Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK MEMBUAT SURAT KUASA DAN BERITA ACARA

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bantuan Hukum dan Advokasi

Dosen Pengampu :
PROF. DR. H. Faisal, S. H., M. H.
Hendra Matdravi S. H.I, M.A.

Disusun Oleh :

Destia Angelica Putri 2021010144


Okta Fifrotul Hanif 2021010092
Ratna Fauzia 2021010299

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H /2023 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran allah SWT. Yang telah memberikan rahmat,
hidayah, sertai-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul TEKNIK MEMBUAT
SURAT KUASA DAN BERITA ACARA ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW semoga kita semua bisa bertemu dengan beliau
di yaumil akhir kelak dan tidak lupa untuk selalu bersyukur kepada allah SWT
yang telah memberi kita nikmat sehat, dan telah memberi kita petunjuk yang
paling benar yakni syariah agama islam syariah agama islam yang paling
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak PROF. DR. H. Faisal, S. H., M. H. dan Hendra Matdravi S. H.I, M.A.
sebagai dosen pengampuh mata kuliah Bantuan Hukum dan Advokasi selain itu,
tujuan menulis makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana
teknik pembuatan surat kuasa dan berita acara terkusus pada mata kuliah bantuan
hukum dan advokasi.

Tak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini Akhir kata semoga makalah karya
ilmiah ini, dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman dan pembaca, untuk
memulai berkarya khususnya dalam hal tulis menulis.

Bandar Lampung, 23 Maret 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Pengertian Surat Kuasa ............................................................................. 3


1. Macam- macam Surat Kuasa ................................................................ 4
2. Teknik Membuat Surat Kuasa ............................................................... 5
B. Pengertian Berita Acara Sidang ................................................................ 8
1. Dasar Hukum Berita Acara Sidang ....................................................... 9
2. Teknik Membuat Berita Acara Sidang .................................................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23

A. Kesimpulan ............................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lingkungan masyarakat sering terjadi perkara-perkara yang
melibatkan dua pihak atau lebih. Untuk menyelesaikan perkara-perkara
tersebut, maka para pihak yang berperkara dapat mengajukan surat gugatan
kepada Pengadilan.
Para pihak yang hendak berperkara di muka pengadilan, prinsipnya tidak
harus diwakilkan/dikuasakan kepada pihak lain. Dalam artian, pemeriksaan
perkara di persidangan bisa secara langsung terhadap parapihak, namun
apabila dikehendaki oleh pihak yang berperkara dan memang ada alasan
untuk itu, maka kehadiran mereka dalam persidangan bisa dikuasakan kepada
pihak lain. Dalam HIR, pengaturan mengenai surat kuasa khusus ada di dalam
Pasal 123 HIR.1
Surat kuasa khusus ialah surat kuasa yang dibuat untuk satu perkara
tertentu dan untuk satu tingkatan pengadilan pada lingkup badan peradilan
tertentu.2 Untuk memahami pengertian kuasa secara umum, dapat dirujuk
Pasal 1792 KUH Perdata yang berbunyi: “Pemberian kuasa adalah suatu
persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada seorang
lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu
urusan.” Bertitik tolak dari ketentuan pasal tersebut, dalam perjanjian kuasa
terdapat dua pihak yang terdiri dari:
a. Pemberi kuasa atau lastgever (instruction, mandate).
b. Penerima kuasa atau disingkat kuasa, yang diberi perintah atau mandat
melakukan sesuatu untuk dan atas nama pemberi kuasa.3
Dalam Pasal 197 ayat (1) dan (3) R.bg dikemukakan bahwa dalam
pelaksanaan persidangan pengadilan, panitera membuat satu berita acara pada
setiap persidangan yang berisi segala kejadian dan peristiwa yang terjadi

1
Bambang Sugeng dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi, (Jakarta:
kencana, 2012), hlm 11.
2
Bambang Sugeng dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi, (Jakarta:
kencana, 2012), hlm 11-12
3
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: sinar Grafika, 2007), hlm 1-2.

1
dalam proses pemeriksaan perkara tersebut. Berita acara sidang ini
ditandatangani oleh Ketua Majelis Hakim dan Panitera yang ikut sidang. 4
Berita acara persidangan merupakan sumber/landasan dalam membuat
pertimbangan hukum dan menyusun putusan. Pertimbangan dan putusan
harus sejalan dengan berita acara persidangan. Jika tidak konsisten, maka
dapat dijadikan alasan untuk membatalkan putusan pada pemeriksaan tingkat
banding atau kasasi.5
Dengan demikian, pengertian berita acara persidangan adalah laporan
tertulis yang dibuat oleh pegawai atau pejabat umum pengadilan, dalam hal
ini panitera, tentang waktu dan tempat persidangan serta keterangan-
keterangan dan petunjuk lainnya sehubungan persidangan suatu perkara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teknik Pembuatan Surat Kuasa ?
2. Bagaimana Teknik Pembuatan Berita Acara Sidang ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Teknik Pembuatan Surat Kuasa
2. Mengetahui Teknik Pembuatan Berita Acara Sidang

4
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara.....,h. 150
5
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)
Cet. I, h. 99

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Surat Kuasa
Pemberian kuasa adalah suatu perbuatan hukum yang bersumber pada
perjanjian yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena
bermacam-macam alasan, di samping kesibukan sehari-hari sebagai
anggota masyarakat yang demikian kompleks sering dilakukan dengan
surat kuasa.6
Surat Kuasa pada umumnya telah datur dalam Bab XVI, Buku III
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) Pasal 1792 s/d 1819,
sedangkan secara khusus telah diatur dalam Hukum Acara Perdata
yaitu sebagaimana pada Pasal 123 HIR/147 Rbg. Prinsip hukum
pemberian kuasa yang berkaitan dengan kuasa khusus.7
Surat kuasa khusus ialah surat kuasa yang dibuat untuk satu perkara
tertentu dan untuk satu tingkatan pengadilan pada lingkup badan peradilan
tertentu.8 Untuk memahami pengertian kuasa secara umum, dapat dirujuk
Pasal 1792 KUH Perdata yang berbunyi: “Pemberian kuasa adalah suatu
persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada
seorang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.” Bertitik tolak dari ketentuan pasal
tersebut, dalam perjanjian kuasa terdapat dua pihak yang terdiri dari:
a. Pemberi kuasa atau lastgever (instruction, mandate).
b. Penerima kuasa atau disingkat kuasa, yang diberi perintah atau mandat
melakukan sesuatu untuk dan atas nama pemberi kuasa.9
Dari pasal tersebut, ada dua pihak yaitu pemberi kuasa dan penerima
kuasa, keduanya telah mengadakan persetujuan, pemberi kuasa
memberikan atau melimpahkan sesuatu urusannya kepada pihak penerima
kuasa untuk melakukan sesuatu untuk dan atas nama pemberi kuasa,

6
Djaja S. Meliala, Penuntun Praktis Perjanjian Pemberian Kuasa Menurut KUHPerdata, Nuansa Alulia,
Bandung, 2008, hlm. 1
7
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: sinar Grafika, 2007), hlm 1.
8
Bambang Sugeng dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi, (Jakarta:
kencana, 2012), hlm 11.
9
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: sinar Grafika, 2007), hlm 1-2.

3
sesuai dengan fungsi dan kewenangan yang telah ditentukan dalam
surat kuasa tersebut, hal mana penerima kuasa bertanggung jawab
melakukan perbuatan sepanjangyang dikuasakan dan tidak melebihi
kewenangan yang diberikan dari pemberi kuasa.

1. Macam - Macam surat Kuasa


1) Kuasa Umum, diatur dalam Pasal 1795 KUHPerdata. Menurut
pasal ini, kuasa umum bertujuan memberi kuasa kepada seseorang
untuk mengurus kepentingan pemberi kuasa, yaitu:
a. Melakukan tindakan pengurusan harta kekayaan pemberi kuasa;
b. Pengurusan itu, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepentingan pemberi kuasa atas harta kekayaannya;
c. Dengan demikian titik berat kuasa umum, hanya meliputi
perbuatan atau tindakan pengurusan kepentingan pemberi kuasa.
Dengan demikian, dari segi hukum, kuasa umum adalah pemberian
kuasa mengenai kepengurusan, yaitu disebut beherder atau
manajer untuk mengatur kepentingan pemberi kuasa.10
2) Kuasa Khusus, ialah surat kuasa yang dibuat untuk satu perkara
tertentu, untuk satu tingkatan pengadilan pada lingkup badan
peradilan tertentu11 dan menciptakan ketentuan dalam hal
pemahaman terhadap surat kuasa khusus yang diajukan oleh para
pihak berperkara kepada Badan-badan Peradilan.12 Adapun
pengaturan mengenai surat kuasa khusus diatur dalam Pasal 1975
BW, yaitu mengenai pemberian kuasa mengenai satu kepentingan
tertentu atau lebih. Agar bentuk kuasa yang disebut dalam pasal ini
sah sebagai surat kuasa khusus di depan pengadilan, kuasa tersebut
harus disempurnakan terlebih dahulu dengan syarat-syarat yang
disebutkan dalam Pasal 123 HIR.

10
M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h.6
11
Bambang Sugeng dan sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata Dan Contoh Dokumen Litigasi, (Jakarta:
Prenadamedia Group,2012), h. 11
12
H.M. Fauzan, Peranan Perma dan Sema Sebagai Pengisi Kekosongan Hukum Indonesia Menuju Terwujudnya
Peradilan yang Agung, ( Prenada Media, 2015), h. 806

4
3) Kuasa Istimewa, diatur dalam Pasal 1796 KUHPerdata.
Selanjutnya, ketentuan pemberian kuasa istimewa dapat dikaitkan
dengan ketentuan Pasal 157 HIR atau Pasal 184 RBg. Jika
ketentuan pasal-pasal ini dirangkai, diperlukan beberapa syarat
yang harus dipenuhi agar kuasa khusus tersebut sah menurut
hukum sebagai kuasa istimewa. Syarat yang dimaksud adalah:
a. Bersifat limitatif, yaitu terbatas untuk tindakan tertentu yang
sangat penting;
b. Harus berbentuk akta otentik, menurut Pasal 123 HIR, surat
kuasa istimewa hanya dapat diberikan dalam bentuk surat yang
sah, R. Soesilo menafsirkannya dalam bentuk akta otentik.13
4) Kuasa Perantara, Kuasa perantara disebut juga agen, yakni di mana
pemberi kuasa memberikan kuasa kepada pihak kedua dalam
kedudukannya sebagai perantara atau makelar untuk melakukan
perbuatan hukum terhadap pihak ketiga dalam perdagangan
keagenan. Apa yang dilakukan agen, langsung mengikat sepanjang
hal itu tidak bertentangan atau melampaui batas kewenangan yang
diberikan. Kuasa perantara ini dikontruksi berdasarkan Pasal 1792
KUH Perdata dan Pasal 62 KUHD yang dikenal dengan agen
perdagangan atau makelar (perwakilan dagang).14 Pemberi kuasa
sebagai principal memberi perintah kepada pihak kedua dalam
kedudukannya sebagai agen atau perwakilan untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu.

2. Teknik Membuat Surat Kuasa


Pasal 1 angka (1) UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat
menyebutkan, Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan Undang-Undang ini. (Peradi, 2007). Advokat
dalam memberikan jasa pelayanan hukum terhadap klien yang

13
.“Hukum Acara Perdata (Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, Dan Putusan
Pengadilan)”, M. Yahya Harahap, S.H., Sinar Grafika, Jakarta, 2010, Hal.: 7-8.
14
Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), h. 103

5
membutuhkan bantuan hukum tentunya didasarkan atas persetujuan
kedua belah pihak yang dituangkan kemudian dalam bentuk surat
kuasa khusus. Dalam menyusun surat kuasa khusus setidaknya harus
tercantum 19 komponen15, yakni:
1) Mencantumkan Judul: Surat Kuasa Atau Surat Kuasa Khusus.
2) Memuat identitas Pemberi Kuasa (nama dan alamat yang jelas).
3) Menyebutkan : sebagai Pemberi Kuasa.
4) Menegaskan pilihan domisili hukum pemberi kuasa (Kantor
Advokat yang ditunjuk).
5) Menyebutkan Nama Penerima Kuasa (dalam kasus ada 2 orang
Advokat).
6) Menegaskan dari mana Penerima Kuasa (sebagai Advokat dari
kantor apa).
7) Penegasan tentang : bertindak bersamasama atau masing-masing
sendiri.
8) Menyebutkan sebagai PENERIMA KUASA.
9) Penyebutan kata KHUSUS.
10) Tentang tujuan Pemberian Kuasa (untuk mewakili Pemberi Kuasa
mengajukan Gugatan).
11) Identitas Tergugat (nama dan alamat).
12) Tentang Kasus Apa (tidak menjalankan isi perjanjian).
13) Pengadilan Negeri mana Gugatan tersebut diajukan.
14) Mengajukan Hak Subtitusi.
15) Mencantumkan Hak Retensi.
16) Tanggal Pemberian Kuasa.
17) Kolom nama dan tanda tangan Pemberi Kuasa.
18) Kolom nama dan tanda tangan Penerima Kuasa.
19) Penempatan Materai (Materai 6000).
Contoh :

15
Peradi, Kitab Advokat Indonesia, Jakarta: Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Advokat Indonesia, 2007.

6
SURAT KUASA KHUSUS
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : DRS.ALI AKBAR


Pekerjaan/Jabatan : DIREKTUR UTAMA PT.BANK BOLA DUNIA
Alamat : Jln. SUDIRMAN No. 66 JAKARTA PUSAT

Dalam hal ini bertindak untuk dan karena jabatannya selaku Direktur Utama PT.
Bank Bola Dunia, untuk selanjutnya disebut sebagai PEMBERI KUASA
Untuk sementara MEMILIH DOMISILI HUKUM DIALAMAT KUASANYA

Dengan ini memberi kuasa kepada: AGUS PURNOMO, S.H. DAN ALBERT
SIMORANGKIR,S.H. Advokat dari KANTOR PENGACARA AGUS-ALBRET
DAN REKAN yang berkantor di Jln.Antara No. 7 Jakarta Pusat
BAIK BERSAMA MAUPUN MASING-MASING SENDIRI

Untuk selanjutnya disebut PENERIMA KUASA

-------------------------------------- K H U S U S -------------------------------------

Bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Pemberi Kuasa PT.Bank Bola
Dunia UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN terhadap PT. MANCA NEGARA
yang beralamat di Jl.Sisingamangaraja No.123 Jakarta Selatan, yaitu tidak
melaksanakan Perjanjian Pengembalian Pinjaman berdasarkan AKTA
PERJANJIAN HUTANG PIUTANG yang dibuat di hadapan Notaris Abdul Jalil,
SH dengan Akta No. 100 tertanggal 01 Februari 2004 melalui kepaniteraan
PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN.

Selanjutnya kepada Penerima Kuasa diberikan segala hak untuk melakukan


tindakan hukum yan dianggap perlu dan berguna untuk kepentingan Hukum
Pemberi Kuasa selaku Penggugat. Kuasa ini diberikan dengan HAK
SUBSTITUSI dan HAK RETENSI

JAKARTA, 15 FEBRUARI 2014

PEMBERI KUASA PENERIMA KUASA


Meterai 6000

DRS. ALI AKBAR AGUS PURNOMO,S.H.

7
B. Pengertian Berita Acara Sidang
Suatu hal yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan persidangan
adalah berita acara sidang atau disebut dengan process verbal. Berita acara
sidang ini merupakan akta autentik.16 Mengenai akta otentik diatur dalam
Pasal 1868 KUH Perdata yang berbunyi: “Suatu akta otentik ialah akta
yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau
dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat akta
dibuat.”17Berita acara sidang adalah akta autentik yang berfungsi sebagai
informasi dalam membuat putusan/penetapan. 18
Dari penjelasan pasal ini, akta otentik dibuat oleh atau dihadapan
pejabat yang berwenang yang disebut dengan pejabat umum.19 Berita
acara sidang dibuat secara resmi oleh pejabat yang berwenang (Panitera)
yang berisi tentang proses pemeriksaan perkara dalam persidangan,
sebagai dasar Majelis Hakim dalam membuat putusan terhadap perkara
yang diadilinya.20
Dalam Pasal 197 ayat (1) dan (3) R.bg dikemukakan bahwa dalam
pelaksanaan persidangan pengadilan, panitera membuat satu berita acara
pada setiap persidangan yang berisi segala kejadian dan peristiwa yang
terjadi dalam proses pemeriksaan perkara tersebut. Berita acara sidang ini
ditandatangani oleh Ketua Majelis Hakim dan Panitera yang ikut sidang.21
Berita acara persidangan merupakan sumber/landasan dalam membuat
pertimbangan hukum dan menyusun putusan. Pertimbangan dan putusan
harus sejalan dengan berita acara persidangan. Jika tidak konsisten, maka
dapat dijadikan alasan untuk membatalkan putusan pada pemeriksaan
tingkat banding atau kasasi.22
Dengan demikian, pengertian berita acara persidangan adalah laporan
tertulis yang dibuat oleh pegawai atau pejabat umum pengadilan, dalam

16
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta:
Kencana, 2006) Cet. 4, h. 148
17
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Tentang Pembuktian Pasal 1868
18
Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan...., h. 27
19
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2004), Cet I, h. 556
20
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara.....,h. 148
21
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara.....,h. 150
22
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)
Cet. I, h. 99

8
hal ini panitera, tentang waktu dan tempat persidangan serta keterangan-
keterangan dan petunjuk lainnya sehubungan persidangan suatu perkara.

1. Dasar Hukum Berita Acara Sidang


Dasar hukum pembuatan berita acara persidangan diatur dalam
peraturan perundang-undangan antara lain sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman Pasal 11 ayat (3).23
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
yang telah diubah dengan Perubahan Kedua yaitu Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009, Pasal 97 dan penjelasannya.24 Jadi, yang
membuat berita acara sidang adalah panitera atau panitera pengganti
yang ditunjuk oleh panitera untuk menghadiri sidang.25
3. Reglement Buitengewesten (RBg) Pasal 197 atau Het Herziene
Indonesisch Reglement (HIR) pasal 186.26
4. Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor KMA/032/SK/IV/2006
tanggal 4 April 2006 tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman
Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan.

2. Teknik Membuat Berita Acara Persidangan


Dalam pemeriksaan perkara di hadapan persidangan, Hakim wajib
menerapkan asas pemeriksaan perkara perdata, yang tentang hal ini
harus pula dipahami oleh Panitera / Panitera Pengganti yang bertugas
membantu Hakim dalam persidangan27, antara lain :
1) Asas persidangan terbuka untuk umum. (Pasal 13 Undang-undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).
2) Asas Hakim wajib mendamaikan para pihak berperkara. (Pasal 154
RBg / Pasal 130 HIR).

23
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 11 ayat (3)
24
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 97
25
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara.....,h. 148
26
Reglement Buitengewesten (Rbg) Pasal 97 ayat (1)
27
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara....., h. 150

9
3) Asas audi et alteram partem. (Pasal 4 Undang-undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).
4) Asas imparsialitas. (Pasal 4 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman).
Menurut buku pedoman pelaksanaan tugas dan administrasi peradilan
agama yang disahkan oleh Keputusan Mahkamah Agung dijelaskan bahwa
“Panitera Pengganti harus membuat berita acara sidang yang memuat
tentang hari, tanggal, tempat, susunan persidangan, pihak yang hadir, dan
jalannya pemeriksaan perkara tersebut dengan lengkap dan jelas.”28
Pembuatan dan pengetikan berita acara sidang sebagaimana pada buku
pedoman pelaksanaan tugas dan administrasi peradilan agama yaitu :
1) Menggunakan bahasa hukum yang baik dan benar;
2) Ketikan harus rapi;
3) Jika ada kesalahan ketik, perbaikannya menggunakan
metode renvoi dan kata yang diganti harus dibaca, serta
diparaf pleh Ketua Majelis dan Panitera Pengganti;
4) Menggunakan kertas A4 70 gram;
5) Margin atas dan bawah 3 cm, margin kiri 4 cm dan margin
kanan 2 cm;
6) Jarak antara baris pertama dan berikutnya 11/2 spasi;
7) Menggunakan font arial 12;
8) Kepala BAS memakai huruf capital dan tanpa garis bawah;
9) Setelah kata nomor tidak memakai titik dua (:), penulisan
nomor dengan 4 digit;
Secara rinci berita acara persidangan tersebut harus berisi hal-hal
pokok yang terjadi dalam persidangan yang dirangkaikan dalam
ungkapan kalimat-kalimat, dengan variable sebagaimana contoh
berikut :29
1. Judul dan Nomor Perkara.
a. Pada persidangan pertama :
BERITA ACARA PERSIDANGAN

28
Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas...., h. 26
29
Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Edisi Revisi 2010 hal. 31

10
Nomor : ..... / Pdt.G / 20.. / PA ....
b. Pada persidangan lanjutan, di bawah nomor perkara
ditambahkan kata lanjutan.
BERITA ACARA PERSIDANGAN
Nomor : ..... / Pdt.G / 20.. / PA .....
lanjutan
2. Penyebutan tentang pengadilan yang memeriksa perkara dan
tentang hari, tanggal, bulan, dan tahun persidangan.
Pengadilan Agama ................. yang memeriksa perkara tertentu
dalam tingkat pertama pada hari .................. tanggal
........................... 20.., dalam perkara ..................... antara :
3. Identitas dan kedudukan pihak dalam perkara.
a. Jika Penggugat mengajukan gugatannya sendiri.
.................... bin ........................, umur .... tahun, agama Islam,
pekerjaan .................... bertempat tinggal di ............................
RT ...... RW ......., Desa .................... Kecamatan
........................., Kabupaten / Kota .................., selanjutnya
disebut Penggugat,
Lawan
.................... bin ........................, umur .... tahun, agama Islam,
pekerjaan .................... bertempat tinggal di ............................
RT ...... RW ......., Desa .................... Kecamatan
........................., Kabupaten / Kota .................., selanjutnya
disebut Tergugat,
b. Jika Penggugat memberikan kuasa dalam berperkara, maka
ditambahkankalimat sebagai berikut :
yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya ..................,
Advokad / Pengacara yangberalamat dan berkantor di ............,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal................... terdaftar
pada Register kepaniteraan Pengadilan Agama
...................tanggal .................

11
c. Jika Tergugat memberikan kuasa dalam berperkara, maka
ditambahkan kalimat sebagai berikut :
yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya ..................,
Advokad / Pengacara yangberalamat dan berkantor di ............,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal................... terdaftar
pada Register kepaniteraan Pengadilan Agama
...................tanggal .................

4. Susunan Majelis Hakim dan Panitera sidang.


a. Dalam persidangan pertama :
Susunan persidangan adalah sebagai berikut :
Drs. .................................., SH., MH sebagai Hakim Ketua
Dra. Hj. ............................, SH. sebagai Hakim Anggota
.........................................., SAg., SH.,sebagai Hakim Anggota
.........................................., SHI., sebagai Panitera Pengganti
b. Dalam persidangan lanjutan, apabila tidak ada pergantian
Majelis Hakim.
5. Pernyataan sidang dibuka dan terbuka untuk umum.
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum
oleh Hakim Ketua,maka para pihak dipanggil masuk ke ruang
persidangan.
6. Keterangan kehadiran dan ketidakhadiran para pihak atau
kuasanya.
a. Dalam hal Penggugat dan Tergugat hadir di persidangan.
Penggugat / Kuasa Penggugat hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
b. Dalam hal masing-masing pihak didampingi oleh kuasanya :
Penggugat hadir menghadap sendiri ke persidangan dengan
didampingi oleh Kuasanya.

12
Tergugat hadir menghadap sendiri ke persidangan dengan
didampingi oleh Kuasanya.
c. Dalam hal masing-masing pihak diwakili oleh kuasanya :
Untuk kepentingan Penggugat telah hadir kuasanya
Untuk kepentingan Tergugat telah hadir kuasanya.
d. Dalam hal Penggugat tidak hadir, Tergugat hadir dan mohon
keputusan,diterangkan sebagai berikut :
Penggugat / Kuasa Penggugat tidak hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat hadir menghadap sendiri ke
persidangan.Tergugat kemudian mohon keputusan.
e. Dalam hal Tergugat tidak hadir, Penggugat hadir dan mohon
keputusan,diterangkan sebagai berikut :
Penggugat / Kuasa Penggugat hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat tidak hadir menghadap sendiri ke
persidangan.Penggugat kemudian mohonc putusan.
f. Dalam hal Penggugat atau Tergugat tidak hadir
Penggugat / Tergugat tidak hadir dan tidak menyuruh orang
lain untuk menghadapsebagai wakilnya, meskipun ia menurut
relaas panggilan tanggal ................. yangtelah dibacakan di
persidangan, telah dipanggil secara sah dan patut.
7. Pernyataan penundaan persidangan pada hari, tanggal, bulan,
tahun, jam yangtelah ditentukan, dengan alasan :
a. Karena ketidakhadiran salah satu pihak Penggugat atau
Tergugat atau kedua belah pihak, dan Majelis Hakim
memandang perlu untuk menunda persidangan, maka Majeis
Hakim melalui Panitera Pengganti memerintahkan kepada juru
sita pengganti untuk memanggil lagi pihak yang tidak hadir,
serta memerintahkan pihak yang hadir untuk menghadap
persidangan pada hari dan tanggal yang telah ditentukan tanpa
dipanggil lagi.

13
Penggugat / Tergugat tidak datang menghadap persidangan,
namun MajelisHakim sesuai ketentuan pasal 150 RBg / 126
HIR, akan memanggil lagi yangbersangkutan, dan kemudian
menunda persidangan pada hari ............ tanggal.............. jam
....., dengan memerintahkan kepada Juru Sita Pengganti
melaluiPanitera Pengganti memanggil Penggugat / Tergugat
agar hadir pada hari dantanggal persidangan yang telah
ditetapkan, serta memerintahkan kepada Tergugat/ Penggugat
agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
b. Para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa
melalui mediasi berdasarkan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun
2008.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari .......tanggal ................ untuk memberi kesempatan
para pihak menempuh prosesmediasi tersebut, dengan
memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat ataukuasanya dan
mediator agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa
dipanggillagi, untuk melaporkan hasil mediasinya.
c. Untuk melaksanakan tahapan proses pemeriksaan perkara
dengan agenda penyampaian jawaban Tergugat, replik
Penggugat, duplik Tergugat, pembuktian, kesimpulan, dan
musyawarah Majelis Hakim dan lain-lainnya, disertai
penjelasan perintah kepada para pihak untuk hadir dalam
persidangan tanpa dipanggil lagi atau akan dipanggil lagi
melalui juru sita.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari .......tanggal ................ dengan agenda ..............,
dan memerintahkan kepadaPenggugat / Tergugat atau kuasanya
agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
c. Untuk memberikan kesempatan kepada Penggugat / Tergugat
mengajukanalat bukti.

14
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari .......tanggal ................ untuk memberikan
kesempatan kepada Penggugat / Tergugatmengajukan alat
pembuktian, dan memerintahkan kepada Penggugat /
Tergugatatau kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut
tanpa dipanggil lagi.
d. Untuk keperluan Majelis Hakim mendengarkan keterangan
Saksi Ahli. Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda
persidangan sampai dengan hari .......tanggal ................ untuk
meminta pendapat seorang ahli ............... , dan kemudian
memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya
agar hadir dalampersidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
e. Untuk keperluan Majelis Hakim melakukan Pemeriksaan
Setempat.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari .......tanggal ................ untuk terlebih dahulu
melakukan pemeriksaan setempat, dan kemudian
memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya
agar hadirdalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
Pada pemeriksaan perkara di mana Hakim menunda
persidangan pada waktuyang telah ditentukan, maka langsung
diikuti dengan pernyataan penutupansidang.
8. Dalam persidangan pertama dan lanjutan yang dihadiri para pihak,
memuatketerangan bahwa majelis hakim telah melakukan upaya
mendamaikan para pihak, berdasarkan ketentuan Pasal 154 RBg /
Pasal 130 HIR. Ketua berusaha untuk mendamaikan para pihak,
tetapi tidak berhasil.
9. Keterangan tentang pelaksanaan mediasi.
a. Majelis Hakim memerintahkan kepada para pihak untuk
melakukan mediasi dengan menjelaskan prosedur mediasi
sesuai Perma Nomor 1 Tahun 2008, dan menunda proses

15
persidangan untuk memberikan kesempatan para pihak
menempuh proses mediasi.
Ketua Majelis Hakim menjelaskan kepada para pihak atau
kuasanya bahwaberdasarkan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun
2008, para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian
sengketa melalui mediasi. Ketua Majelis Hakim
kemudianmemerintahkan kepada para pihak melaksanakan
mediasi. Selanjutnya Ketua Majelis mempersilahkan para pihak
meninggalkan ruang siding untuk memberi kesempatan para
pihak berunding memilih mediator. Persidangan di skors.
Beberapa saat kemuadian skorsing dinyatakan dicabut, para
pihak dipersilahkan masuk ke ruang siding. Para pihak
kemudian menyampaikan kepada Majelis bahwa mereka telah
berhasil/gagal memilih mediator. (pilih salah satu, berhasilatau
gagal).
b. Apabila para pihak berhasil memilih mediator.
Ketua Majelis Hakim kemudian membuat penetapan tentang
mediator yang dipilih yaitu ...................... dan memberitahukan
kepadanya untuk segera melaksanakan tugas.
c. Apabila para pihak gagal memilih mediator, diterangkan
sebagai berikut :
Ketua Majelis Hakim kemudian menunjuk mediator dari hakim
bukan pemeriksapokok perkara yang bersertifikat (jika tidak
ada, dari hakim pemeriksa pokokperkara dengan atau tanpa
sertifikat) pada Pengadilan Agama ..............., danmembuat
penetapan tentang mediator yang ditunjuk tersebut
sertamemberitahukan kepadanya untuk segera melaksanakan
tugas.
10. Dalam persidangan berikutnya keterangan mengenai laporan para
pihaktentang pelaksanaan mediasi.
a. Apabila mediasi berhasil, isi kesepakatan dikuatkan dalam
bentuk akta perdamaian. Berita acara persidangan diawali

16
dengan judul berita acara persidangan, nomor perkara dan
keterangan lanjutan, setelah keterangantentang kehadiran para
pihak atau kuasanya, kemudian diterangkan sebagai berikut :
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, mediator
menyampaikan pernyataan tertuliskepada Majelis Hakim,
bahwa upaya mediasi telah berhasil. Para pihak kemudian
menyampaikan hasil kesepakatan secara tertulis
yangditandatangai oleh para pihak / kuasanya dan mediator.
Selanjutnya para pihakmohon kepada Majelis Hakim untuk
dikuatkan dalam Akta Perdamaian.
b. Apabila para pihak tidak menghendaki Akta Perdamaian, tetapi
adakesepakatan untuk pencabutan gugatan atau menyatakan
perkara telah selesai sebagaimana dimuat dalam kesepakatan
tertulis, diterangkansebagai berikut :
Para pihak kemudian menyampaikan hasil kesepakatan secara
tertulis yangditandatangani oleh para pihak dan mediator.
Selanjutnya para pihak mohonkepada Majelis Hakim untuk
mencabut gugatannya /menyatakan perkaranya telahselesai.
Majelis Hakim kemudian memberikan Penetapan mengabulkan
permohonanpencabutan gugatan.
c. Apabila mediasi gagal, diterangkan sebagai berikut :
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, mediator
menyampaikan pernyataan tertulistertanggal ................ kepada
Majelis Hakim, yang menyatakan bahwa upayamediasi yang
dilaksanakan pada tanggal ............... telah gagal.Ketua Majelis
Hakim kemudian menyatakan untuk melanjutkan
pemeriksaanperkara ini.
11. Pernyataan sidang dilakukan tertutup untuk umum dalam hal
undang-undangmenentukan bahwa pemeriksaan perkara yang
bersangkutan dilakukan dalamsidang tertutup untuk umum,
misalnya dalam pemeriksaan permohonan ceraitalak dan atau
gugatan perceraian. Selanjutnya Ketua Majelis Hakim menyatakan,

17
karena persidangan ini untukmemeriksa perkara permohonan cerai
talak / gugatan cerai, maka persidangan dinyatakan tertutup untuk
umum.
12. Pembacaan surat gugatan.
a. Apabila Penggugat tetap pada isi gugatannya.
Lalu dibacakan surat gugatan (catatan gugatan secara lisan),
yang ataspertanyaan Ketua Majelis Hakim, Penggugat
menyatakan tetap pada isigugatannya.
b. Apabila ada perubahan surat gugatan, dibuat pernyataan
sebagai berikut :
Lalu dibacakan surat gugatan, yang atas pertanyaan Ketua
Majelis HakimPenggugat menyatakan ada perubahan/tambahan
pada surat gugatannya, perubahan/tambahan surat gugatan
mana kemudian disampaikan oleh Penggugat kepada Majelis
Hakim.
c. Apabila ada perubahan catatan gugatan secara lisan, dibuat
pernyataansebagai berikut :
Lalu dibacakan catatan gugatan secara lisan.
Ketua Majelis Hakim kepada Penggugat :
Apakah ada perubahan / tambahan
pada gugatan sdr ?
Ya, ada perubahan dan akan saya
sampaikan secara lisan, yaitu :
a..........
b.........
c. Dst ....
13. Pemeriksaan pihak-pihak berkaitan dengan jawaban, replik dan
duplik.
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, Tergugat / Kuasanya atau
Penggugat /Kuasanya menyatakan telah siap dengan jawaban /
replik / dupliknya secara tertulis.Tergugat / Kuasanya atau
Penggugat / Kuasanya kemudian menyerahkannya kepadaMajelis

18
Hakim dan tembusan / foto copynya kepada pihak lawan.(Apabila
dipandang perlu, Ketua Majelis dapat mempersilahkan Tergugat /
Kuasanyaatau Penggugat / Kuasanya untuk membacakan jawaban /
replik / duplik / kesimpulantersebut).
14. Pemeriksaan alat-alat bukti surat dan saksi-saksi serta tanggapan
pihak lawan. Sesuai dengan agenda persidangan yang telah
ditetapkan oleh Majelis Hakim,persidangan pada hari ini memasuki
tahap pembuktian. Atas pertanyaan Ketua Majelis, Penggugat
menyatakan telah siap dengan bukti surat,yang kemudian
diserahkan kepada Majelis Hakim disertai dengan aslinya.Majelis
Hakim kemudian memeriksa bukti surat tersebut dan setelah
dicocokkan,ternyata sesuai dengan aslinya, selanjutnya diberi kode
P.1, P.2, P.3 dst.Majelis Hakim lalu memberikan kesempatan
kepada pihak Tergugat untuk memeriksadan bukti surat tersebut.
Ketua Majelis Hakim kepada Tergugat :
Apakah ada tanggapan terhadap buktisurat Tergugat ?
Ya, saya akan menanggapi sebagai berikut :
a. Bukti P.1…
b. Bukti P.2…
c. Dst…
Selanjutnya Penggugat juga menyatakan bahwa ia telah siap
dengan saksi-saksinyadan mohon kepada Majelis Hakim saksi
tersebut didengar keterangannya.Maka dipanggil masuklah saksi-
saksi Penggugat ke dalam ruang persidangan yaitu :
Saksi I : ..................... bin ...................., umur ... tahun, agama
Islam, pekerjaan......................, bertempat tinggal di RT ..... RW
....., Desa .....................,Kecamatan ......................., Kota/Kabupaten
Saksi II : ..................... bin ...................., umur ... tahun, agama
Islam, pekerjaan......................, bertempat tinggal di RT ..... RW
....., Desa .....................,Kecamatan ......................., Kota/Kabupaten
............................. Atas pertanyaan Ketua Majelis para saksi
menerangkan, bahwa mereka masing-masing kenal dengan para

19
pihak yang berperkara, tidak ada hubungan keluargasedarah
maupun semenda dan tidak ada hubungan pekerjaan dengan
mereka.Sesudah bersumpah menurut cara agama Islam, para saksi
menyatakan akanmenerangkan yang sebenarnya dan tidak lain dari
yang sebenarnya.
Para saksi kemudian memberikan keterangan secara terpisah
sebagai berikut :
Ketua Majelis Hakim kepada saksi I :
Sejak kapan saudara kenal denganPenggugat dan Tergugat ?
Saya kenal dengan Penggugat sejak .........dan kenal dengan
Tergugat sejak................
Dst .......................
Atas keterangan Saksi I tersebut Tergugat menyatakan keberatan
dan menolaknya.Ketua Majelis Hakim kepada saksi I :
Sejak kapan saudara kenal denganPenggugat dan Tergugat ?
Saya kenal dengan Penggugat sejak .........dan kenal dengan
Tergugat sejak................
Dst ..................
Atas keterangan Saksi I tersebut Tergugat menyatakan keberatan
dan menolaknya, karena .......................
15. Keterangan saksi ahli jika ada.
Untuk memperoleh kejelasan mengenai perkara yang disengketakan,
maka dipanggilmasuk menghadap ke persidangan, seorang ahli
.................... yaitu :................... bin ..................., umur ..., agama Islam,
pekerjaan ..................,bertempat tinggal di Desa / Kelurahan...............,
Kecamatan ..................,Kabupaten / Kota .................. Atas pertanyaan
Ketua Majelis saksi menerangkan, bahwa ia tidak kenal dengan
parapihak yang berperkara, tidak ada hubungan keluarga sedarah
maupun semenda dantidak ada hubungan pekerjaan dengan mereka.
Sesudah bersumpah menurut cara agama Islam, maka saksi ahli
menyatakan akanmenerangkan yang sebenarnya yakni menurut
ilmu pengetahuannya.Ketua Majelis Hakim kepada saksi ahli :

20
Sebagi seorang ahli ............... bagaimana pendapat sdr tentang
.......................... ?
Menurut pengetahuan saya, tentang haltersebut adalah sebagai
berikut :
1……………..
2……………..
16. Pernyataan sidang terbuka untuk umum sebelum pernyataan
penundaan harisidang dan pembacaan putusan, apabila
pemeriksaan perkara ybs berdasarkanketentuan undang-undang
harus dilakukan dalam persidangan tertutup untukumum, misalnya
dalam perkara perceraian. Selanjutnya persidangan dinyatakan
terbuka untuk umum.
17. Pembacaan putusan.
a. Dalam hal pada persidangan pertama Penggugat tidak hadir,
Tergugatmohon putusan dan dikabulkan, lalu Majelis Hakim
menjatuhkan putusan. Maka Majelis hakim memutuskan untuk
memulai pemeriksaan perkara ini. danselanjutnya Majelis
Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut :
Mengadili :
- Menggugurkan gugatan Penggugat
- Dst ….
b. Dalam hal pada persidangan pertama Tergugat tidak hadir,
Penggugatmohon putusan dan dikabulkan, lalu Majelis Hakim
menjatuhkan putusan.
Majelis hakim memutuskan untuk memulai pemeriksaan
perkara ini. Kemudiandibacakan surat gugatan dan atas
pertanyaan Hakim, Penggugat menyatakantetap pada
gugatannya. Selanjutnya Penggugat mohon keputusan, dan
berikutnyaMajelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai
berikut:
Mengadili :

21
- Menyatakan bahwa Tergugat telah dipanggil secara patut
tetapi tidak hadir ;
- Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek ;
- Dst ......
c. Dalam hal Penggugat dan Tergugat hadir, atau salah satu
diantaraPenggugat atau Tergugat tidak hadir, setelah perkara
melalui seluruhtahapan pemeriksaan.
Majelis Hakim berusaha untuk mendamaikan para pihak
namun tidak berhasil.Kemudian Ketua Majelis menjelaskan
tentang agenda persidangan pada hari iniadalah pembacaan
hasil musyawarah Majelis Hakim.Selanjutnya Ketua Majelis
Hakim membacakan putusan yang amarnya berbunyisebagai
berikut :
MENGADILI
- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian.
- Menyatakan ..........
- Menghukum...........
- Membebankan kepada Tergugat untuk membayar seluruh
biaya perkara yangsampai dengan saat ini diperhitungkan
sebesar Rp. .........,- ( ......................).
18. Pernyataan persidangan ditutup.
Sesudah itu, persidangan dinyatakan ditutup.
19. Penandatanganan berita acara persidangan oleh ketua majelis dan
panitera / panitera pengganti. Demikian berita acara persidangan
ini dibuat, yang ditandatangani oleh Ketua MajelisHakim dan
Panitera Pengganti.
Catatan :Hal-hal pokok sebagaimana uraian di atas, dalam
rangkaian pembuatan berita acara persidangan penggunaannya
disesuaikan dengan variable situasi tahapan persidangan, apakah
persidangan yang pertama atau lanjutan atau terakhir.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam praktek tidak ada pedoman yang baku tentang teknik dalam
menyusun surat khuasa khusus maupun gugatan, hal itu disebabkan karena
masalah hukum itu selalu bervariasi, namun terlepas dari hal dimaksud
dalam menyusun surat kuasa khusus maupun gugatan seorang Advokat
harus mempunyai cara berpikir distinktif, menguasai hukum materil dan
formil sebagai dasar hukum, mampu mengklasifikasi masalah hukum,
mampu membuat narasi bahasa secara singkat, padat serta mencakup baik
mengenai posita maupun petitumnya, dan berpikir taktis serta teliti.
Berita acara sidang adalah sebagai gambaran jalanya proses
persidangan secara obyektif tanpa rekayasa sehingga dengan membaca
berita acara sidang dapat mudah diketahui pelaksanaan persidangan
kehadiran para pihak dan apa yang disampaikan oleh para pihak dalam
persidangan. Berita acara sidang sebagai dasar pembuatan Putusan
/Penetapan Hakim apa bila Berita Acara Sidang salah tentu akan
melahirkan Putusan atau Penetapan Hakim yang salah pula. Tidak
diperkenankan Putusan atau Penetapan dibuat oleh Hakim mendahului,
pembuatan berita acara sidang atau dengan kata lain berita acara sidang
menyesuaikan Putusan dan Penetapan Hakim. Berita acara sidang sebagai
bagian tak terpisahkan dari putusan atau Penetapan hakim dan merupakan
akta autentik yang mempunyai posisi kuat tidak sebagaimana tulisan biasa,
oleh karena itu harus dibuat dengan baik dan benar serta hati-hati dan
cermat tidak sembarangan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Edisi


Revisi 2010
Fauzan H.M., Peranan Perma dan Sema Sebagai Pengisi Kekosongan Hukum
Indonesia Menuju Terwujudnya Peradilan yang Agung, (Jakarta : kencana,
2015)
Harahap M.Yahya, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012)
Harahap Yahya, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: sinar Grafika, 2007)
Hutagalung Sophar Maru, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Tentang Pembuktian Pasal 1868
Manan Abdul dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan pola Pembinaan
dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama, (Jakarta: kencana, 2007)
Manan Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata Dilingkungan Peradilan
(Jakarta: kencana, 2008)
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009)
Peradi, Kitab Advokat Indonesia, (Jakarta: Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Advokat Indonesia, 2007)
Reglement Buitengewesten (Rbg) Pasal 97 ayat (1)
Sugeng Bambang dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh
Dokumen Litigasi, (Jakarta: kencana, 2012)
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 11
ayat (3)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 97
Wahyudi, Abdullah Tri, Peradilan Agama di Indonesia, Cet I (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004)

24

Anda mungkin juga menyukai