Anda di halaman 1dari 17

EKSEPSI DAN SURAT DAKWAAN

Dosen Pengampu : ILHAM AKBAR, S.H.I., S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Nur Fazira (12020723488)

Tasya Salsabila (12020723508)

Siti Ramadhanti (12020723887)

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN


HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIEF KASIM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Eksepsi dan
Surat Dakwaan" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Bantuan Hukum. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ilham Akbar, S.H.I., S.H.,
M.H. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Bantuan Hukum. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Pekanbaru, 9 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................2

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................2


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................3

Bab 2 Pembahasan .....................................................................................................4

2.1 Pengertian Eksepsi .................................................................................................4


2.2 Pengertian Surat Dakwaan .....................................................................................8

BAB 3 PENUTUPAN .................................................................................................14

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................14


3.2 Saran………………… ...........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses pemeriksaan dalam persidangan, pada permulaan sidang diawali


dengan Hakim Ketua membuka sidang, kemudian dilanjutkan dengan Hakim
ketua sidang menanyakan tentang identitas Terdakwa/tersangka serta
mengingatkan supaya terdakwa /tersangka memperhatikan segala sesuatu yang
didengar dan dilihatnya dalam sidang itu, sesudah itu Hakim Ketua akan
memintakan kepada Penuntut Umum untuk membacakan surat dakwaan . Sesudah
pembacaan surat dakwaan dibacakan oleh Penuntut Umum. Hakim Ketua akan
menanyakan kepada terdakwa / tersangka apakah ia sudah mengerti isi dari surat
dakwaan. Apabila terdakwa tersangka belum mengerti, maka Penuntut Umum
harus memberikan penjelasan yang diperlukan mengenai dakwaan terhadap
terdakwa. Apabila kemudian terdakwa dan penasehat hukumnya tidak menyetujui
isi daripada surat dakwaan, maka terdakwa atau penasehat hukumnya dapat
menajukan bantahan atau tangkisan .
Bantahan atau tangkisan terdakwa terhadap surat dakwaan yang dibuat
oleh Penuntut Umum di dalam praktek peradilan biasa disebut dengan EKSEPSI
atau bantahan. Pada dasarnya, eksepsi atau keberatan adalah merupakan
pernyataan keberatan terdakwa terhadap dakwaan yang diajukan oleh Penuntut
Umum. Eksepsi atau keberatan ini selain diajukan oleh terdakwa bisa juga
diajukan oleh penasehat hukumnya. Alasan alasan pengajuan eksepsi atau
keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau penaschat hukumnya pada dasarnya
meliputi : eksepsi atau keberatan tentang kewenangan (kompetensi), eksepsi atau
keberatan tentang surat dakwaan tidak dapat diterima, eksepsi atau keberatan surat
dakwaan kabur.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian eksepsi?
2. Apa itu surat dakwaan?

2
C. TUJUAN MAKALAH
1. Menjelaskan tentang pengertian eksepsi
2. Menjelaskan tentang surat dakwaan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN EKSEPSI

Eksepsi merupakan bantahan yang disampaikan Tergugat yang isinya


adalah alasan-alasan mengenai gugatan Penggugat yang memiliki cacat formil.
Dalam hal ini eksepsi belum masuk pokok perkara karena hanya sebatas mengenai
hal-hal formil saja. 1

Jenis-jenis eksepsi

Untuk lebih memudahkan, eksepsi sendiri dibagi menjadi tiga jenis yaitu,
Eksepsi Prosesual, Eksepsi Hukum Materil, Eksepsi Prosesual di Luar Eksepsi
Kompetensi dan Eksepsi Hukum Materil.

1) Eksepsi Prosesual
Eksepsi Prosesual adalah eksepsi mengenai adanya cacat formil pada
gugatan yang membuat gugatan tersebut tidak sah, yang pada putusannya nanti
bisa dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvantkelijke verklaard). Contohnya
adalah eksepsi kewenangan absolut dan eksepsi kewenangan relatif.

a) Eksepsi kewenangan absolut


Merupakan eksepsi yang menyatakan bahwa dinilai Penggugat
mendaftarkan gugatannya pada pengadilan yang seharusnya tidak berwenang
menga- dili mengenai perkara tersebut.

Misalnya saja orang yang menikah secara Islam dan ingin


mengajukan cerai. Orang tersebut mengajukan cerai ke Pengadilan Negeri,
padahal seharusnya untuk orang Islam ke Pengadilan Agama. Ini yang
disebut salah mendaftarkan gugatannya. Jadi Pengadilan Negeri tidak

1
Maria Amanda“Hukum Acara Perdata”, diakses dari
https://www.hukumacaraperdata.com/eksepsi/jenis-jenis-eksepsi/ , pada tanggal 9 Juni 2023, pukul
21.04.

4
berwenang mengadili perkara tersebut. Pada akhirnya gugatan harus
diajukan ulang kepada Pengadilan Agama.

Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 134 HIR yang berbunyi:

“Jika perselisihan itu adalah suatu perkara yang tidak masuk kuasa pengadilan
negeri, maka pada sebarang waktu dalam pemeriksaan perkara itu, boleh diminta
supaya hakim mengaku dirinya tidak berkuasa dan hakim itupun wajib pula
mengaku karena jabatannya bahwa ia tidak berkuasa”.

b) Eksepsi kewenangan relatif


Merupakan eksepsi yang menyatakan bahwa dinilai Penggugat men-
daftarkan gugatannya pada pengadilan yang seharusnya tidak berwenang
mengadili menge- nai perkara tersebut. Tetapi kali ini berada di- lingkup peradilan
yang sama.

Misalnya saja, pada dasarnya semua gugatan akan diajukan pada


wilayah pengadilan tempat Tergugat berada. Tetapi ini diajukan pada
wilayah pengadilan tempat Penggugat. Dahulu Penggugat dan Tergugat
mengadakan perjanjian. Saat Tergugat melanggar perjan- jian tersebut.
Penggugat ingin menuntut Tergugat ke Pengadilan Negeri atas dasar
tuduhan wanprestasi. Tergugat dalam hal ini dimisalkan tinggal diwilayah
Jakarta Selatan dan Penggugat dimisalkan tinggal diwilayah Jakarta Utara.
Karena ketidaktahuan Penggugat akhirnya Penggugat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara, maka Tergugat dengan ini bisa
mengajukan Eksepsi mengenai kompetensi relatif karena seharusnya
Penggugat harusnya menggugat Tergugat di Jakarta Selatan.

Untuk lebih lengkapnya terkait dengan kompetensi relatif ada dalam Pasal
118 HIR yang berbunyi;

(1) Tuntutan (gugatan) perdata yang pada tingkat pertama termasuk lingkup
wewenang pengadilan negeri, harus diajukan dengan surat permintaan (surat
gugatan) yang ditandatangan oleh penggugat, atau oleh wakilnya menurut pasal

5
123, kepada ketua pengadilan negeri di tempat diam si tergugat, atau jika tempat
diamnya tidak diketahui, kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggalnya
yang sebenarnya.

(2) Jika yang digugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di daerah
hukum pengadilan negeri yang sama, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua
pengadilan negeri ditempat salah seorang tergugat yang dipilih oleh penggugat.
Jika yang digugat itu adalah seorang debitur utama dan seorang penanggungnya
maka tanpa mengurangi ketentuan pasal 6 ayat (2) “Reglemen Susunnan
Kehakiman dan Kebijaksanaan mengadili di Indonesia”, tuntutan itu diajukan
kepada ketua penga- dilan negeri di tempat tinggal debitur utama atau salah
Seorang debitur utama.

(3) Jika tidak diketahui tempat diam si tergugat dan tempat tinggalnya yang
sebenarnya, atau jika tidak dikenal orangnya, maka tuntutan itu diajukan kepada
ketua pengadilan negeri di tempat tinggal penggugat atau salah seorang
penggugat, atau kalau tuntutan itu tentang barang tetap, diajukan kepada ketua
pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya terletak barang tersebut.

(4) Jika ada suatu tempat tinggal yang dipilih dengan surat akta, maka penggugat,
kalau mau, boleh mengajukan tuntutannya kepada ketua pengadilan negeri yang

dalam daerah hukumnya terletak tempat tinggal yang dipilih itu.

2) Eksepsi Hukum Materil


Dibagi dalam 2 jenis, yaitu exceptio dilatoria dan exceptio peremptoria:

a) Exceptio dilatoria
Merupakan eksepsi yang menyatakan gugatan dinyatakan terlalu dini
untuk dilayangkan karena dianggap masih prematur. Jadi seharusnya
Pengadilan belum berwenang untuk memutus perkara itu.
b) Exceptio peremptoria
Merupakan eksepsi yang mengeyampingkan gugatan Penggugat atau
permasalahan tersebut tidak dapat diajukan ke pengadilan karena sudah

6
ada kompensasi, sudah dibayar atau hal lainnya sebagaimana yang
dikatakan dalam Pasal 1381 KUHPerdata. Adapun pasal tersebut
menyebutkan Perikatan hapus karena hal sbb :
 karena pembayaran;
 karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan;
 karena pembaruan utang;
 karena perjumpaan utang atau kompensasi;
 karena percampuran utang;
 karena pembebasan utang;
 karena musnahnya barang yang terutang;
 karena kebatalan atau pembatalan;
 karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam Bab I
buku ini;dan

 karena lewat waktu, yang akan diatur dalam suatu bab sendiri.

3) Eksepsi Prosesual di Luar Eksepsi Kompetensi


Terdiri dari beberapa bentuk yaitu Eksepsi Surat Kuasa Khusus tidak
sah,Eksepsi Error in Persona, Eksepsi Ne Bis In Idem, dan Eksepsi Obscuur
Libel:
a) Eksepsi Surat Kuasa Khusus tidak sah
Surat kuasa khusus dapat dinyatakan tidak sah karena sebab-sebab
tertentu, misalnya suarat kuasa bersifat umum (Putusan Mahkamah Agung
no.531 K/SIP/1973), surat kuasa tidak mewakili syarat formil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 123 HIR, surat kuasa dibuat bukan atas nama yang
berwenang (Putusan Mahkamah Agung no. 10.K/N/1999).
b) Eksepsi error in persona
Merupakan eksepsi yang menyatakan Penggugat tidak memiliki kapasitas
untuk menggugat hal tersebut atau Tergugat dalam hal ini tidak berkaitan
dengan perkara yang diajukan dalam gugatan. Disisi lain jika Tergugat
kurang pihak juga bisa dimasukan dalam eksepsi ini.

7
c) Eksepsi ne bis in idem
Merupakan eksepsi yang diajukan oleh Tergugat, pada intinya menyatakan
bahwa gugatan yang diajukan Penggugat sudah pernah diputuskan
pengadilan dan berkekuatan hukum tetap.
d) Eksepsi Obscuur Libel
Merupakan eksepsi terkait gugatan tidak terang atau isinya tidak jelas.

Contohnya petitum tidak rinci dijabarkan, keti- dakjelasan posita terkait


permasalahan wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, tidak jelas obyek
sengketanya, dan tidak jelas dasar hukumnya. 2

2.2 SURAT DAKWAAN


Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana
yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam
pemeriksaan dimuka sidang pengadilan.Surat dakwaan dibuat oleh penuntut
umum sebagai dasar dalam memeriksa perkara pidana di pengadilan sekaligus
berfungsi membatasi ruang lingkup pemeriksaan. Bagi penuntut umum, surat
dakwaan merupakan dasar pembuktian/alasan yuridis, tuntutan pidana dan
penggunaan upaya hukum, sedangkan bagi terdakwa, surat dakwaan merupakan
dasar untuk mengetahui secara jelas dan lengkap tindak pidana yang dituduhkan,
sehingga ia dapat mempersiapkan pembelaannya. Rumusan pengertian di atas
telah disesuaikan dengan jiwa dan ketentuan KUHAP. Dengan demikian, pada
definisi itu sudah dipergunakan istilah atau sebutan yang berasal dari KUHAP,
seperti istilah yang “didakwakan” dan “hasil pemeriksaan penyidikan” sebagai
istilah baru yang dibakukan dalam KUHAP untuk menggantikan istilah “tuduhan”
dan yang “dituduhkan”. demikian juga istilah “pemeriksaan permulaan” yang
disebut dalam HIR, dibakukan menjadi sebutan “pemeriksaan penyidikan” oleh
KUHAP.Membicarakan prinsip surat dakwaan harus disesuaikan dengan

2
Sulistyowati, Panduan Praktik Sidang Perdata Bagi Advokat Baru, ( Yogyakarta: Penerbit
Elmatera, 2020), hal 58-65.

8
ketentuan KUHAP, sebab prinsip yang diatur dalam HIR dan KUHAP terdapat
beberapa perbedaan.terutama yang menyangkut pasal 83 HIR, yang menegaskan
surat tolakan jaksa bukan merupakan surat tuduhan dalm arti kata
yangsebenarnya. Yang membuat surat tuduhan menurut HIR adalah ketua
pengadilan negri, yang mempunyai wewenang untuk mengubah isi surat tolakan
jaksa.
Surat dakwaan merupakan senjata yang hanya bisa digunakan oleh Jaksa
Penuntut Umum berdasarkan atas asas oportunitas yang memberikan hak kepada
jaksa penuntut umum sebagai wakil dari negara untuk melakukan penuntutan
kepada terdakwa pelaku tindak pidana. Demi keabsahannya, maka surat dakwaan
harus dibuat dengan sebaik-baiknya sehingga memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:Syarat Formil, diantara syarat formil yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut :Diberi tanggal dan ditanda tangani oleh Penuntut Umum;Berisi identitas
terdakwa/para terdakwa, meliputi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa
(Pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP). Identitas tersebut dimaksudkan agar orang
yang didakwa dan diperiksa di depan sidang pengadilan adalah benar-benar
terdakwa yang sebenarnya dan bukan orang lain. Apabila syarat formil ini tidak
seluruhnya dipenuhi dapat dibatalkanoleh hakim (vernietigbaar) dan bukan batal
demi hukum karena dinilai tidak jelas terhadap siapa dakwaan tersebut
ditujukan.Syarat Materiil:a. Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana
dilakukanDalam menyusun surat dakwaan, Penguraian unsur mengenai waktu
tindak pidana dilakukan adalah sangat penting karena hal ini berkaitan dengan
hal-hal mengenai azas legalitas, penentuan recidive, alibi, kadaluarsa, kepastian
umur terdakwa atau korban, serta hal-hal yang memberatkan terdakwa. Begitu
juga halnya dengan penguraian tentang tempat terjadinya tindak pidana
dikarenakan berkaitan dengan kompetensi relatif pengadilan, ruang lingkup
berlakunya UU tindak pidana serta unsur yang disyaratkan dalam tindak pidana
tertentu misalnya “di muka umum, di dalam pekarangan tertutup) dan lain-lain.
Proses Menyusun Surat Dakwaan

9
1) Voeging, Voeging adalah penggabungan berkas perkara dalam melakukan
penuntutan dan dapat dilakukan jika (pasal 141 KUHAP) :Beberapa tindak
pidanaBeberapa tindak pidana yang dilakukan satu orang atau lebihBelum
diperiksa dan akan diperiksa bersama
2) Splitsing, Selain pengganbungan perara PU juga mempunyai ha untuk
melakukan penuntutan dengan jalan memisahan perkara (pasal 142
KUHAP). Splitsing dilakukan dengan membuat berkas perkara baru
dimana para tersangka saling menjadi saksi. Hal ini dilakukan untuk
memperkuat dakwaan PU.

Bentuk-bentuk Surat DakwaanSudah dijelaskan, surat dakwaan merupakan


landasan titik tolak pemeriksaan perkara di sidang pengadilan. Oleh karena itu,
surat dakwaan mesti terang serta memenuhi syarat formal dan materiil yang
ditentukan Pasal 143 ayat (2) KUHP.

1) Surat Dakwaan BiasaBentuk surat dakwaan biasa adalah surat dakwaan


yang disusun dalam rumusan “tunggal”. Surat dakwaan hanya berisi satu
dakwaan saja. Umumnya perumusan dakwaan tunggal dijumpai dalam
tindak pidana yang jelas serta tidak mengandung faktor “alternatif” atau
faktor “subsidair”. Baik pelakunya maupun tindak pidana yang dilarang
sedemikian rupa jelas dan sederhana, sehingga surat dakwaan cukup
dirumuskan dalam bentuk tunggal.Dakwaannya hanya satu/tunggal dan
tindak pidana yang digunakan apabila berdasarkan hasil penelitian
terhadap materi perkara hanya satu tindak pidana saja yang dapat
didakwakan. Dalam dakwaan ini, terdakwa hanya dikenai satu perbuatan
saja, tanpa diikuti dengan dakwaan-dakwaan lain. Dalam menyusun surat
dakwaan tersebut tidak terdapat kemungkinan-kemungkinan alternatif,
atau kemungkinan untuk merumuskan tindak pidana lain sebagai
penggantinya, maupun kemungkinan untuk mengkumulasikan atau
mengkombinasikan tindak pidana dalam surat dakwaan. Penyusunan surat
dakwaan ini dapat dikatakan sederhana, yaitu sederhana dalam

10
perumusannya dan sederhana pula dalam pembuktian dan penerapan
hukumnya.
2) Dakwaan AlternatifDalam bentuk dakwaan demikian, maka dakwaan
tersusun dari beberapa tindak pidana yang didakwakan antara tindak
pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain bersifat saling
mengecualikan. Dalam dakwaan ini,terdakwa secara faktual didakwakan
lebih dari satu tindakpidana, tetapi pada hakikatnya ia hanya didakwa satu
tindak pidana saja. Biasanya dalam penulisannya menggunakan kata
“atau”. Dasar pertimbangan penggunaan dakwaan alternatif adalah karena
penuntut umum belum yakin benar tentang kualifikasi atau pasal yang
tepat untuk diterapkan pada tindak pidana tersebut, maka untuk
memperkecil peluang lolosnya terdakwa dari dakwaan digunakanlah
bentuk dakwaan alternatif. Biasanya dakwaan demikian, dipergunakan
dalam hal antara kualifikasi tindak pidana yang satu dengan kualifikasi
tindak pidana yang lain menunjukkan corak/ciri yang sama atau hampir
bersamaan, misalnya:pencurian atau penadahan, penipuan atau
penggelapan, pembunuhan atau penganiayaan yang mengakibatkan mati
dan sebagainya. Jaksa menggunakan kata sambung “atau”.
3) Dakwaan SubsidiairBentuk dakwaan ini dipergunakan apabila suatu akibat
yang ditimbulkan oleh suatu tindak pidana menyentuh atau menyinggung
beberapa ketentuan pidana. Keadaan demikian dapat menimbulkan
keraguan pada penunutut umum, baik mengenai kualifikasi tindak
pidananya maupun mengenai pasal yang dilanggarnya. Dalam dakwaan
ini, terdakwa didakwakan satu tindak pidana saja. Oleh karena itu,
penuntut umum memilih untuk menyusun dakwaan yang berbentuk
subsider, dimana tindak pidana yang diancam dengan pidana pokok
terberat ditempatkan pada lapisan atas dan tindak pidana yang diancam
dengan pidana yang lebih ringan ditempatkan di bawahnya. Konsekuensi
pembuktiannya, jika satu dakwaan telah terbukti, maka dakwaan
selebihnya tidak perlu dibuktikan lagi. Biasanya menggunakan istilah
primer, subsidiair dan seterusnya. Meskipun dalam dakwaan tersebut

11
terdapat beberapa tindak pidana, tetapi yang dibuktikan hanya salah satu
saja dari tindak pidana yang didakwakan itu.
4) Dakwaan KumulatifDakwaan kumulatif bisa juga disebut dakwaan yang
berbentuk multiple, yakni surat dakwaan yang disusun berupa rangkaian
dari “beberapa dakwaan” atas kejahatan atau “pelanggaran”. Atau ada juga
yang mengartikannya “gabungan” dari beberapa dakwaan
sekaligus.Bentuk dakwaan ini dipergunakan dalam hal menghadapi
seorang yang melakukan beberapa tindak pidana atau beberapa orang yang
melakukan satu tindak pidana. Dalam dakwaan ini, terdakwa didakwakan
beberapa tindak pidana sekaligus. Biasanya dakwaan akan disusun
menjadi dakwaan satu, dakwaan dua dan seterusnya. Jadi, dakwaan ini
dipergunakan dalam hal terjadinya kumulasi, baik kumulasi perbuatan
maupun kumulasi pelakunya. Jaksa menerapkan dua pasal sekaligus
dengan menerapkan kata sambung “dan”.
5) Dakwaan Campuran/KombinasiBentuk dakwaan ini merupakan gabungan
antara bentuk kumulatif dengan dakwaan alternatif ataupun dakwaan
subsidiair. Ada dua perbuatan, jaksa ragu-ragu mengenai perbuatan
tersebut dilakukan. Biasanya dakwaan ini digunakan dalam perkara
narkotika.

fungsi surat dakwaan

a. merupakan dasar fundamental dalam.hukum acara pidana, sebab


berdasarkan surat dakwaan seseorang akan di periksa,diadili di muka
sidang pengadilan
b.bagi penuntut umum:
1. dasar melakikan penuntutan
2. dasar pembuktian
3. dasar melakukan upaya hukum
c. bagi terdakwa atau penasihat hukum
1. mengetahui dengan tepat dan teliti tentang apa yang didakwakan
kepadanya

12
2. dapat mempersiapkan pembelaan atau mengajukan bukti sebaliknya
3. dasar melakukan upaya hukum
d.bagi hakim merupakan itis contestatio yaitu sebagai dasar sekaligus batas
bagi oemeriksaan dan penilaian di persidangan oleh karena itu dalam
menjatuhkan putusan tidak boleh lebih atau kurang dari tindak pidana
yang di dakwakan. yang di perbolehkan adalah menjatuhkan putusan
dengan pidana yang lebih berat atau yang lebih ringan daripada tuntutan
pidana

13
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Eksepsi merupakan bantahan yang disampaikan Tergugat yang isinya


adalah alasan-alasan mengenai gugatan Penggugat yang memiliki cacat formil.
Dalam hal ini eksepsi belum masuk pokok perkara karena hanya sebatas mengenai
hal-hal formil saja.

Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana
yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam
pemeriksaan dimuka sidang pengadilan.Surat dakwaan dibuat oleh penuntut
umum sebagai dasar dalam memeriksa perkara pidana di pengadilan sekaligus
berfungsi membatasi ruang lingkup pemeriksaan

B. SARAN

Demikian makalah ini saya selesaikan sebagai salah satu tugas perkuliahan
pada semester enam ini. Namun kami sebagai penyusun, menyadari terdapat
kekurangan maupun kekhilafan atau kesalahan, baik dalam penyelesaian maupun
pemaparan dari makalah kami ini. Maka dari itu, kami sangat mengharap dari para
pembaca atau pendengar sekalian, baik teman-teman maupun Bapak Dosen
sebagai pembimbing dalam mata kuliah ini, untuk turut serta dalam memberikan
kritik yang membangun dan saran yang baik tentunya agar kedepannya nanti kami
akan dan bisa menjadi lebih maju dan baik dari sebelumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Sulistyowati. 2020. Panduan Praktik Sidang Perdata Bagi Advokat Baru.


Yogyakarta: Penerbit Elmatera
H. suyanto. 2018. Hukum Acara Perdata. Siduarjo Zifatama Jawara

Didik Endro Purwoleksono, 2015. Hukum Acara Pidana. Surabaya. Airlangga


Univercity Press

INTERNET

Maria Amanda/.2023. “Hukum Acara Perdata”, diakses dari


https://www.hukumacaraperdata.com/eksepsi/jenis-jenis-eksepsi/, pada tanggal
9 Juni 2023, pukul 21.04.

15

Anda mungkin juga menyukai