Anda di halaman 1dari 6

847

MAKALAH

“ perosedur penerimaan perkara ”

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum peradilan agama

Dosen Pengampu:

Ibnu Qodir

Disusun oleh kelompok 7

Rusdy : ( 201111270 )

FAKULTAS SYARIAH DAKWAH DAN USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON

2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Takengon
24 Oktober 2022

P
enulis
Kata pengantar

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

BAB 2 PEMBAHASAN

A.Tahap Pembuatan Gugatan

B.Tahap Pembayaran Panjar

C.Pendaftaran

D.Penetapan Majelis Hakim (PMH)

E Penentuan Hari Sidang (PHS)

F.Pemanggilan Para Pihak

BAB 3 PENUTUP

A..Kesimpulan

B.DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengadilan Agama merupakan salah satu penyelenggara kekuasaan kehakiman yang memberikan
layanan hukum bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahun
2009. Susunan organisasi Kepaniteraan Pengadilan Agama terdiri dari empat unsur, yaitu Sub atau
urusan kepaniteraan permohonan, sub atau urusan kepaniteraan gugatan, sub atau urusan
kepaniteraan hukum, dan kelompok tenaga fungsional kepaniteraan.

Untuk melaksanakan tertib administrasi perkara di Pengadilan Agama dan dalam rangka
penyelenggaraan administrasi peradilan yang seragam, baik, dan tertib. Ketua Mahkamah Agung RI
dengan suratnya tertanggal 24 Januari 1991 No. KMA/001/SK/1991 telah menetapkan pola-pola
pembinaan dan pengendalian administrasi perkara.

Untuk dapat mengetahui proses penyelesaian perkara yang diajukan kepada Pengadilan Agama,
dalam tulisan ini pembahasan akan difokuskan pada pola prosedur penerimaan perkara di
Pengadilan Agama.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana Tahap Pembuatan Gugatan?

Bagaimana Tahap Pembayaran Panjar?

Bagaimana Tata Cara Pendaftaran Perkara?

Bagaimana Penetapan Majelis Hakim (PMH)?

Bagaimana Penentuan Hari Sidang (PHS)?

Bagaimana Pemanggilan Para Pihak?

BAB 2

PEMBAHASAN

Tahap Pembuatan Gugatan


Pada prinsipnya, prosedur penerimaan perkara di Pengadilan Agama ditentukan dengan model unit,
yang disebut meja satu, meja dua, meja tiga yang masing-masing unit mempunyai tugas dan
tanggung jawab sendiri-sendiri tetapi berkaitan satu dengan yang lain. Pelaksanaan tugas unit-unit
ini dilakukan oleh Sub Kepaniteraan Perkara di bawah pengamatan langsung Wakil Panitera.

Meja Satu

Menerima gugatan dan permohonan, termasuk permohonan banding, kasasi, PK, maupun eksekusi,
dengan catatan bahwa permohonan verzet tegen verstek tidak didaftar sebagai perkara baru, tetapi
denden verzet didaftar sebagai perkara baru.

Menaksir biaya yang dituangkan dalam SKUM

Menyerahkan surat gugat/permohonan, permohonan banding, kasasi, PK, maupun eksekusi, yang
telah dilengkapi dengan SKUM kepada yang bersangkutan agar membayar biaya panjar perkara
kepada pemegang kas.

Pemegang kas (Kasir) adalah bagian dari meja pertamayang bertugas antara lain:

Menerima dan membukukan uang panjar biaya perkara yang tercantum pada SKUM ke dalam jurnal
keuangan yang bersangkutan (nomor jurnal dengan nomor perkara)

Mengeluarkan dan membukukan/mencatat uang biaya administrasi dan biaya proses perkara

Seminggu sekali pemegang kas harus menyerahkan uang hak-hak kepaniteraan kepada bendahara
penerima untuk disetorkan ke Kas Negara, yang dicatat pada kolom 13 KI-PA8

Pencatatan masuk keluarnya uang perkara dalam buku induk keuangan dilakukan oleh panitera atau
staf yang ditunjuk.

Meja Dua

Pada pokoknya Meja Dua ini bertugas untuk:

Mendaftar perkara yang masuk ke dalam buku register induk perkara perdata sesuai dengan nomor
perkara yang tercantum pada SKUM/surat gugatan/permohonan. Pendaftaran perkara baru dapat
dilaksanakan setelah panjar biaya perkara lunas dibayar pada Pemegang Kas

Mengisi kolom-kolom buku register dengan tertib, rapi, teliti, dan cermat, seperti misalnya tentang
PHS, penundaan sidang, sebab penundaan sidang, amar putusan, PBT, dsb.

Menyerahkan berkas perkara yang diterima yang telah dilengkapi formulir Penetapan Majelis Hakim
(PMH) kepada Wakil Panitera untuk diteruskan kepada Ketua Pengadilan Agama (KPA)
Menyerahkan berkas perkara yang telah ditentukan majelis hakimnya kepada Ketua Majelis Hakim
yang ditunjuk disertai formulir Penetapan Hari Sidang (PHS)

Meja Tiga, Secara garis besar bertugas:

Menyiapkan dan menyerahkan salinan putusan apabila ada permintaan dari para pihak.

Menerima dan memberikan tanda terima atas: memori/kontra memori banding, memori/kontra
memori kasasi, jawaban/tanggapan atas alasan PK

Menyusun/menjahit/mempersiapkan berkas (tugas pembundelan berkas)

Mengatur giliran tugas jurusita/jurusita pengganti yang ditunjuk oleh panitera.[1]

2. Tahap Pembayaran Panjar

Pembayaran panjar perkara dilakukan di bagian pemegang kas. Kas merupakan bagian dari meja 1.
Seluruh kegiatan pengeluaran perkara harus melalui pemegang kas dan dicatat secara tertib dalam
buku induk yang bersangkutan. Tugas-tugas pemegang kas adalah:

Pemegang kas menerima pembayaran uang panjar perkara sebagaimana tersebut dalam SKUM

Pemegang kas menandatangani SKUM, membubuhi nomor urut perkara dan tanggal penerimaan
perkara dalam SKUM dan dalam surat gugatan/permohonan sebagaimana tersebut dalam buku
jurnal yang berkaitan dengan perkara yang diajukan.

Mengembalikan asli atau tindasan pertama SKUM beserta surat gugatan/permohonan kepada calon
penggugat/pemohon.[2]

3. Pendaftaran

Sebelum Perkara diproses oleh Pengadilan Agama, maka terlebih dahulu perkara tersebut harus
didaftarkan dahulu oleh pihak pencari keadilan ke Kepaniteraan Pengadilan Agama setempat.
Adapun alur atau tahap proses pendaftaran perkara pada Pengadilan Agama adalah sebagai berikut:

Pertama:Pihak berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa surat gugatan atau
permohonan.

Kedua:Pihak berperkara menghadap petugas Meja Satu dan menyerahkan surat gugatan atau
permohonan, minimal 3 (tiga) rangkap. Untuk surat gugatan ditambah sejumlah Tergugat.

Anda mungkin juga menyukai