Anda di halaman 1dari 9

“Pola Keuangan Perkara”

Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Administrasi Peradilan
Agama
Dosen Pengampu : Sahal Abidin, S.HI., M.H.

Disusun oleh :
SLAMET BARUNA
NIM : 17.1114

JURUSAN AHWAL AL SYAKHSYIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penegakan hukum sebagai suatu wacana dalam masyarakat kembali
menjadi topik yang sangat hangat dibicarakan. Berbagai komentar dan pendapat
baik yang berbentuk pandangan ataupun penilaian dari berbagai kalangan
masyarakat selalu menghiasi media massa yang ada di negeri ini.
Sistem yang sudah diatur sedemikian rupa hendaknya dijalankan dengan
baik oleh aparatur Negara, terlebih dari kaki tangan pemerintah dibidang
penegakan hukum setidaknya dimulai dari suatu yang sederhana seperti pola
administrasi perkara peradilan.
Dalam makalah ini kami akan mencoba menjelaskan Pola Keuangan
Perkara untuk lebih mengetahui bagaimana pola serta sistem peradilan yang
belaku di Negara ini yang merupakan tonggak keberhasilan Negara mencapai
sebuah cita-cita bangsa dibidang hukum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan  sebagai berikut :
1. Bagaimna Pola Keuangan Perkara di Peradilan Agama?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
maksud dan tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan Pola Keuangan Perkara di Peradilan Agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum
Dasar hukum pola tentang keuangan perkara adalah ketentuan yang termuat dalam :
1. Pasal 121 ayat (4) HIR/RIB (Reglemen Indonesia yang diperbaharui)  dan pasal
145 ayat  (4) RBg. (Reglement Buiteegewesten.)1
2. Azas “ Tidak ada Biaya Tidak ada Perkara”, kecuali dalam perkara prodeo
sebagaimana ditentukan dalam pasal 237 HIR dan Pasal 273 RBg.
3. Surat Mahkamah Agung RI Nomor  : 43/TUADA/AG/III/UM/XI/1992 tanggal 23
Nopember 1992 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi Agama dan
Ketua Pengadilan Agama yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan biaya
perkara menurut Pasal 121 HIR dan pasal 145 RBg. adalah biaya kepaniteraan dan
biaya proses.
Menurut surat Mahkamah Agung Republik Indonesia No. MAl
KUMDIL/214/XII/k/1992 Tanggal 21 Desember 1992 dimana dijelaskan bahwa hak-
hak kepaniteraan tersebut meliputi sebagai berikut.2

a. Biaya pendaftaran perkara tingkat pertama HHK.1


b. Biaya Redaksi HHK.1
c. Biaya pencatatan permohonan banding HHK.1
d. Biaya pencatatan permohonan kasasi HHK.1
e. Biaya pencatatan permohonan peninjauan kembali HHK.1
f. Biaya pencatatan permohonan Sita Konservatoir HHK.1
g. Biaya pencatatan permohonan sita revindikatoir HHK.1
h. Biaya pencatatan permohonan pencabutan sita HHK.1
i. Biaya pencatatan pelaksanaan lelang HHK.1

Biaya proses merupakan biaya-biaya pelaksanaan peradilan dalam rangka


menyelesaikan suatu perkara. Dalam pasal 90 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1989 yang
telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2006, dijelaskan bahwa biaya proses ini
meliputi :
a. Biaya Panggilan Penggugat, tergugat dan saksi-saksi
b. Biaya panggilan saksi ahli jika diperlukan
1
Musthofa. 2005. Kepaniteraan Peradilan Agama. Jakarta : Prenada Media. Hlm : 70
2
Abdul Manan. 2007. PENERAPAN DAN PELAKSANAAN POLA PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN ADMINISTRASI
KEPANITERAAN. Jakarta.
c. Biaya pengambilan sumpah
d. Biaya penyitaan
e. Biaya Eksekusi
f. Biaya pemeriksaan setempat
g. Biaya untuk menyampaikan amar putusan
h. Biaya lain-lain atas perintah ketua pengadilan.
Seiring dengan perkembangan dan dalam era transparansi dengan mengusung
program justice for all dan justice for the poor maka biaya-biaya di atas disesuaikan
dengan menghilangkan biaya menyampaikan amar putusan dan biaya lain-lain atas
perintah ketua pengadilan.
B. Buku Keuangan Perkara
1. Buku Jurnal Perkara
Buku jurnal perkara mencatat tentang kegiatan penerimaan dan
pengeluaran uang perkara untuk setiap perkara, dengan kata lain jurnal tersebut
merupakan rekening koran bagi pembayar panjar perkara untuk tingkat pertama,
banding, kasasi dan PK.3
Jurnal keuangan perkara merupakan tanggungjawab Panitera terhadap
pihak ketiga selaku pembayar panjar perkara. Setiap kegiatan penerimaan dan
pengeluaran biaya perkara harus dicatat dalam buku jurnal sejak perkara diterima
sampai perkara berkahir dengan menutup buku jurnal itu setelah perkara selesai
diputus.
Sebelum buku jurnal keuangan perkara digunakan, buku tersebut harus
dibuatkan catatan sebagai berikut :
a. Pada setiap awal buku ditulis berita acara yang menerangkan jumlah halaman
rangkap, dan ditandatangan oleh Ketua Pengadilan.
b. Halaman pertama dan terakhir dibubuhi tandatangan Ketua, sedangkan pada
setiap halaman cukup diparaf saja oleh Ketua Pengadilan.
 Buku Jurnal keuangan perkara yang digunakan di Pengadilan Agama terdiri dari :
1) Buku Jurnal Perkara Permohonan         KI-PA1/P
2) Buku Jurnal Perkara Gugatan               KI-PA1/G
3) Buku Jurnal Perkara Banding               KI-PA2
4) Buku Jurnal Perkara Kasasi                   KI-PA3
5) Buku Jurnal Perkara PK                        KI-PA4
3
Ibid
6) Buku Jurnal Biaya Eksekusi                  KI-PA5
Buku Jurnal keuangan perkara yang digunakan di Pengadilan Tinggi Agama
terdiri dari:
a. Buku Jurnal Banding  KII-PA1.
Semua kegiatan-kegiatan pencatatan Buku Jurnal penyelesaian perkara
sebagaimana tersebut dalam KI.PA1/P, KI.PA1/G, KI.PA2, KI.PA3, dan
KI.PA4 setiap harinya dilaporan ke Panitera karena akan dimasukkan dalam
Buku Induk Keuangan Perkara (KI.PA6).
Untuk memudahkan pengisian kedalam Buku Induk Keuangan
Perkara, maka diperlukan buku bantu yang terdiri dari :
1) Buku Bantu (BB1) sebagai pelaksanaan penerimaan dalam kegiatan buku
KI.PA1/P, KI.PA1/G, KI.PA2, KI.PA3, dan KI.PA4 setiap hari diserahkan
kepada pemegang buku Induk Keuangan Perkara.
2) Buku Bantu (BB2) sebagai pelaksanaan pemindahan kegiatan buku KI-
PA5 untuk setiap hari, diserahkan pada Pemegang Buku Keuangan
Eksekusi (KI-PA7).
2. Buku Induk Keuangan Perkara
Semua kegiatan yang terjadi dalam buku jurnal keuangan perkara, harus
disalin dalam buku induk keuangan perkara berupa buku tabelaris. Buku ini
mencatat semua kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya perkara untuk semua
perkara yang masuk di Pengadilan dan dicatat setiap hari.4
Buku Induk keuangan perkara ditutup setiap akhir bulan oleh Panitera
diketahui oleh Ketua Pengadilan. Tidak menutup kemungkinan buku induk
keuangan dapat ditutup sewaktu-waktu dalam rangka pengawasan oleh Ketua
Pengadilan Agama, Pengadilan Tinggi Agama dan Mahkamah Agung RI tanpa
menunggu akhir bulan.
Pada saat menutup buku induk tersebut, harus dijelaskan keadaan uang
menurut bukukas, keadaan uang yang ada dalam brankas atau yang disimpan di
Bank serta uraian terperinci jenis mata uang yang ada dalam brankas. Aabila
terdapat selisih harus dijelaskan alasan selisih itu.
Penutupan buku induk keuangan perkara dalam rangka pengawasan
dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali dan harus dibuat berita acara penutupan

4
Mahkamah Agung, 2011. Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan (Buku II), Cet. II,.
kas. Buku Induk Keuangan Perkara yang digunakan di Pengadilan Agama terdiri
dari :
a) Buku Induk Keuangan Perkara (KI.PA6)
b) Buku Keuangan Eksekusi (KI-PA7)
c) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan (KI-PA8)
Pemisahan antara Buku Induk Keuangan Perkara dengan Buku Keuangan
Eksekusi didasarkan karena Buku Induk Keuangan Perkara memuat perkara yang
masih dalam proses, sedangkan Buku Keuangan Eksekusi memuat perkara yang
sudah selesai dan berkenaan dengan masalah eksekusi putusan saja.
Buku Induk Keuangan Perkara yang digunakan di Pengadilan Tinggi
Agama terdiri dari:
1) Buku Induk Keuangan Perkara (KII.PA2)
2) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan (KII-PA3)
Buku Penerimaan Uang Hak-Hak Kepaniteraan merupakan buku
pertanggungjawaban atas biaya kepaniteraan (Griffier costen) terhadap negara.
yang disetor kepada Bendaharawan Rutin (UYHD) untuk selanjutnya disetor
kepada Negara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biaya kepaniteraan meliputi pungutan-pungutan sebagai pelayanan pengadilan
yang harus disetor ke Kas Negara. Sedangkan biaya proses meliputi biaya panggilan,
pengambilan sumpah, penyitaan, eksekusi, pemeriksaan setempat, pemberitahuan
putusan, ain-lain atas perintah pengadilan. Biaya proses merupakan biaya-biaya
pelaksanaan peradilan dalam rangka menyelesaikan suatu perkara.
Buku jurnal perkara mencatat tentang kegiatan penerimaan dan pengeluaran
uang perkara untuk setiap perkara, dengan kata lain jurnal tersebut merupakan
rekening koran bagi pembayar panjar perkara untuk tingkat pertama, banding, kasasi
dan PK.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H., Abdul Manan, S.H.,S.IP, M.Hum., dan Drs. H., Ahmad Kamil,
S.H.,M.Hum., , Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian
Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, Dirjen
Badilag Mahkamah Agung RI, Jakarta. 2007

Mahkamah Agung, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Buku


II, Dirjen Badilag Mahkamah Agung RI, Jakarta. 2011

Musthofa, Sy., SH., MH.,. Kepaniteraan Peradilan Agama., Jakarta : Prenada Media. 2005

Anda mungkin juga menyukai