Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DISPENSASI NIKAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perdata

Dosen Pengampu :

Indri Hadisiswati, M.H.

Disusun oleh :

1 Maryugo Augusta Milenio (126103213290)


2 Nadia Febby Agustin (126103213293)
3 Fredian Bagas Dewantara (126103213299)
4 Anjrah Ayu Lestari (126103213301)
5 Moh. Kavin Nadaa Aula G. (126103213305)

SEMESTER 4

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MARET 2023

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan inayah
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Solawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah
Muhammad SAW.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata
yang berjudul “Dispensasi Nikah”. Dalam menyelesaikan makalah ini,mendapatakan bantuan
serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu kami hanturkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Mafthukin, M.Ag. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. Nur Efendi, M.Ag. Selaku Dekan FASIH UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. Selaku Koord. Progam Studi Hukum Tata
Negara.
4. Ibu Indri Hadisiswati, M.H. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Hukum Perdata.
5. Bpk. H. Mochamad Wafi, M. Ag. Selaku Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Tulungagung.
6. Drs. Zainal Farid, S.H,. M. HES. Selaku Ketua Pengadilan Agama Tulungagung.
7. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas,masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami
berharap dari makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
kami maupun pembaca, Aamiin.

Tulungagung, 29 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB 1 .......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 5
BAB 2 .......................................................................................................................................... 6
LANDASAN TEORI ........................................................................................................................ 6
A. Dispensasi Pernikahan Menurut Para Ahli ......................................................................... 6
B. Dispensasi Pernikahan Menurut Perspektif Hukum Islam ................................................... 6
C. Dasar Hukum Dispensasi Pernikahan ................................................................................. 7
BAB 3 .......................................................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN ................................................................................................................... 8
A. Jenis Penelitian ................................................................................................................. 8
B. Lokasi Penelitian ............................................................................................................... 8
C. Pendekatan Penelitian ...................................................................................................... 9
D. Sumber Data ..................................................................................................................... 9
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................................................ 10
BAB 4 ........................................................................................................................................ 12
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 12
A. Pengertian Dispensasi nikah ............................................................................................ 12
B. Syarat dispensasi ............................................................................................................ 13
C. Dampak dari Dispensasi .................................................................................................. 14
D. Faktor Penyebab Dispensasi Nikah .................................................................................. 15
E. Prosedur Permintaan Dispensasi Nikah............................................................................ 15
BAB 5 ........................................................................................................................................ 19
PENUTUP ................................................................................................................................... 19
Kesimpulan ................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 20
LAMPIRAN.................................................................................................................................... 21

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sebagai makhluk sosial pasti tidak akan lepas dari yang namanya
membutuhkan. Kita hidup didunia saling berdampingan, baik dengan sesame manusia
ataupun dengan makhuk lain. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa bertahan
hidup sendiri dan pasti membutuhkan bantuan manusia lainnya. Oleh karena itu, kita
wajib untuk saling membantu satu sama lain, saling bekerjasama dan saling menjaga
satu sama lain. Di dalam berhubungan dengan orang lain kita diatur oleh aturan atau
hukum. Hukum disini selain bertujuan untuk mengatur segala tingkah laku seseorang
dalam bermasyarakat, juga berfungsi untuk mengatur hak dan kewajiban antar
seseorang dalam hidup bermasyarakat. Termasuk di dalamnya perihal perkawinan atau
pernikahan, semua telah diatur di dalam undang-undang. Termasuk kaitannya juga
tentang dispensasi nikah. Dispensasi nikah sendiri merupakan sebutan untuk sebuah
pemberian hak kepada seseorang untuk menikah meskipun dari segi usia belum
mencapai batasnya.

Dispensasi pernikahan merupakan surat yang ditujukan untuk perkawinan yang


calon mempelai laki-laki atau perempuannya masih di bawah umur dan tidak
diperbolehkan untuk menikah sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.
Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu “Perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
yang berisi batas umur perkawinan bagi laki-laki adalah 19 Tahun dan perempuan
adalah 19 Tahun.
Dispensasi nikah diatur dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat
2 yang berbunyi “Dalam hal penyimpanan terhadap ketentuan umur sebagaimana yang
dimaksud pada ayat 1, orang tua kedua belah pihak dapat meminta dispensasi kepada
pengadilan dengan alasan sangat mendesak diserta bukti-bukti pendukung yang cukup”
dan diatur juga dalam Kitab Undang-Undang hukum perdata pasal 29 “ sementara itu
dalam hal adanya alasan-alasan yang penting, presiden berkuasa meniadakan larangan
ini dengan memberikan dispensasi”. Baik pasal tersebut tidak menyebutkan hal apa
yang dijadikan dasar bagi suatu alasan yang penting, misalnya keperluan mendesak

4
bagi kepentingan keluarga, barulah dapat diberikan dispensasi, karena tidak disebutkan
alasan yang penting itu maka dengan mudah saja orang tua mengajukan permohonan
disepensasi pernikahan bagi anaknya.
Di Kecamatan Tulungagung khususnya di Desa Kenayan dispensasi pernikahan
ini juga ditemukan dimana 2022 terdapat sekitar 7 perkara dispensasi pernikahan yang
tercatat di KUA dan Pengadilan Agama Tulungagung. Dispensasi pernikahan tidaklah
sedikit terjadi, hal tersebut tentu bukan semata-mata sengaja terjadi akan tetapi ada
beberapa faktor salah satunya yaitu faktor melakukan perbuatan terlarang. Dengan
adanya faktor tersebut, maka permohonan dispensasi dapat dikabulkan oleh pengadilan.
Namun untuk mengetahui palaksanaanya di KUA dan Pengadilan Agama
Tulungagung, maka pemakalah tertarik melakukan observasi dan mengkaji
permasalahan tersebut kedalam penulisan makalah yang berjudul “Observasi Tentang
Dispensasi Pernikahan di Desa Kenayan Kecamatan Tulungagung”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dispensasi pernikahan ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi beberapa orang mengajukan dispensasi nikah?
3. Apa saja syarat-syarat yang harus dilakukan untuk mendapatkan surat dispensasi
nikah tersebut ?
4. Bagaimana dampak bagi masyarakat terkait adanya dispensasi pernikahan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis tentang dispensasi nikah
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang memengaruhi beberapa orang
mengajukan dispensasi nikah.
3. Untuk mengetahui apa saja syarat yang harus dilakukan untuk mendapatkan surat
dispensasi nikah.
4. Untuk mengetahui dampak adanya dispensasi nikah bagi masyarakat.

5
BAB 2
LANDASAN TEORI

A. Dispensasi Pernikahan Menurut Para Ahli


1. Menurut Ateng Syarifuddin, dispensasi nikah adalah keringanan yang bertujuan
menebus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, menyisihkan
pelarangan dalam hal yang khusus (relaxation legis).1
2. Menurut Roihan A. Rasyid, pembebasan nikah adalah pengecualian yang diberikan
pengadilan agama bagi calon pengantin di bawah usia sembilan belas tahun, berlaku
bagi laki-laki yang berusia di bawah 19 (sembilan belas) tahun dan di bawah 16
(enam belas) tahun. tahun. Permohonan dispensasi nikah diajukan ke pengadilan
agama setempat oleh calon mempelai laki-laki atau orang tua atau wali.2

B. Dispensasi Pernikahan Menurut Perspektif Hukum Islam


Usia perkawinan merupakan usia seseorang yang dianggap telah siap dan mampu
baik secara fisik maupun mental untuk melangsungkan perkawinan. Batas usia
minimal perkawinan dipahami sebagai batas usia minimal laki-laki atau perempuan
diperbolehkan melangsungkan perkawinan. Fikih tidak menyebutkan secara
spesifik tentang dispensasi nikah dan tidak pernah menerapkan adanya batasan
minimal usia bagi laki-laki atau perempuan untuk melangsungkan perkawinan.
Pelaksanaan perkawinan sangat terkait dengan tujuan dan hikmah dari perkawinan
itu sendiri. Tidak adanya batasan usia minimal menikah dalam Islam dianggap
sebagai sebuah rahmat yang memberikan peluang ijtihâdîyah tentang minimal usia
seseorang dapat melakukan perkawinan. Menurut Umar Said sebagaimana yang
dikutip oleh Ali Wafa, batasan usia kedewasaan untuk menikah termasuk masalah
ijtihâdî. Dalam Islam, usia atau kedewasaan tidak termasuk syarat dan rukun
perkawinan. Perkawinan dianggap sah apabila telah memenuhi syarat dan rukun.
Para ulama berbeda pendapat tentang batas usia kedewasaan. Meskipun hukum
Islam tidak memberikan batasan konkrit tentang batas minimal usia perkawinan
bukan berarti Islam memperbolehkan perkawinan di bawah umur.

1
Imam Syafi’I dan Freede Intang Chaosa, Penetapan Dispensasi Nikah Oleh Hakim, Mabahits Jurnal
Hukum Keluarga, Vol.01 No.02 (2020), Hal. 16.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008),
335.

6
C. Dasar Hukum Dispensasi Pernikahan
Yang menjadi dasar hukum dispensasi pernikahan ialah tercatat pada pasal 7
ayat (2) UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam pasal ini menyatakan
bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan
belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun, dan
apabila ada seseorang yang akan menikah kurang dari 21 tahun harus dengan izin
kedua orang tua. Untuk menjaga kesehatan suami istri dan keturunan perlu
ditetapkan batas batas umur untuk perkawinan oleh karena itu Mahkamah
Konstitusi memberi putusan nomor 22 PUU XV 2017 tentang batas usia nikah
untuk perempuan, sehingga penentuan batas usia kawin 16 tahun untuk perempuan
dan 19 tahun untuk laki-laki hanya didasarkan pada aspek kesehatan.

7
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian terkait dispensasi pernikahan ini, kami menggunakan
metode penelitian kualitatif, metode kualintatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti dan memahami perilaku individu atau kelompok, dan
fenomena sosial dalam kondisi alamiah (natural), sehingga diperoleh data-data yang
deskriptif (non kuantitatif) dalam bentuk lisan dan atau tulisan, yang kemudian di
interpretasi secara deskriptif pula. Atau dengan bahasa yang sederhana, penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara
holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan
diri peneliti sebagai instrumen kunci.2 Dimana Teknik pengambilan datanya
menggunakan tiga yaitu :

1. Menggunakan sistem pengamatan (observasi),

2. Melakukan wawancara secara mendalam,

3. Dokumentasi.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang bersifat empiris,
empiris merupakan metode yang bersumberkan pada fakta – fakta empiris atau fakta
yang sebenarnya terjadi di lapangan secara sistematis, akurat, dan factual mengenai
fenomena yang terjadi pada lapangan.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilkakukan untuk mencari data
dan informasi terkait Dispensasi Pernikahan Dini secara akurat. Dalam penelitian ini
kami lakukan di dua tempat yaitu di Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Tulungagung,
dan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tulungagung.

2
Sobry Sutikno, dan Prosmala Hadisaputra. PENELITIAN KUALITATIF. (LOMBOK :HOLISTICA, 2020).
hal. 6

8
C. Pendekatan Penelitian

Adapun metode pendekatan yang kami gunakan dalam melakukan penelitian ini antara
lain:
1.) Pendekatan yuridis, mengkaji penelitian dengan menggunakan Undang-Undang
yang berkaitan dengan dispensasi nikah, yang termasuk dalam UU No. 01 Tahun
1974, dan yang terdapat didalam UU. No 16 tahun 2019 tentang perubahan atas
UU. No 01 Tahun 1974 tentang perkawinan. Selain itu juga membahas
perkawinan dilihat dari Pasal 7 ayat (1) UU No. 01 Tahun 1974. Dan juga
membahas sesuai dengan Pasal 6 UU No. 01 Tahun 1974.
2.) Pendekatan sosiologis, yaitu sebuah pendekatan yang berfungsi untuk
mengetahui seperti apa fakta-fakta yang terjadi dilapangan.

Pendekatan yuridis-normatif. Ini merupakan salah satu pendekatan didalam


penelitian yang merujuk pada norma hukum yang terdapat didalam peraturan
perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma yang muncul atau
berkembang didalam masyarakat. Pendekatan ini juga berfungsi untuk
mengetahui apa faktor pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan
dispensasi nikah

B. Sumber Data
Adapun dalam penelitian yang kami lakukan dengan melalui metode
pengumpulan data primer dan sekunder. Adapun penjelasan sebagai berikut:

- Data Primer, adalah data yang dapat dihasilkan secara langsung melalui proses
penelitian dilapangan atau Field Research. Data ini diperoleh secara langsung
dengan melalui wawancara, observasi atau pengamatan, maupun laporan dalam
bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah untuk diteliti.
- Data Sekunder, merupakan sumber data yang digunakan sebagai pelengkap atau
pendukung data primer. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari dokumen-
dokumen resmi yang terkait, seperti buku-buku yang berkaitan dengan objek
penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dan dokumen dari KUA,
Pengadilan Agama yang memuat informasi tentang nama-nama orang yang
mengajukan dispensasi nikah lengkap dengan umur dan alamatnya, serta
peraturan perundang-undangan, ataupun berbagai literatur terkait lainnya.

9
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga (3) metode pengumpulan data,
antara lain:
1.) Wawancara (interview), yaitu salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mencari data penelitian. Secara singkatnya, wawancara adalah kegiatan dimana
disitu terjadi proses interaksi antara orang yang mewawancarai dengan sumber
informasi atau orang yang diwawancarai. Dalam wawancara terdapat empat
faktor yang mempengaruhi, yaitu orang yang melakukan wawancara, sumber
informasi, materi pertanyaan, dan situasi wawancara. Keempat faktor ini sangat
berpengaruh dalam proses penggalian data, apabila semua komponen
wawancara ini berjalan dengan baik maka tujuan wawancara akan tercapai
dengan baik.3 Didalam penelitian ini kami melakukan kegiatan wawancara
dengan bapak kepala KUA kecamatan Tulungagung dan kami juga mengujungi
Pengadilan Agama Tulungagung kami mewawancarai salah satu hakim yang
menangani kasus dispensasi nikah yaitu Drs. Mohammad Huda Najaya, M.H.
selaku hakim tingkat pertama Pengadilan Agama Tulungagung, selain itu kami
juga berkesempatan untuk melihat proses siding dispensasi nikah di Pengadilan
Agama Tulungagung. Selain itu kami juga melakukan wawancara dengan
Modin. Dari kegiatan wawancara tersebut kami mendapatkan banyak informasi
yang bisa kami gunakan untuk bahan penelitian.
2.) Dokumentasi, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang bersumber dari
catatan mengenai data-data yang akan diolah untuk diteliti. Dokumen ini
misalnya seperti arsip-arsip yang ada di Pengadian Agama Tulungagung, berkas
perkara penetapan dispensasi nikah, ataupun dokumen-dokumen lain yang ada
di KUA, seperti dokumen yang berisi daftar nama orang-orang yang
mengajukan dispensasi nikah lengkap dengan alamatnya.
3.) Observasi, ini adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencari data dengan
cara pengamatan. Pencatatan sistematis dilakukan dengan menggunakan alat
indra. Apabila mengacu pada fungsi pengamat dalam kelompok kegiatan, maka
observasi terbagi menjadi dua yaitu:

3
Ahmad Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan”, edisi
pertama, (Jakarta: Kencana, 2017), Hal. 373-374

10
- Participant Observer, adalah salah satu bentuk kegiatan observasi
dimana peneliti secara langsung terlibat dan berpartisipasi didalam
kegiatan penelitian.
- Non Participant Observer, yaitu bentuk observasi dimana peneliti tidak
terlibat secara langsung dalam kegiatan penelitiannya.4

Kami didalam kegiatan observasi ini kami mengamati secara langsung


dimana kami turun langsung ke beberapa tempat untuk menggali informasi dan
mencari data-data yang akan kami olah sebagai bahan penelitian.

4
Ahmad Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan”, edisi
pertama, (Jakarta: Kencana, 2017), Hal. 384

11
BAB 4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dispensasi nikah


Perkawinan menurut hukum Islam adalah akad yang sangat kuat untuk menaati
perintah Allah dan melaksanakan merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawadah dan warohmah.
Lebih lanjut ikatan pertikaian merupakan. Perkawinan sah apabila dilakukan
menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat 1 undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan. Perkawinan tentu memiliki rukun dan syarat yang harus
terpenuhi salah satu syaratnya yaitu kriteria umur.
Pada Oktober 2019 undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
mengalami amandemen dan tertera dalam undang-undang Nomor 16 tahun 2019
pada pasal 7 yang berbunyi, "perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita
sudah mencapai umur 19 tahun. Apabila terjadi penyimpangan terhadap ketentuan
umur orang tua kedua calon mempelai dapat meminta dispensasi kepada pengadilan
dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti yang cukup".
Dispensasi nikah merupakan pemberian dari pengadilan agama terkait
kelonggaran terhadap calon mempelai di mana belum mencapai ketentuan usia
menikah dalam undang-undang. Permohonan dispensasi nikah bersifat voluntair
produknya berbentuk penetapan. Memeriksa dan mengadili perkara dispensasi
nikah hakim harus benar-benar memiliki dan mempertimbangkan perkara baik itu
dari keadilan maslahat dan asas kemanfaatan masa depan anak.5
Dispensasi pernikahan adalah pemberian izin pernikahan oleh pengadilan
kepada calon suami atau istri yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan
perkawinan. Dispensasi pernikahan merupakan perkara voluntair, yakni perkara
permohonan yang didalamnya tidak ada sengketa, sehingga tidak mempunyai lawan
dan produknya berbentuk penetapan. Pada perkara permohonan tidak dapat diterima
oleh penghasilan kecuali ada kepentingan undang-undang yang menghendaki.

5
Imam Syafi'i,Freede intang Chaosa , penetapan dispensasi nikah oleh hakim, jurnal hukum
keluarga,vol.01 no.2 ( 2020 ) hal 15

12
B. Syarat dispensasi
Secara umum pengajuan permohonan dispensasi pernikahan dapat dilaksanakan
dengan syarat-syarat yang telah dipenuhi yakni:6
1. Kedua orang tua ( ayah dan ibu ) calon mempelai yang masih dibawah umur,
yang masing-masing sebagai pemohon tertulis ke pengadilan agama.
2. Permohonan diajukan ke pengadilan agama di tempat tinggal pemohon
3. Pemohon harus memuat: 1) identitas para pihak (ayah sebagai pemohon 1 dan
ibu sebagai pemohon II,2) Rosita yaitu alasan-alasan atau dalil yang mendasari
diajukannya permohonan, serta identitas calon mempelai laki-laki atau
perempuan, 3) petitum yaitu hal yang dimohon putusannya dari pengadilan.

Adapun dokumen lengkap lainnya yang harus dipenuhi oleh pemohon yakni:
a. Asli surat/kutipan akta nikah/duplikat kutipan akta nikah pemohon
b. Fotokopi kutipan akta nikah/duplikat akta nikah dua lembar
c. Kartu tanda penduduk yang masih berlaku, atau apabila telah pindah dan alamat
tidak sesuai dengan KTP maka surat keterangan domisili dari kelurahan setempat
d. Kartu keluarga ( bila ada )
e. Akta kelahiran anak ( bila ada )
f. Surat penolakan pencatatan perkawinan dari kantor urusan agama (KUA)
setempat.
Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan izin dispensasi perkawinan di
Tulungagung adalah sebagai berikut :
a. Membawa surat bukti penolakan dari KUA ( kantor urusan agama).
b. Membawa surat pemberitahuan adanya halangan atau kekurangan pernikahan
dari KUA.
c. Membawa kartu keluarga, buku nikah bagi kedua orang tua, dan akta kelahiran
anak

6
Safrin Salam, dispensasi perkawinan anak di bawah umur: Perspektif hukum adat ,hukum negara dan
hukum Islam, Pagaruyung law jurnal , vol.1,no.1( Juli 2017 ) hal 120

13
C. Dampak dari Dispensasi
Perkawinan pada usia muda tentunya akan memberikan berbagai macam dampak
seperti dampak terhadap hukum, kesehatan, psikologis, biologis, pendidikan, dan
dampak sosial. 7
a. Dampak terhadap hukum dampak terhadap hukum ini adalah adanya
pelanggaran terhadap undang-undang yang telah ditetapkan di negara seperti
melanggar undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan
undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

b. Dampak kesehatan
Wanita yang menikah di usia muda atau kurang dari 15 tahun akan memiliki
risiko tinggi meskipun sudah mengalami menstruasi. Dampak media yang akan
timbul oleh pernikahan muda ini yaitu dampak pada kandungan dan
kebidanannya. Penyakit kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah
muda antara lain, infeksi pada kandungan dan kanker mulut rahim. Hal ini dapat
terjadi karena terjadinya masa peralihan sel anak-anak sel dewasa yang terlalu
cepat yang pada umumnya pertumbuhan sel yang tumbuh pada anak-anak baru
akan berakhir pada usia 19 tahun

c. Dampak psikologis

Dalam sisi sosial perkawinan di bawah umur dapat mengurangi keharmonisan


dalam keluarga disebabkan karena emosi yang masih belum stabil atau masih
dalam keadaan labil dan cara berpikir yang belum matang. Secara psikis anak
juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks sehingga dapat
menimbulkan trauma psikis dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan.

d. Dampak biologis
Seorang anak yang melakukan pernikahan di bawah umur akan mengalami
penurunan keinginan belajar atau bersekolah dikarenakan banyak hal yang
harus lakukan setelah menikah, dan tidak semua sekolah memberikan izin
sekolah untuk siswa atau siswi yang telah menikah.

e. Dampak sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat
patriarki yang bias gender di mana penempatan perempuan pada posisi ini
sangat rendah dan dianggap sebagai pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini
hanya akan melestarikan budaya patriarki yang hias gender yang akan
meninggikan kekerasan terhadap perempuan.
Berdasarkan wawancara secara langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada
bapak Huda selaku salah satu hakim di Pengadilan Agama di kabupaten Tulungagung,
ada beberapa dampak dari peristiwa dispensasi pernikahan di kabupaten Tulungagung
yang tercatat dari 2020 sampai tahun 2023 faktor pertama yang menyebabkan
dispensasi nikah yaitu hamil duluan sebelum menikah,serta keinginan menikah muda
dari pelaku yang cukup signifikan dengan dalih karena sudah lama menjalin hubungan,
dan itu dilakukan oleh anak yang belum cukup umur untuk menikah dan hal itu dapat

7
Suhaila Zukifli, analisis yuridis terhadap permohonan izin dispensasi nikah bagi anak dibawah umur,
jurnal hukum kaidah, vol.18,no.2, hal. 8

14
menyebabkan dispensasi pernikahan. Dampak yang terjadi yaitu kesiapan fisik yang
belum sempurna akan menyebabkan kurang sehatnya ibu dan janin selanjutnya rawan
perceraian karena belum bisa menerima kekurangan dari pasangan masing-masing
kemudian jika ternyata pasangan menikah muda adalah orang yang tidak berkecukupan
maka akan menambah angka pengangguran dan masih banyak lainnya.
D. Faktor Penyebab Dispensasi Nikah
Dari hasil penelitian ditemukan beberapa faktor pengajuan dispensasi
pernikahan, di Pengadilan Agama Kabupaten Tulungagung, Drs. MOHAMMAD
HUDA NAJAYA, M.H. menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengajuan dispensasi pernikahan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Hamil diluar nikah
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi menjadi salah satu penyebab
banyaknya remaja yang melakukan hubungan badan yang seharusnya dilakukan oleh
sepasang suami istri sehingga banyak dari mereka yang tidak mengetahui dampak dan
resiko terhadap dirinya sendiri. Bagi mereka yang belum menikah kehamilan ini
menjadi kabar buruk dan momok hingga bisa menghancurkan masa depan. Rasa ingin
tahu yang sangat tinggi juga menjadi salah satu faktor terjadinya kehamilan sebelum
nikah sehingga harus diimbangi dengan pengetahuan mengenai hubungan seksual atau
yang biasa disebut dengan “seks education” tujuanya agar bisa menjadi pegangan atau
benteng sebelum mereka melakukan dan memutuskan sesuatu karena sudah
mengetahui koneskuensi dari perbuatan tersebut.
b. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi orang tua yang lemah menyebabkan tidak bisa melanjutkan
pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak orang tua yang berfikir
menikahkan anaknya adalah sebuah solusi untuk meringankan beban yang mereka
tanggung. Berdasarkan data yang kami dapatkan dari Pengadilan Agama ( PA )
Kabupaten Tulungagung selain kasus hamil yang terjadi diluar nikah kemiskinan juga
menjadi faktor paling banyak nomer 2 setelah faktor hamil di luar nikah.
c. Faktor Pendidikan
Masih banyak masyarakat indonesia khususnya yang ada di pedesaan atau daerah
yang masih terpencil menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting sehingga mereka
tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi, hal itu dikarenakan mereka tidak tahu fungsi dan tujuan pendidikan. Mereka
lebih milih menikahkan anaknya meskipun secara umur, mental dan financial anaknya
masih belum stabil. Mereka beranggapan pendidikan sekolah dasar saja sudah cukup
dan jika sudah usia anak mereka sudah baligh secara agama islam alangkah baiknya
jika segera dinikahkan untuk menghindari perbuatan yang dilarang dalam islam. 8
Berdasarkan data yang kami dapatkan dari Pengadilan Agama ( PA ) Kabupaten
Tulungagung selain kasus hamil yang terjadi diluar nikah pendidikan juga menjadi
faktor paling banyak nomer 2 setelah faktor hamil di luar nikah.
E. Prosedur Permintaan Dispensasi Nikah
Sesuai dengan UU No. 1 Pasal 7 Tahun 1974 tentang pernikahan 9 Dispensasi
nikah adalah permohonan bagi mempelai karena belum mencapai batasan minimal usia

8
Wawancara dengan bapak bapak Drs. MOHAMMAD HUDA NAJAYA, M.H. (Hakim Pengadilan
Agama Kabupaten Tulungagung) pada tanggal 28 Maret 2023 pukul 15:00 WIB
9
Undang –Undang Repoblik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, 1974, Wipress,Hal 1

15
menikah, usia minimal bagi pria adalah 19 tahun sedangkan usia minimal bagi
perempuan adalah 16 tahun. Jika salah satu atau keduanya belum mencapai umur
tersebut maka wajib memiliki surat dispensasi dari Pengadilan Agama.
Berikut adalah prosedur untuk mendapatkan surat dispensasi pernikahan yang berlaku
di kota Tulungagung:
1. Mendatangi Kantor Urusan Agama terlebih dahulu untuk mendapat surat penolakan
dan diteruskan kepada Pengadilan Agama Tulungagung
2. Orang Tua mempelai mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan
Agama kota Tulungagung untuk mendapat surat dispensasi nikah sebagai
keputusan Pengadilan Agama
3. Surat Keputusan dibawa kembali ke Kantor Urusan Agama setempat agar bisa
dinikahkan
Berikut adalah contoh surat permohonan dispensasi nikah:
Assalamu'alaikum War, Wab
Yang bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama :
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Dagang
Tempat Tinggal : Jalan Kapten Kasihin II/115 RT.002 RW. 007 Kelurahan
Kenayan
Selanjutnya disebut sebagai pemohon :
Dengan hormat, Pemohon mengajukan permohonan dispensasi kawin dengan
alasan/dalil-dalil sebagai berikut :
1. Bahwa Pemohon adalah Ibu kandung calon mempelai laki-laki:
2. Bahwa Pemohon hendak menikahkan anak kandungnya :
Nama :
Tanggal Lahir : 30 Mei 2005 ( Umur 15 Tahun, 9 Bulan )
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Dagang
Tempat Kediaman di : Jalan Kenayan Kasihin II/115 RT.002 RW.007
Kelurahan Kenayan Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung
Dengan calon isterinya :
Nama :
Umur : 17 Tahun

Contoh surat permohonan dispensasi kawin

16
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum Kerja
Tempat Kediaman di : Jalan P. Diponegoro RT.001 RW 001. Kelurahan
Tamanan Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung.
Yang akan dilaksanakan dan dicatatkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor
Urusan Agama Tulungagung.
3. Bahwa syarat-syarat melaksanakan pernikahan tersebut baik menurut ketentuan
Hukum Islam maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku telah terpenuhi
kecuali syarat usia anak bagi anak pemohon belum mencapai umur 19 tahun, oleh
karena itu telah ditolak oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Tulungagung
Kabupaten Tulungagung, sebagaimana dalam suratnya Nomor: B-107/kk.
13.04.14/PW.01/11/2021 tanggal 15 Maret 2021;
4. Bahwa pernikahan tersebut Bahwa pernikahan tersebut sangat mendesak untuk
dilangsungkan karena keduanya telah bertunangan sejak 1 bulan yang lalu dan
sebelumnya keduanya telah saling kenal selama 3 tahun, dan sekarang anak Pemohon
(calon isteri) telah hamil dalam usia 4 bulan.
5. Bahwa antara anak Pemohon dan istrinya tersebut tidak ada larangan untuk
melakukan pernikahan;
6. Bahwa anak Pemohon berstatus jejaka, dan telah akil baliq serta sudah siap untuk
menjadi suami atau kepala rumah tangga;
7. Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan
Agama Tulungagung segera memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya
menjatuhkan penetapan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
PRIMER :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon.
2. Memberikan dispensasi kepada anak kandung Pemohon yang bernama:
,,,,,,,,,,,,,,,untuk melaksanakan pernikahan dengan seorang perempuan yang bernama:
,,,,,,,,,,,,,,,.
3. Membebankan biaya perkara kepada Pemohon menurut hukum yang berlaku.
SUBSIDAIR
Mohon penetapan yang seadil-adilnya.
Demikian atas terkabulnya permohonan ini disampaikan terima kasih.
Dispensasi pernikahan merupakan dispensasi atau keringanan yang diberikan
Pengadilan Agama kepada calon mempelai yang belum cukup umur untuk
melangsungkan perkawinan, bagi pria yang belum mencapai usia 19 tahun dan wanita
belum mencapai usia 16 tahun.Ketentuan mengenai batas umur minimal dalam Pasal 7
Ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengatakan
bahwa,“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan
pihak wanita suda mencapai usia 16 tahun”. Dari hal tersebut dapat ditafsirkan bahwa

17
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tidak menghendaki pelaksanaan perkawinan di
bawah umur.
Hukum perkawinan di indonesia diatur dalam undang-undang nomor 1 tahun
1974 tentang perkawinan, Berikut merupakan uraian dari Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan.10
Pasal 6
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua
puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam
keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal
ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang
mampu menyatakan kehendak.
4. Dalam hal dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang
memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan
lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan
kehendaknya.
5. Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) dan
(4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan
pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang
akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan
izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan
(4) pasal ini.
6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan
tidak menentukan lain.
Pasal 7
1. Perkawinan izinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19(sembilan belas) tahun
dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enambelas) tahun.
2. Dalam hal penyimpanan terhadap ayat (1) pasal ini dapat memintadispensasi
kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk olehkedua orang tua pihak pria
maupun pihak wanita.
3. Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau Keduaorang tua tersebut
dalam pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-Undang ini,berlaku juga dalam hal
permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6). Akan tetapi perkawinan di bawah umur dapat
dengan terpaksa dilakukan karena Undang-undang No. 1 Tahun 1974 masih
memberikan kemungkinan penyimpangan. Dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang
Nomor 1 Tahun 197tentang Perkawinan, yaitu dengan adanya dispensasi dari
Pengadilan bagi yang belum mencapai batas umur minimal tersebut.11

10
Haris Hidayatullah dan Miftakhul Jannah., Op. Cit. Hal. 44-47.
11
Ibid

18
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
Dispensasi pernikahan adalah pemberi izin pernikahan oleh pengadilan kepada
calon suami atau istri yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan.
Dispensasi nikah merupakan pemberian dari pengadilan agama terkait pelanggaran
terhadap calon mempelai di mana belum mencapai ketentuan usia menikah dalam
undang-undang. Memeriksa dan menghadiri perkara dispensasi nikah hakim oleh
benda-benda memiliki dan mempertimbangkan perkara baik itu dari keadilan maslahat
dan asas kemanfaatan bagi masa depan anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti mengenai
pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Kecamatan Tulungagung, maka secara
umum penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kesadaran hukum masyarakat Desa
Kenayan Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung belum sepenuhnya faham
mengenai pernikahan dibawah umur. Meningkatnya permohonan dispensasi kawin di
Tulungagung disebabkan karena beberapa faktor yaitu : hamil diluar nikah, faktor
pendidikan , faktor ekonomi. Perkawinan pada usia muda tentunya akan memberikan
berbagai macam dampak seperti dampak terhadap hukum, kesehatan, psikologis,
biologis, pendidikan, dan dampak sosial.
Untuk mengajukan permohonan dispenasi pernikahan dapat dilaksanakan
dengan syarat-syarat yang telah dipenuhi yaitu kedua orang tua calon mempelai yang
masih dibawah umur harus mengajukan permohonan tertulis ke pengadilan agama,
permohonan diajukan ke pengadilan agama di tempat tinggal pemohon, adapun
pemohon harus membawa dokumen pelengkap lainnya yang harus dipenuhi. Setelah
persyaratan tersebut dipenuhi maka pemohon mengajukan permohonan dispensasi ke
pengadilan agama Tulungagung.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Hamidi. Dispensasi Kawin Menurut PERMA Nomor 5 Tahun 2019, https://pa-


palangkaraya.go.id/dispensasi-kawin-menurut-perma-nomor-5-tahun-2019 ,
diakses pada 01 Oktober 2022 pukul 21.17.

Hidayatullah, Haris dan Miftakhul Janah. 2020. Dispensasi Nikah Di Bawah Umur
Dalam Hukum Islam: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 5(1).

Lembaga Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16


TAHUN 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 TAHUN
1974 Tentang Perkawinan. No.186.

Salam, Safrin. 2017. Dispensasi Perkawinan Anak Di Bawah Umur: Perspektif


Hukum Adat, Hukum Negara dan Hukum Islam: Pagaruyung Law Jurnal,
1(1).

Syafi’I, Imam dan Freede Intang Chaosa. 2020. Penetapan Dispensasi Nikah Oleh
Hakim: Mabahits Jurnal Hukum Keluarga, 1(2).

Yusuf, Ahmad Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan. Jakarta: Kencana. 2017.

Zukifli, Suhaila. Analisis Yuridis Terhadap Permohonan Izin Dispensasi Nikah Bagi
Anak Dibawah Umur: Jurnal Hukum Kaidah, 18(2).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa


(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 335

Ahmad Mukri Aji, Urgensi Maslahat Mursalat dalam Dialektika Pemikiran Hukum
Islam (Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2012), Cet. Ke-2, 193.

20
LAMPIRAN

21
22

Anda mungkin juga menyukai