OLEH
i
ANALISIS EMPIRIS TENTANG PENYELESAIAN KASUS TINDAK
PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN KEPEMILIKAN OBAT-
OBATAN DENGAN DOSIS KERAS (OBAT WAJIB APOTEK) TANPA
RESEP DOKTER DI WILAYAH KOTA BANJARMASIN
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program Studi Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari
OLEH
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Faris Ali Sidqi, SH., M.H M.Yusran Bin Darham, S.H., M.H
NIDN : 1117047901 NIDN : 8846433420
ii
PENGESAHAN
Anggota Anggota
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum Uniska
iii
BERITA ACARA
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
v
ABSTRAK
Septian Dwi Nugroho, 17810478. Tinjauan Yuridis Jual Beli Pakaian Pada Media
Internet Antara Pelaku Usaha Dan Konsumen Dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen Dan Informasi Dan Transaksi Elektronik”, Pembimbing
I Muhammad Arief, S.H.,M.H.,Ph.D dan Pembimbing II Fathan Anshori , S.H,M.H
vi
ABSTRACT
Septian Dwi Nugroho, 17810478. Juridical Review of Buying and Selling Clothing
on Internet Media Between Business Actors and Consumers in the Law on
Consumer Protection and Information and Electronic Transactions”, Supervisor I
Muhammad Arief, SH, MH, Ph.D and Supervisor II Fathan Anshori, SH,MH
vii
KATA PENGANTAR
viii
9. Istri tercinta Rizka Soraya yang selalu mendampingi dan memberikan
support hingga terselesainya pendidikan akademik ini
10. Keluarga besar Fakultas Hukum, khususnya teman-teman seperjuangan
saya di Program studi Ilmu Hukum, fakultas Hukum atas semua dukungan,
semangat, serta kerjasamanya,
11. Seluruh civitas akademika Fakultas Hukum yang telah memberikan
dukungan moril kepada saya.
12. Serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas
bantuan dan dukungan kepada saya selama studi hingga penyelesaian
proposal skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat
ganda atas kebaikan yang telah diberikan. Aaminn
Saya menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan
penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Aamiin.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
BERITA ACARA ................................................................................................. iv
LEMBAR ORISINALITAS.................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
x
F. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ................................................... 29
G. Analisis Data ............................................................................................. 30
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Obat merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan. Diawali
dari pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi salah satu
komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada pelayanan
kesehatan. Namun di sisi lain, obat dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi
persyaratan, bila disalahgunakan atau bila digunakan secara tidak tepat. Oleh
karena itu berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya, peredaran obat diatur
Ketepatan penggunaan ini menjadi aspek penting dalam penggunan obat karena
Ketepatan penggunaan obat itu ditandai dengan Penggunaan Obat secara Rasional
(POR) atau Rational Use of Medicine (RUM). POR merupakan suatu kampanye yang
klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang
sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat.
1
2
Dengan empat kata kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai
dengan, POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif .1
Golongan obat keras sering juga disebut dengan obat daftar G dari kata gevaarlijk
yang berarti berbahaya, hanya dapat diserahkan oleh apotek atas dasar resep dokter.
penyalahgunaan obat dari golongan ini. Penggunaan yang tidak tepat dari obat
golongan ini memiliki risiko yang cukup tinggi bagi kesehatan sesuai dengan asal
katanya yang berarti berbahaya. Atas risiko tersebut maka undang-undang memberikan
satunya adalah apotek, penyerahannya pun hanya boleh dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berwenang yaitu Apoteker, dan Apoteker di apotek hanya dapat
dikeluarkannya Kepmenkes Nomor 347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotik,
beberapa obat keras diperbolehkan untuk diserahkan oleh Apoteker di Apotek tanpa
resep. Namun untuk obat keras yang tidak masuk dalam daftar Obat Wajib Apotek
Akan tetapi saat ini terjadi fenomena penyimpangan dari peredaran obat keras di
masyarakat. Salah satu dari kasus kepemilikan terhadap obat keras ini baru saja terjadi
dengan melibatkan aktirs ternama Tora Sudiro. Polres Mero Jaya melakukan
1
The Pursuit of Responsible Use of Medicines: Sharing and Learning from Country
Experiences, 2012, ttp://www.who.int/medicines/areas/rational_use/en/index.html, diakses tanggal
10 Agustus 2017
2
Yustina Sri Hartini dan Sulasmono, 2010, Apotek Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan Permenkes tentang Apotek
Rakyat Edisi Revisi Cetakan Ketiga, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, hlm. 71.
3
penangkapan terhadap Tora Sudiro pada tanggal 3 Agustus 2017, dikediamannya yang
keras sebelumnya. Benar saja setelah digeledah oleh pihak yang berwajib
dikediamannya Tora Sudiro kedapatan memiliki dan menyimpan 30 (tiga puluh) butir
obat jenis Dumolid. Tidak hanya Tora Sudiro, pihak kepolisian juga turut
mengamankan istrinya yaitu Aktris Mieke Amalia.Hasil tes urine keduanya juga
adalah jenis obat yang memiliki efek sedatif atau menenangkan.3 Benzodiazepin
diresepkan bagi mereka yang cemas atau tertekan dan dapat digunakan dalam
pengobatan jangka pendek pada beberapa masalah tidur tertentu. Obat tersebut dapat
Dalam dunia farmasi, Dumolid, Zenith atau Carnophen sebenarnya adalah obat
kimia yang bersifat racun. Namun jika dikonsumsi dalam dosis yang tepat bisa
menangani nyeri otot yang akut. Metabolit dari carisoprodol yaitu Meprobamate
merupakan depresan sistem saraf pusat dan digunakan untuk menangani gejala
gangguan cemas. Sebaliknya jika dikonsumsi berlebihan dalam dosis tertentu bisa
menimbulkan efek yang dikenal dengan Fly atau mabuk. Obat inilah yang saat ini
3
Dian Reinis Kumampung. 2017. Ini Kronologi Penangkapan Tora Sudiro Menurut
Kepolisian.http://entertainment.kompas.com/read/2017/08/04/115853810/ini-kronologis-
penangkapan-tora-sudiro-menurut-polisi. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2017.
4
ini bukan hanya pada orang dewasa saja bahkan anak yang belum cukup umur
tambang yang butuh tenaga ekstra. Sehingga digunakannya untuk keperluan sehari-
harga yang terjangkau. Namun banyak yang belum mengetahui apa bahaya
dalam jangka panjang, over dosis konsumsi obat kimia tersebut dapat
Carnophen atau biasa disebut Zenith dan Dextro ini telah merambah hampir
kepolisian, didapat barang bukti dalam jumlah sangat banyak. Peredaran obat yang
5
izin peredarannya sudah dicabut oleh BPOM ini tidak hanya di ibu kota, tapi sudah
dalih agar badan fit. Padahal, ujung-ujungnya untuk memperoleh efek mabuk atau
kondisi 'trance'. Dalam dosis tertentu, Zenith yang dikonsumsi bisa menimbulkan
efek itu.
untuk satu keping berisi 10 butir. Seperti yang dialami Abidin alias Udin, warga
Jalan Gerilya Kelayan B RT 18, Banjarmasin Timur, yang digelandang Unit Patroli
Kota Satuan Sabhara Polresta Banjarmasin karena membawa beberapa butir Zenith.
"Minum zenith sehari dua biji, biar kerja tidak capek," katanya kepada BPost
sepanjang 2015. Bahkan mengalahkan ekstasi dan sabu-sabu. Jumlah barang bukti
yang disita meningkat hingga lebih dari 2.000 persen dibanding 2014. Kapolresta
kilas balik perkara mengatakan pada tahun 2014 tindak pidana narkoba sebesar 278
kasus dan pada tahun 2015 sebesar 354 kasus. Ada kenaikan 76 kasus atau 27
persen.
“Pil Zenith Cengkeram Pelajar,” Banjarmasin Post, 14 Maret 2016, 1. Bpost Online
4
Untuk perbandingan kembali, di tahun 2014 pelaku tindak pidana narkoba yang
berhasilkan diamankan sebanyak 385 orang sedangkan pada 2015 sebanyak 474
orang. Alami kenaikan 90 orang (23 persen). Untuk sabu pun alami kenaikan
sebanyak 204 persen. Pada 2014, barang bukti sabu seberat 790,96 gram sedangkan
tahun 2015 mencapai 2.407,11 gram. Ekstasi justru malah alami penurunan. Di
tahun 2014 ekstasi yang disita jadi barang bukti sebanyak 2.138 butir namun di
2015 cuma 1.200 butir. Carnophen atau zenith, di 2014 sebanyak 15.396 butir
sedangkan di tahun 2015 ini sebanyak 402.842 butir alami kenaikan hingga 2.517
persen.6
Namun yang menjadi masalah kemudian adalah banyak timbulnya pro dan kontra
terhadap kasus kepemilikan obat keras tanpa resep dokter ini. Banyak pihak yang
menyatakan kepemilikan terhadap benda ini adalah bukan merupakan tindak pidana.
Narkotika disebutkan bahwa narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang
pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat
pengawasan yang ketat dan saksama. Narkotika apabila dipergunakan secara tidak
teratur menurut takaran atau dosis akan dapat menimbulkan bahaya fisik dan mental
6
Nia Kurniawan, “Sepanjang 2015, di Banjarmasin Sitaan Pil Zenith Kalahkan Narkoba
Lainnya,” Banjarmasin Post, 29 Desember 2015
7
itu sendiri. Artinya keinginan sangat kuat yang bersifat psikologis untuk
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas sehiingga dalam penelitian ini
Penulis berkeinginan untuk menganalisis terhadap penertiban obat tanpa izin edar di
Banjarmasin.
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari agar penelitian ini tidak keluar dari pokok masalah, maka
kepolisian resort Kota Banjarmasin dalam penertiban kasus obat tanpa izin
Banjarmasin.
dan makan dan kepolisian resort Kota Banjarmasin dalam penertiban kasus
2. Bagi Dinas Kesehatan yang dalam hal ini bekerja secara sinergi dengan
peredaran obat yang termasuk daftar yang memiliki izin edar maupun yang
tidak.
3. Bagi Pihak Kepolisian dalam hal ini Polresta Banjarmasin agar terus
Sistematika Penulisan.
Penelitian skripsi ini akan disusun dalam lima bab, dengan sistematika
Pada penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) Bab, mulai dari Bab I sampai
Bab IV. Adalah Penutup yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindak Pidana
Berbicara tentang hukum pidana tidak akan terlepas dari masalah pokok yang
menjadi titik perhatiannya. Masalah pokok dalam hukum pidana tersebut meliputi
masalah tindak pidana, kesalahan dan pidana serta korban.Istilah tindak pidana
adlah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar
feit. Istilah ini terdapat dalam WvS belanda dan demikian juga dalam WvS Hindia
belanda (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan resma tentang apa yang dimaksud
Strafbaar feit, terdiri dari 3 kata yakni straf,baar, dan feit. Berbagai istilah yang
digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata straf diterjemahkan
sebagai pidana dan hukum. Percatan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh ,
sedangkan untuk katra feit diterjemahkan dengan tidak, peristiwa, pelanggaran dan
perbuatan.8
Tindak pidana merupakan suatu peristiwa dasar dalam hukum pidana. Tindak
pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain hanya dengan istilah perbuatan
jahat atau kejahatan yang bisa diartikan secara yuridis atau kriminologis. Isi dari
pengertian tindak pidana tersebut dalam kenyataannya tidak ada kesatuan pendapat
7
Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.. Hlm.
67
8
Ibid. Hlm. 69
10
11
Sejalan dengan definisi atau pengertian menurut teori dan hukum positif di
atas, J.E Jonkers juga telah memberikan definisi strafbaar feit menjadi dua
b. Definisi panjang atau lebih dalam memberikan pengertian strafbaar feit adalah
setiap delik yang dapat dipidana harus berdasarkan Undang-undang yang dibuat
oleh pembentuk Udang undang, dan pendapat umum tidak dapat menentukan lain
daripada apa yang telah ditetapkan dalam Undang-undang, dan pendapat umum
tidak dapat menentukan lain daripada apa yang telah ditetapkan dalam Undang-
9
Sudarto. 1990. Hukum Pidana I. Semarang : Yayasan. Hlm. 40
12
dirumuskan secara tegas didalam setiap delik, atau unsur yang tersembunyi secara
Pendapat Moeljanto sebagaimana yang dikemukakan oleh E.Y Kanter dan S.R
Sianturi, memilih perbuatan pidana sebagai terjemahan dari strafbaar feit. Beliau
diancam dengan pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut dan perbuatan
itu harus pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak
boleh menghambat akan tercapainya tata pergaulan masyarakat yang dicita citakan.
Makna perbuatan pidana, secara mutlak harus termasuk dalam unsur formal, yaitu
Pengertian perbuatan hukum pidana tidaklah diikuti oleh hukum pidana kita.
hukum yang memungkinkan reaksi dalam lapangan hukum pidana dan pelanggaran
yang hanya dapat digugat dilapangan hukum perdata. Berdasarkan hal tersebut,
apabila terjadi suatu pelanggaran hukum maka petugas hukum mengambil tindakan
Secara literlijk kata straf artinya pidana artinya pidana, baar artinya dapat atau
boleh dan feit adalah perbuatan. Kaitannya dengan istilah strafbaar feit secara utuh
10
E.Y.Kanter & S.R Sianturi.2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan. Penerapannya.
Jakarta: Storia Grafika. Hlm. 204
11
Roeslan Saleh. 2006.Pertannggungjawaban Pidana.Jakarta: Rieneka Cipta.Hlm.65
13
ternyata diterjemahkan juga dengan kata hukum, padahal sudah lazim hukum itu
adalah berupa terjemahan dari kata recht seolah olah arti straf sama dengan recht,
Kata baar mempunyai 2 istilah yang digunakan yakni boleh dan dapat. Secara
literlijk bisa kita terima. Kata feit biasa digunakan 4 istilah yakni tidak, peristiwa,
pelanggaran dan perbuatan. Secara literlijk feit memang lebih pas untuk
lawan dari istilah kejahatan terhadap kelompok tindak pidana masing-masing dalam
Sanksi pidana yang diberikan kepada pengedar obat tanpa nomor izin edar
tercantum pada pasal 197 UU Kesehatan yang berbunyi : “Setiap orang yang
kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah)”.
Sanksi pada UUPK tercantum pada Pasal 62 ayat (1) yang berbunyi : “Pelaku usaha
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat
(2) dan pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
12
Adami Chazawi. Op.Cit. Hlm. 69
14
Tahun 2011 Tentang Kriteria Tata Laksana Registrasi Obat, jenis-jenis obat
antara lain:
1) Obat copy adalah obat yang mengandung zat aktif dengan komposisi,
2) Obat impor adalah obat yang dibuat oleh industri farmasi luar negeri dalam
bentuk produk jadi atau produk ruahan dalam kemasan primer yang akan
diedarkan di Indonesia.
lain.
4) Obat lisensi adalah obat yang dibuat oleh industri farmasi lain dalam negeri
13
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang Registrasi Obat
15
5) Obat produksi dalam negeri adalah obat yang dibuat dan/ atau dikemas
7) Obat Paten adalah obat baru yang ditemukan berdasarkan riset dan
8) Obat Generik adalah obat yang dapat diproduksi dan dijual setelah masa
paten suatu obat inovator habis. Obat Generik adalah obat yg dipasarkan
9) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
C. Bentuk-bentuk Obat
a. Serbuk (pulvis) merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia
b. Pulveres merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama,
minum.
14
Ibid.
16
cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau
cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan.
10) Kapsul (capsule) merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat
11) Kaplet (kapsul tablet) merupakan sedian padat kompak dibuat secara
15) Galenik merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal
menit.
pemurnian.
21) Obat tetes (guttae) merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau
15
Pasal 12 ayat 1 PP Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
18
Suatu barang dikatakan ilegal apabila bertentangan atau dilarang oleh hukum,
bertentangan oleh hukum baik izin edarnya ataupun kandungannya yang tidak
Obat yang beredar di Indonesia adalah obat yang harus memiliki izin edar. Hal
ini berdasarkan pada pasal 2 ayat (1), Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
memperoleh Izin Edar”. Dengan adanya regulasi ini seluruh obat yang beredar di
Indonesia wajib memiliki izin dari pemerintah, yang diberi peran untuk memberi
izin edar adalah Menteri dengan melimpahkan kepada Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM). Hal ini berdasarkan Pasal 2 ayat (2) dan (3) Peraturan
yang berbunyi : “(2) Izin Edar diberikan oleh Menteri. (3) Menteri melimpahkan
pemberian Izin Edar kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan”.
Regulasi tentang izin edar bertujuan memberikan obat yang sesuai standar
mutu, memiliki keamanan, dan memiliki manfaat. Hal ini wajib dilakukan
dari obat-obat yang tidak layak konsumsi. Dalam pasal 13 ayat 1 PP Nomor 72
Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Izin edar
16
ibid
19
dapat diberikan setelah obat atau sediaan farmasi dinyatakan melewati atau lulus
dalam pengujian.
pengujian laboratorium serta penilaian manfaat dan keamanan obat tersebut. Hal ini
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, yang berbunyi: “Pengujian sediaan farmasi
kesehatan
kesehatan.”17
Laksana Registrasi Obat, menerangkan obat yang memiliki izin edar harus
a. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui uji
b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) spesifikasi dan metode analisis terhadap
semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih.
17
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang
c. Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, objektif, dan tidak
menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan
aman.
obat yang telah disetujui beredar di Indonesia dan untuk kontrasepsi atau obat
Begitu juga dengan obat tradisional, menurut Pasal 4 Peraturan Kepala Badan
Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku.
c. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan objektif yang dapat menjamin
tepat, rasional, dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka
pendaftaran.18
Dengan adanya keterangan kriteria obat yang memiliki izin edar diatas dapat
18
Peredaran Obat Tanpa Memiliki Nomor Izin Edar. http://www.fh.unpad.ac.id/ repo/p=318. (diakses tanggal 6
Agustus 2017)
21
d. Obat impor yang masuk secara ilegal, tanpa koordinasi dengan pihak BPOM.
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang di atur
dalam Undang-undang.20
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut yang diatur dalam Undang-
undang ini.
untuk mengetahui dan menentukan peristiwa apa yang sesungguhnya telah terjadi
dan bertugas mambuat berita acara serta laporannya nantinya merupakan dasar
permulaan penyidikan.
penyelidik/penyidik
19
ibid
20
M. Husein harun. Penyidik dan penuntut dalam proses pidana. PT rineka cipta. Jakarta. 1991
hlm 56
22
2. Laporan polisi
laporkan atau diadukan, apakah merupakan tindak pidana atau bukan. Melengkapi
keterangan dan bukti bukti yang telah di proses agar menjadi jelas sebelum
pemeriksaan.
Pengertian penyidikan
Istilah penyidikan dipakai sebagai istilah hukum pada Tahun 1961, yaitu sejak
diuraikan bahwa :
“penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang, mencari dan mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya” Berbicara mengenai penyidikan tidak lain dari
21
M. Husein harun. Op,Cit hlm 57
22
Himpunan bujuklak,bujuklap,bujukmin. Proses penyidikan tindak pidana. Jakarta, 1990 hlm 17
23
diketahui bahwa suatu peristiwa telah terjadi tindak pidana dimana dalam Pasal 1
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang
7. Siapa pembuatnya
namun pada praktiknya, sekarang ini terhadap beberapa tindak pidana tertentu ada
23
M. Husein harun, Op,Cit hal 58
24
penyidik-penyidik yang tidak disebutkan di dalam KUHAP. Untuk itu pada subbab
ini akan dipaparkan siapa sajakah penyidik yang disebutkan di dalam KUHAP dan
siapa saja yang juga yang merupakan peyidik namun tidak tercantum di dalam
KUHAP. Adapun tugas penyidik itu sendiri antara lain adalah: Pertama, membuat
KUHAP. (Pasal 8 ayat (1) KUHAP) Kedua, menyerakan berkas perkara kepada
penuntut umum. (Pasal 8 ayat (2) KUHAP), Ketiga, penyidik yang mengetahui,
menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut
diduga merupakan tindak pidana korupsi wajib segera melakukan penyidikan yang
tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum (Pasal 8 ayat (3) KUHAP),
Kelima, dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang
umum. (Pasal 109 ayat (1) KUHAP), Keenam, wajib segera menyerahkan berkas
perkara penyidikan kepada penuntut umum, jika penyidikan dianggap telah selesai.
(Pasal 110 ayat (1) KUHAP). Ketujuh, dalam hal penuntut umum mengembalikan
tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum (Pasal 110 ayat (3)
melakukan pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka penyidikan (Pasal 112 ayat
korupsi, tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam
25
perkaranya itu wajib didampingi oleh penasihat hukum (Pasal 114 KUHAP),
tersangka (Pasal 116 ayat (4) KUHAP), Kesebelas , wajib mencatat dalam berita
acara sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka (Pasal 117 ayat (2)
dan atau saksi, setelah mereka menyetuji isinya (Pasal 118 ayat (2) KUHAP),
Ketigabelas, dalam hal tersangka ditahan dalam waktu satu hari setelah perintah
terlebih dahulu menjukkan tanda pengenalnya kepada ter sangka atau keluarganya
(Pasal 125 KUHAP), Kelimabelas, membuat berita acara tentang jalannya dan hasil
keluarganya dan atau kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi
(Pasal 126 ayat (2) KUHAP), Ketujuhbelas, wajib menunjukkan tanda pengenalnya
dapat minta keterangan tentang benda yang akan disita itu dengan disaksikan oleh
Kepala Desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saks (Pasal 129 ayat (1)
kepada atasannya, keluarganya dan Kepala Desa (Pasal 129 ayat (4) KUHAP),
26
Keduapuluh satu, menandatangani benda sitaan sesaat setelah dibungkus (Pasal 130
ayat (1) KUHAP), Sedangkan kewenangan dari penyidik antara lain adalah: Sesuai
pidana;
tersangka;
7. Memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi (Pasal 7 ayat
pemeriksaan perkara;
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yaitu suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam
yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum
B. Sifat Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari dat
primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
27
28
lapangan berupa data yang berasal dari hasil wawancara dengan pihak terkait
Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi dokumen atau
hukum yaitu bahan hukum primer, sekunder dan tersier degan rincian sebagai
berikut :
Kehakiman;
primer maupun sekunder antara lain Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan
Terminologi Hukum.
29
D. Populasi/Objek Penelitian
Populasi adalah jumlh dari keseluruhan objek yang diteliti. Dalam penelitian
ini populasinya adalah kasus terhadap kepemilikan obat keras tanpa izin edar di
Kota Banjarmasin.
melalui :
obat yang tidak memiliki izin edar, kemudian melakukan observasi terhadap
2. Wawancara.
Data-data yang didapat dari hasil penelitian kan diolah dengan cara sebagai
berikut :
G. Analisis Data
PEMBAHASAN
tidak terkecuali di daerah Kota Banjarmasin. Tercatatnya data perkara Narkoba dan
Obaya Tahun 2017 oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan
Selatan Resort Kota Banjarmasin sekitar 255 kasus narkotika dan 121 kasus obaya
atau obat bahan berbahaya, data ini menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan setelah sebelumnya di tahun 2016 data yang tercatat untuk kasus
Peningkatan yang cukup signifikan adalah jelas terlihat dari banyaknya kasus
penyalahgunaan obat bahan berbahaya atau obat yang berdosis keras namun
karena istilah tersebut mengandung arti berbeda bagi setiap orang. Ada hal yang
membedakan arti istilah penyalahgunaan obat dari “penggunaan secara salah pada
24
Data Perkara Narkoba, Kepolisian Resort Banjarmasin.
31
32
penggunaan obat dengan tujuan non medis, biasanya untuk mengubah kesadaran.
Sedangkan penggunaan secara salah pada obat cenderung pada arti kesalahan
kesehatan.
menghasilkan withdrawl efect (efek putus obat). Hal ini menunjukan bahwa tubuh
terganggu.26
Pengertian Obat itu sendiri adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia, hal ini diperjelas
obat-obatan diatur secara eksplisit didalam pasal 197 jo pasal 98 ayat 2 Undang-
25
Bertram G. Katzung, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta, 2002, hlm
327
26
Ibid. hlm 328
33
bahan obat yang tidak memenuhi syarat Farmakope Indonesia dan atau buku
standar lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak
pengaturan yaitu dengan diaturnya tindak pidana peredaran obat dalam 3 (tiga)
pasal yaitu Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198, dan Pasal 201 Undang-Undang Nomor
Namun di sisi lain hukum juga mengatur tentang obat atau bahan yang
Psikotropika merupakan zat kimia yang dapat mengubah fungsi otak dan
dan prilaku. Efeknya dapat menimbulkan adiksi atau ketagihan, oleh sebab itu
psikotropika hanya dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan serta penelitian dan
1997 tentang Psikotropika, yaitu psikotropika dengan daya adiktif ringan dan dapat
digunakan untuk pengobatan. Jenis ini banyak dijumpai di apotik dan toko obat
yang dijual berdasarkan resep dokter atau dijual bebas tanpa harus menyertakan
gangguan tidur dan sebagai obat rehabilitasi bagi pengguna narkoba psikoaktif.
sebagai salah satu objek bisnis dan berdampak pada kegiatan merusak mental, baik
narkotika dan dirasa legal oleh penggunanya. Meski secara hukum dilarang dan
peredarannya diawasi secara ketat, namun tidak sedikit orang yang tanpa hak ikut
menggunakan obat psikotropika dengan tidak semestinya. Salah satu jenis obat
golongan IV yang sangat dicari adalah Dumolid. Obat Dumolit merupakan nama
merek dari obat generic Nitrazepam 5mg yang termasuk dalam kelas obat
Ketika seseorang tanpa resep mendapatkan dan mengonsumsi obat tersebut untuk
seperti halnya kasus Tora Sudiro dan Isterinya Mieke Amalia. Namun data Polres
Kota Banjarmasin dari tahun 2016 dan 2017 belum ada tercatat adanya
penyalahgunaan psikotropika atau obat yang termasuk golongan IV ini, tetapi justru
peredaran atau kepemilikan terhadap obaya atau obat berbahan bahaya yang
termasuk daftar-G ini justru sangat marak, pada tahun 2016 barang bukti yang
berhasil di amankan adalah sebanyak 1.187.462 butir dan meningkat tajam pada
27
Data Perkara Narkoba, Kepolisian Resort Banjarmasin.
36
Tabel 1
Tabel 2
37
Table 3
Table 4
yang masih ada ijin edarnya namun hanya menangani sebatas masalah obat dosis
keras (daftar G) yang tidak ada izin edarnya, sehingga justru terkesan hanya sebatas
konsumsi obat dosis keras tanpa resep dokter padahal seharusnya Undang-Undang
RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ini dapat bersinergi dengan aturan
dosis keras tanpa resep dokter termasuk dalam kategori tindak pidana kejahatan
Kesalahan merupakan unsur subyektif dari tindak pidana. Kesalahan dapat berupa
ketidak sengajaan (culpa) dan kesengajaan (dolus).30 Kealpaan terjadi jika pelaku
hati-hatian ataupun kurang teliti. Unsur kesalahan sangat penting bagi penegak
hukum untuk menentukan apakah seseorang yang melakukan tindak pidana dapat
yang dapat dipidana, serta sanksi-sanksi apakah dan atas perbuatan –perbuatan apa
yang dapat dijatuhkan pidana. Dalam kasus penyalahgunaan obat psikotropika yang
28
Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto, Semarang,hlm.32.
29
Chairul Huda, 2013, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h.20.
30
Sudarto, Op.cit, Hlm 30
39
Unsur tanpa hak membuktikan kesalahan yang dilakukan Tora Sudiro dengan
dilarang dan diawasi perederannya jika telah diolah dalam bentuk obat. Maka dari
tersebut. Unsur tanpa hak dalam Pasal 62 ini diperjelas dengan ketentuan Pasal 14
ayat (4) Undang-Undang No.5 Tahun 1997 bahwa Penyerahan psikotropika oleh
apotek, puskesmas, dan balai pengobatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kesalahan dan sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Tora Sudiro terlihat
perbuatan manusia sebagai syarat materiil yang harus ada karena perbuatan tersebut
tanpa ada akibat yang pasti terhadap kesalahan tersebut.Dengan demikian, konsepsi
dan proses pelaksanaannya. Jika kesalahan dipahami sebagai “dapat dicela”, maka
bagian dari tindak pidana, serta tidak perlu dibuktikan jika menjadi unsur diam-
diam. Perbuatan pidana mutlak harus bersifat melawan hukum, maka disebutkan
tetap harus dibuktikan unsur kesalahannya. Bukan berarti tindak pidana yang tidak
memuat perkataan “melawan hukum” tidak dapat bersifat melawan hukum. Sifat
melawan hukumnya akan tersimpul dari unsur tindak pidana yang lain. Melawan
dipandang sebagai unsur tindak pidana, sekalipun tidak dirumuskan. Jika “melawan
hukum” tidak dirumuskan dalam bunyi pasal dan tidak terbukti maka menyebabkan
Untuk dapat dikatakan perbuatan yang dilakukan Tora sebagai tindak pidana
ayat (4) Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika telah menyebutkan
31
Ibid. Hlm 27
41
analogi dalam Pasal 62 Undang-Undang No.5 Tahun 1997 “secara tidak sah” dapat
dibuktikan dengan dapat menunjukan atau tidak dapat menunjukannya resep dokter
tersebut, serta telah ditegaskan dalam Pasal 36 ayat (2) Undang-Undang No.5
Tahun 1997.
tidak sah serta melawan hukum menurut ketentuan Undang-Undang No.5 Tahun
dijatuhi pidana paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
menyimpan, membawa tanpa hak psikotropika ataupun obat psikotropika dan dapat
menunjukan bukti kepemilikannya berupa resep dokter maka orang tersebut lepas
dari segala tuntutan. Penggunaan obat psikotropika tanpa menggunakan resep dan
justru ternyata dimanfaatkan oleh pelaku tindak kriminal yang memiliki obat dosis
keras yang dalam hal ini adalah carnophen zineth sering berlindung di balik aturan
dengan satreskrim narkoba Polres Kota Banjarmasin bahwa yang selama ini
Namun dengan meningkatnya kasus obat dosis keras tersebut akhirnya pada
tanggal 6 Maret 2018 secara resmi obat dosis keras (daftar G) carnophen zineth
yang dilarang ini masuk pada narkotika golongan 1 berdasarkan Peraturan Menteri
Narkotika dengan ancaman 15 tahun penjara.32 Sehingga dengan adanya aturan ini
Tindak pidana narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai 148 Undang-
tindak pidana yang diatur didalamnya adalah tindak kejahatan, namun tidak perlu
Secara umum tindak pidana narkotika merupakan hal yang berkaitan dan
32
Budi Yulianto. 2018. Zenith Resmi Masuk Golongan Narkotika.
https://www.borneonews.co.id/berita/89914-zenith-resmi-masuk-golongan-narkotika. Diakses
pada tanggal 1 Juni 2018
43
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, dimana Undang-undang ini dapat dipakai untuk
haram tersebut banyak didatangkan dari luar negeri. Sehingga sangat jelas bahwa
dengan masuknya beberapa daftar obat dosis keras (daftar G) ke dalam kategori
Golongan I Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika maka siapa saja
yang memiliki obat dosis keras tersebut jelas telah memenuhi unsure tindak pidana
narkotika.
Tahun 2018 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika pada tanggal 6 Maret 2018
Indonesia Tahun 2009 tentang Kesehatan karena diduga keras menjual atau
mengedarkan sediaan farmasin yang tidak memiliki ijin edar, bahkan pada tanggal
8 Maret 2018 Polresta Banjarmasin berhasil menyita sebanyak 25.000 butir pil
Berjarak sekitar 2 bulan pasca terbitnya aturan pada tanggal 21 Mei 2018
33
Gunawan Wibisono. 2018. Polresta Banjarmasin Sita 25.000 butir pil
zenit.https://www.antaranews.com/berita/691985/polresta-banjarmasin-sita-25000-butir-pil-zenith.
Diakses pada tanggal 3 April 2018
44
2.400 butir tablet warna putih berlogo satu diantara sisinya berlogo zenith tersebut.
Namun kali ini pengedar zenith kini terancam undang-undang berlapis, yaitu pasal
197 UU No 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan, pelaku juga dijerat Pasal 112 ayat
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), hal ini juga bersesuaian dengan hasil
sembilan perkara tindak pidana di bidang Obat dan Makanan. Kesembilan perkara
sesuai Petunjuk Teknis Penyidikan Tindak Pidana Bagi PPNS Badan POM yaitu :
34
Rizki Abdul Gani. 2018. satresnarkoba Polresta Banjarmasin Jerat Pengedar Zenith dengan
Undang-Undang Narkotika.http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/05/23. diakses pada tanggal 28
April 2018
35
Hukmas BPOM Banjarmasin. 2017. Badan BPOM Perangi Penyalahgunaan Obat Ilegal.
45
(BA).
tindakan penggeledahan.
tindakan penyitaan
diperlukan
16. Menyerahkan Berkas Perkara kepada Jaksa penuntut Umum melalui Penyidik
Penuntut Umum (p-18), (p-19) sampai Berkas perkara dinyatakan lengkap (p-
21)
18. Menyerahkan tanggungjawab atas Tersangka dan Barang Bukti kepada Jaksa
Penuntut Umum.
secara otomatis penanganan perkara kepemilikan obat dosis keras tanpa resep
proses yang sama pada penegakan hukum pidana pada umumnya seperti yang diatur
dalam KUHAP. Meskipun narkotika dan psikotropika merupakan delik khusus dan
diatur dalam Undang-Undang khusus pula, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
hukum yang berlaku adalah Lex specialis derogate legi generalis, namun demikian
47
penegakan hukum narkotika juga harus merujuk pada KUHP dan KUHAP sebagai
pecandu meskipun penguasaan dan kepemilikan barang haram tersebut ada pada si
1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah).
2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
pasal 112 ini tidak dapat disamakan dengan ketentuan “bezit” atau penguasaan
seperti yang terdapat dalam Buku II, BAB II KUHPerdata tentang Bezit pasal 529
suatu kebendaan, baik diri sendiri maupun dengan perantaraan orang lain, dan yang
menurut pasal 529 KUHPerdata tersebut adalah orang yang memiliki baik secara
48
pribadi maupun dengan perantaraan orang lain, dengan mempertahankan benda itu
ataupun menikmati benda yang ada padanya itu. Dengan kata lain, apabila ia
memegang benda tersebut, lalu ia menggunakan benda itu baik untuk dikonsumsi,
penguasaannya. Begitu juga yang termuat dalam pasal 1977 KUHperdata yang
menyebutkan bahwa “terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun
piutang yang tidak harus dibayar kepada si pembawa maka barangsiapa yang
Sementara di dalam unsur pidana pasal 112 ayat (1) tersebut, Mahkamah
yaitu:
Hal ini berarti bahwa harus dibuktikan terlebih dahulu baik oleh penyidik
seseorang itu dihukum karena dia telah membawa barang haram tersebut dengan
tersebut adalah pelaku yang merupakan pengedar, ataukah pelaku yang sebenarnya
korban atau bahkan pelaku yang tidak sebenarnya. Itulah mengapa sebabnya
49
bahwa pasal 112 adalah merupakan pasal keranjang sampah atau pasal karet.
berikut:
Maka oleh karena itulah, perlu dibuktikan terlebih dahulu adanya unsur
kesalahan (schuld) pada diri si pelaku yang dituduhkan itu. Dalam proses peradilan
haruslah diukur terlebih dahulu seberapa jauh kesalahan (schuld) yang terdapat
pada dirinya yang untuk kemudian dapat pula diukur pertanggungjawaban pada
KUHAP apabila tidak diatur dalam undang undang narkoba. Penegakan hukum
narkotika sendiri tidak boleh keluar dari koridor KUHAP. Dalam beberapa kasus,
kadang pada tingkat penyidikan masih ada proses penegak hukum yang sedikit
36
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 168
50
Tahapan pada kasus tindak pidana selalu bermula dari penyelidikan dan
penyidikan. Secara umum penyelidikan atau dengan kata lain sering disebut dengan
penelitian adalah langkah awal atau upaya untuk mengidentifikasi benar dan
tidaknya suatu peristiwa pidana itu terjadi. Dalam perkara pidana, penyelidikan atau
keyakinan bahwa perbuatan pidana atau perbuatan yang dilarang oleh ketentuan
(criminal) itu bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup pada dalam masyarakat
setempat.
37
Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana melalui pendekatan Hukum Progresif,
Sinar grafika, Jakarta, 2012 hlm. 18-19
38
Ibid. Hlm 32
51
dilakukan atau tidak dilakukan, yang dilarang atau dianjurkan untuk dijalankan.
pidana sebagai suatu rangkaian peraturan peraturan yang memuat cara bagaimana
kejaksaan, dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan Negara dengan
mengadakan hukum pidana yang ketentuan tersebut sebagian besar terdapat dalam
KUHP (wetboek van strafrecht) dan sebagian lagi dimuat dalam pelbagai peraturan,
penyidik, penuntut umum, hakim dan Penasihat hukum sendiri dalam proses
umum sendiri dalam Dakwaannya selalu memuat unsur pasal 112 UU No. 35 Tahun
2009 kepada orang yang disangka oleh penyidik telah memiliki dua alat bukti yang
sah, bahkan telah sah dan meyakinkan sebagai pengedar narkoba tersebut.
tentang pembuktian, yakni segala proses, dengan menggunakan alat-alat bukti yang
39
Sudikno Mertokusumo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 14-15
sebagaimana yang dikutip oleh Siska Elvandari, Hukum Penyelesaian Sengketa Medis, Thafa
Media, Yogyakarta, 2015, hlm. 2
52
syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk
Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan dengan undang-
maka terdakwa “dibebaskan” dari hukuman sesuai pasal 191 ayat (1) KUHAP yang
secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas. Sebaliknya, kalau
kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat bukti yang disebut dalam pasal
semua unsur yang terdapat di dalam suatu rumusan delik dan tidak ada sesuatu dasar
yang terdapat dalam hukum positif yang meniadakan sifat yang melanggar hukum
dari perbuatannya itu, maka dengan pasti mereka akan mengatakan bahwa
40
Alfitra, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana, Perdata Dan Korupsi Di Indonesia,
Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), Jakarta, 2014, hlm. 21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan kegiatan atau serangkaian
obat tradisional dan kosmetika. Jadi yang berhak melakukan peredaran sediaan
farmasi dan alat kesehatan hanyalah orang orang tertentu yang telah memiliki izin dan
bagi mereka yang mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan tanpa adanya izin
dan Makanan (BPOM) karena obat mempunyai kedudukan yang khusus dalam
tidak tepat dan tidak rasional dapat membahayakan masyarakat. Tujuan dari
pemberian izin dalam peredaran sediaan farmasi adalah untuk melindungi masyarakat
dari sediaan farmasi yang tidak memenuhi syarat (TMS), melindungi masyarakat dari
temui pun tidak banyak menyimpan data mengenai penertiban terhadap peredaran
sedian farmasi berupa obat keras yang termasuk daftar G yang sudah dicabut izin
Resort Kota Banjarmasin dalam melakukan penertiban, jadi yang lebih berperan besar
53
54
2. Dalam hal penertiban terhadap obat keras daftar G yang sudah tidak memiliki izin
Jika Target Operasi sudah dapat diamankan maka keduanya kemudian memanggil
saksi ahli dalam mengumpulkan bukti petunjuk sehingga setelah lengkap 2 (dua) alat
bukti serta keterangan ahli maka setelah berkas dikatakan lengkap pihak BPOM
B. Saran
Bahwa selama penelitian dilakukan Peneliti sangat kesulitan dalam mencari dan
mengumpulkan data di BPOM Banjarmasin, padahal peran BPOM sangatlah besar dalam
hal penertiban ini, namun selama ini terkesan BPOM Banjarmasin bersifat pasif dan
menyerahkan segala urusan kepada pihak kepolisian sehingga menurut Penulis tindakan
Preventif terhadap peredaran obat keras yang sudah dicabut izin edarnya sama sekali
kurang oleh karenanya Penulis memberikan saran agar tidak hanya aturan terhadap
penertibannya tapi pada perangkat aparat hukumnya sendiri haruslah ada tindakan tegas.
55
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
2002
Persada
Huda, Chairul 2013, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Group, Jakarta
Hartini, Yustina Sri dan Sulasmono, 2010, Apotek Ulasan Beserta Naskah
Harun, M. Husein Penyidik dan penuntut dalam proses pidana. PT rineka cipta.
Jakarta. 1991
1990
Ilegal.
Mertokusumo, Sudikno, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 14-
Peraturan
Kesehatan
Website
The Pursuit of Responsible Use of Medicines: Sharing and Learning from Country
Experiences, 2012, ttp://www.who.int/medicines/areas/rational_use/en/index.html,
diakses tanggal 10 Agustus 2017.
Dian Reinis Kumampung. 2017. Ini Kronologi Penangkapan Tora Sudiro Menurut
Kepolisian.http://entertainment.kompas.com/read/2017/08/04/115853810/ini-
kronologis-penangkapan-tora-sudiro-menurut-polisi. Diakses pada tanggal 10
Agustus 2017
Rizki Abdul Gani. 2018. satresnarkoba Polresta Banjarmasin Jerat Pengedar Zenith
dengan Undang-Undang
Narkotika.http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/05/23. diakses pada tanggal 28
April 2018