DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Kami memohon maaf apabila pada makalah ini terdapat kesalahan yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Saran dari pembaca akan kami terima
dengan baik untuk kebaikan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi diri kami sendiri maupun pembacanya.
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB 1 ..................................................................................................................... 4
Latar Belakang .................................................................................................... 4
BAB 2 ..................................................................................................................... 7
Proses Beracara Perkara Perdata ......................................................................... 7
I. TATA CARA PELAKSANAAN PERMOHONAN PENDAFTARAN
PERKARA PERDATA ................................................................................... 7
II. PROSES BERACARA PERKARA PERDATA ..................................... 9
1) PERKARA PERMOHONAN .................................................................. 9
2) GUGATAN ............................................................................................ 12
3) PEMBUKTIAN ...................................................................................... 20
4) KESIMPULAN ...................................................................................... 21
5) PUTUSAN / EKSEKUSI ....................................................................... 21
BAB 3 ................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sengketa perdata merupakan perselisihan kepentingan yang terjadi antar
subjek hukum, baik orang pribadi (naturlijk person) maupun badan hukum (recht
person), yaitu: Antar orang pribadi, antara individu dan badan hukum dan antar
badan hukum.
Pembuktian adalah sebagai salah satu cara hakim untuk mengetahui suatu
peristiwa yang sebenarnya. Hakim menilai pembuktian terhadap fakta-fakta dalam
sengketa tersebut. Dengan adanya pembuktian tersebut hakim dapat menentukan
putusannya.
Meskipun peristiwa ataupun faktanya itu disajikan oleh para pihak, hakim
harus tahu pasti akan peristiwa yang diajukannya itu. Hakim harus mengkonstatir
yang berarti bahwa hakim harus mengakui kebenaran peristiwa yang
bersangkutan. Dan kebenaran peristiwa ini hanya dapat diperoleh dengan
pembuktian. Segala peristiwa yang menimbulkan sesuatu hak harus dibuktikan
oleh yang menuntut hak tersebut, sedangkan peristiwa yang menghapuskan hak
harus dibuktikan oleh pihak yang menyangkal hak tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN
a) Permohonan
b) Gugatan
c) Pembuktian
d) Kesimpulan
e) Eksekusi/Putusan
1) PERKARA PERMOHONAN
o Bagi mereka yang berlaku Hukum Waris BW, dengan surat keterangan
hak waris, yang dibuat oleh Notaris.
o Bagi mereka yang berlaku Hukum Waris Adat dengan surat keterangan
ahliwaris yang dibuat oleh ahli waris yang bersangkutan sendiri, yang
disaksikan oleh Lurah dan diketahui Camat dari desa dan kecamatan
tempat tinggal almarhum.
o Bagi mereka yang berlaku Hukum Waris lain-lainnya, misalnya Warga
Negara Indonesia keturunan India, dengan surat keterangan ahliwaris yang
dibuat oleh Balai Harta Peninggalan (perhatikan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri, Direktur Jenderal Agraria, Kepala Direktorat Pendaftaran
Tanah, u.b. Kepala Pembinaan Hukum, R. Soepandi, tertanggal 20
Desember 1969, No. Dpt/I12/63/12/69, yang terdapat dalarn buku
Tuntunan bagi Pejabat Pembuat Akte Tanah, Dep. Dalam Negeri, Ditjen.-
Agraria, halaman 85).
Akta ini dibuat oleh ahli waris almarhum. Mereka membuat suatu surat
pemyataan bahwa diri mereka adalah ahli waris, dan dengan menyebutkan
kedudukan masing-masing dalam hubungan keluarga yang telah meninggal.
Pernyataan yang dibuat tersebut dapat dimintakan untuk disahkan tanda-
tangannya oleh Notaris atau Ketua Pengadilan Negeri.
CATATAN:
AKTA DI BAWAH TANGAN INI YANG TELAH DISAHKAN INI
KHUSUS BERLAKU UNTUK MENGAMBIL UANG DEPOSITO DI
BANK __________ ATAS NAMA _____________
2) GUGATAN
Penggugat atau salah satu dari penggugat bertempat tinggal dalam hal:
Dalam hal ada pilihan domisili secara teI1!llis dalam akta, jika penggugat
menghendaki, ditempat domisili yang dipilih itu.
Apabila tergugat pada hari sidang pertama tidak mengajukan tangkisan
(eksepsi) tentang wewenang mengadili secara relatif ini, Pengadilan Negeri tidak
boleh menyatakan dirinya tidak berwenang. (Hal ini adalah sesuai dengan
ketentuan Pasal 133 HIR, yang menyatakan, bahwa eksepsi mengenai
kewenangan relatip harus diajukan pada permulaan sidang, apabila diajukan
terlambat, Hakim dilarang untuk memperhatikan eksepsi tersebut).
B. KUASA/WAKIL
Jaksa tidak perlu menyerahkan Surat Kuasa khusus. Pejabat atau orang yang
diangkat/ditunjuk oleh instansi yang bersangkutan, cukup hanya menyerahkan
Salinan Surat pengangkatan/penunjukan, yang tidak bermaterai.
C. PERKARA GUGUR
Apabila pada hari sidang pertama penggugat atau semua penggugat tidak
datang, meskipun telah dipanggil dengan patut dan juga tidak mengirim kuasanya
yang sah, sedangkan tergugat atau kuasanya yang sah datang, maka gugatan
digugurkan dan penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara.
Jika penggugat pada hari sidang pertama tidak datang, meskipun ia telah
dipanggil dengan patut, tetapi pada hari kedua ia datang dan pada hari ketiga
penggugat tidak hadir lagi, perkaranya tidak bisa digugurkan (pasal 124 HIR).
D. PUTUSAN VERSTEK
Apabila pada hari sidang pertama dan pada hari sidang kedua tergugat atau
semua tergugat tidak datang padahal telah dipanggil dengan patut dan juga tidak
mengirim kuasanya yang sah, sedangkan penggugat/para penggugat selalu datang,
maka perkara akan diputus verstek. Meskipun tergugat tidak hadir pada hari
sidang pertama atau tidak mengirim kuasanya yang sah, tetapi'jlka ia mengajukan
jawaban tertulis berupa tangkisan tentang tidak berwenang mengadili, maka
perkara tidak diputus dengan verstek.
E. TANGKISAN/EKSEPSI
Tangkisan atau eksepsi yang diajukan oleh tergugat, diperiksa dan diputus
bersama-sama dengan pokok perkaranya, kecuali jika eksepsi itu mengenai tidak
berwenangnya Pengadilan Negeri untuk memeriksa perkara tersebut.
Gugatan dapat dicabut secara sepihak jika perkara belum diperiksa. Tetapi
jika perkara sudah diperiksa dan tergugat telah memberi jawabannya, maka
pencabutan perkara harus mendapat persetujuan dari tergugat (pasal 271, 272
RV).
G. PERUBAHAN/PENAMBAHAN GUGATAN
H. PERDAMAIAN
Pihak lawan, apabila ia mau, dapat membayarnya Jika kedua belah pihak
tidak mau membayar biaya tersebut, maka hal/perbuatan yang barus dilakukan itu
tidak jadi dilakukan, kecuali jika hal/perbuatan itu menurut Hakim memang
sangat diperlukan. Dalam hal itu, biaya tersebut sementara akan diambil dari uang
panjar biaya perkara yang telah dibayar oleh Penggugat (pasal 160 HIR).
K. PENGGABUNGAN PERKARA
3) PEMBUKTIAN
A. Surat;
B. Saksi;
C. Persangkaan;
D. Pengakuan; dan
E. Sumpah.
4) KESIMPULAN
5) PUTUSAN / EKSEKUSI
A. PUTUSAN
Pokok perkara akan dianalisis melalui bukti-bukti yang diajukan oleh Para
pihak. Pertama akan diuji dengan bukti surat atau akta otentik/dibawah tangan
yang diakui kebenarannya. Bukti Surat tersebut juga akan dikonfrontir dengan
keterangan saksi-saksi yang sudah didengar keterangannya. Dengan cara
demikian, maka Hakim akan mendapatkan Kesimpulan dalam pokok perkara,
mana yang benar diantara dalil Penggugat atau dalilnya Tergugat. Bila yang benar
menurut Pertimbangan hukum adalah dalil Penggugat, maka Gugatan akan
dikabulkan, dan pihak Penggugat adalah pihak yang menang perkara. Sebaliknya
berdasarkan Pertimbangan hukum putusan dalil-dalil Gugatan Pengugat tidak
terbukti, dan justru dalil Jawaban Tergugat yang terbukti, maka Gugatan akan
ditolak, sehingga pihak Tergugat yang menang dalam perkara tersebut.
Jadi, bila ditinjau dari menang-kalahnya Para Pihak, maka Putusan perkara
perdata dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Gugatan dikabulkan dan Gugatan
ditolak, selain kedua Putusan tersebut, terdapat 1 (satu) jenis Putusan lain, yaitu
karena kurang sempurnanya Gugatan dikarenakan tidak memenuhi formalitasnya
suatu gugatan yaitu Putusan Gugatan tidak dapat diterima. Setelah Putusan
diucapkan oleh Hakim, maka kepada Para Pihak diberitahukan akan haknya untuk
mengajukan upaya hukum jika tidak menerima Putusan tersebut.
putusan declaratoir
putusan constitutief
putusan condemnatoir.
Putusan declaratoir, yang hanya sekedar menerangkan atau menetapkan
suatu keadaan saja, tidak perlu dieksekusi, demikian juga putusan constitutief,
yang menciptakan atau menghapuskan suatu keadaan, tidak perlu dilaksanakan.
Agar eksekusi berjalan mulus dan lancar, kerjasarna yang baik antar
instansi terkait didaerah, perlu terus menerus dibina dan ditingkatkan.
BAB 3
PENUTUP
1. Permohonan
2. Gugatan
3. Pembuktian
4. Kesimpulan
5. Eksekusi/Putusan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/2298/PROSES-BERACARA-
PERKARA-PERDATA.html
https://www.academia.edu/37456791/MAKALAH_Hukum_Acara_Perdata
http://pt-palembang.go.id/index.php/berita/berita-pengadilan/berita-terkini/67-
others/170-prosedur-perkara-perdata
http://www.pa-kuningan.go.id/layanan-publik/tahapan-tahapan-beracara