Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDAFTARAN PERKARA DAN PERSIAPAN SIDANG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama

Dosen Pengampu:

Septi Wulan Sari, S.Si., M.H

Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Erlinda Adisa Rahmatika (126103212134)
2. Muhammad Roobeth Al Falah (126103212245)
3. Luqiana Dewi Nuraini (126103213263)
4. Rara Shinta Ariningrum (126103213275)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

OKTOBER 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala
karunia dan rahmat-Nya sehingga makalah tentang Pendaftaran Perkara dan
Persiapan Sidang dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam
semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW agar kelak mendapat syafaatnya di dunia dan akhirat.

Sehubungan dengan terselesaikannya makalah ini, maka penulis


mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. Nur Efendi, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum.
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. selaku Kordinatoor Program Studi
Hukum Tata Negara.
4. Ibu Septi Wulan Sari, S.Si., M.H. selaku dosen mata kuliah Hukum Acara
Peradilan Agama.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT,
dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan kepada
segenap pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat kondusif
demi perbaikan. Semoga makalah ini bermanfat dan mendapat ridho Allah SWT.

Tulungagung, 5 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.........................................................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan Penulisan................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. Pendaftaran Perkara............................................................................................
B. Penunjukan Majelis Hakim dan Penetapan Hari Sidang....................................
C. Pemanggilan Para Pihak ....................................................................................
D. Tata Ruang dan Persiapan Sidang......................................................................
BAB III : PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Keberadaan norma-norma dalam peraturan perundang-undangan tentu


tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai dasar hukum yang menjadi dasar
pembentukan Negara hukum yang berdasarkan asas trilogi asas hukum, atas
dasar asas trilogi pengadilan yang mana dikenal dengan asas sederhana, cepat
dan biaya ringan diatur dalam ketentuan pasal 2 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan
Peradilan dilakukan dengan asas sederhana, cepat dan biaya ringan. Dalam
hal ini sangat jelas bahwa penyelesaian perkara dalam proses peradilan
dilakukan dengan waktu yang cepat dan tepat, tanpa proses yang berbelit-belit
dan tidak memakan biaya yang besar.1
Era digital saat ini menuntut semua elemen masyarakat maupun lembaga
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terkait dengan perkembangan zaman.
Atas dasar pemenuhan tersebut, Mahkamah Agung membuat aplikasi e-court
yang sedikit mengubah ilmu hukum Indonesia yang sebelumnya dilakukan
secara konvensional, namun kini semuanya dilakukan secara elektronik
dengan aplikasi e-court. Aplikasi e-court tujuannya untuk menjangkau
kebutuhan masyarakat dengan kemudahan proses dan biaya.
Banyak masyarakat belum memahami bagaimana cara mendaftarkan
perkara, penunjukan majelis hakim dan penetapan hari sidang, pemanggilan
para pihak ke Pengadilan Agama, serta tata ruang persiapan sidang dalam
Pengadilan Agama, apalagi sekarang ini zaman semakin canggih. Masyarakat
mampu bertanya maupun mempelajari hal yang belum diketahuinya dalam
bentuk elektronik, tanpa harus terjun ketempatnya.
Maka, dengan ini pemakalah akan membahas lebih lengkap mengenai
pendaftaran perkara dan persiapan sidang.

1
M. Iqbal, s. Susanto, M. Sutoro. “Efektifitas Sistem Administrasi dalam Upaya
Mendukung Administrasi Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan di Pengadilan,” Jurnal ilmu hukum
vol. 8, no. 2 (2019) :303

iv
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pendaftaran perkara?
2. Bagaimana penunjukan majelis hakim dan penetapan hari sidang?
3. Bagaimana cara pemanggilan para pihak?
4. Apa saja tata ruang dan persiapan sidang?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pendaftaran perkara.
2. Mengetahui penunjukan majelis hakim dan penetapan hari sidang.
3. Mengidentifikasi pemanggilan para pihak.
4. Untuk mengetahui tata ruang dan persiapan sidang.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDAFTARAN PERKARA.
a. Luring
1. Pihak berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa
surat gugatan atau permohonan
2. Pihak berperkara menghadap petugas meja pertama dan
menyerahkan surat gugatan atau permohonan, minimal 2 (dua)
rangkap. Untuk surat gugatan ditambah sejumlah tergugat
3. Petugas Meja I (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu
berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya
perkara yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa untuk membayar
(SKUM). Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah
mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut didasarkan pada
pasal 193 RBg atau pasal 90 Undangn undang Republik Indonesia
Nomor 3 tahun 2006 Tentang perubahan atas Undang–Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
catatan :
1. Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara
prodeo (Cuma Cuma). Ketiak mampuan tersebut dibuktikan
dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah atau Kepala Desa
setempat yang dilegalisir oleh camat.
2. bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir
Rp.0.00 dan ditulis dalam surat kuasa untuk membayar (SKUM).
Didasarkan ketentuan PERMA Nomor 1 Tahun 2014 dan Surat
Edaran Nomor 0508.a/DjA/III/HK.00/2014.
4. Petugas Meja I menyerahkan kembali surat gugatan atau
permohonan kepada pihak berperkara disertai dengan Surat Kuasa
Untuk membayar (SKUM) dalam rangkap 3 (tiga)
5. Pihak berperkara menyerahkan kepada pemegang kas (KASIR)
surat gugatan atau permohonan tersebut dan surat kuasa untuk
membayar (SKUM).

vi
6. Pemegang kas menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal
penerimaan perkara dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
dan dalam surat gugatan atau permohonan.
7. Pemegang kas meyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) kepada pihak berperkara sebagai dasar penyetoran panjar
biaya perkara ke bank.
8. Pihak berperkara datang ke loket layanan bank dan mengisi slip
penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank
tersebut sesuai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
Seperti nomor urut dan besarnya biaya penyetoran. Kemudian pihak
berperkara menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan
uang sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut.
9. Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang telah divalidasi
dari petugas layanan bank. Pihak berperkara menunjukkan slip bank
tersebut dan menyerahkan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
kepada pemegang kas.
10. Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan
kembali kepada pihak berperkara. Pemegang kas kemudian
memberi tanda lunas dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
dan menyerahkan kembali kepada fihak berperkara asli dan
tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) serta
surat gugatan atau permohonan yang bersangkutan.
11. Pihak Berperkara menyerahkan kepada meja kedua surat gugatan
atau permohonan sebanyak jumlah tergugat atau termohon
ditambah 2 (dua) rangkap serta tindasan pertama Surat Kuasa
Untuk membayar (SKUM)
12. Petugas Meja II mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan
dalam register bersangkutan serta memberi nomor register pada
surat gugatan atau permohonan tersebut yang diambil dari nomor
pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas.

vii
13. Petugas Meja II menyerahkan Kembali 1(satu) rangkap surat
gugatan atau permohonan yang telah diberi nomor register kepada
pihak berperkara.
14. PendaftaranSelesai
Pihak/pihak – pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/jurusita
pengganti untuk menghadap ke persidangan setelah ditetapkan
Susunan Majelis Hakim (PMH) dan hari sidang pemeriksaan
perkaranya (PHS).2

b. E-Court
Adapun dalam pelaksanaan e-court terdapat beberapa tahapan dalam
proses administrasi dan juga persidangan secara elektronik sebagai
berikut:
1. Pendaftaran akun pengguna terdaftar
Sebelum melakukan pendaftaran syarat wajib yang harus dilakukan
adalah harus memiliki akun e-court. Untuk melakukan pendaftaran
melalui e-court yang dilakukan pertama kali adalah membuka
website e-court Mahkamah Agung dan dalam pendaftaran
pengguna harus memenuhi syarat sebagai pengguna sistem
informasi pengadilan dengan hak dan kewajiban yang diatur oleh
Makhkamah Agung, harus memasukan alamat e-mail yang valid
karena verifikasi akun akan dikirimkan melalui e-mail yang
didaftarkan yang mana akan menjadi alamat domisili elektronik.
2. Pendaftaran perkara secara elektronik (e-filling)
Pendaftaran perkara online dalam aplikasi e-court adalah jenis
perkara yang didaftarkan di Peradilan Umum, Peradilan Agama dan
Peradilan Tata Usaha Negara yang dalam pendaftarannya
memerlukan usaha yang lebih dan hal ini yang menjadi alas an
untuk membuat e-court membutuhkan usaha.
Layanan administrasi perkara secara elektronik dapat digunakan oleh advokat,
maupun perorangan yang terdaftar. Sebelum melakukan pendaftaran syarat
2
Mahkamah Agung RI Pengadilan Agama Sanggau “pendaftaran perkara” Pendaftaran
Perkara (pa-sanggau.go.id)

viii
wajib yang harus dilakukan adalah harus memiliki akun pada aplikasi e-court.
Setelah Pengguna terdaftar di pengadilan dan mendapatkan account untuk
mengkasesnya maka username sudah dinyatakan dapat melakukan
pendaftaran perkara secara elektronik.
Tata cara pendaftaran perseorangan, pemerintahan, dan badan hukum.
Para Pihak mendaftarkan perkara secara daring melalui aplikasi e-court
tempat mengajukan perkara dengan tahapan sebagai berikut:
1) Login pada aplikasi e-court dapat dilakukan pada tombol login halaman
pertama e-court dengan memasukkan username dan password.
2) Pada dashboard e-court berisi tampilan yang lebih informatif dan
merupakan sebuah informasi yang diberikan kepada pengguna. Dalam
dashboard tersebut terdapat sebuah beberapa kolom yang berisi
informasi mengenai keadaan data perkara yang telah didaftarkan oleh
Pengguna Terdaftar melalui e-court, diantaranya informasi : Perkara
Gugatan, Perkara Bantahan, Perkara Gugatan Sederhana, Perkara
Permohonan, Perkara Permohonan Konsinyasi dan Pembatalan
Arbritase. Dari kesemua itu memiliki info masing-masing yaitu Perkara
yang Berhasil Mendapatkan Nomor, Pendaftaran Sudah Dibayar,
Pendaftaran Belum Dibayar, dan Total dari Keseluruhan Perkara
sehingga bisa dijadikan pengingat untuk Pengguna Terdaftar tentang
perkara yang telah didaftarkan.
3) Setelah Pengguna bisa melakukan login, maka berikutnya adalah
Pendaftaran Perkara. Tahapan Pendaftaran Perkara melalui e-court
diberikan contoh untuk pendaftaran perkara gugatan online.3
a) Memilih Pengadilan
Apabila pengguna sudah memilih jenis perkara yang didaftarkan
maka selanjutnya pilih tambah gugatan. Pada dashboard bagian
pendaftaran terdapat filter pemisahan status pembayaran yaitu status
sudah dibayar, belum dibayar dan kadaluwarsa sehingga
memudahkan pengguna untuk melihat status perkaranya. Ketika
pengguna ingin menambakan perkara sesuai dengan jenisnya,

3
Mahkamah Agung RI, Buku Panduan E-Court. 2019.

ix
pengguna memilih pengadilan tujuan untuk mendaftarkan
perkaranya, apabila pengguna sudah memilih jenis perkara yang
didaftarkan maka selanjutnya pilih tambah gugatan.
b) Mendapatkan nomor register online
Pada tahapan awal, setelah memilih Pengadilan pengguna insidentil
akan mendapatkan nomor register online dan barcode akan tetapi
bukan nomor perkara. Setelah memahami dan menyetujui syarat dan
ketentuan dalam pendaftaran online melalui e-court, tekan tombol
daftar.
c) Mengisi data pihak
Mengisi data pihak adalah menjadi hal wajib dalam pendaftaran
perkara dan dalam pengisian data pihak ini akan mengisi alamat
pihak baik penggugat, tergugat, dan turut tergugat sehingga dapat
memilih lokasi Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan atau
Desa. Dengan melengkapi data alamat maka biaya panjar dapat
ditaksirkan
d) Upload berkas gugatan
Tahapan berikutnya adalah melengkapi dokumen gugatan yang harus
di upload pada tahapan upload berkas. Berkas gugatan dan
persetujuan prinsipal di upload dalam tahapan upload berkas gugatan.
Ketika pengguna melakukan upload dokumen, jenis dokumen
terdapat dua pilihan yaitu pdf dan doc/rtf, serta selain itu terdapat
form template persetujuan prinsipal yang berarti menyatakan setuju
dan bersedia beracara secara elektronik.
e) Elektronik SKUM (e-SKUM)
Dengan selesainya melengkapi data pendaftaran dan dokumen
pengguna akan mendapatkan taksiran panjar biaya perkara dalam
bentuk Elektronik SKUM (e-SKUM). Besaran taksiran panjar biaya
perkara ini sudah diperhitungan dengan rumusan sesuai penentuan
taksiran biaya panjar untuk perkara gugatan, namun demikian apabila
dalam perjalanannya terdapat kekurangan maka akan diberitkan
tagihan untuk tambah biaya panjar dan sebaliknya apabila biaya

x
panjar kelebihan akan dikembalikan kepada pihak yang mendaftar
perkara.
f) Pembayaran (e-Payment)
Pengguna setelah mendapatkan Taksiran Panjar atau e-SKUM akan
mendapatkan Nomor Pembayaran (Virtual Account) sebagai
rekening virtual untuk pembayaran Biaya Panjar Perkara. Ketika
username sudah mendapatkan nomor Virtual Account dari perkara
yang telah didaftarkan, maka pemberitahuan tersebut akan masuk
kedalam e-mail yang didaftarkan sebelumnya. E-mail Pemberitahuan
bahwa status pendaftaran, dan e-mail tagihan dan besaran biaya
panjar yang harus dibayarkan. Setelah dilakukan pembayaran
otomatis status dari pendaftaran akan berubah. Untuk tahapan
pendaftaran perkara sudah selesai berikutnya adalah Pengguna
menunggu verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh pengadilan
untuk mendapatkan nomor perkara.
g) Mendapatkan nomor perkara
Pengadilan baru akan mendapatkan notifikasi atau pemberitahuan
disaat pendaftaran perkara sudah dilakukan pembayaran kemudian
pengadilan akan melakukan verifikasi dan validasi dilanjutkan denga
mendaftarkan perkara di SIPP (Sistem Informasi Penelusuran
Perkara) yang merupakan aplikasi manajemen administrasi perkara di
pengadilan sehingga akan otomatis mendapatkan nomor perkara dan
melalui SIPP akan otomatis mengirimkan informasi pendaftaran
perkara berhasil melalui e-court dan SIPP. Apabila pengadilan telah
selesai melakukan verifikasi pendaftaran kemudian mendapatkan
nomor perkara maka halaman verifikasi akan berubah. Dengan
mendapatkan nomor perkara tahapan pendaftaran perkara online
telah selesai, dan menunggu pemanggilan dari pengadilan,
h) Mendapatkan panggilan elektronik (e-summons)
Setelah pengguna melakukan pembayaran dan mendapat nomor
perkara dari yang telah didaftarkan tersebut maka akan mendapat

xi
sebuah panggilan persidangan yang dikirim oleh pihak pengadilan
tempat pendaftaran perkara.
i) Persidangan elektronik (e-litigasi)
Setelah pengguna mendapatkan panggilan elektronik selanjutnya
dilakukan persidangan elektronik. Pada e-litigasi ini acara
persidangan secara elektronik oleh para pihak dimulai dari acara
jawaban, replik, duplik, pembuktian, kesimpulan dan putusan. Untuk
jadwal persidangan sudah terintegrasi dengan tundaan sidang di
SIPP. Dokumen dikirim setelah terdapat tundaan sidang dan ditutup
sesuai jadwal sidang. Untuk mekanisme kontrol (menerima,
memeriksa, meneruskan) dari semua dokumen yang di upload para
pihak dilakukan oleh majelis hakim, yang berarti ketika kedua belah
pihak mengirimkan dokumen dan selama belum diverifikasi oleh
majelis hakim kedua belah pihak tidak dapat melihat atau download
dokumen yang dikirim oleh pihak lawan.4

B. PENUNJUKAN MAJELIS HAKIM DAN PENETAPAN HARI SIDANG


Penetapan majelis hakim Yaitu penunjukan Majelis Hakim melalui suatu
penetapan Penunjukan Majelis Hakim (PMH) oleh Ketua Pengadilan.
Penetapan Majelis Hakim, (1) Dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah proses
registrasi perkara diselesaikan, Petugas Meja dua menyampaikan berkas
gugatan/permohonan kepada Wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua
Pengadilan melalui Panitera, (2) Selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari
kerja ketua pengadilan menetapkan Majelis Hakim yang akan menyidangkan
perkara tersebut. Penetapan Majelis Hakim/Hakim:
1. Penyerahan berkas gugatan dari panitera setelah didaftar dalam register
induk perkara kepada ketua pengadilan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja.
2. Ketua pengadilan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja, sudah menunjuk majelis
hakim/hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan.

4
Istiqomah Sinaga. 2020. “E-Litigasi di Era Revolusi Industri 4.0”, (Sumatera Utara,
2020), hal. 56

xii
3. Apabila ketua pengadilan berhalangan sementara maka wewenang tersebut
dilaksanakan oleh wakil ketua atau didelegasikan kepada hakim senior.
4. Penunjukan majelis hakim/hakim dilaksanakan secara adil, dan tidak
membeda-bedakan majelis hakim/hakim yang satu dengan majelis
hakim/hakim yang lain.
5. Ketua/wakil ketua pengadilan selalu menjadi ketua majelis, sedangkan
untuk majelis lain ditetapkan hakim yang senior.
6. Susunan majelis hakim ditetapkan secara tetap untuk jangka waktu tertentu.
7. Ketua dan wakil ketua pengadilan selalu menjadi ketua majelis, sedang
untuk majelis yang lain, ketua majelisnya adalah hakim senior yang ada.
8. Terhadap perkara tertentu, ketua pengadilan dapat membentuk majelis
khusus.
9. Berkas perkara paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak didaftar di buku
register sudah diserahkan kepada majelis hakim/hakim yang akan
memeriksa perkara tersebut.

Penentuan Hari Sidang Yaitu penetapan hari akan dilaksanakan sidang


yang dituangkan dalam suatu Penetapan Hari Sidang (PHS) oleh Ketua
Majelis Hakim. Kemudian Juru sita pengganti memanggil para pihak untuk
hadir ke persidangan pada hari yang telah ditetapkan Ketua Majelis Hakim
dengan menggunakan relas panggilan.
1. Dalam waktu satu minggu setelah menerima berkas perkara majelis
hakim/hakim menentukan hari sidang.
2. Setiap majelis hakim/hakim mempunyai jadwal persidangan yang tetap.
3. Penetapan hari sidang, dimusyawarahkan dengan sesama anggota majelis
hakim dan dicatat dalam buku agenda masing-masing.
4. Dalam menetapkan hari sidang yang disertai pemanggilan kepada para yang
berperkara, oleh majelis hakim/hakim memperhatikan jauh dekatnya
tempat tinggal para pihak dengan letaknya tempat persidangan.
5. Lama tenggang waktu antara pemanggilan para pihak dengan sidang paling
sedikit 3 (tiga) hari kerja, kecuali dalam hal-hal yang mendesak (Pasal 122
HIR/Pasal 146 RBg).

xiii
6. Apabila suatu perkara gugatan disertai dengan permohonan sita jaminan,
majelis hakim/hakim setelah bermusyawarah dapat membuat penetapan
pelaksanaan sita bersamaan dengan panggilan pertama kepada para pihak
untuk menghadiri sidang, apabila cukup alasan untuk itu.
7. Pemeriksaan perkara cerai dilakukan selambatlambatnya 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal surat guguatan/permohonan didaftarkan di Pengadilan
Agama. (Pasal 68 (1) dan 80 (1) UU No. 7/1989).

C. PEMANGGILAN PARA PIHAK.


a) Luring
Bagian terpenting dalam proses persidangan salah satunya adalah
proses pemanggilan, di mana hal ini menjadi suatu keharusan bagi setiap
Pengadilan, apabila proses pemanggilan ini sendiri tidak dijalankan
ataupun tidak terlaksana sebagaimana seharusnya maka proses
persidangan itu sendiri akan mengalami gangguan. Rangkaian proses
pemeriksaan persidangan harus berjalan menurut tata cara yang ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan. Pemanggilan para pihak untuk
menghadiri persidangan merupakan awal dari rangkaian proses beracara di
Pengadilan. Berlandaskan pemanggilan, Hakim memeriksa, mengadili dan
memutus perkara yang ditangani.
Prosedur pemanggilan menurut Hukum Acara Perdata sendiri di atur
dalam HIR Pasal 388, Pasal 121 ayat (1), Pasal 122 dan Pasal 390. Jika
tergugat maupun penggugat telah diketahui tempat tinggal atau
kediamannya, surat panggilan yang diajukan kepada tergugat sendiri secara
langsung (in person). Istilah in person dapat kita perluas lagi sampai
meliputi keluarga tergugat yang biasanya terdiri atas orang tua dan anak,
serta termasuk istri maupun suami. Perluasan pengertian in person tersebut
dilakukan jika tergugat diketahui tempat tinggal atau kediamannya tapi
tidak berada di tempat. Apabila tempat tinggal dan kediaman tergugat
diketahui tapi ia tidak berada di tempat dan begitu juga keluarganya, surat
panggilan itu disampaikan kepada kepala desa setempat dengan disertai
perintah agar kepala desa tersebut menyampaikan panggilan itu kepada

xiv
tergugat. Jika jurusita tidak menemui tergugat atau keluarganya di tempat
tinggal atau kediamannya, dan menurut kepala desa setempat tergugat telah
meninggalkan tempat itu dan tidak menyebutkan alamat baru, maka surat
panggilan disampaikan kepada Bupati tempat tinggal atau kediaman
tergugat. Bupati memaklumkan surat juru sita itu dengan menempelkannya
pada pintu umum kamar persidangan Hakim yang bersangkutan, hal ini di
atur dalam HIR Pasal 390 ayat (3).5
b) E-Court
Pemanggilan para pihak melalui aplikasi e-summons berbeda dengan
pengertian pemanggilan para pihak dalam HIR/RBG. Ada 3 (tiga) kriteria
dalam hal pemanggilan secara patut yaitu, orang yang berwenang dalam
melakukan panggilan, jangka waktu pemanggilan dan cara dari
pemanggilan. Pasal 18 PERMA No. Tahun 2019 pemanggilan sah apabila
panggilan tersebut terkirim ke alamat elektronik dalam waktu yang
ditentukan oleh undang-undang. Perbedaan ini menyebabkan
ketidakpastian hukum (rechtsonzekerheid). Adanya sistem e-litigation
tentu akan semakin mempermudah pelaksanaan persidangan di pengadilan
agama. Pasal 20 PERMA No. 01 Tahun 2019 mengharuskan kedua belah
pihak setuju untuk persidangan dilakukan secara elektronik, pernyataan ini
disampaikan setelah mediasi dinyatakan tidak berhasil. Apabila tidak
terjadi mediasi maka, pemberitahuan persidangan secara elektronik dimana
kedua belah pihak hadir dalam persidangan.
E-litigation dapat dilakukan secara menyeluruh terhadap tahapan
persidangan mulai dari tukar-menukar dokumen yang di perantarai oleh
pengadilan, jawab menjawab dalam persidangan, pembuktian, hingga
penyampaian putusan. Sesuai dengan Perma No.3 Tahun 2018 bahwa
Pemanggilan yang pendaftarannya dilakukan dengan menggunakan e-
Court, maka pemanggilan kepada Pengguna Terdaftar dilakukan dilakukan
secara elektronik yang dikirimkan ke alamat domisili elektronik pengguna
terdaftar.6 Akan tetapi untuk pihak tergugat untuk pemanggilan pertama
5
Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam
Teori dan Praktek, Ctk. 9, Bandung: Mandar Maju, 2002, hlm. 22.
6
Mahkamah Agung RI, Buku Panduan E-Court. 2019.

xv
dilakukan dengan manual dan pada saat tergugat hadir pada persidangan
yang pertama akan diminta persetujuan apakah setuju dipanggilan secara
elektronik atau tidak, jika setuju maka akan pihak tergugat akan dipanggil
secara elektronik sesuai dengan domisili elektronik yang diberikan dan
apabila tidak setuju pemanggilan dilakukan secara manual seperti biasa.7

D. TATA RUANG DAN PERSIAPAN SIDANG.


a) Luring
Ruang Sidang Sehubungan dangan tata ruang persidangan di
lingkungan Peradilan Agama, ada kajian ulama yang dijadikan bahan
pemikiran untuk mewujudkan tata ruang sidang yang ideal Keadaan
ruang sidang diutamakan harus luas, agar pihak- pihak yang hadir dalam
persidangan tidak merasa sempit, disamping itu harus menonjol agar
diketahui oleh orang-orang yang akan menyaksikan jalannya
persidangan, dan juga harus terlingdung dari gangguan yang disebabkan
oleh panas, dingin, kotoran dan sebagainya sesuai dengan keadaan
musim yang sedang terjadi. Dan ruang sidang hendaknnya berupa
bangunan tersendiri, bukan masjid.
Berdasarkan pendapat yang kuat. hukumnya makruh apabila mesjid
digunakan untuk bersidang memutuskan perkara, hal ini untuk menjaga
mesjid dari suara-suara keras dan sorak sorai yang biasanya terjadi
diruang sidang. Walaupun para Hakim pada waktu hadir dimesjid untuk
menjalankan solat bermusyawarah tentang suatu putusan hukum. Ruang
sidang Pengadilan harus diatur sedemikian rupa agar mencerminkan
kewibawaan Pengadilan. Ruang sidang utama harus lebih diperhatikan,
karena ruang sidang tersebut sebagai tempat pemeriksaan pekara-
perkara yang menarik perhatian masyarakat serta digunakan sebagai
tempat upacara resmi.8

7
Fadzlurrahman & Muna Yastuti Madrah,Journal of Islamic Family Law, Volume 4,
Nomor 2, Desember 2022 (pp. 115-130)
8
Roihan Rasyid,Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2012),hlm 42-43

xvi
Dalam praktiknya, luas ruang sidang yang ada dilingkungan Pengadilan
Agama tidak ada keseragaman. Luas ruang sidang ada biasana tergantung pada
kondisi Pengadilan itu sendiri, misalnya luas tanah atau kondisi bangunan yang
sudah ada. Untuk meningkatkan wibawa pengadilan, maka diharapkan untuk
kedepan ada aturan standarisasi ruang sidang. Adapun perlengkapan yang
harus ada dalam ruang sidang sebagai berikut :
1. Meja sidang Meja sidang disebut juga meja hijau, karena meja tersebut
ditutup dengan kain warna hijau. Meja sidang mempunyai banyak
bentuk dan ukuran tertentu.
2. Kursi untuk Ketua majelis, Hakim Anggota, dan Pantera Pengganti.
3. Lambang Negara Garuda, terletak di dinding sebelah atas belakang meja
sidang.
4. Bendera Merah Putih disebelah kanan meja sidang.
5. Kursi untuk tempat penggugat, tergugat dan saksi-saksi, terletak didepan
meja sidang.
6. Palu di atas meja sidang dihadapan kursi Ketua Majelis.
7. Al – Qur’an9

b) E-Court
Setelah pengguna mendapatkan panggilan elektronik selanjutnya
dilakukan persidangan elektronik. Dalam persidangan ini pihak penggugat
dan tergugat telah setuju melakukan persidangan elektronik dengan
mengisi persetujuan prinsipal (sudah dijelaskan diatas) maka para pihak
bisa melakukannya sesuai dengan eSummons yang telah dikirimkan.

Pada e-Litigasi ini acara persidangan secara Elektronik oleh para pihak
dimulai dari acara Jawaban, Replik, Duplik dan Kesimpulan. Untuk jadwal
persidangan sudah terintegrasi dengan Tundaan Sidang di SIPP. Dokumen
dikirim setelah terdapat tundaan sidang dan ditutup sesuai jadwal sidang.
Untuk mekanisme kontrol (menerima, memeriksa, meneruskan) dari

9
Ibid,hlm,46-47

xvii
semua dokumen yang diupload para pihak dilakukan oleh majelis
hakim/hakim yang berarti ketika kedua belah pihak mengirimkan
dokumen dan selama belum diverifikasi oleh majelis/hakim kedua belah
pihak tidak dapat melihat atau mendownload dokumen yang dikirim oleh
pihak lawan.10

BAB III
PENUTUP

10
Mahkamah Agung RI, Buku Panduan E-Court. 2019.

xviii
A. KESIMPULAN

B. SARAN
Penulis menyarankan agar kita dapat mengambil hal-hal baik tentang
penjelasan mengenai pendaftaran perkara dan persiapan sidang, serta dapat
dijadikan sebagai referensi bagi penulis selanjutnya.

xix
DAFTAR PUSTAKA

M. Iqbal, s. Susanto, M. Sutoro. 2019. “Efektifitas Sistem


Administrasi dalam Upaya Mendukung Proses Administrasi
Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan di Pengadilan”, Jurnal
Ilmu Hukum.
Mahkamah Agung RI. 2019. Buku Panduan E-Court
Istiqomah Sinaga. 2020. “E-Litigasi di Era Revolusi Industri 4.0”,
Sumatera Utara.
Mahkamah Agung RI Pengadilan Agama Sanggau “pendaftaran perkara”
Pendaftaran Perkara (pa-sanggau.go.id)

Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata. 2002. Hukum Acara


Perdata Dalam Teori dan Praktek, Ctk. 9, Bandung: Mandar Maju

Fadzlurrahman & Muna Yastuti Madrah. 2022. ,Journal of Islamic Family Law,
Volume 4

Roihan Rasyid. 2012. ,Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada)

xx

Anda mungkin juga menyukai