peradilan masalah materai dalam gugatan
sebenarnya tidaklah merupakan suatu kewajiban hukum. Ada
gugatan yang menggunakan materai, dan ada pula yang tidak
meng- gunakan materai, Dalam UU Bea Materai, pada dasarnya
penggunaan materai apabila surat tersebut akan dijadikan alat
bukti, bahkan Hakim dilarang mempertimbangkan alat bukti
yang tidak diterakan materai, oleh karena itu ada pemateraian
belakangan/nazegelen (semula tidak ada materai, kemudian
ketika akan dijadikan alat bukti baru diterakan materai).
c. Tanda Tangan (Hantekening)
Pasal 118 ayat (1) HIR disebutkan bahwa sebuah gugatan
ditandatangani oleh Penggu kuasa hukumnya. Bahkan menurut
Pasal St. 1910-776, bagi Penggugat yang tidak dapat me baca
menulis dapat membubuhkan cap jempol (ibu jari tangan)
sebagai pengganti tanda tangan
2) Syarat Materil
Menurut Pasal 8 Rv gugatan memuat tentang: identitas para pihak,
dasar atau dalil gugatan/posit fundamentum petendi,
tuntutan/petitum. Secara terperinci adalah sebagai berikut:
a. Identitas para pihak baik (bisa lebih dari satu Penggugat
dan Tergugat)
Yang dimaksud dengan identitas Penggugat dan Tergugat
pada pokoknya terdiri dari: nama, tem- pat tinggal, sedangkan
agama, usia, pekerjaan sebagai pelengkap (karena kemungkinan
12

Pengg gat akan mengalami kesulitan kalau diharuskan


mengetahui secara benar dan lengkap identititas Tergugat).
Penyebutan identitas para pihak dalam gugatan merupakan
syarat mutlak (absolute) keab sahan Surat Gugatan, yang apabila
tidak dicantumkan berimplikasi pada gugatan cacat hukum
Landasan yuridis keharusan pencantuman identitas adalah untuk
penyampaian panggilan dan pemberitahuan.
Penggugat dan Tergugat dapat terdiri lebih dari satu orang,
selain Tergugat kemungkinan adapula Turut Tergugat (yaitu
pihak yang tidak terkait langsung dengan pokok perkara, namun
diharuskan ikut mentaati isi putusan).Dalam persidangan PHI
penulis belum pernah menemui pihak Turut Tergugat, karena
sengketa perburuhan langsung antara pekerja dengan pengusaha.
Identitas harus ditulis dengan jelas, nama (kalau bisa nama
lengkapnya), pekerjaan dan alamat lengkap. Karena bila salah
nama atau alamat tidak lengkap akan merugikan pihak Peng
gugat sendiri, dan akan membutuhkan waktu untuk melakukan
perbaikan
Untuk Badan Hukum, sebagai Penggugat harus disebutkan
dengan jelas kedudukan Peng gugat dalam Badan Hukum
tersebut. Sedangkan Badan Hukum sebagai Tergugat cukup
disebut- kan nama Badan Hukum dimaksud, tidak perlu
menyebutkan Direktur, dan sebagainya.4

4
Syahrul Machmud,Hukum Acara Khusus Pada Pengadilan Hubungan Industrial (Yogyakarta
: Graha Ilmu, 2014), hlm. 93
13

b. Isi gugatan selanjutnya adalah fundamentum petenti/posita

Posita (fundamentun petendi) adalah dalil dalil dari


penggugat yang menjadi dasar-dasar atau alasan alasan gugatan
penggugat. Posita ini memuat dua hal pokok dalam uraiannya,
yaitu:
1. Dasar-dasar atau alasan alasan yangmenguraikanmengenai
fakta-fakta atau peristiwa peristiwa atau kejadian kejadian
yang medeskripsikan duduknya masalah.
2. Dasar-dasar atau alasan-alasan yang menguraikan mengenai
hukumnya, yaitu memuat hubungan hukum antara pengugat
dengan tergugat, hubungan hukum penggugat dan / atau
tergugat dengan materi atau obyek sengketa.
Dalam penyusunan posita dikenal adanya 2 teori terkait
dengan luasnya uraian dalam posita, yaitu:
1. Substantierings theorie,menurut teori ini, penyusunan posita
tidaklah cukup hanya menguraikan mengenai peristiwa dan
hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan, melainkan
harus diuraikan pula bagaimana sejarahnya sampai terjadi
peristiwa dan hubungan hukum itu
2. Individualiseringtheorie, teori ini mengajarkan bahwa dalam
menyusun suatu posita adalah sudah dipandang cukup dengan
menguraikan peristiwa dan hubungan hukum tanpa
menguraikan secara detail sejarah dari peristiwa dan
hubungan hukum tersebut
14

c. Isi gugatan berikutnya adalah adanya petitum atau tuntutan


Petitum adalah apa yang dimohonkan atau dituntut supaya
diputus demikian oleh pengadilan. Dalam putusan pengadilan,
petitum ini mendapat jawaban dalam amar atau dictum putusan
pengadilan. Petitum gugatan haruslah dirumuskan dengan jelas
dan cermat karena berimplikasi luas baik dalam proses
persidangan maupun nanti setelah putusan dimohonkan eksekusi.
Perumusan petitum harus mempunyai keterkaitan yang jelas
dengan perumusan posita. Setiap tuntutan dalam petitum
haruslah dapat dicarikan dasarnya dalam posita. Dengan kata lain
tidak ada bagian dari tuntutan dalam petitum yang tidak ada
uraiannya dalam posita. Tuntutan / petitum dibedakan menjadi
tuntutan primer dan tuntutan subsider / tuntutan pengganti /
tuntutan alternatif. Tuntutan primer dalam perkara perceraian:
menyatakan perkawinan antara penggugat dan tergugat putus
karena perceraian.Tuntutan subsidernya: menyatakan hubungan
penggugat dan tergugat tidak dalam hubungan perkawinan yang
sah.
Lebih lanjut, terkait dengan petitum primer dalam praktek
dikenal adanya tuntutan / petitum pokok dan tuntutan / petitum
tambahan. Tuntutan pokok ini merupakan tuntutan yang
langsung tertuju ke pokok perkara. Misalnya, dalam perkara
perceraian: menyatakan perkawinan antara penggugat dengan
tergugat putus karena perceraian; dalam perkara hutang piutang:
menghukum tergugat membayar hutang sejumlah Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kepada penggugat.
Tuntutan tambahan, yang merupakan pelengkap tuntutan pokok
misalnya: tuntutan agar tergugat dihukum membayar biaya
perkara, tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan terlebih
15

dahulu (uitvoerbaar bij voorraad), tuntutan agar tergugat


dihukum membayar uang paksa.5
Secara sistematis susunan gugatan sebagai berikut:
1) Nama kota dimana gugatan dibuat berikut tanggalnya.
2) Alamat Ketua Pengadilan Agama yang berwenang memeriksa
perkara.
3) Identitas para pihak berikut penegasan kedudukan para pihak
sebagai penggugat atau tergugat.
4) Posita.
5) Tuntutan (petitum).
6) Tanda tangan penggugat atau kuasanya6

C. Contoh Surat Gugatan

Surat Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

Jakarta ,15 Febuari 2015


Kepada Yth : Ketua Pengadilan Negeri Bogor
Jl. Pengadilan No.10,
Kota Bogor Jawa Barat 16121, Indonesia

Perihal : Gugatan Perbuatan Melawan Hukum


Lampiran : Surat kuasa

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : EDI ROSANDI, S.Sos., S.H.,
M.Hum, Advokat pada LAW FIRM MAHDI & ASSOCIATES, beralamat di Wisma
N.H. Lt. 1 Jalan Raya Pasar Minggu, Pancoran, Jakarta Selatan, Phone:
082154858888, E-mail: mahdiannur69@gmail.com. Berdasarkan Surat Kuasa
5
Nyoman A. Martana, Hukum Acara Dan Praktek Peradilan Perdata, (Denpasar: Bagian
Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana,2016) hlm 9-11
6
Abdullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama, (Bandung: CV Mandar Maju, 2018),
hlm 93-95.
16

Khusus pada tanggal 7 Januari 2015 (vide: fotocopy surat kuasa telampir), bertindak
untuk dan atas nama:
Nama : Jelita Putri
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Diponegoro No. xx, Kota Madya Tangerang
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Dalam hal ini memilih tempat kediaman hukum (domisili) di kantor kuasanya
di atas, yang selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT.
Dengan ini penggugat hendak mengajukan gugatan terhadap:
Nama : Ir. Purwojono
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Kedondong No. zz Bogor
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Agama : Islam
Yang selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.

Adapun yang menjadi alasan dan dasar Gugatan Perbuatan Melawan Hukum ini
adalah sebagai berikut:
1. Bahwa pada tanggal 20 oktober 1981 antara PENGGUGAT dengan Sdr. Roy
Ahmadi Natakusuma (ahli waris Ny. Mariam Natakusumah) telah mengadakan
Perjanjian Jual Beli dimana Penggugat membeli tanah seluas 291 M 2
vervonding 687 di Jl. Pajajaran No. 73 Bogor berupa tanah Hak Milik.
2. Bahwa perjanjian jual beli antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT dibuat
AKTA Jual Beli dihadapan Notaris yang mempunyai kewenangan didaerah kerja
di Bogor yaitu Nadiya,S.H.,M.kn dengan akta jual beli No. 14/tahun 1981.
3. Bahwa tanah yang dibeli oleh PENGGUGAT dari Sdr. Roy Ahmadi Natakusuma
(ahli waris Ny. Mariam Natakusumah) yang seluas 291M2 sebagian tanah
tersebut disewakan seluas 50M2 pada TERGUGAT oleh Nyonya Mariam
17

Natkusumah pada tahun 1951 dan kemudian dibangun sebuah bangunan Rumah
yang kemudian ditempati oleh keluarga TERGUGAT.
4. Bahwa TERGUGAT sebagai pemilik yang baru dari tanah Verponding 687
seluas 291M2 berdasarkan dengan akta jual beli No. 14/tahun 1981meminta
kepada TERGUGAT sebagai penghuni sebagian tanah seluas 50 M2 yang
dimiliki oleh PENGGUGAT dimana PENGGGUGAT meminta kepada
TERGUGAT agar mengosongkan dan menyerahkan tanah yang di huni oleh
TERGUGAT kepada PENGGUGAT.
5. Bahwa TERGUGAT tidak mau mengosongkan sebagian tanah seluas 50M2 dari
tanah yang dimiliki PENGGUGAT, dimana PENGGUGAT memberikan
kompensasi kepada TERGUGAT agar TERGUGAT mau mengosongkan tanah
seluas 50M2 tetapi TERGUGAT tidak mau karena TERGUGAT telah menyewa
dari pemilki lama yaitu Nyonya Mariam Natkusumah.
6. Bahwa berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata menegaskan bahwa “Tiap perbuatan
yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan
kerugian tersebut”.
7. Bahwa oleh karena perbuatan menguasai objek tanah sengketa secara tidak sah
dan tanpa hak tersebut adalah perbuatan melawan hukum sebagaimana
ditegaskan oleh Pasal 1365 KUHPerdata maka sudah sepantasnya apabila
TERGUGAT dihukum untuk menyerahkan objek tanah sengketa kepada
penggugat dalam keadaan kosong tanpa beban apapun baik dari tangannya atau
tangan orang lain yang diperoleh karena izinya.
8. Bahwa dikarenakan perbuatan yang dilakukan oleh TERGUGAT tersebut adalah
menyatakan perbuatan melawan hukum dan menyebabkan kerugian bagi
PENGGUGAT karena PENGGUGAT tidak dapat menguasai dan menikmati
objek tanah sengketa sejak tahun 1981 maka sudah sepantasnya kalu
TERGUGAT dihukum untuk membayar ganti Kerugian kepada PENGGUGAT.
18

9. Bahwa dikarenakan perbuatan yang dilakukan oleh TERGUGAT diatas adalah


sebesar Rp.151.500.00 (seratus lima puluh satu juta lima ratus ribu rupiah )
dengan perincian sebagai berikut: a. PENGGUGAT tidak dapat menikmati dan
menguasai objek tanah sengketa tersebut disewakan sebesar Rp. 1.500.000 (satu
juta lima ratus ribu rupiah) per tahun x 61 tanah = Rp 91.500.000 (Sembilan
puluh satu juta lima ratus ribu rupiah) b. Biaya pengosongan objek tanah
sengketa Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) c. Kerugian immaterial
Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
10. Bahwa sebelum gugatan ini diajukan PENGGUGAT telah melakukan upaya-
upaya penyelesaian secara musyawarah maupun juga upaya-upaya yang patut
menurut hukum dengan beberapa kali mengirimkan surat peringatan kepada
TERGUGAT (Somasi) yang mengingatkan dan meminta agar TERGUGAT
segera mengosongkan tanah seluas 50M2 dikarenakan sebagian tanah yang
ditempati TERGUGAT telah dibeli oleh PENGGUGAT . Namun kenyataannya
TERGUGAT tidak juga menunjukan itikad baik.
11. Bahwa dengan tidak adanya upaya dan itikad baik TERGUGAT kepada
PENGGUGAT secara nyata-nyata telah menunjukan bahwa TERGUGAT telah
membuat PENGUGAT mengalami kerugian karena membayar harga tanah
seluruhnya untuk tanah seluas 291M2 teatapi ternyata sebagian tanah yang dibeli
PENGGUGAT ditempati oleh TERGUGAT.
12. Bahwa untuk menjamin pelaksanaan isi putusan perkara ini maka perlu adanya
penyitaan terlebih dahulu terhadap seluruh harta kekayaan TERGUGAT baik
yang berupa barang tetap maupun barang bergerak yang sejenis dan jumlahnya
akan kami ajukan dikemudian hari.
13. Bahwa oleh karena gugatan ini diajukan berdasarkan bukti-bukti yang otentik
yang sangat sulit disangkal keberadaanya maka terhadap putusan dalam perkara
ini, mohon dinyatakan dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun adanya
upaya banding,kasasi maupun verzet pihak ketiga (uit voerbaar bij voerraad).
19

Maka berdasarkan hal-hal yang sebagaimana telah PENGGUGAT uraikan diatas,


bersama ini PENGGUGAT mohon kepada ketua Pengadilan Negeri Tangerang,
sudilah kiranya berkenan untuk memeriksa dan mengadili perkara ini,dan selanjutnya
menjatukan putusan sebagai berikut:

Primair :
1. Menerima dan Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.
2. Menyatakan secara sah dan berharga sita jaminan terhadap barang milik
TERGUGAT baik barang tetap maupun barang bergerak yang sejenis dan
jumlahnya akan dihentikan kemudian.
3. Menghukum TERGUGAT untuk membayar kerugian materiil sejumlah
Rp.101.500.000,- (seratus satu juta lima ratus ribu rupiah ) dan pembayaran
kerugian immaterial sejumlah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
secara tunai dan sekaligus sejak keputusan perkara ini mempunyai kekuatan
hukum tetap sampai dengan TERGUGAT melaksanakan putusan ini.
4. Menjatuhkan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada
upaya banding, kasasi maupun verzet pihak ketiga (uit voerbaar bij voerraad)
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini.

Subsidair :
Apabila Pengadilan Negeri Tangerang berpendapat lain mohon dapat
memberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Demikian gugatan ini saya ajukan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat,

EDI ROSANDI, S.Sos., S.H., M.Hum


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebagaimana tersebut di atas maka penulis
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
 Surat kuasa khusus ialah surat kuasa yang dibuat untuk satu perkara tertentu
dan untuk satu tingkatan pengadilan pada lingkup badan peradilan tertentu.
Surat kuasa biasanya memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Identitas, pemberi kuasa dan penerima kuasa. (Nama, alamat, umur,
agama, pekerjaan, dan kewarganegaraan).
2. Hal yang dikuasakan. (Disebutkan hal apa saja yang dikuasakan,
kedudukan para pihak sebagai penggugat/tergugat, nomor perkara,
pengadilan mana).
3. Hak yang diberikan kepada penerima kuasa.
4. Hak substitusi untuk seluruhnya atau sebagian.
5. Tempat dan tanggal surat dibuat.
6. Tanda tangan penerima kuasa di atas materai yang cukup dan tanda
tangan penerima kuasa.
 Gugatan adalah suatu perkara yang terdapat sengketa antara dua belah pihak.
Secara sistematis susunan gugatan sebagai berikut:
1. Nama kota dimana gugatan dibuat berikut tanggalnya.
2. Alamat Ketua Pengadilan Agama yang berwenang memeriksa perkara.
3. Identitas para pihak berikut penegasan kedudukan para pihak sebagai
penggugat atau tergugat.
4. Posita.
5. Tuntutan (petitum).
6. Tanda tangan penggugat atau kuasanya

20
DAFTAR PUSTAKA

Machmud, S. (2014). Hukum Acara Khusus Pada Pengadilan Hubungan Industrial.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Martana, N. A. (2016). Hukum Acara Dan Praktek Peradilan Perdata. Denpasar:


Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Sinaga, V. H. (2015). Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil.


Jakarta: Erlangga.

Syarief, E. (2020). Praktik Peradilan Perdata Teknis Dan Kiat Menangani Perkara
Di Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika.

Wahyudi, A. T. (2018). Hukum Acara Peradilan Agama. Bandung: CV Mandar


Maju.

21

Anda mungkin juga menyukai